ABSTRACT. Perancangan Kawasan Lindung. yang digunakan adalah Arc View 3.2 dan erdas Imagine 8.5.



dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PENATAGUNAAN LAHAN DI DAS ULAR SUMATERA UTARA

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (LAND COVER CHANGES IN WAY KAMBAS NATIONAL PARK)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

4 Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan

ANALISA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG NANING KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Lindung Definisi kawasan lindung Kriteria dan klasifikasi kawasan lindung

I. PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa suaka margasatwa, adalah

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

I. PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H.

Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Berdasarkan Fungsinya Tahun 2003 s/d Tahun 2003 (Ha)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA DEGRADASI HUTAN MANGROVE PADA KAWASAN WISATA TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

III. METODE PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN PROPINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. suatu sistem, dimana bagian-bagian tugas negara diserahkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

STUDI PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN INTERPRETASI CITRA QUICKBIRD

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 44/Menhut-II/2012 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMETAAN ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN UNTUK KAWASAN FUNGSI LINDUNG DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS

III. BAHAN DAN METODE

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI

ANALISIS PENATAAN RUANG KAWASAN LINDUNG KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN APLIKASI GIS DAN REMOTE SENSING

PEMBENTUKAN WILAYAH KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

12. Tarigan, Robinson Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara : Jakarta. 13. Virtriana, Riantini. 2007, Analisis Korelasi Jumlah Penduduk

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2015

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha)

Prediksi Spasial Perkembangan Lahan Terbangun Melalui Pemanfaatan Citra Landsat Multitemporal di Kota Bogor

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PENENTUAN BLOK PENGELOLAAN CAGAR ALAM TANGKOKO CAGAR ALAM DUASUDARA DENGAN PENDEKATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) ABSTRACT

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

Tekanan Penduduk dan Trend Perubahan Penggunaan Lahan Potensial untuk Pertanian di Kota Singkawang Kalimantan Barat

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

ANALISIS SPASIAL DEGRADASI DAN DEFORESTASI KAWASAN HUTAN UNTUK PERENCANAAN PENGGUNAAN RUANG DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TESIS. Oleh

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

Overlay. Scoring. Classification

Oleh: Tarsoen Waryono **)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ida Arianingsih 1 dan Fadjar Pambudhi 2

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.62/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

Transkripsi:

lledia Konservasi Vol. IX No. I, Januari - Juni 2004 : 9 - l5 EVALUASI KAWASAN LINDUNG DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT TM TAHUN 2OO1 DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS DI WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT) levaluation of Protected Area (Ising Image of Landsat TM Year of 2001 and Geographic Information System (A Cose Study in Regency of Sukabumi, West Java Province)l FRANDos HopER Hureunurr), RTNEKSo Sogrrr,te.nt2) DAN LILIK Buu PnRsEtvo2) t) Aluornu,, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB 1) Stal'Pengalar Departen'ten Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakttltas Kehtttanan IPB ABSTRACT Beginning at 2001 central government delegatetl uuthorityfor natural resources management to regency level as an aulonomic governmenl syslem. Hoy,ever, some O)pes of protected area managemenl remains under authorily of central government, vthereas olhers are decentralized lo regency. ConcerningecologicalJunctions, Regency ofsukabumi plays essenlial roles both in conserving representative ofremainingjavan mountain ecosyslems and biodiversity, as well as hyclrologicalfunctions. under the new policy system, therefore, we \vould like to examine reduction ojjorest land cover, patticularly upon prolected area in the regency. Finally we then recommend developing an ideal prolecled area designation based on formal criteria from President Decree No. 32/1 gg0 and Decree of Ministry of Agriculture No. 837/1 980. Existing protected area covers 9,5796 of teftestrial ecosystems in the regency' including t 9,674.09 ha oj natural forests, and 3,307.59 ha oj estate with yarious species of plantation. Refers to both legal decrees, the ideal protecled area should be esrablished in the Regency of Sukabumi. is about t00,767.78 ha. In apptying such ideal protected area in Sukabumi Regency, there might encounter some problems, including land tenure, institutional, and social-ciltural of ntral upland society. Hoit'ever, mandgement of protecled drea in Sukabumi Regency has to be conducted by proper institutions with clear authority boundary among them. Keyrords; protected area, land cover, management duthority. PENDAHULUAN Dalam pemanfaatan ruang sebagai suatu kesatuan ekosistem dalam rangka penyelenggaraan pembangunan membutuhkan faktor penyeimbang terhadap dampak negatif yang mungkin muncul di lingkungan. Hal ini dituangkan dengan penetapan kawasan lindung (protected area) seperti yang telah diatur dalam Kepres No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan termuat juga dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya serla undang- Undang No. 4l tahun 1999 tentang Kehutanan. Kondisi sumberdaya alam Kabupaten Sukabumi saat ini menunjukkan adanya beberapa kasus perusakan dan pencemaran yang mengakibatkan munculnya lahan-lahan kritis. Lahan-lahan kritis yang muncul ini identik dengan perubahan penutupan lahan yang cenderung berdampak negatif, maka kawasan lindung merupakan obyek yang penting untuk diperhatikan menyangkut ancalnan dari perubahan fungsi kawasan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Kabupaten Sukabumi sebagai daerah otonom, dituntun berperan aktif dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan lindung melalui rencana tata ruang daerah yang dipandu tata ruang nasional. Namun seringkali dalam rencana tata ruang tersebut, termasuk dalam penetapan kawasan lindung, tidak sesuai dengan peruntukannya sehingga dalam penetepan kawasan yang dihasilkan adalah kawasan lindung yang tidak memadai Untuk itu, evaluasi kawasan lindung yang aktual di Kabupaten Sukabumi perlu dilaksanakan karena penting dalam menentukan kebijakan terhadap keberadaan kawasan lindung dan rencana tata ruang daerah yang lebih luas untuk mencapai pembangunan kawasan lindung yang ideal. METODE Perancangan Kawasan Lindung Perancangan kawasan lindung legal formal dilakukan berdasarkan Keppres No. 32 tahun 1990 dan SK Menteri Pertanian No. 837 tahun 1980. Kriteria yang digunakan adalah jenis tanah, indeks curah hujan tahunan (ICHT), ketinggian tempat (elevasi), kemiringan lereng (slope), sempadan sungai dan sempadan pantai. Software yang digunakan adalah Arc View 3.2 dan erdas Imagine 8.5. Analisis Data Analisis data yang dilakukan adalah membandingkan peta distribusi kawasan lindung aktual di Kabupaten Sukabumi dengan peta kawasan lindung legal formal. Pembanding antara kawasan lindung aktual dengan kawasan lindung legal formal dilakukan dengan metode tumpang

Evaluasi Kawasan Lindung dengan Menggunakan Citra Landsat TM tindih (overlay). Dari proses ini akan didapat kesenjangan (gap) antar keduanya. Cap yang muncul didapat dari analisis penutupan lahan pada kawasan lindung total, kawasan lindung berdasar tipe ekosistem dan analisis kuantitas lanskap. Secara lengkap tahapan analisis data dari studi ini seperti terlihat pada Gambar l. Aspek Fisik Kawasan: Topografi, Jenis Tanah, Slope, Elevasi,CH Kawasan Lindung Berdasarkan Keppres No. 32 / 1 990 Kawasan Lindung Legal Formal Penutupan lahan Tipe ekosistem Patch Analyst Data Penunjang:. Kebijakan pengelolaan kawasan. Visi, misi, tupoksi, instansi terkait. RUTRW. Data Kependudukan Gambar l. Tahapan evaluasi kawasan lindung HASIL DAN PEMBAHASAN Penutupan Lahan Kabupaten Sukabumi Berdasarkan hasil interpretasi kenampakan citra satelit Lansat TM-7, menunjukkan luas Kabupaten Sukabumi diperkirakan 417610,35 ha dengan 12 kelas penutupan lahan, dengan komposisi seperti dalam Tabel I dan Gambar 2. Tabel l. Penutupan lahan Kabupaten Sukabumi tahun 2001 No Luas Jenis Penutupan Lahan Hektare Persentase (7o) I Hutan Alam 64525.14 15 45 2. Hutan Tanaman 14433,30 3,46 J. Ladang 100660.05 24.10 4. Kebun campuran 34657.47 8.30 5 Semak 40300.92 9.63 6. RumouVilalans 21685.68 5. l9 7. Perkebunan 61819.92 14.80 8. Sawah 40107,24 9.60 9. Lahan kosons 7432.20 1.78 10. Areal terhansun t3531.77 3.24 ll Tubuh air 3521.70 0.84 12. No data 14934.96 3.s8 Total 41761035 100,00 Gambar 2. Petapenutupan lahan Kabupaten Sukabumi l0

Media Konservasi Vol. IX No. l,.ianuari - Juni 2004 : 9 - l5 Evaluasi Kawasan Lindung Kabupaten Sukabumi Kepastian Kawasan Lindttng Kabupaten Sukabumi. Surat Keputusan dan ataupun peraturan perundangundangan yang lain dalam penetapan kawasan lindung merupakan aspek legal yang memiliki kekuatan hukum dalam memastikan status kawasan lindung. Kabupaten Sukabumi memiliki beberapa kawasan lindung yang terdiri dari taman nasional, suaka margasatwa, cagar alam, taman wisata alam dan hutan lindung seperti pada Tabel 2. Kepastian kawasan lindung ini telah dituangkan dalam Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Sukabumi. Tabel2. Kawasan konservasi di Kabupaten Sukabumi No Kawasan Konservasi Luas (Ha) SK Penetapan Kawasan I Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 6.800,00 SK Mentan No. I08 / Kpts /Um 1211979 tanggal l0 Februari 1979 2. Taman Nasional Gunung Halimun 8.514,38 SK Menhut No. 282 / Kpts / ll I 1992 tanggal 26 Februan 1992 J. Cagar Alam Cibanteng 441.00 GB (Besluit van den Gouverneur Generaal) tanggal 28 Mei 1925 No. 3 Staatblad No. 243 4. Cagar Alam Tangkuban Perahu 22,00 SK GB 21 - ll - 1930 No. l2 Stbt. No. 407 5. Suaka Margasatwa Cikepuh 8.127,50 SK Mentan No. 523 / Kpts I Um I 10 I 73 tanggat 20 Oktober 1973 6. Cagar Alam Sukamaya 30,50 sk GB tl -7-1979 No. 83 Srbl. No. 392 1 Taman Wisata Alam Sukamaya 16,00 SK Menhut No. 570 ikpts IIl1991 tanggal 24 Agustus 1991 8. Taman Wisata Alam Situgunung 100,00 Kondisi Kawasan Lindung Aktual dan Kawasan lindung Legal Formal Tabel 3 dan Gambar 3 menunjukkan sebagian besar kawasan lindung aktual maupun kawasan lindung legal formal banyak yang telah beralih fungsi untuk penggunaan lain. Pada kawasan lindung aktual kelas penutupan lahan berupa hutan alam hanya seluas 19674,09 ha atau sebanding dengan 49,24% dari total luas kawasan lindung aktual, sedangkan pada kawasan lindung legal formal, hutan alam mempunyai luas sebesar 37550,52 ha atau sebanding dengan 31,49% dari total luas kawasan lindung legal formal. Kawasan lindung aktual paling banyak dikonversi menjadi hutan tanaman yaitu sekitar 5059,35 ha atau sebanding dengan 12,66 % dari total luas kawasan lindung aktual, dan kawasan lindung legal formal lebih banyak dikonversi menjadi ladang sebesar 19727,19 ha atau sebanding dengan 16,54% dari total luas kawasan lindung legal formal (Tabel4). Konversi lahan ini banyak disebabkan tingginya interaksi masyarakat terhadap kawasan lindung dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup karena masih adanya pandangan masyarakat terhadap kawasan lindung sebagai sumberdaya open access. Selain itu faktor sejarah, terutama pada zaman penjajahan kolonial Belanda, juga banyak belpengaruh terhadap kasus ini. Hal ini menyangkut adanya kebijakan pemerintah terhadap kawasan yang belum dibebani hak usaha menjadi milik negara dan kawasan sudah dibebani hak usaha akan tetap pada fungsi sebelumnya, sedangkan pada waktu itu banyak kawasan budidaya yang berada pada kawasan lindung. Tabel 3. Luas kawasan lindung aktual dan kawasan lindung legal formal No Kawasan Lindung Luas (Ha) Persentase (7o) I Kawasan lindung aktual 39952,17 9,57 2.. Kawasan lindung legal formal fi9233,98 28,55.\ 1-<

Evaluasi Kawasan Lindung dengan Menggunakan Cita landta! :u Gambar 3. Perbandingan kawasan lindung aktual dengan kawasan lindung legal formal Tabel 4. Perbandingan penutupan lahan kawasan lindung aktual dengan kawasan lindung legalformal No Jenis Penutupan Lahan Kawasan Lidune Aktual Kawasan Linduns LesalFormal Luas (Ha) % Luas (Ha) % I Hutan Alam 19674,09 49.24 31s50.52 31.49 2. Hutan Tanaman 50s9.35 12.66 7950,60 6,67 J. Ladang 2439.27 6,1 I 19727,19 16,54 4. Kebun camduran 668,61 t.67 5 10s.88 4 5. Semak 3141,90 7.86 9471.69 7,94 6. Rumput/ilalans 1170.63 2,93 4115,07 3,45 7. Perkebunan 3307,59 8.28 17439.84 14.63 8. Sawah 657.99 I.65 4722.30 3,96 9. Lahan kosons 499,32 1.25 t473.57 10. Areal terbangun 302.58 0.76 t433.97 1,20 1l Tubuh air 160,20 0.40 1001.88 0 t2 No data 2870.64 '7.19 9241.47 7.75 Total 39952.17 100.00 119233.98 100.00 Keterwakilan Ekosistem pada Kswasqn Lindung Pembagian tipe-tipe ekosistem Kabupaten Sukabumi, merujuk pada klasifikasi yang didasarkan pada tempat terlihat pada Tabel 5. ketinggian Tabel 5. Pembagian tipe ekosistem kawasan lindung No. Tipe Ekosistem Luas Total (Ha) Kawasan Lindung Aktual(Ha) Kawasan Lindung Legal Formal (Ha) I Low Land (0-500 mdpl) 236076,57 13407,84 57055,32 2. Collin zone (500-1000 mdpl) 151445,07 9947,16 39110,67 Pegunungan (1000-2000 mdpl) 27111,99 14779,8 20706,57 4. Hutan pegunungan (> 2000 mdpl) 2376,72 1817,37 2361,42 Total 4t 7610,35 39952,17 I 19233,98 t2

Media Konservasi Vol. IX No. I, Januari - Juni 2004 : 9 - l5 Nilai Kuantitatif Elemen Lanskap Kawasan Lindung Kabupaten Sukabumi Luasan kawasan lindung legal formal lebih besar dibandingkan dengan luas kawasan lindung aktual (Tabel 6). Hal ini juga ditunjukkan jumlah (NUMP) kawasan lindung legal formal (18309,00 buah) jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah (NUMP) kawasan lindung aktual (26 buah). Jumlah kawasan lindung legal formal dalam ukuran kecil banyak terdapat pada bagian Selatan dan bagian Barat Kabupaten Sukabumi. Hal ini mempengaruhi rata-rata ukuran patch (MPS) kawasan lindung, yang menyebabkan MPS kawasan lindung legal formal (6,52 ha) jauh lebih besar dibandingkan dengan MPS kawasan lindung aktual (1536,90 ha).perbedaan ini banyak dipengaruhi oleh faktor kelerengan (40%) yang menyebabkan munculnya kawasan lindung legal formal dengan jumlah yang besar namun ukuran rata-ratanya yang lebih kecil dibandingkan dengan kawasan lindung aktual. Nilai indeks rata-rata ukuran (MSI) kawasan lindung legal formal lebih kecil dibandingkan dengan MSI kawasan lindung aktual, artinya adalah bentuk kawasan lindung legal formal lebih membulat dibandingkan dengan kawasan lindung aktual. Namun jika dilihat dari nilai rata-rata dimensifraktal dari patch (MPFD) kawasan lindung legal formal (1,06), bentuknya lebih tidak teratur dibandingkan dengan kawasan lindung aktual dengan nilai MPFD yang lebih kecil (1,04). Data ini menunjukkan bahwa dari segi bentuk dan jumlah, distribusi dan tata letak, kawasan lindung aktual lebih baik dibandingkan dengan kawasan lindung legal formal, namun dari segi luas dan jumlah, kondisi kawasan lindung legal formal lebih diharapkan. Interaksi Kehidupan Sosial Masyarakat dengan Kawasan Lindung dan Pengaruhnya terhadap Perubahan Lahan Kawasan Lindung. Jumlah penduduk di Kabupaten Sukabumi berdasarkan data tahun 2000 sebesar 2.014.917 jiwa dengan pertumbuhan penduduk mencapai16.964 jiwa pertahun. Struktur penduduk dengan mata pencaharian dalam bidang pertanian sebesar 912.422 jiwa atau 45,73% dari total jumlah penduduk dengan kontribusi terbesar terhadap peningkatan PRDB sebesar 33,69Yo. Hal ini mengindikasikan bahwa sumberdaya lahan merupakan faktor yang sangat penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sebagian besar masyarakat Kabupaten Sukabumi dan kondisi demikian ini menyebabkan sering terjadinya perambahan dan penguasaan lahan oleh masyarakat termasuk di kawasan Iindung. Hak penguasaan semacam ini terus berlanjut hingga saat ini dan semakin tidak terkendali karena telah mencakup hak-hak individu dan kelompok, dan biasanya berasal dari hubungan-hubungan yang sudah terjalin lama antara masyarakat lokal dengan sumberdaya alam di sekitar atau di dalam kawasan lindung. Tabel 6. Nilai kuantitatif lanskap kawasan lindung Kabupaten Sukabumi No Level Kelas Satuan Kawasan Lindung Aktual Legal Formal I CA (Class Area) Hektar 39959,52 r 19283,01 2. NUMP (Number of Patch) Buah 26,00 18309.00 3. MPS (Mean Patch Size) Hektar 1536,90 6,52 4. MSI (Mean Shape Index) Konstanta t,34 1,29 5. MPFD (Mean Patch Fractal Dimension) Konstanta I,04 1,06 Institusi Pengelolaan Kawasan Lindung di Kabupaten Sukabumi Dari hasil analisis visi-misi dan tupoksi instansiinstansi yang terkait dengan dengan pengelolaan kawasan lindung di Kabupaten Sukabumi, diketahui bahwa Dinas Kehutanan, Balai Taman Nasional Gunung Gede- Pangrango (TNGP), Balai Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) dan Perum Perhutani telah memuat aspek penetapan, pengelolaan dan pengawasan dalam visimisi dan tupoksinya. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah aspek manajemen kawasan lindung Dinas Kehutanan (Pemerintah Daerah), BTNGP, BTNGH, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) (sebagai Pemerintah Pusat) dan Perum Perhutani dalam visi, misi dan tupoksinya hanya terbatas pada wilayah kerja dari tiap-tiap instansi tersebut sehingga tidak memberikan gambaran manajemen kawasan lindung di Kabupaten Sukabumi secara keseluruhan. Artinya tidak ada instansi yang memiliki otoritas terhadap pengelolaan kawasan lindung di Kabupaten Sukabumi. Tabel 7 juga menggambarkan bahwa tidak ada satupun instansi yang memiliki kewenangan dalam penetapan kawasan perlin-dungan setempat dan kawasan rawan bencana alam, hal inilah yang mengakibatkan kedua kategori kawasan lindung ini tidak terdapat di Kabupaten Sukabumi. 13

Tabel 7. Aspek manajemen instansi yang terkait dengan kawasan No Kategori Kawasan Lindung Kawasan Yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya 2. Kawasan perlindungan setempat 3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya 4. Kawasan rawan bencana alam Aspek Manajemen Dinas Kehrrtanan PenetaPan { Pengelolaan { Monitoring { PenetaPan Pengelolaan Monitoring PenetaPan Pengelolaan Monitoring PenetaPan Pengelolaan Monitoring Evalrtasi Kattasan Lindung dengan lvlenggtnakan Ciir:.':'':-: - ' Iindung berdasarkan analisis visi, misi dan tupoki Instansi vang Diberi Ke BPSDA BTNGP BTNGH 'v d { T Sub Balai KSDA.J { { { { { { Perum Perhutant Keterangan : BPSDA ": Balai Pengelolaan Sumber Daya Air RTNGP : Balai Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango BTNGH : Balai Taman Nasional Gunung Halintun KSDA : Konservasi Sumber DaYa Alam BLH : Biro Lingkungan HiduP Dinas Kehutanan mempunyai kewenangan untuk p.ngjoiuun kawasan hutan, namun hanya terbatas pada penletotaan hutan rakyat dul hutan lindung' Biro Linltrngu, Hidup (BLH) merupakan instansi yang memuat p."rg"*urun dulu* pe'gtloluu' kawasan lindung di "rpil [iuup*.n" Sukabumi namun-kenyataannya lebih banyak i"irofrt pada pengelolaan dan pengawasan kawasan r.rnfujun'pantai. B-alai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPbDA) hanya memuat aspek pengelolaan pada kawasan perlindungan setempat, itupun hanya terbatas.pada kawasan ;;;;;r"sungai, sehingga secara.umum tidak merniliki kewenungan dalam pengelolaan saiah satu kategori kawasan lindung. H"al yang juga perlu diperhatikan adalah aspek manuiemen ti*^ui lindung BTNGP, BTNGH' BKSDA it.u"g"i Pemerintah Pusat) din Perum Perhulani dalam visi' *iri iu, tupoksinya hanya terbatas pada wilayah kerja dari tiap-tiap instansi tersetut sehingga tidak. memberikan gambaiun tnanajemen kawasan lindung di Kabupaten Sukabumi secara keseluruhan' Visi, misi dan tupoksi Dinas Kehutanan dan BLH terlihat lebih luas cakupannya dalam pengelolaan kawasan lindung di Kabupaten Sukabumi' Namun fakta di Kabupaten Sukabumi menunjukkan bahn ' Dinas Kehutanan hanya mempunyai kewenangan unrui p."g"f"f"r" hutan rakyat dan hutan lindung' sedangkan blfr t"uitt banyak teifokus pada pengelolaan sempadar pantai. Fakta yang menunjukkan fr ag.ment.as i kewenansart instansi-instanrl t"ituit dalam penge lolaan kawasan I indun e Ji-[uUupu,.n Sukabumi ini memberikan gambaran bahrta belum diterapkannya prinsip one plan,strat1gt yang baik untuk mencapai kawasan lindung legal formal' Konsepsi dan Arahan dalam ' Penetapan Oan fengelolaan Kawasan Lindung Legal Formal di Kabupaten Sukabumi Penetapan Kawasan Lindung Legal Formal Permasalahan yang muncul dalam rancangan kawasan lindung legal formal tersebut adalah besarnya jumlah kawasin tilaung dengan rata-ralaukuran yang sangat kecil' Hal ini akan rnenyebabkan tingginya tingkat fragmentasi habitat serta derajat isolasi yang besar' Untuk itu perlu adanya pembuatan zon a p enyan gga (b uffe r z o n e) y ang akan berfungii untuk menyatukan keterpisahan patch' memper-

Media Konservasi Vol. IX No. l, Januari - Juni 2004 : 9-15 kecil tingkat fragmentasi dan memperpendek derajat isolasi kawasan lindung. Kawasan lindung yang sudah dikonversi menjadi kawasan budidaya sebaiknya dikembalikan ke fungsi yang seharusnya (real function). Setelah ditentukan perencanaan kawasan lindung perlu untuk di jelaskal status hukumnya. Status hukum ini diharapkan mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan setiap faktor yang dapat mengurangi kualitas dan kuantitas kawasan lindung. Status hukum ini juga harus diberikan pada kawasan perlindungan setempat baik yang berwujud hutan, non hutan atau kawasan yang sudah dibudidayakan sebelumnya. Institusi Kebijakan dan Pemerintah Daerqh dalam Pengelolaan Kawasan Lindung Legal Formal Kawasan lindung legal formal perlu diimplementasikan di Kabupaten Sukabumi dengan terlebih dahulu melakukan penataan aspek institusional yang berkaitan dengan otoritas dan kewenangan dalam perencanaan, penetapan, pengelolaan, monitoring kawasan lindung sehingga tidak ada tumpang tindih program antar instansi terkait. Hal ini berarti adanya suatu kepastian instansi terkait mana yang memiliki wewenang dalam menetapkan kawasan lindung, mengelola dan mengawasi. Untuk mendukung kebijakan ini maka perlu juga ditetapkan instansi yang berkompetensi dalam pengelolaan kawasan lindung. Tujuannya adalah kejelasan wewenang dalam penentuan kebijakan dan pembuatan perangkat perundangan dan peraturan-peraturan daerah tentang pengelolaan kawasan lindung serta menghindari terjadinya tumpang tindih program yang berkaitan dengan kawasan lindung. KESIMPULAN Luas kawasan lindung aktual di Kabupaten Sukabumi sebesar 39952.17 ha (9,57Yo), jauh dibawah luasan kawasan lindung yang diharapkan berdasarkan UU No. 4ll1999. Pada kawasan lindung aktual kelas penutupan lahan berupa hutan alam hanya seluas 19674,09 ha (49,24Yo dari total luas kawasan lindung aktual), sisanya telah beralih fungsi menjadi kawasan budidaya yang didominasi penutupan lahan berupa perkebunan seluas 3307,59 ha (8,28%). Kawasan lindung legal formal yang didapat dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan dalam Keppres No. 32l 1990 dan SK Mentan No. 837/1980 seluas 100767,78 ha (24,13yo). Penutupan lahannya berupa hutan alam seluas 37550,52 ha (31,49Yo), sisanya telah menjadi kawasan budidaya yang didominasi penutupan lahan berupa ladang seluas 19727,19 ha (16,54 %). Kawasan seluas 57055 ha diantaranya berada pada tipe ekosistem low land. NUMP kawasan lindung ini sebanyak 18309,00 buah dengan MPS seluas 6,52 ha. Berdasarkan analisis hasil evaluasi, kawasan lindung legal formal lebih baik kondisinya dibandingkan dengan kawasan lindung aktual di Kabupaten Sukabumi. DAFTAR PUSTAKA Anonymous.2002. Peraturan perundangan kehutanan di era reformasi. RIEFDEXT. Bogor. Elkie, P. C., S. Robert & P. C. Angus. 1999. Patch analyst user's manual : a tool for quantifuing landscape structure. Northwest Science and Technology. Ontario. Howard, J. A. 1996. Penginderaan jauh untuk sumberdaya hutan (Terjemahan). Gajah Mada University Press. Jogyakarta. Lillesand, T. M & R. W. Kiefer. 1990. Penginderaan jauh dan interpretasi citra (Terjemahan). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Lo, C.P. 1995. Penginderaan jauh terapan (Terjemahan). UI-Press. Jakarta. MacKinnon, J. K. MacKinnon, G. Child & J. Thorsell. 1993. Pengelolaan kawasan yang dilindungi di daerah Tropika (Terjemahan). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Prahasta, E. 2001. Konsep-konsep dasar sistem informasi geografi s. Informatika. Bandung Ramdan, H. & Y. Mulyana. 2003. Konsepsi pengelolaan kawasan Lindung Jawa Barat. Alqaprint Jatinagor. Bandung. Sutanto. 1986. Penginderaan jauh. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. l5