BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. gliserol dengan tiga asam lemak. Orang dewasa mengonsumsi rata-rata sekitar 60

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kadar kolesterol total terutama Low Density Lipoprotein (LDL) dan diikuti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara penggorengan.kebutuhan akan konsumsi minyak goreng meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar

2016 PENGARUH BUBUK RIMPANG TEMU PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kemajuan jaman dewasa ini telah membuat sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

PENDAHULUAN. kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (sedentary lifestyle) dan kurangnya aktivitas olahraga (Tsujii, 2004). Salah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. 1

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

hayati ini dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan di kalangan masyarakat. Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisional merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. jenuh dan kurangnya aktivitas fisik menyebabkan terjadinya dislipidemia.

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. timbul dapat berupa peningkatan dari kadar kolesterol total, kadar low density

2015 PROFIL LIPID MENCIT HIPERLIPIDEMIA SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana manusia akan kehilangan daya imunitasnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kolesterol, dan disertai proliferasi miosit. Hal tersebut dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit penyebab kematian dan kesakitan pada masyarakat saat ini telah mengalami pergeseran yaitu dari penyakit infeksi (penyakit menular) menjadi penyakit metabolik dan degeneratif (penyakit tidak menular). Lebih dari 36 juta orang meninggal atau sekitar 63% dari seluruh kematian karena Penyakit Tidak Menular (PTM) setiap tahunnya. Penyakit kardiovaskular merupakan PTM nomor satu yang menyebabkan kematian. Kematian akibat penyakit kardiovaskular terutama disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan stroke yang diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2030 yaitu mencapai 23,3 juta kematian (Kemenkes RI, 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut, akan tetapi juga dapat menyerang usia yang lebih muda, dimana lebih dari 9 juta orang meninggal akibat penyakit tidak menular yang terjadi sebelum usia 60 tahun (Kemenkes RI, 2014). Faktor risiko utama adalah terjadinya perubahan gaya hidup masyarakat khususnya pola makan, dimana masyarakat saat ini lebih cenderung mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan karbohidrat, makanan rendah serat disertai dengan kurangnya aktivitas fisik sehingga menjadi faktor penting dalam peningkatan kadar kolesterol di dalam darah (Guyton, 2007). Hal-hal diatas didukung oleh survei lapangan yang dilakukan BPS tentang rata-rata konsumsi kalori per kapita per hari pada tahun 2013 dengan beberapa indikator kelompok makanan, dimana pada urutan 1

pertama ditempati oleh indikator makanan pokok (padi-padian) sebesar 869,36 kal/kapita/hari. Indikator makanan jadi menempati urutan kedua sebesar 288,27 kal/kapita/hari, kemudian diikuti pada urutan ketiga oleh indikator minyak dan lemak sebesar 231,08 kal/kapita/hari. Adapun indikator buah dan sayur menempati posisi terakhir yaitu sebesar 30,39 dan 36,71 kal/kapita/hari (BPS, 2014). Peningkatan kadar kolesterol akan diikuti dengan peningkatan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) di dalam darah yang merupakan faktor penting terjadinya aterosklerosis. LDL berfungsi membawa kolesterol ke seluruh tubuh. Akumulasi kolesterol akan diikuti oleh aktivitas radikal bebas yang dapat menyebabkan stres oksidatif di berbagai jaringan. LDL menjadi salah satu target yang akan mengalami stres oksidatif karena sifatnya yang mudah teroksidasi (Tomkin, 2012). Menurut Youngsan, LDL yang telah teroksidasi oleh radikal bebas lebih berbahaya dan berpotensi untuk membentuk lesi aterosklerotik (Winarsi, 2007). Sebaliknya, High Density Lipoprotein (HDL) memiliki sifat protektif terhadap aterosklerotik dengan mengeluarkan kolesterol dari jaringan dengan cara mengembalikannya ke hati. Selain itu, HDL juga memiliki kemampuan untuk melindungi LDL dari oksidasi (Tomkin, 2012). Hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular yang dapat dimodifikasi. Beberapa studi menunjukkan bahwa setiap penurunan kolesterol dalam LDL di plasma sebanyak 1 mg/dl, terjadi penurunan angka mortalitas penyakit jantung akibat aterosklerosis sekitar dua persen. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan pencegahan yang sesuai agar kadar kolesterol didalam plasma tidak melibihi batas normal. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya menjaga aktivitas fisik 2

dan mengurangi konsumsi lemak jenuh yang tinggi kolesterol, menghindari rokok dan menjaga berat badan ideal (Guyton, 2007). Penggunaan obat-obatan seperti statin sejauh ini efektif dalam menurunkan kolesterol. Akan tetapi, perlu diingat bahwa penggunaan statin atau obat anti kolesterol lainnya dalam jangka waktu yang lama dan dengan dosis tinggi dapat menimbulkan efek samping seperti gangguan pencernaan, skin rash, gangguan anxietas dan gangguan fungsi hati (Ganiswara, 2000). Oleh karena itu, selain dari modifikasi gaya hidup kita dapat mengkonsumsi zat alami untuk membantu menurunkan kadar kolesterol dan LDL dalam darah dengan efek samping yang minimal. Salah satu zat alami yang banyak dikonsumsi di Indonesia adalah madu. Madu merupakan produk lebah yang sudah lama dikenal memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Banyak peneliti yang sudah menemukan manfaat dari madu diantaranya sebagai antiinflamsi, antibakteri, antioksidan, kardioprotektif dan lainnya (Alvarez- Suarez, 2009). Madu memiliki komposisi yang berbeda tergantung dari sumber sari bunga (nektar) yang dimakan. Jika lebah yang menghasilkan madu mengambil makanan dari banyak sumber dan tidak ada tanaman dominan makan disebut madu multifloral atau poliflora, contohnya madu hutan. Madu hutan dihasilkan oleh lebah hutan (Apis dorsata) (Suranto, 2007). Berdasarkan penelitan Moniruzzaman (2013) pada beberapa jenis madu Malaysia, Madu Tualang yang berasal dari lebah hutan (Apis dorsata) memiliki senyawa fenolik serta kandungan flavonoid tertinggi dibandingkan jenis madu ternak lainnya serta Madu Tualang juga memiliki intensitas warna paling tinggi 3

yang mengindikasikan adanya pigmen flavonoid dan karoten sehingga menunjukkan tingginya potensi antioksidan pada madu tersebut. Madu mengandung senyawa yang memiliki sifat antioksidan diantaranya glukosa oksidase, asam aksorbat, produk reaksi Milliard, flavonoid, asam fenolat, katalase, peroksidase, karetenoid, dan non-peroxidal komponen (Bogdanov, 1997). Kandungan flavonoid pada madu akan menghambat aktivitas enzim 3-hydroxy-3- methyl-glutaryl-coa (HMG-KoA) reduktase sehingga menghambat biosintesis kolesterol dari sumber endogen (Ademosun, 2015). Selain flavonoid, β-karoten juga memiliki aktivitas sebagai inhibitor dari HMG KoA reduktase (Taylor, 2003). HMG KoA reduktase merupakan sasaran terapi obat kimia seperti golongan statin yang dapat menurunkan kadar kolesterol secara efektif (Murray, 2009). Penurunan biosintesis kolesterol akan menurunkan kadar kolesterol sehingga kadar LDL yang berfungsi sebagai transportasi kolesterol dan komponen lipid lainnya juga akan menurun. Flavonoid yang bertindak sebagai antioksidan juga akan mengurangi oksidasi dari LDL dengan cara berikatan dengan radikal bebas. Selain itu, madu juga dapat meningkatkan ekskresi kolesterol melalui garam empedu, sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol plasma (Alagwu et al., 2011). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian Madu Nigeria dapat menurunkan kadar kolesterol total di dalam plasma secara signifikan, meskipun terjadi peningkatan pada trigliserida dan VLDL (Alagwu et al., 2011). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa madu kelengkeng dan madu randu dapat mengurangi kolesterol dan Malondialdehyde (MDA) pada tikus putih yang hiperkolesterolemik (Inayah et al., 2012). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui 4

pengaruh pemberian madu hutan terhadap kadar LDL-Kol pada hewan coba tikus yang diberi diet tinggi kolesterol. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pemberian madu hutan terhadap kadar LDL-Kol tikus putih. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian madu hutan terhadap kadar LDL-Kol tikus putih. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui kadar LDL-Kol kelompok tikus putih kontrol negatif dan kontrol positif. 2. Mengetahui kadar LDL-Kol kelompok tikus dengan perlakuan diet tinggi lemak dan diet standar serta tikus perlakuan yang diberi madu hutan dan diet tinggi lemak. 3. Membandingkan kadar LDL-Kol kelompok tikus putih kontrol dan tikus perlakuan yang diberi madu hutan dan diet tinggi lemak. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Ilmu pengetahuan Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang pengaruh madu hutan terhadap kadar LDL-Kol. 5

1.4.2 Masyarakat Memberikan informasi bahwa madu hutan yang kaya antioksidan dapat menurunkan kadar LDL-Kol sehingga menjadi upaya preventif terhadap penyakit akibat hiperkolesterolemia. 1.4.3 Institusi Hasil penelitian ini dapat menjadi landasan teoritis mengenai pengaruh madu hutan terhadap kadar LDL-Kol. 1.4.4 Penelitian lain Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya. 6