BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lemak dan kolesterol tinggi (Astiti dkk., 2008). Bahan pangan hewani sebagai

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang sehat, dengan vegetarian. Makanan vegetarian saat ini mulai digemari oleh

PERBEDAAN KANDUNGAN PROTEIN, ZAT BESI DAN DAYA TERIMA PADA. PEMBUATAN BAKSO DENGAN PERBANDINGAN JAMUR TIRAM (Pleurotus

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006). banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sosis. Data survei independen yang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

ANALISIS ORGANOLEPTIK PADA HASIL OLAHAN SOSIS IKAN AIR LAUT DAN AIR TAWAR

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP) adalah kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

I. PENDAHULUAN. Perikanan untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dan menghadapi. nasional (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015).

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. akan tetapi sering dikonsumsi sebagai snack atau makanan selingan. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang gizi

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

BAB I PENDAHULUAN. gram jamur kering juga mengandung protein 10,5-30,4%, lemak 1,7-2,2%, kalsium 314 mg, dan kalori 367 (Suwito, 2006).

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

I. PENDAHULUAN. Budaya mengkonsumsi daging sudah menyebar di sebagian besar. masyarakat dunia. Kalau tidak ada daging mungkin dirasa kurang lengkap

BAB I PENDAHULUAN. kegelisahan oleh beberapa pihak. Iklan-iklan susu yang sedemikian marak sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. Hall, 2008). Kolestrol telah terbukti mengganggu dan mengubah struktur

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada konsumen (Silalahi, 2006). Salah satu produk yang. makanan ringan, jajanan atau cemilan. Makanan ringan, jajanan atau

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Kekayaan dan keragaman sumber daya laut tersebut telah

INDAH KUMALASARI J

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 21,97% (db) (Kramlich,1973). Daging dikenal mengandung kolesterol (50

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

Quality Characteristics of Cryptopterus Catfish Cracker Fortified With White Mushroom (Pleurotus ostreatus) by: ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui mutu kerupuk ikan Selais (Crytopterus bicirhis) hasil

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kekurangan konsumsi protein diduga sebagai salah satu penyebab gizi buruk di Indonesia. Hal ini yang diakibatkan oleh rendahnya taraf perekonomian sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein hewani, terutama daging, masih tergolong mahal (Muchtadi, 2010). Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani utama dalam menu konsumsi sehari-hari. Protein mempunyai fungsi yang sangat penting bagi tubuh diantaranya sebagai komponen pertumbuhan dan pemelihara jaringan tubuh, sebagai pengatur kelangsungan proses dalam tubuh, dan sumber energi terakhir jika keperluannya tidak dapat dipenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Apabila seseorang kekurangan protein akan mengakibatkan proses metabolisme tidak normal (Soediaoetama, 1991). Menurut Karyadi (1991), ikan merupakan sebagai salah satu sumber daya laut yang mempunyai protein tinggi dan mutu cerna susunan asam amino essensialnya cukup baik yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak, mengandung vitamin A dan B, omega 3 dan omega 6 serta mengandung faktor anti-oksidan yang melindungi asam lemak tak jenuh dari oksidasi sebelum dan sesudah proses pencernaan. Ikan merupakan komoditi yang cepat mengalami pembusukan (perishable food). Pembusukan disebabkan oleh enzim, baik dari ikan itu sendiri dan mikroba. Kadar air ikan segar yang tinggi mempercepat proses perkembangbiakan mikroorganisme pembusuk yang terdapat di dalamnya. Selain itu lemak ikan banyak mengandung asam lemak tidak jenuh yang sifatnya sangat mudah 1

teroksidasi sehingga menimbulkan bau tengik (Karyadi, 1991). Sehingga harus segera dilakukan pengolahan. ikan dapat diolah menjadi berbagai produk olahan, diantaranya abon ikan, nugget ikan, kerupuk ikan, ikan asap, dan lainlain. Ikan tongkol seperti hasil perikanan lainnya termasuk bahan pangan yang sangat cepat membusuk (high perishable food). Sebagai bahan pangan yang cepat rusak, maka kualitas ikan harus dapat dipertahankan semaksimal mungkin hingga sampai ke tangan konsumen. Untuk itu perlu adanya penanganan yang baik seperti pengawetan dan pengolahan menjadi produk yang siap dimakan tetapi daya awetnya lebih lama. Salah satu cara pengolahan yang sudah lama dikenal masyarakat adalah bakso ikan. Saat ini, harga daging sapi yang umumnya digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan bakso semakin mahal, seperti yang dinyatakan oleh Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI). Oleh karena itu, penganekaragaman bahan dasar pembuatan bakso perlu diupayakan agar bakso tetap berkualitas namun dari segi harga dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Ikan tongkol merupakan salah satu bahan baku pengganti yang dari segi harga tergolong ekonomis dibandingkan dengan daging sapi yang biasa digunakan dalam pembuatan bakso. Pemilihan ikan tongkol sebagai bahan baku dalam pembuatan bakso pada penelitian ini dikarenakan ikan tongkol merupakan jenis ikan air laut yang mudah dibudidayakan dengan pemasaran yang sangat luas. Dipandang dari aspek gizinya, ikan tongkol mengandung protein yang sangat tinggi yaitu 24 gr/ 100 gr dan kandungan lemak yang rendah yaitu 1 gr/100 gr, sehingga dapat menekan 2

kolesterol (Susanto, 1988). Dengan kebiasaan mengkonsumsi bakso ini diharapkan mampu membantu memenuhi kebutuhan protein sehingga dapat meningkatkan gizi masyarakat pada umumnya. Pengolahan produk pangan yang berbasis ikan tongkol sendiri masih sangat terbatas, sehingga dengan penelitian tentang pengolahan bakso ikan tongkol ini diharapkan dapat menjadi acuan diversifikasi pangan di masa yang akan datang. Bakso adalah campuran homogen daging dengan tepung dan bumbu di dalam alat pencampur khusus, sehingga bahan tercampur sebagai pasta yang sangat rata dan halus. Setelah itu pasta dicetak berbentuk bulat dan direbus sampai matang. Adapun kelebihan dari produk bakso yaitu bakso dapat dijangkau semua kalangan dari orang tua sampai anak-anak juga menyukai bakso. Bakso ikan ini dapat menjadi salah satu alternatif makanan yang menyehatan bagi masyarakat. Kebanyakan produk bakso belum mencukupi serat pangan (dietary fiber), serat berfungsi untuk mencegah terjadinya berbagai penyakit. Adapun standar kecukupan serat pangan yang dianjurkan yakni 25 gr/2000 kalori atau 30 gr/2500 kalori/hari. Sedangkan bakso yang ada dipasaran selama ini, kadar serat pangannya hanya 0,5 %/porsi. Hal ini masih jauh dari angka kecukupan serat pangan yang dianjurkan. Salah satu bahan pangan yang dapat digunakan sebagai bahan subsitusi adalah jamur tiram putih. Penambahan jamur tiram terhadap bakso ikan untuk meningkatkan kandungan nilai gizi terutama serat dan protein nabati serta untuk mendapatkan tekstur yang kenyal. Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang mengandung serat tinggi yaitu 11,5 %. Jamur tiram mengandung serat lignoselulosa sebesar 39,8%, 3

serat lignoselulosa merupakan serat tidak larut yang sangat baik untuk pencernaan, sisanya serat larut yang baik untuk kolesterol. Jamur juga cocok bagi yang sedang menjalani diet karena kalori-nya rendah. Disamping itu, jamur juga mengandung betaglukan yang bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Mengkonsumsi jamur rutin 6-7 gram per hari, dapat meningkatkan daya tahan tubuhnya (Parjimo dan Andoko, 2007). Jamur tiram juga mengandung protein yang tinggi yaitu 27 %, yang terdiri dari 9 asam amino esensial terutama lisin dan leusin. Protein ini berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul (Winarno, 1992). Ditinjau dari aspek harga, harga jual jamur tiram cenderung stabil, ekonomis, terjangkau disetiap kalangan dan tidak mengalami perubahan yang signifikan dari tahun ketahunnya. Kenaikan permintaan jamur tiram putih sekitar 20%-25 % per tahun. Alasan jamur tiram putih (Pleurotus ostretus) sebagai campuran dalam pembuatan bakso, antara lain nilai gizi tinggi, sifat fisik kenyal menyerupai daging ayam dan harga relatif murah. Jamur tiram putih merupakan bahan pangan sumber protein yang baik ditinjau secara kualitas maupun kuantitasnya (Muchtadi,1990). Rendahnya kandungan lemak menjadikan jamur tiram putih sebagai salah satu bahan pangan alternatif yang menyehatkan khususnya bagi kalangan lanjut usia dan vegetarian. Kehadiran produk ini diharapkan dapat memberi lebih keleluasaan bagi mereka yang beresiko terhadap makanan berkolesterol untuk menikmati bakso sebagai sumber protein hewani serta dapat memberikan asupan serat bagi yang mengkonsumsinya. 4

1.2 Identifikasi Masalah Mengingat ikan tongkol dan jamur tiram kaya akan zat gizi, murah dan mudah terjangkau, potensi ikan tongkol dan jamur tiram perlu dikembangkan. Pada penelitia ini dibuat suatu produk makanan berupa bakso dengan subsitusi daging ikan tongkol dengan jamur tiram. Diharapkan subsitusi daging ikan tongkol dan jamur tiram ini dapat memperbaiki nilai gizi bakso terutama protein dan serat dan diterima masyarakat luas serta memiliki prosfek yang baik untuk dipasarkan. Akan tetapi, bakso mempunyai standar mutu yaitu standar mutu organoleptik, fisik dan kandungan zat gizinya. Proses pengolahan dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada sifat organoleptik, mutu fisik dan kandungan zat gizinya terutama Protein. Perebusan dapat menyebabkan perubahan pada sifat organoleptik dimana rasa menjadi lebih gurih, aroma menjadi lebih harum, warna menjadi lebih menarik dan tekstur menjadi lebih baik sehinga dapat meningkatkan tingkat kesukaan atau sebaliknya. Kandungan gizi seperti protein pada ikan dapat berkurang selama pengolahan. Hal ini dapat terjadi karena selama proses perebusan ikan terendam dalam air sehingga beberapa zat gizi larut air seperti protein ikut terlarut dalam air perebusan. Faktor yang mempengaruhi kehilangan zat gizi selama proses perebusan adalah luas permukaan bahan, konsentrasi zat terlarut dalam air perebusan dan adanya pengadukan air (Harris dan Karmas, 1989). Sedangkan kandungan serat pada jamur tiram akan megalami kerusakan atau penurunan apabila perebusan/pemanasan dilakukan diatas suhu 100 o C. Selain itu, semakin lama perebusan akan semakin menurun kandungan seratnya. 5

Oleh karena itu melalui penelitian ini diharapkan dapat dihasilkan bakso dari subsitusi daging ikan tongkol dan jamur tiram putih sebagai alternatif pangan fungsional yang dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap konsumsi asupan protein dan serat dengan rasa, warna, aroma dan tekstur bakso yang menarik, nilai gizi tinggi, memiliki nilai fisiologi bagi tubuh, serta terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. 1.3 Batasan Masalah Karena adanya keterbatasan waktu maka penelitian dilakukan hanya untuk mengetahui pengaruh subsitusi ikan tongkol dengan jamur tiram terhadap nilai organoleptik, kadar protein dan kadar serat pada bakso serta daya terima panelis. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Apakah bakso yang disubsitusikan dengan ikan tongkol dan jamur tiram dapat diterima oleh mayarakat? 2. Bagaimana tingkat kesukaan masyarakat terhadap bakso yang terbuat dari subsitusi ikan tongkol dan jamur tiram? 3. Bagaimana komposisi zat gizi bakso terutama protein dan serat yang terbuat dari subsitusi ikan tongkol dan jamur tiram? 6

1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh substitusi ikan tongkol dengan jamur tiram (Pleurotus Spp) terhadap daya terima masyarakat dari aspek (warna, aroma, rasa, tekstur) serta kandungan protein dan serat pada bakso. 1.5.2 Tujuan Khusus 1. Mencari formula yang tepat dalam pembuatan bakso dengan subsitusi ikan tongkol dan jamur tiram. 2. Mengetahui pengaruh substitusi ikan tongkol dengan jamur tiram (Pleurotus Spp) terhadap tingkat kesukaan pada rasa bakso. 3. Mengetahui pengaruh substitusi ikan tongkol dengan jamur tiram (Pleurotus Spp) terhadap tingkat kesukaan pada warna bakso. 4. Mengetahui pengaruh substitusi ikan tongkol dengan jamur tiram (Pleurotus Spp) terhadap tingkat kesukaan pada aroma bakso. 5. Mengetahui pengaruh substitusi ikan tongkol dengan jamur tiram (Pleurotus Spp) terhadap tingkat kesukaan pada tekstur bakso. 6. Mengetahui pengaruh substitusi ikan tongkol dengan jamur tiram (Pleurotus Spp) terhadap mutu hedonik bakso. 7. Mengetahui kadar protein dari bakso dengan subsitusi ikan tongkol jamur tiram yang terbaik 8. Mengetahui kadar serat dari bakso dengan subsitusi ikan tongkol jamur tiram yang terbaik 7

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Penulis Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis di bidang Ilmu Teknologi Pangan sehingga mampu memanfaatkan jamur tiram sebagai bahan substitusi pembuatan bakso dan pemanfaatan ikan tongkol sebagai pengganti daging sapi sebagai bahan dasar dalam pembuatan bakso serta penganekaragaman pengolahan ikan tongkol dan jamur tiram. 1.6.2 Bagi Masyarakat Diharapkan dapat memberi informasi dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan jamur tiram sebagai bahan subsitusi dan ikan tongkol sebagai bahan dasar pengganti daging sapi pada bakso serta penganekaragaman pengolahan. Dan dapat menjadi salah satu pilihan makanan yang bergizi dan sehat. 1.6.3 Bagi industri Dapat menjadi sebuah inovasi baru dalam menciptakan produk-produk bekualitas yang memnfaatkan sumber hayati disekitar. 1.6.4 Bagi Ahli Gizi Diharapkan dapat menambah informasi tentang penggunaan ikan tongkol dan jamur tiram sebagai bahan baku pada pembuatan bakso. 8