BAB I PENDAHULUAN. dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap. Tabel 1. 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sektor pajak merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. kepada negara, maka negara menetapkan perpajakan sebagai salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. nasional berasal dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70% dari

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembangunan negara (Soemitro dalam Handayani dan Supadmi, 2012). Salah

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional. merupakan kegiatan yang akan terus-menerus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak saat ini berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali di Indonesia. Dari hari- kehari pengaruh globalisasi semakin kuat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

Bab I: Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan warganya, pembangunan menentukan negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Belanja negara(apbn) berasal dari sektor pajak, maka tidak dapat dipungkiri bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB I PENDAHULUAN. oleh Wajib Pajak akan masuk ke kas negara, kemudian melalui Undang-Undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. pajak ini sangat berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan. Tiap tahunnya, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber pendapatan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. pembayar pajak, dan (2) melakukan ketentuan perpajakan secara seragam untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Undang-Undang Negara. kewajiban perpajakannya (John Hutagaol, 2007:275).

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk kelangsungan sistem pemerintahan suatu negara. Pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. paling populer bagi negara. Hal ini terjadi akibat pengaruh pergeseran penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara sekitar 70-80%.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini peranan pajak sebagai tulang punggung penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan dan pembangunan di negara kita ini, tentu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tumpuan bagi pembangunan suatu negara. Penerimaan pajak

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan modernisasi perpajakan melalui penerapan e-spt dan e-filing diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat baik dari segi materill maupun spiritual. Merealisasikan tujuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang masih giat melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terus melakukan

BAB I PENDAHULUAN. oleh penerimaan negara yang bersumber dari pajak. Pajak dipungut oleh negara baik

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Daftar Penerimaan Pajak Negara. Penerimaan Sektor Pajak (dalam milyar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Telah diketahui pada umumnya negara yang memiliki administrasi. saat ini bertumpu pada pajak dalam membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional diperoleh dari pendapatan sektor pajak. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal (Nasucha, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber penerimaan Negara, pajak memberi kontibusi terbesar

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari ekspor dan berbagai jenis bantuan dari luar negeri masih dirasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pemerintahan karena jumlahnya relatif stabil. Dari sektor pajak diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu komponen penting dan sumber utama pada penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. dapat terselesaikan dengan cepat, mudah dan praktis. Konsep inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari dalam negeri. Pajak merupakan salah satu yang menjadi sumber

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan negara tersbesar ini dapat dilihat dalam RAPBN sebesar Rp

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak. pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara.


BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah dari sektor perpajakan. Pajak adalah salah satu sumber penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun persentase

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pemerintah, pembangunan maupun

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya. Guna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional secara merata di berbagai penjuru daerah di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan dominan dalam pos penerimaan negara (Suryadi,2006).

BAB I PENDAHULUAN. yang terbesar.pengeluaran Pemerintah yang semakin besar dalam pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penerimaan pajak memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mengamankan penerimaan anggaran negara dalam APBN setiap tahun. Sekitar 75

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam nya membutuhkan anggaran yang sangat besar. Anggaran-anggaran

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. negara yaitu baik dari segi pembangunan masyarakat, kesejahteraan, keamanan

BAB I PENDAHULUAN. macam kemudahan, kecepatan akses informasi, efektifitas dan efisiensi pekerjaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian bangsa. Menurut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sumber pendapatan negara terbanyak didapat dari sektor perpajakan, maka tidak dapat dipungkiri bahwa pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan negara dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut. Tabel 1. 1 Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara (Milyar Rupiah) Tahun Penerimaan Negara Penerimaan Pajak Persentase 2009 848,763 619,922 74% 2010 995,272 723,307 73% 2011 1,210,600 873,874 73% 2012 1,338,110 980,518 74% 2013 1,502,005 1,148,365 77% Sumber : Badan Pusat Statistik (Diolah Kembali oleh Penulis) Dari tabel diatas jelas terlihat bahwa penerimaan pajak selalu memberikan kontribusi lebih dari 50% penerimaan dari tahun ke tahun meskipun persentase kontribusinya fluktuatif. Meskipun demikian, penerimaan pajak tetap menjadi penerimaan terbesar negara dibandingkan dengan penerimaan lain setiap tahunnya. 1

2 Data yang ada di Direktorat Jenderal Pajak menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun, jumlah Wajib Pajak terdaftar mengalami peningkatan yang diharapkan mampu mengoptimalkan penerimaan keuangan negara dari sektor perpajakan. Lebih lanjut, pertumbuhan jumlah Wajib Pajak dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. 2 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 WP Badan 1.608.337 1.760.108 1.929.507 2.136.014 2.218.573 WP Orang Pribadi 13.861.253 16.880.649 19.881.684 22.131.323 23.082.822 WP Bendahara 441.986 471.833 507.882 545.232 555.995 Jumlah 15.911.576 19.112.590 22.319.073 24.812.569 25.857.390 Sumber : Direktorat Jenderal Pajak (Diolah Kembali oleh Penulis) Seiring dengan bertambahnya jumlah Wajib Pajak yang terdaftar, penerimaan keuangan negara dari sektor perpajakan diharapkan dapat mencapai target. Akan tetapi pada kenyataannya, peningkatan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar dari tahun ke tahun tersebut masih belum bisa mengoptimalkan jumlah penerimaan pajak yang telah di targetkan. Hal ini terjadi dikarenakan masih banyaknya ketidakpatuhan dari Wajib Pajak itu sendiri. Ketidakpatuhan tersebut dapat diukur dari masih adanya gap antara jumlah Wajib Pajak terdaftar yang wajib melaporkan SPT dengan jumlah SPT yang disampaikan. Adanya gap antara jumlah Wajip Pajak terdaftar wajib SPT dengan jumlah SPT yang disampaikan tersebut mengakibatkan rasio kepatuhan Wajib Pajak dari tahun ke tahun tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya bahkan relatif lebih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.

3 Tabel 1. 3 Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 WP Terdaftar Wjib SPT 6.341.828 9.996.620 14.101.933 17.694.317 17.659.278 SPT Tahunan 2.097.849 5.413.114 8.202.309 9.332.626 9.482.480 Rasio Kepatuhan 33,08% 54,15% 58,16% 52,74% 53,70% Sumber : Direktorat Jenderal Pajak (Diolah Kembali oleh Penulis) Dari data tersebut bisa dilihat bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance) dalam memenuhi kewajiban perpajakan masih sangat rendah. Menurut Chaizi Nasucha dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:139), kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Administrasi perpajakan diduga sebagai penyebab rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia yang berdampak pada tidak optimalnya penerimaan pajak. Untuk menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor pajak. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak adalah dengan melakukan tax reform (Annisa Gama, 2011:2).

4 Williamson dalam Setiyaji dan Amir (2005:4), menyatakan bahwa reformasi perpajakan salah satunya meliputi adanya perbaikan di bidang administrasi yang diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan sukarela yang tinggi, kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan produktivitas aparat perpajakan yang tinggi. Menurut John Hutagaol (2007:10), salah satu perubahan dari reformasi perpajakan adalah dengan adanya Kantor Pajak Wajib Pajak Besar yang merupakan model administrasi kantor pajak modern yang pengelolaan administrasi perpajakannya menggunakan teknologi informasi. Modernisasi pajak melalui pelayanan perpajakan berbasis teknologi informasi yang tepat merupakan salah satu solusi yang tidak hanya dapat memberikan pelayanan yang cepat, berkualitas, dan handal melainkan juga mendukung terciptanya penyederhanaan sistem perpajakan dan membantu terwujudnya good governance. Salah satu perubahan mendasar yang berkaitan dengan modernisasi pajak melalui pelayanan perpajakan berbasis teknologi informasi adalah dengan dikeluarkannya Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-88/PJ/2004 tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan secara Elektronik dan kemudian pada tanggal 12 Januari 2005 Direktorat Jenderal Pajak mengeluarkan kembali surat keputusan KEP-05/PJ/2005 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik (e-filing) melalui perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) (laporpajak.com). Perubahan tersebut meliputi pelayanan kepada Wajib Pajak dari yang semula Wajib Pajak harus menyampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

5 secara langsung, sekarang ini penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) dapat dilakukan secara online di mana saja dan kapan saja. Penggunaan e-filing ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat proses pelaporan lebih mudah serta untuk mengurangi waktu yang diperlukan dalam pelaporan SPT bagi Wajib Pajak (Dr. Meenal dan Ms. Ginni Garg, 2012:1). Sementara di sisi lain dari peningkatan pelayanan kepada Wajib Pajak masing-masing departemen ada permasalahan di lapangan kerja yaitu Wajib Pajak harus tetap menyerahkan formulir induk SPT secara manual terutama halaman yang berisi tanda tangan karena di Indonesia belum ada kesepakatan antara Direktorat Jenderal Pajak dengan Wajib Pajak tentang keabsahan tanda tangan dijital (Iim Ibrahim Nur, 2009:46). Selain itu, saat ini belum semua Wajib Pajak menggunakan e-filing karena mungkin Wajib Pajak belum mengetahui adanya e-filing atau mungkin Wajib Pajak belum bisa menerima sebuah teknologi baru dalam pelaporan pajaknya. Wajib Pajak mungkin masih menganggap bahwa penggunaan sistem komputer dalam pelaporan SPT sangat membingungkan dan menyulitkan, padahal pelaporan SPT secara komputerisasi memiliki manfaat yang lebih besar bagi Wajib Pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Perkembangan jumlah penggunaan e-filing dapat dilihat dari tabel berikut.

6 Tabel 1. 4 Jumlah Wajib Pajak yang Menggunakan E-filing Tahun Diterimanya SPT 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah SPT Tahunan 2.097.849 5.413.114 8.202.309 9.332.626 9.482.480 Jumlah WP yang menggunakan e- filing 1.619 2.427 4.941 9.850 21.799 Sumber : Direktorat Jenderal Pajak (Diolah Kembali oleh Penulis) Dari tabel di atas terlihat bahwa dalam lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2008 sampai 2012 jumlah Wajib Pajak yang menggunakan e-filing masih sangat rendah. Menurut Ratih yang dikutip dari Gita Gowinda (2010:4), jika partisipasi Wajib Pajak dalam penggunaan e-filling masih rendah maka akan mengakibatkan return yang diterima Direktorat Jenderal Pajak (DJP) juga rendah. Hal ini akan merugikan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang sudah mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk menciptakan sistem informasi yang lebih baik demi memberikan kemudahan dalam administrasi perpajakan. Return yang rendah ini mengindikasikan bahwa sistem informasi yang telah dibuat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) belum efektif. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi secara intensif atas diberlakukannya e-filling oleh Pemerintah, khususnya Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang kemudian hasilnya akan dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul : Pengaruh Penerapan Sistem E-filing Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang

7 1.2 Identifikasi Masalah 1. Bagaimana penerapan sistem e-filing di KPP Pratama Sumedang. 2. Bagaimana tingkat kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Sumedang. 3. Apakah penerapan sistem e-filing berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Sumedang. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui penerapan sistem e-filing di KPP Pratama Sumedang. 2. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Sumedang. 3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem e-filing terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Sumedang. 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Bagi Direktorat Jendral Pajak, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan umpan balik untuk meningkatkan pelayanan bagian sistem informasi dan pemeliharaan sistem informasi yang bersangkutan untuk mengembangkan aplikasi e-filing selanjutnya. 2. Bagi Wajib Pajak, sebagai sebuah wacana yang berfungsi untuk menambah informasi dalam bidang perpajakan, terutama untuk meningkatkan kesadaran serta kepatuhan sebagai Wajib Pajak bahwa pajak yang dibayar merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi untuk kemandirian Negara yang berfungsi untuk membiayai pembangunan dan kegiatan pemerintahan untuk kemajuan dan kemakmuran rakyat.

8 3. Bagi penulis, menambah pengetahuan tentang pengaruh sistem e-filing terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam mencapai target penerimaan kas negara melalui pelayanan pajak yang optimal. 4. Bagi pihak lainnya, sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengetahui dan menambah wawasan tentang penerapan sistem e-filing terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. 1.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang Jl. Ibrahim Adjie No. 372 (d/h Jalan Kiara Condong) Bandung. Telepon : 7333256 1.5.2 Jadwal Penelitian Adapun waktu persiapan dan pelaksanaan penelitian yaitu pada tanggal 13 Oktober 2014 sampai dengan 14 November 2014.