PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA TANGKUP KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM BALI 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut.

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

ABSTRAK GAMBARAN PENCAPAIAN PROGRAM KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PADA BALITA DI KOTA KUPANG PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi, meskipun terjadi penurunan signifikan di beberapa

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAAN. Masa balita adalah masa kehidupan yang sangat penting dan perlu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembanguan manusia Indonesia (Saputra dan Nurrizka, 2012).

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan. menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini banyak terjadi pada balita terutama di negara-negara. makanan yang tidak cukup (Nelson, 1996). Rata-rata berat badannya

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Rahayu et al.,persalinan Tindakan...

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi penyebab

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Annisa Denada Rochman, Pembimbing I : Dani dr., M.Kes. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana dr., MH.

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dua dari delapan tujuan Millenium Development Goals (MDGs)

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kontribusi penting dalam Millenium Development Goals (MDGs)

GAMBARAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI PPA (PUSAT PENGEMBANGAN ANAK) ID-127 DI KELURAHAN RANOMUUT MANADO

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

PREVALENSI STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIDEMEN KARANGASEM

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup.

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN


BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

Kata Kunci : Pola Asuh Ibu, Status Gizi Anak Balita

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

Stevanny Keo, Rahel Rara Woda, Woro Indri Padmosiwi. Kata kunci: Riwayat pemberian ASI Eksklusif, panjang badan lahir, stunting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA UMUR 3-5 TAHUN DI DESA PUTON KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

Gusti Kumala Dewi*, Eneng Yuli Santika**

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Balita BGM di Desa Karangpasar Wilayah Kerja Puskesmas Tegowanu

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

BAB I PENDAHULUAN. antara gram), dan berat badan lebih (berat lahir 4000 gram). Sejak

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Prakarsa, 2013). meninggal selama atau setelah kehamilan dan persalinan.

I. PENDAHULUAN. Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan ibu hamil dan balita sangatlah penting, sehingga Notoatmodjo (2003)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANEMIA DAN KEK PADA IBU HAMIL AKHIR TRIMESTER III DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember)

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban)

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKANORANG TUA DAN STATUS GIZI BALITA DI DESANGARGOSARI KECAMATAN SAMIGALUH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. apabila prasyarat keadaan gizi yang baik terpenuhi. Masalah gizi yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

Transkripsi:

1 PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013 Kadek Sri Sasmita Dewi G Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK Kekurangan gizi pada anak merupakan masalah kesehatan dimana prevalensinya masih tinggi. Data puskesmas Kubu II desa Ban memiliki angka kejadian gizi kurang dan gizi buruk tinggi yaitu 3 gizi buruk dan 23 gizi kurang pada bulan Agustus 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor yang mempengaruhi gizi kurang dan gizi buruk pada balita di Desa Ban,Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, pada bulan Oktober 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan studi deskriptif cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh balita di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem. Dari penelitian ini didapatkan distribusi status gizi balita dengan gizi kurang 28.8%, gizi buruk 3.8% dan gizi baik 67.3%. Kata Kunci : Gizi kurang, Gizi buruk, balita

2 PREVALENCE AND CHARACTERISTIC OF UNDER NUTRITION AND SEVERE NUTRITION OF CHILDREN IN BAN VILLAGE KUBU DISTRICT KARANGASEM REGENCY OCTOBER 2013 ABSTRACT Malnutrition in children is a health problem may that prevalence is still high. Data on health center Kubu II Ban district has the incidence bad nutrition and less nutrition as high as 3 malnutrition and 23 less nutrition in August 2013. This study aimed to investigate prevalence and the factor which related to under nutrition and severe nutrion of children in Ban village Kubu district Karangasem regency in October 2013. This study used a cross sectional descriptive study design. The study population was all children in Kubu district Karangasem Regency. In this study the distribution of nutritional status of children with under nutrition is 28,8%, severe nutrition is 3,8% and normal nurition 67,3%. Keyword : under nutrition, severe nutrition, children

3 PENDAHULUAN Kekurangan gizi pada anak merupakan masalah kesehatan dimana prevalensinya masih tinggi. Data Dinas Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan berdasarkan data tahun 2008, status gizi kurang sampai buruk di Indonesia mencapai 35,5%. 1 Angka tersebut masih jauh dari target Millenium Development Goals 2015 dimana angka kekurangan gizi diharapkan mencapai kurang dari 18%. 2 Prevalensi status gizi balita di Provinsi Bali pada tahun 2010 berdasarkan berat badan menurut umur mencapai 1,7% gizi buruk. Kabupaten Karangasem dari 8 Kabupaten di Bali memiliki prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada balita tertinggi yaitu 10,9%. 1 Data puskesmas Kubu II desa Ban memiliki angka kejadian gizi kurang dan gizi buruk tinggi yaitu 3 gizi buruk dan 23 gizi kurang pada bulan Agustus 2013. Desa Ban terletak di bagian utara Bali dengan luas wilayah 7095 Hektar dengan jumlah anak berusia 1-5 tahun sebesar 977 jiwa. Desa Ban memiliki 2641 keluarga keluarga, dan 598 kepala keluarga masuk dalam golongan keluarga sangat miskin. Angka ini merupakan jumlah paling besar dibandingkan 3 desa lain yang berada di bawah wilayah puskesmas Kubu II. 3 Permasalahan gizi kurang dan buruk pada balita sangat penting diketahui secara dini, sehingga dapat ditanggulangi dengan intervensi yang tepat dengan tujuan hasil yang optimal, dari segi mengembalikan status gizi, perubahan pola pikir orang tua untuk lebih peduli terhadap gizi keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi gizi kurang dan gizi buruk dari karakteriktik balita itu sendiri seperti, berat badan lahir anak, jarak kelahiran dan pemberian ASI Ekslusif. Sedangkan dari karakteristik ibu, meliputi tingkat pendidikan ibu, tingkat penghasilan keluarga, frekuensi ANC, serta status gizi ibu selama kehamilan BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Desa Ban,Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, pada bulan Oktober 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan studi deskriptif cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh balita di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem.

4 Sampel dalam penelitian balita yang berumur 12-60 bulan, balita yang datang ke posyandu desa Ban kecamatan Kubu kabupaten Karangasem, bersedia menjadi subjek penelitian. Kriteria eksklusi pada penelitian ini balita yang tidak mampu diwawancarai disebabkan oleh kondisi medis umum yang berat. Jumlah sampel yang diperlukan didapat berdasarkan perhitungan studi cross-sectional adalah 52 sampel. Dengan telah mengantisipasi jika ada yang drop out. Data yang dikumpulkan dalam melakukan penelitian ini mencakup data primer dan sekunder. Berat badan lahir adalah ukuran berat badan yang ditimbang sesaat setelah anak lahir. Subjek dikelompokkan menjadi berat badan lahir (BBL) rendah (<2500 gram), BBL normal ( ( 2500-3999 gram). Jarak kelahiran didefinisikan sebagai jarak antara balita dengan saudara sebelum atau setelahnya yang berasal dari ibu yang sama, diklasifikasikan > 2 tahun dan < 2 tahun. Tingkat pendidikan ibu didefinisikan sebagai pendidikan formal terakhir yang diikuti ibu hingga tamat. Diklasifikasikan menjadi rendah jika tidak sekolah dan sekolah dasar; sedang jika sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan tinggi jika menempuh perguruan tinggi. Data didapatkan dari pengisian kuisioner oleh orangtua. Tingkat penghasilan keluarga adalah pendapatan total keluarga (ayah dan ibu) dalam sebulan, diklasifikasikan berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) di kabupaten Karangasem provinsi Bali menjadi rendah jika di bawah UMR (< Rp. 1.195.000) dan baik jika di atas UMR (> Rp 1.195.000). Frekuensi Ante Natal Care (ANC) adalah sebagai jumlah kunjungan ibu ke tempat pelayanan kesehatan selama kehamilan, diklasifikasikan menjadi baik ( 4 x selama kehamilan), dan buruk (< 4 x selama kehamilan). Status Gizi ibu selama kehamilan berdasarkan ukuran lingkar lengan atas ibu balita selama kehamilan. Data didapatkan dari buku kesehatan ibu selama kehamilan. Lingkar Lengan Atas (LILA) 23,5 diklasifikasikan baik dan buruk jika LILA < 23,5. Pemberian Asi Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan pendamping lainnya sampai umur 6 bulan. HASIL Sampel dalam penelitian ini berjumlah 52 orang yang telah dilakukan pengukuran terhadap status gizi.

5 Tabel 1. Karakteristik Balita Variabel Jumlah (n) Persentase (%) Berat badan lahir anak Normal Jarak Kelahiran 2 tahun > 2 tahun Pemberian ASI Eksklusif Ya Tidak 6 46 13 39 28 24 11,5 88,5 25 75 53,8 46,2 Tabel 2. Karakteristik Ibu Selama Kehamilan Variabel Jumlah (n) Persentase(%) Frekuensi ANC Baik Tingkat Pendidikan ibu Sedang Tingkat Penghasilan Keluarga Sedang Status Gizi ibu selama kehamilan Baik 31 21 49 3 50 2 38 14 59,6 40,4 94.2 5,8 96,2 3,8 73,1 26,9 Tabel 1 menunjukkan berat badan lahir didominasi oleh berat badan lahir normal yaitu 88,5%, dan kemudian diikuti berat badan lahir rendah 11,5%. Jarak kelahiran 75% lebih dari 2 tahun, dan 53.8% balita mendapatkan asi eksklusif.

6 Tabel 2 menunjukkan ibu yang melakukan perawatan antenatal <4x selama kehamilan yaitu 59,6 %. Dari tingkat pendidikan ibu, 94,2% dengan tingkat pendidikan rendah, dan Sebagian besar 96,2% responden memiliki tingkat penghasilan keluarga rendah. Tabel 3. Distribusi Status Gizi Menurut Berat Badan Variabel Jumlah (n) Persentase (%) Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Gizi Kurang Gizi Gizi Baik 15 2 35 28,8 3,8 67,3 Tabel 4. Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Karakteristik Anak Variabel Status Gizi (BB/U) Total n(%) Kurang n(%) Baik n(%) n(%) Berat badan lahir anak Normal 2 (33,3) 4 (66,7) 11 (23,9) 35(76,1) 6 (100) 46 (100) Jarak kelahiran > 2 2 1 (2,6) 1 (7,7) 11 (28,2) 4 (30,8) 27(69,2) 8 (61,5) 39 (100) 13 (100) Pemberian ASI Eksklusif Ya Tidak 2 (8,3) 2 (7,1) 13 (54,2) 26(92,9) 9(37,5) 28 (100) 24 (100) Pada tabel 4 menunjukkan sebanyak 66,7% balita dengan riwayat berat badan lahir rendah, 23,9% balita dengan riwayat berat badan lahir normal memiliki status gizi kurang. Balita dengan riwayat berat badan lahir rendah ternyata 33,3% dengan status gizi buruk. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara

7 jarak kelahiran balita dengan status gizi, didapatkan 28,2% balita dengan jarak kelahiran > 2 memiliki status gizi kurang dan 30,8% balita yang memiliki jarak kelahiran 2 dengan status gizi kurang. Balita dengan jarak kelahiran > 2 sebesar 2,6% mempunyai status gizi buruk dan (7,7%) balita dengan jarak kelahiran 2 memiliki status gizi buruk. Pada tabel juga terlihat balita yang tidak mendapatkan asi ekskusif sebanyak 54,2% dengan gizi kurang lebih banyak dari pada yang mendapatkan asi ekslusif yaitu 7,1%. Balita yang tidak mendapat asi eksklusif memiliki status gizi buruk sebesar 8,3%. Tabel 5. Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Karakteristik Ibu Selama Kehamilan Variabel Status Gizi (BB/U) Total n(%) Kurang n(%) n(%) n(%) Frekuensi ANC Baik 2(6,5) 13 (41,9) 2 (9,5) 16 (51,6) 19 (90,5) 31 (100) 21 (100) Tingkat Pendidikan ibu Sedang 2 (4,1) 14 ( 28,6) 1 (33,3) 33(67,3) 2 (66,7) 49(100) 3 (100) Tingkat Penghasilan keluarga Sedang 2 (4) 15 (30) 33 (66) 2 (100) 50 (100) 2 (100) Status Gizi ibu Selama Kehamilan Baik 0(5) 2 (14,3) 4 (10,5) 11 (78,6) 34 (89,5) 1 (7,1) 38 (100) 14 (100) Pada tabel 5 menunjukkan balita dengan status gizi kurang lebih besar pada kelompok ibu yang melakukan perawatan antenatal selama kehamilan < 4 kali dibandingkan dengan yang melakukan perawatan antenatal 4 kali, masing-masing memiliki persentase 41,9% dan 9,5%. Balita dengan status

8 gizi buruk melakukan perawatan antenatal selama kehamilan < 4 kali sebanyak 6,5%. Balita dengan status gizi kurang memiliki ibu yang berpendidikan rendah sekitar 28,6% dan 33,3% dengan ibu yang berpendidikan sedang. Balita dengan status gizi buruk 4,1% berpendidikan rendah. Balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk pada kelompok dimana memiliki tingkat penghasilan keluarga yang rendah adalah 30% dan 4%. Ibu yang memiliki status gizi buruk selama kehamilan memiliki balita dengan status gizi kurang sebesar 78,6% dan 8,3% dengan gizi buruk. PEMBAHASAN Pada penelitian ini didapatkan prevalensi gizi kurang lebih tinggi dari angka Riskesdas yaitu 28,8%. Prevalensi gizi buruk pada penelitian ini adalah 3,8%. Prevalensi ini lebih tinggi jika dilihat data dari Kemenkes RI yang mengatakan bahwa, dari 8 kabupaten di Bali, Kabupaten Karangasem memiliki prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tertinggi yaitu 10,9%. 3 Hal ini tentunya menggambarkan masalah gizi akut yang dapat disebabkan oleh banyak faktor misalnya, daya beli masyarakat, harga bahan makanan, jumlah anggota keluarga, dan tingkat pendidikan masyarakat pedesaan relatif lebih rendah daripada masyarakat perkotaan. 4 Hal ini disebabkan pada usia 12-36 bulan (batita), anak masih merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra-sekolah (37-60 bulan) sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. 4 Faktor penghasilan keluarga yang kurang juga menyebabkan balita mengalami gizi buruk. Berdasarkan teori dari Persagi, penyebab seorang balita mengalami gizi kurang dibagi menjadi penyebab langsung dan tidak langsung di mana faktor-faktor penyebab langsung antara lain adalah penyakit infeksi dan asupan makanan, sedangkan penyebab tidak langsung antara lain adalah persediaan makanan di rumah, perawatan anak dan ibu hamil serta pelayanan kesehatan, semua hal tersebut juga mempengaruhi status gizi balita. Tidak semua faktor tersebut dapat dibahas dalam penelitian ini dengan alasan keterbatasan waktu, orang, dan biaya, sehingga hal-hal yang tidak diteliti kelemahan dalam penelitian ini yang

9 dapat menyebabkan kerancuan dalam hasil penelitian ini. 5 Pada teori dikatakan bahwa anak dengan berat badan lahir rendah akan cenderung memiliki berat badan yang lebih rendah dibandingkan anak-anak lain seusianya dan berpotensi menjadi anak dengan gizi kurang, bahkan buruk. Jarak kelahiran bayi yang satu dengan kehamilan berikutnya paling tidak 2 tahun agar ibu dapat memberikan perhatian khusus selama waktu tersebut. 5 Pemberian ASI eksklusif juga mempengaruhi status gizi balita. ASI mengandung berbagai zat gizi yang lengkap dalam jumlah sesuai kebutuhan, antibodi untuk pertahanan tubuh dari berbagai penyakit infeksi. Sampai usia enam bulan kebutuhan gizi bayi dapat dipenuhi oleh bayi, sehingga bayi tidak perlu diberi makanan atau minuman selain ASI. 6 Persentase balita dengan status gizi buruk dan gizi kurang terlihat lebih besar pada kelompok ibu yang melakukan perawatan antenatal selama kehamilan < 4 kali dibandingkan dengan yang melakukan perawatan antenatal 4 kali. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati, 2011, yang menyatakan bahwa ibu yang melakukan kunjungan perawatan antenatal 4 kali mempunyai peluang untuk tidak melahirkan anak berat badan lahir rendah sebesar 1,8 kali dibandingkan dengan ibu yang melakukan perawatan antenatal < 4 kali. Berkurangnya risiko bayi lahir dengan berat badan lahir rendah maka kemungkinan bagi balita mengalami gizi kurang dan gizi buruk lebih sedikit. 7 Hal yang sama juga didapatkan pada pendidikan ibu. yang memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dan status gizi anak, Balita yang mengalami masalah gizi lebih banyak pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah bagi seseorang dalam menerima serta mengembangkan pengetahuan sehingga pemahaman tentang keadaan gizi anak bisa lebih baik. 7 Tingkat penghasilan keluarga balita dengan gizi kurang, gizi buruk, memiliki penghasilan rendah yaitu dibawah Upah miminum Regional. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan tingkat gizi seseorang dipengaruhi oleh ketersediaan makanan yang ditentukan oleh kemampuan atau daya beli keluarga. 5

10 SIMPULAN Sebagian besar balita di Desa Ban Kecamatan Kubu Kabupaten karangasem mempunyai status gizi kurang 28,8%, dan 3,8% dengan status gizi buruk. frekuensi ANC selama kehamilan yang buruk mempunyai balita dengan gizi kurang 41,9% dan 6,5% gizi buruk, tingkat pendidikan ibu yang rendah, tingkat penghasilan keluarga yang rendah serta status gizi selama kehamilan yang buruk juga mempengaruhi status gizi balita. SARAN Puskesmas disarankan untuk pemegang program KIA yang menitikberatkan pada perawatan antenatal dengan cara melakukan penyuluhan agar keinginan ibu untuk melakukan perawatan antenatal dapat ditingkatkan, Pihak puskesmas perlu menginformasikan kepada masyarakat mengenai kejadian malnutrisi pada balita serta pola makan yang tepat dan berimbang untuk mencegah terjadinya malnutrisi pada balita. Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) dapat diselenggarakan kembali. Pihak penyelenggara posyandu disarankan untuk koordinasi lebih Berbagai faktor seperti berat badan lahir rendah, jarak kelahiran, pemberian ASI eksklusif sangat mempengaruhi status gizi balita. Selain itu orang tua juga memegang peranan penting seperti intensif kepada pihak puskesmas untuk melakukan pencatatan berat badan dan tinggi badan balita secara berkala serta segera melaporkan pada puskesmas apabila menemukan balita dengan kecurigaan malnutrisi. DAFTAR PUSTAKA 1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.1995/Menkes/SK/XII/2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. 2010. 2. Peter Stalker. Lets Speak Out for MDGs. Jakarta: UNDP. 2008 3. BPS. Karangasem dalam Angka. Karangasem: Bapeda Kabupaten Karangasem dan BPS Kabupaten Karangasem.2005 4. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum. 2004 5. Kartika. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 2002

11 6. Sri Hartati. Pengaruh pemberian ASI Eksklusif terhadap status gizi bayi usia 4-11 bulan di daerah perkotaan dan pedesaan Kabupaten Tumenggung. 2003. (Diakses Oktober 2013). Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id. 7. Ernawati. Hubungan Antenatal Care dengan Barat Badan Lahir bayi Lahir di Indonesia (Analisis Lanjut Data Riskesdas 2010), Pusat Teknologi Terapan kesehatan dan Epidemiologi Klinik. 2011;34(11): 23-31.