FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MALNUTRISI PADA BALITA.

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGOLAHAN MAKANAN DENGAN STATUS GIZI BALITA

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

Kata Kunci : Pola Asuh Ibu, Status Gizi Anak Balita

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

FAKTOR RESIKO KEJADIAN KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) PADA BALITA (>2-5 TAHUN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI AUR KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG. Nonce Nova Legi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN ORANGTUA SERTA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KOTA DAN KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

HUBUNGAN PENDAPATAN, PENYAKIT INFEKSI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS GLUGUR DARAT TAHUN 2014

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

Jurnal Respati, Kesehatan, Vol. 2, No. 1, April 2012: 1 5 1

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH

KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI KEC. RATU SAMBAN KOTA BENGKULU. Zulkarnain

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP POLA ASUH IBU BALITA DI KABUPATEN BANYUMAS (Studi di Puskesmas Banyumas dan Puskesmas II Kembaran)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

EFEKTIVITAS PROGRAM PMT PEMULIHAN TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN PADA BALITA STATUS GIZI BURUK DI KABUPATEN BANYUMAS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA MULYOREJO, KEC.KRATON, KAB.PASURUAN.

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR ANAK DAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

HUBUNGAN EKONOMI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DI PUSKESMAS WONGKADITI KOTA GORONTALO. Heni PanaI. Polteknik Kesehatan Provinsi Gorontalo

Ika Sedya Pertiwi*)., Vivi Yosafianti**), Purnomo**)

Keywords: Anemia, Social Economy

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

World Hunger Organization (WHO), terdapat empat jenis masalah kekurangan. Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat

Henrika Hetti Gulo 1, Evawany 2, Jumirah 3. Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

PERAN IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENINGKATAN STATUS GIZI BALITA (Studi di Wilayah Puskesmas II Sumbang Kabupaten Banyumas)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang

GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA TANGKUP KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM BALI 2014

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS DAWE KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013

PENGARUH PENDIDIKAN IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI TK DHARMA WANITA KERJO KIDUL, NGADIROJO, WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

THE FACTORS ASSOCIATED WITH POOR NUTRITION STATUS ON TODDLERS IN THE PUSKESMAS PLERET BANTUL REGENCY YEARS Rini Rupida 2, Indriani 3 ABSTRACK

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOMPASO KECAMATAN TOMPASO

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI PUSKESMAS JAMBON KECAMATAN JAMBON KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014.

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI TK DHARMA WANITA PERSATUAN 2 TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM:

HUBUNGAN KELUARGA SADAR GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA MOPUYA SELATAN KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

HUBUNGAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN KECAMATAN RENGAT BARAT TAHUN 2012

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Balita (1-5 tahun) Di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu-Tuban

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Gizi Ibu

HUBUNGAN JUMLAH ANGGOTA KELUARGA, PENGETAHUAN GIZI IBU DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi pada anak pra sekolah akan menimbulkan. perbaikan status gizi (Santoso dan Lies, 2004: 88).

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA UMUR 3-5 TAHUN DI DESA PUTON KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BALITA

1 Universitas Indonesia

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

Gusti Kumala Dewi*, Eneng Yuli Santika**

Transkripsi:

ARTIKEL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MALNUTRISI PADA BALITA Andi Lis Arming Gandini 1), Umi Kalsum 1), Sutrisno 1) 1) Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim, Jl. Wolter Monginsidi Email : andilis20@yahoo.com Abstract Malnutrition is a condition inadequate or excessive of nutrition. One of the way to improve health level is by correcting society nutritional status on toodler especially which is form age category prone to nutrient problems. This research conducted in community health centers of Mariam river working area, anggana sub-district, district of Kutai Kartanegara. With research quantitative method and descriptive analytic research design with cross sectional approach. Large samples in this research is all of toddler who have less of nutrient and malnutrition affordable that meet inclusion and exclusion criteria. Factors mother s occupation status, mothers s level education, food production, economy factor, food consumption factor, and utilization of health services categorical scale does chisquare analysis. As for results of multivariate analysis after controlled by variable number of children in family, family total in the house and mothers s level education. There is relation between food consumption factor with toddler nutrition status it means that the unavailability of food by food production by family 16,2 times more likely to have toddler with malnutrition compared with productive family. Conclusion : children total factor, familiestotal, mother education, food consumption, economy, food production give contribution to the incidence malnutrition for toddler incommunity health centers of Mariam river working area, anggana sub-district, district of kutai karta Negara. Keywords : food consumption factor, economy, food production, health services, education, toddler nutrition. Abstrak Malnutrisi adalah kondisi dimana asupan gizi yang inadekuat atau berlebihan. Salah satu cara meningkatkan derajat kesehatan yaitu dengan memperbaiki status gizi masyarakat khususnya pada balita yang merupakan kelompok usia rawan terhadap masalah gizi. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara dengan metode penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriftif analitik dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan anaka balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk yang terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Faktor-faktor status bekerja ibu, tingkat pendidikan ibu, produksi pangan, faktor ekonomi, faktor konsumsi makanan, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang berskala kategorik dilakukan analisis chi square. Hasil analisis Multivariat setelah dikontrol oleh variabel jumlah anak dalam keluarga, jumlah anggota keluarga dalam rumah, dan tingkat pendidikan ibu. Terdapat hubungan antara faktor produksi pangan dengan status gizi balita artinya bahwa tidak tersedianya makanan dengan cara produksi pangan oleh keluarga 16,2 kali lebih besar untuk memiliki balita dengan gizi kurang/ buruk dibandingkan dengan keluarga yang produktif. Disimpulkan bahwa faktor jumlah anak, jumlah keluarga, pendidikan ibu, konsumsi makanan, ekonomi, produksi pangan memberikan konstribusi terhadap kejadian malnutrisi (gizi kurang/buruk) pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara. Kata Kunci : faktor konsumsi makan, ekonomi, produksi pangan, pelayanan kesehatan, pendidikan, gizi anak balita 90

PENDAHULUAN Malnutrisi (gizi kurang, gizi buruk) adalah keadaan asupan gizi yang inadekuat atau berlebihan (Dwijayanthi, 2011). Salah satu cara meningkatkan derajat kesehatan yaitu dengan memperbaiki status gizi masyarakat khususnya pada balita yang merupakan kelompok usia rawan terhadap masalah gizi (Sediaoetama, 2009). Permasalahan gizi merupakan masalah nasional yang harus segera ditangani. Permasalahan gizi utama di Indonesia dan dinegara berkembang antara lain kurang energi protein (KEP), anemia besi, gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), kurang vitamin A (KVA), dan masalah obesitas (Supariasa, 2009). Hasil Riset Kesehatan Dasar (2010), menunjukkan prevalensi status gizi balita (BB/U) di Indonesia yaitu gizi buruk sebesar 4,9%, gizi kurang sebesar 13%, gizi baik sebesar 76,2%, dan gizi lebih sebesar 5,8%. Prevalensi status gizi balita sebesar 3,9% atau sejumlah 17 ribu dari total 1,6 juta bayi bawah usia lima tahun (balita) di Kalimantan Timur mengalami gizi buruk. Gizi buruk tertinggi ada di Kabupaten Bulungan (8,7 persen) dan (0,8 persen) terendah di Kabupaten Berau (Tribunnews.com, 2014). Status gizi merupakan keadaan yang dapat menggambarkan gizi seseorang apakah tergolong gizi baik, gizi kurang, gizi buruk, atau gizi lebih. Data dari Puskesmas Sungai Mariyam tahun 2013 ada 5 balita gizi buruk di Desa Sungai Maryam, 2 balita dari Handil Terusan, 1 balita dari Muara Pantuan, sedangkan pada tahun 2014 jumlah balita Anggana tidak naik berat badannya ada 62 balita. Faktor-faktor penyebab gizi kurang dapat dilihat dari penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung meliputi asupan makanan dan penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung meliputi persediaan makanan di rumah, perawatan anak dan ibu hamil, dan pelayanan kesehatan. Adapun pokok masalah yang menyebabkan gizi kurang yaitu kemiskinan, kurang pendidikan, dankurang keterampilan, sedangkan akar masalah gizi kurang yaitu krisis ekonomi langsung Persagi (1999) dalam Supariasa (2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ferdous, et al (2003), Faktor yang signifikan berhubungan dengan malnutrisi yaitu keparahan penyakit, usia, tingkat pendidikan ibu, dan pendapatan keluarga. 91

Faktor-faktor penyebab gizi kurang dapat dilihat dari penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung meliputi asupan makanan dan penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung meliputi persediaan makanan di rumah, perawatan anak dan ibu hamil, dan pelayanan kesehatan. Adapun pokok masalah yang menyebabkan gizi kurang yaitu kemiskinan, kurang pendidikan, dan kurang keterampilan, sedangkan akar masalah gizi kurang yaitu krisis ekonomi langsung Persagi (1999) dalam Supariasa (2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ferdous, et al (2003), Faktor yang signifikan berhubungan dengan malnutrisi yaitu keparahan penyakit, usia, tingkat pendidikan ibu, dan pendapatan keluarga. Hasil penelitian Midyat (2011), menunjukkan anak-anak dari tingkat social ekonomi yang rendah, lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat, dan kurang mengkonsumsi protein dan lemak. Hasil penelitian Patodo (2012) menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu dengan status gizi. Analisis multivariate didapatkan pendapatan keluarga adalah faktor yang paling berhubungan dengan status gizi balita (OR=2,713). Semakin besar pendapatan keluarga maka semakin baik status gizi balita dan sebaliknya (patodo, 2012). Hasil penelitian permana (2011) menunjukkan pola asuh gizi, status ekonomi, pendidikan, dan pengetahuan gizi merupakan faktor yang berhubungan dengan status gizi pada balita. Analisis regresi logistic ganda menunjukkan faktor yang paling dominan mempengaruhi terjadinya status gizi kurang ialah pendidikan dengan nilai p= 0,012. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian deskriftif analitik dengan pendekatan cross sectional. Nursalam (2003), mendefenisikan cross sectional (hubungan dan asosiasi) adalah jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali, pada satu saat. Besar sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan anaka balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk yang terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian (Dharma, 2011). 92

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden No Karakteristik Min. Mak 1 Usia Ibu 21 46 2 Jumlah Anak 1 5 dalam Keluarga 3 Jumlah Anggota Keluarga 3 13 Tabel 2. Hasil seleksi bivariat untuk mendapatkan kandidat multivariat Variabel p- KandidatMultivariat value Usia Ibu 0,070 Masukdalam model Jumlah Anak dlm klg 0,025 Masukdalam model Jumlah Anggota klg dalamrumah 0,052 Masukdalam model Status BekerjaIbu 0,999 TidakMasukdalam model Tk.PendidikanIbu 0,009 Masukdalam model Faktor Ekonomi 0,330 TidakMasukdalam model Produksi Pangan 0,072 Masukdalam model Konsumsi TidakMasukdalam 0,999 Makanan model Pemanfaatan TidakMasukdalam Pelayanan 0,999 model Kesehatan Dari tabel 2 didapatkan bahwa terdapat lima variabel yang masuk kedalam model multivariat karena memiliki nilai p < 0,25. Kelima variable tersebut antara lain: Usia ibu, jumlah anak dalam keluarga, jumlah anggota keluarga dalam rumah, tingkat pendidikan ibu, dan produksi pangan. Sedangkan variabel-variabel yang tidak masuk ke dalam model multivariat antara lain: status bekerja ibu, factor ekonomi, konsumsi makanan, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Selanjutnya variabel-variabel yang memenuhi syarat untuk masuk kedalam model multivariat di analisis secara bersama-sama dengan menggunakan analisis regresi logistic berganda. Tabel 3. Model LengkapFaktorfaktor yang berhubungan dengan Status Gizi Balita (Gold Standard) P Exp (B) Variabel B Value (95% CI) Usia Ibu 0,015 0,886 1,015 (0,823 1,254) Jumlah anak 0,392 0,704 1,480 (0,197 11.139) Jml anggota -1,294 0,139 0,274 keluarga Tingkat Pendidikan Ibu (0,049 1,523) 4,129 0,077 62,092 (0,639 6032,97) Dari model lengkap di atas, selanjutnya mengeluarkan satu persatu variabel yang tidak signifikan dimulai dari variabel yang memiliki nilai p terbesar. Setelah satu persatu variabel yang tidak signifikan dikeluarkan dan dihitung perubahan Exp (B), maka didapatkan model akhir multivariatnya sebagaiberikut: Tabel4. Model Akhir Faktor-faktor yang berhubungan dengan Status Gizi Balita P Exp (B) Variabel B Value (95% CI) Jumlah anak 0,442 0,651 1,56 (0,23 10.55) Jml anggota -1,308 0,136 0,27 keluarga (0,05 1,51) Tingkat 4,026 0,071 56,06 93

P Exp (B) Variabel B Value (95% CI) Pendidikan (0,71 Ibu 4424,9) Produksi 2,785 0,031* 16,2 Pangan (1,28 204.43) *signifikanpada alpha 0,05 Selanjutnya dilakukan uji interaksi antara variable jumlah anak dengan jumlah anggota keluarga, didapatkan hasilnya tidak signifikan. Dengan demikian, model akhir yang digunakan adalah model tanpa interaksi. Nilai Nagelkerke R Square didapatkan sebesar 0,698, hal ini menunjukkan bahwa model ini dapat memprediksi status gizi balita sebesar 69,8% secara benar. Dari model di atas didapatkan bahwa secara statistic variabel yang signifikan (p value < α) yaitu variabel Produksi Makanan (p = 0,031), sedangkan variabel lain tidak signifikan. Artinya secara statistik terdapat hubungan antara factor produksi pangan dengan status gizi balita. Nilai Exp (B) didapatkan sebesar 16,2 (95% CI: 1,28 204,43), artinya bahwa tidak tersedianya makanan dengan cara produksi pangan oleh keluarga berupa (produksi sendiri, barter, memiliki lahan pertanian dan peternakan sendiri, dan sebagainya), memiliki odd 16,2 kali lebih besar untuk memiliki balita dengan gizi kurang/buruk dibandingkan dengan keluarga yang produktif, setelah dikontrol oleh variabel jumlah anak dalam keluarga, jumlah anggota keluarga dalam rumah, dan tingkat pendidikan ibu. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jumlah anak dalam keluarga mempunyai hubungan terhadap kejadian malnutrisi atau gizi kurang/ buruk dengan nilai p sebesar 0,009 (nilai t = 2,789) yang berartibahwasecarastatistikterdapatperb edaan rata-rata jumlah anak dalam keluarga antara balita yang status gizi normal dengan status gizi balita kurang/ buruk. Balita kurus dapat disebabkan beberapa faktor antara lain terbatasnya pengeluaran keluarga, jumlah anak, dan asupan zat gizi yang tidak terpenuhi. Pengeluaran keluarga baik makanan maupun non makanan dapat dijadikan sebagai gambaran tingkat pendapatan keluarga. Pengeluaran keluarga dapat mempengaruhi konsumsi pangan keluarga, dapat menentukan pola makan dan juga menentukan kualitas dan kuantitas hidangan (Departemen Gizi dan Kesmas, 2007). Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang sosial ekonominya 94

cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak. Sedangkan pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahan pun tidak terpenuhi. Banyaknya anak akan mengakibatkan besarnya beban anggota keluarga (Bappenas, 2010). Faktor jumlah anggota keluarga serumah berhubungan terhadap kejadian malnutrisi (gizi kurang atau gizi buruk) pada anak balita. Dari hasil uji statistikdidapatkannilai p sebesar 0,024 (nilai t = 2,473) yang berarti secara statistik bahwa terdapat perbedaan ratarata jumlah anggota keluarga dalam rumah antara balita yang status gizi normal dengan status gizi balita kurang/ buruk. Besar anggota keluarga juga turut menentukan ketersediaan pangan dalam keluarga. Besar keluarga yang bertambah, menyebabkan pangan untuk setiap anak menjadi berkurang, distribusi makanan yang tidak merata juga dapat menyebabkan balita dalam keluarga tersebut menderita kurang gizi. Berdasarkan penelitian Rahma (2007), ditemukan adanya hubungan antara status ekonomi dengan kejadian gizi buruk, keluarga dengan status ekonomi yang rendah mempunyai peluang anaknya untuk menderita gizi buruk sebesar 3,5 kali dibandingkan dengan keluarga yang berstatus ekonomi yang tinggi. Hasil penelitian pada pendidikan menunjukkan ada hubungan antara pendidikan terhadap kejadian gizi kurang atau gizi buruk pada balita dengan Nilai OR didapatkansebesar 21. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ferdous, et al (2003), Faktor yang signifikan berhubungan dengan malnutrisi yaitu keparahan penyakit, usia, tingkat pendidikan ibu, dan pendapatan keluarga.penelitian lain yang dilakukan oleh Isnansyah (2006), faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita yaitu tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga. Hasil penelitian permana (2011) menunjukkan pola asuh gizi, status ekonomi, pendidikan, dan pengetahuan gizi merupakan faktor yang berhubungan dengan status gizi pada balita. Analisis regresi logistic ganda menunjukkan faktor yang paling dominan mempengaruhi terjadinya 95

status gizi kurang ialah pendidikan dengan nilai p= 0,012. Meskipun Faktor ekonomi tidak terdapat hubungan terhadap kejadian malnutrisi (gizi kurang, gizi buruk) tetapi mempunyai peluang untuk terjadi gizi kurang atau buruk dengan nilai OR sebesar 5,1.Hasil penelitian Midyat (2011), menunjukkan anak-anak dari tingkat social ekonomi yang rendah, lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat, dan kurang mengkonsumsi protein dan lemak. Hasil penelitian yang lain yaitu Patodo (2012), menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu dengan status gizi. Analisis multivariate didapatkan pendapatan keluarga adalah faktor yang paling berhubungan dengan status gizi balita (OR=2,713). Semakin besar pendapatan keluarga maka semakin baik status gizi balita dan sebaliknya (patodo, 2012). Konsumsi makanan pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara faktor tersebut terhadap kejadian malnutrisi (gizi kurang, gizi buruk), menurut Supariasa (2009), Faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan. Salah satu permasalahan gizi pada balita adalah gizi kurang. Seseorang yang mengalami gizi kurang akan menunjukkan tanda klinis yaitu tampak kurus. Masalah gizi kurang dapat mengakibatkan tumbuh kembang anak terganggu dan juga dapat mengalami gangguan pada organ dan system tubuh (Dahlia, 2012). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa produksi pangan mempunyai peluang terjadinya gizi kurang atau gizi buruk dengan nilai OR sebesar 4,1 yang artinya peluang memiliki gizi kurang atau gizi buruk pada keluarga yang tidak produktif sebesar 4,1 kali dibanding dengan keluarga yang produktif. Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi (iodium) (Almatsier, 2010). Meskipun pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan tetapi didalam Persagi (1999) dalam Supariasa (2009), faktor-faktor 96

penyebab gizi kurang dapat dilihat dari penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung meliputi asupan makanan dan penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung meliputi persediaan makanan di rumah, perawatan anak dan ibu hamil, dan pelayanan kesehatan. Adapun pokok masalah yang menyebabkan gizi kurang yaitu kemiskinan, kurang pendidikan, dan kurang keterampilan, sedangkan akar masalah gizi kurang yaitu krisis ekonomi langsung. KESIMPULAN Terdapat hubungan antara factor produksi pangan dengan status gizi balita. Disarankan perawat dapat mengaplikasikan perannya sebagai pendidik dengan memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua atau keluarga yang mempunyai anak balita dengan gizi kurang atau gizi buruk sehingga akan meningkatkan pengetahuan dan perilaku yang akan berdampak terhadap perawatan pada anak balitanya. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara Samarinda, khususnya Pimpinan Puskesmas Sungai Mariyam beserta jajarannya yang bersedia dijadikan tempat penelitian. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. (2004).Penemuan Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Almatsier, S. (2010). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Badan Perencana pembangunan Nasional. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010. [online]2015[cited 2015 october 5]. Available from:www.bapedda.jabarprov.go.i d. Dahlia, S. (2012). Pengaruh pendekatan positive deviance terhadap peningkatan status gizi balita. Jeneponto. Media Gizi Masyarakat Indonesia, 2(1). Retrieved 10 Oktober 2013, from http://journal.unhas.ac.id/index.ph p/mgmi/article/view/432/374. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2007. Depkes RI. (2009).Gizi Kurang dan Buruk pada Balita Kota Semarang. Semarang. Diaskes pada tanggal8 Februari 2011, http://www.dinkeskotasemarang.g o.id. Depkes RI. (2009).Gizi Kurang dan Buruk pada Balita di Jawa Tengah. Semarang. Diaskes pada tanggal11 Februari 2011, http://www.dinkeskotasemarang.g o.id. Hardiansyah, 1992. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi pangan.bogor: Fakultas Pertanian IPB. Husaini, Yayah. 1999. Pengaturan Makanan Untuk Balita. Medika 97

Isnansyah, Y. (2006). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak bawah lima tahun di Desa Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas. (Skripsi), Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Lipi, 1998. Widya Karya Nasional dan Gizi V. Jakarta Midyat, L., Aksit, S., Gokce, S., & Yagci, R.V. (2011). Nutritional status of preschool (2-6 years of age) children from families from farious socioeconomic groups, in the city of İzmir, Turkey. Journal of Pediatric Sciences, 3(3). Retrieved 25 Oktober 2013, from http://www.pediatricsciences.com /ojs/index.php?journal=jps&page =article&op=view&path[]=209&p ath[]=pdf_108. Notoatmodjo,s. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Persagi, 1999. Visi dan Misi Dalam Mencapai Indonesia Sehat Tahun 2010. Jakarta. Patodo, S. (2012). Faktor faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa Kota Manado Tahun 2012. Retrieved 30 Juni 2013, from http://www.google.co.id/url?sa=t &rct=j&q=&esrc=s&source=web &cd=1&cad=rja&ved=0cckqfj AA&url=http%3A%2F%2Fpasca sarjanaunsrat.com%2fhome%2f wpcontent%2fuploads%2f2012%2f 08%2FFaktor-%2523U2013- faktor-yang-berhubungan- dengan-status-gizi-balita-di- Wilayah-Kerja-Puskesmas- Wawonasa-Kota-Manado-Tahun- 2012.docx&ei=CkTAUs22BYbjr Ae3zYEY&usg=AFQjCNHLDIv mjkjlg13yoztdewui4vjyaq&b vm=bv.58187178,d.bmk. Rahma. F, Deni. E, Safyanti. Faktor Resiko Kejadian Gizi Buruk pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2007. Jurnal Sehat Mandiri. Juni 2007. Santoso. (2004). Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta. Sediaoetama, (2000). IlmuGizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia Jilid I. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat Soengeng Santoso, (2004), Tesis Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Anak Batita Malnutrisi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara. Suhardjo. (2003). Perencanaan pangan dan gizi. Jakarta: Bumi Aksara. Supariasa, I. D. N., Bakri, B., & Fajar, I. (2002). Penilaian status gizi. Jakarta: EGC. Taufiqurrahman, M. (2013). Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita di Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas. (Skripsi), Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Tribunnews.Com, 2014. 17 Ribu Balita di Kalimantan Masuk Katagori Gizi Buruk. UNICEF. 1998. The State on the World Children. Oxford Univ. Press. Wahyudi Istiono, Heri. S, Muhamad. H, Irnizarifka, Andre. D, Adrian. H, dkk.(2009). Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 25 No. 3. September 2009. 98