PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 94/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
2013, No I. PENDAHULUAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN AREN (Arenga pinnata,merr.)

2013, No

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 93/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

No.1374, 2014 KEMENTAN. Calon Kebun Sumber Benih. Sertifikasi Benih. Evaluasi Kebun Sumber Benih. Teh. Standar Operasional Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 75/Permentan/OT.140/11/2011 TENTANG LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 90/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL. Nomor : P. 05 /V-PTH/2007 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI MUTU BIBIT TANAMAN HUTAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 89/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/SR.120/8/2012 ten

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/Permentan/SR.120/9/201490/ Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 131/Permentan/OT.140/12/2013 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis) YANG BAIK

2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 81/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BENIH TANAMAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 70/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

No.1610, 2014 KEMENTAN. Jabatan Fungsional Pengawas Mutu Pakan. Angka Kredit. Petunjuk Teknis. Pencabutan.

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 68/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 58/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 45/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROSEDUR SERTIFIKASI MUTU BIBIT TANAMAN HUTAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENETAPAN KEBUN SUMBER BENIH, SERTIFIKASI BENIH DAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 62/Permentan/OT.140/5/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/Permentan/KB.410/5/2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 35/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Nomor : P. 07 /V-PTH/2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 28/Menhut-II/2010 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN BENIH TANAMAN HUTAN

SISTEM PENGAWASAN PEREDARAN BENIH SECARA BERJENJANG, TERPADU DAN BERKELANJUTAN Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 35/permentan/OT.140/7/2011 PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/Permentan/OT.140/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 46/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN BENIH NASIONAL

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 26/Permentan/HK.140/4/2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kewenangan. Izin Usaha. Pencabutan.

2 bidang pertanian secara transparan, terukur, perlu menetapkan syarat, tata cara, dan standar operasional prosedur dalam pemberian rekomendasi teknis

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/Permentan/OT.140/9/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 3. Undang-Un

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 38/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 85/Kpts-II/2001 Tentang : Perbenihan Tanaman Hutan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 39/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK ALAT DAN MESIN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 39/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/PD.410/7/2013 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR : P. 06 /V-PTH/2007

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN HIBAH KEMENTERIAN PERTANIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 393/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK TANAMAN MENTERI PERTANIAN,

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 79 ayat (2) Peraturan Pem

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 47/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No /Permentan/PP.340/2/2015 tentang Pengawasan Keamanan Pangan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan; Mengingat

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA HORTIKULTURA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

2016, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

GUBERNUR PAPUA. 4. Undang-Undang.../2

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 663/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN ALPUKAT PESAKO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 664/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PERSUTERAAN ALAM MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 94/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN SAGU (Metroxylon spp.) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa sagu merupakan salah satu bahan pangan potensial yang mendukung ketahanan pangan nasional dan minat pengembangan sagu semakin meningkat; b. bahwa kebutuhan benih tanaman sagu semakin meningkat, sehingga benih yang beredar harus disertifikasi dan dilakukan pengawasan terhadap mutu benih; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, dan agar pelaksanaan sertifikasi benih dan pengawasan mutu benih tanaman sagu dapat berhasil dengan baik perlu menetapkan Standar Operasional Prosedur Sertifikasi Benih dan Pengawasan Mutu Benih Tanaman Sagu (Metroxylon spp.) dengan Peraturan Menteri Pertanian; : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4411); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3586); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3616); 5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II; 6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

8. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/ 8/2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina; 9. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/ PD.310/9/2006 tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura juncto Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3599/Kpts/ PD.310/10/2009 tentang Perubahan Lampiran I Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/ PD.310/9/2006 tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura; 10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/ 10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; 11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/ 10/2011 tentang Pengujian, Penilaian, Pelepasan dan Penarikan Varietas; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN SAGU (Metroxylon spp.). Pasal 1 Standar Operasional Prosedur (SOP) Sertifikasi Benih dan Pengawasan Mutu Benih Tanaman Sagu (Metroxylon spp.) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran IV sebagai bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Pasal 2 Standar Operasional Prosedur (SOP) Sertifikasi Benih dan Pengawasan Mutu Benih Tanaman Sagu (Metroxylon spp.) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 sebagai acuan bagi pengawas benih tanaman dalam pelaksanaan sertifikasi benih dan pengawasan mutu benih tanaman sagu. Pasal 3 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 September 2013 2

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUSWONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 2 Oktober 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1177 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 94/Permentan/OT.140/9/2013 TANGGAL : 25 September 2013 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN SAGU (Metroxylon spp.) 3

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sagu (Metroxylon spp.) merupakan salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang potensial di Indonesia yang dapat digunakan untuk penganekaragaman pangan sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 20 Tahun 1979. Sagu merupakan salah satu bahan pangan potensial yang mendukung ketahanan pangan nasional dan sekaligus dapat didayagunakan bagi pengelolaan, pengendalian dan pelestarian lingkungan. Batang sagu banyak mengandung pati dimana dalam satu batang sagu terdapat pati 200 400 kg. Sagu yang tumbuh di Indonesia sebagian besar berupa hamparan sagu yang tumbuh liar, tanpa pemeliharaan akibatnya jumlah anakan per rumpun banyak, jarak tanamnya tidak teratur sehingga jumlah yang masak tebang sedikit dan kadar patinya sedikit. Seiring dengan minat pengembangan sagu yang semakin meningkat, kebutuhan akan benih sagu akan meningkat jumlahnya dan benih yang beredar pun semakin banyak. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina bahwa benih yang beredar harus disertifikasi. Sertifikasi diselenggarakan oleh Instansi pemerintah dalam hal ini Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP), Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Perbenihan Perkebunan. Pelaksana sertifikasi di lapangan yaitu Pengawas Benih Tanaman (PBT). Untuk pelaksanaan sertifikasi diperlukan standar dalam memberi pelayanan kepada konsumen/produsen benih dalam hal sertifikasi benih dan sumber benih tanaman sagu. 1.2. Maksud Maksud penyusunan Standar Operasional Prosedur Sertifikasi Benih dan Pengawasan Mutu Benih Tanaman Sagu (Metroxylon Spp.) yaitu untuk memberikan acuan teknis tentang penanganan sertifikasi benih dan pengawasan mutu benih tanaman sagu secara baik dan benar bagi pemangku kepentingan yang terkait serta petugas pengawas benih tanaman di lapangan. 1.3. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan Standar Operasional Prosedur Sertifikasi Benih dan Pengawasan Mutu Benih Tanaman Sagu (Metroxylon Spp.): 1. Bagi Pengawas Benih Tanaman, dapat digunakan sebagai pedoman/acuan teknis dalam pelaksanaan sertifikasi. 2. Bagi Penangkar, dapat digunakan untuk mempersiapkan produksi benih sagu unggul, bermutu dan bersertifikat yang sesuai dengan standar yang telah dipersyaratkan. 1.4. Ruang Lingkup 1. Prosedur sertifikasi benih tanaman sagu tanpa polibeg. 2. Prosedur sertifikasi benih tanaman sagu dalam polibeg. 1.5. Pengertian Dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) ini yang dimaksud dengan: 1. Benih Sagu adalah bahan tanaman hasil perbanyakan tanaman secara vegetatif berupa anakan yang digunakan untuk produksi benih. 2. Benih Bina adalah benih dari varietas unggul yang telah dilepas, yang produksi dan peredarannya diawasi. 4

3. Sertifikasi Benih adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap benih yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi melalui pemeriksaan lapangan, pengujian laboratorium dan pengawasan serta memenuhi persyaratan untuk diedarkan. 4. Sertifikat Mutu Benih adalah keterangan tentang pemenuhan/telah memenuhi persyaratan mutu yang diberikan oleh lembaga sertifikasi kepada kelompok benih bina yang disertifikasi atas permintaan produsen benih atas benih. 5. Surat Keterangan Mutu Benih adalah keterangan tentang pemenuhan/telah memenuhi persyaratan mutu yang diberikan oleh lembaga sertifikasi kepada kelompok benih unggul lokal yang disertifikasi atas permintaan produsen benih. 6. Varietas adalah bagian dari suatu jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun, bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama. 7. Mutu Benih adalah gambaran karakteristik menyeluruh dari benih yang menunjukkan kesesuaian dengan persyaratan mutu yang ditetapkan. 8. Semaian/Anakan adalah fase pertumbuhan sagu dengan ciri morfologi utama dengan ketinggian < 0,5 m. 9. Blok Penghasil Tinggi (BPT) adalah sekelompok tanaman yang terpilih dan berproduksi tinggi merupakan sumber benih yang menghasilkan bahan tanaman berupa anakan. 10. Rumpun Induk adalah rumpun sagu di dalam suatu hamparan yang terpilih berdasarkan kriteria tertentu sebagai sumber benih. 11. Sumber Benih adalah tempat asal benih sagu. 12. Rumpun Sagu adalah sekumpulan tanaman sagu yang terdiri atas pohon induk dan beberapa anakan sagu dengan berbagai tingkat umur. 13. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan. 14. Rakit adalah tempat persemaian yang terbuat dari pelepah daun sagu (gaba-gaba). 15. Fungisida adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan jamur atau cendawan. 16. TAR adalah zat kimia untuk melindungi potongan anakan dari serangan jamur. 17. Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Perbenihan Perkebunan adalah unit kerja yang membidangi perbenihan perkebunan dan mempunyai fungsi melakukan sertifikasi, pengawasan dan peredaran benih. 18. Pengawas Benih Tanaman (PBT) adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan kegiatan pengawasan benih tanaman yang diduduki oleh PNS dengan hak dan kewajiban secara penuh yang diberikan oleh pejabat yang berwenang. 19. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) adalah unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perkebunan, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis bidang perbenihan dilaksanakan oleh Direktur Tanaman Tahunan, Direktur Tanaman Semusim, Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar dan bidang proteksi dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan. 20. Tanda Registrasi Usaha Perbenihan (TRUP) adalah tanda daftar usaha perbenihan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang yaitu Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi, Kabupaten/Kota. II. PROSES SERTIFIKASI BENIH TANAMAN SAGU 5

1. Untuk melakukan sertifikasi benih tanaman sagu tanpa polibeg sebagaimana tercantum dalam Lampiran II. 2. Untuk melakukan sertifikasi benih tanaman sagu dalam polibeg sebagaimana tercantum dalam Lampiran III. III. PENUTUP SOP Sertifikasi Benih dan Pengawasan Mutu Benih Tanaman Sagu (Metroxylon Spp.) merupakan bagian kecil dari aspek penyelenggaraan sertifikasi, namun demikian SOP ini memiliki peran yang besar untuk menciptakan proses sertifikasi yang efisien, efektif dan konsisten dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, SOP ini menjadi instrument yang penting untuk mendorong setiap instansi pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi pengawasan mutu dan peredaran benih perkebunan baik di Pusat dan Daerah dalam memperbaiki proses internal masing-masing sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Pada gilirannya, peningkatan kualitas pelayanan khususnya sertifikasi benih akan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Sehingga peredaran benih unggul, bermutu dan bersertifikat di tingkat masyarakat dapat terwujud. MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUSWONO 6

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 94/Permentan/OT.140/9/2013 TANGGAL : 25 September 2013 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Prosedur Sertifikasi Benih Tanaman Sagu Tanpa Polibeg No SOP Tgl Pembuatan Tgl Revisi Tgl Efektif Disahkan oleh Uraian Kegiatan Instruksi Kerja 1. Tujuan Melakukan sertifikasi benih tanaman sagu tanpa polibeg 2. Objek yang diperiksa 3. Tempat pemeriksaan 4. Dokumen yang perlu diperiksa 5. Pemeriksa an mutu fisiologis benih Hasil pemeriksaan akan diterbitkan sertifikat/surat keterangan mutu benih Benih tanaman sagu tanpa polibeg Kebun pembibitan tanaman sagu SK Penetapan BPT/PI Tanaman Sagu Asal-usul benih berupa anakan Tanda Registrasi Usaha Perbenihan (TRUP) Parameter yang diamati : No Kriteria Standar Foto 1 Umur benih 3-4 bulan setelah persemaian 2 Berat benih 2-5 kg 3 Bentuk banir Huruf L, tapal kuda 4 Warna daun tua Hijau 5 Kondisi daun Segar/tidak layu 6 Jumlah daun 2 daun baru yang sudah terbuka 7 Warna tangkai pelepah daun Hijau mengkilap 8 Panjang akar primer 5 cm 9 Akar Napas Sudah terbentuk 10 Perlakuan bekas pemotongan anakan Dengan Fungisida atau TAR 11 Kesehatan Bebas OPT (Fungi, ulat sagu) 1 2 3 Gambar. Bentuk Benih Sagu, yang terseleksi adalah no.1 dan 2 (bentuk L) 7

6. Pembuatan laporan hasil pemeriksaan PBT membuat laporan hasil pemeriksaan kepada Kepala Balai/UPTD Perbenihan Perkebunan sesuai format standar. MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUSWONO 8

Format-1 I. PEMERIKSAAN ADMINISTRASI LAPORAN ISIAN PEMERIKSAAN LAPANGAN SERTIFIKASI BENIH SAGU TANPA POLIBEG No. TOLOK UKUR HASIL PEMERIKSAAN 1. Nama Penangkar benih. 2. Alamat 3. Penanggung jawab 4. Tanda Registrasi Usaha Perbenihan (TRUP) 5. Lokasi pembibitan - Desa - Kecamatan - Kabupaten/Provinsi 6. Status kepemilikan Lahan... 7. Sumber Daya Manusia yang dimiliki (orang) - SLTA - Sarjana Muda/Sarjana - Lain-lain 8. Tanggal Pemeriksaan. II. PEMERIKSAAN TEKNIS No. TOLOK UKUR STANDAR HASIL PEMERIKSAAN 1. Varietas Benih bina/unggul lokal... 2. Asal Benih... 3. Bulan semai... 4. Kondisi lokasi Pembibitan Pada kanal/parit/saluran air yang mengalir... 5. Pengendalian Hama/Penyakit Harus dilakukan, jenis, dosis disesuaikan dengan jenis OPT... 6. Pemeriksaan Mutu Fisiologis Benih Siap Tanam Tanpa Polibeg - Umur benih 3-4 bulan setelah persemaian - Berat benih 2-5 kg - Bentuk banir Huruf L, tapal kuda - Warna daun tua Hijau - Kondisi daun Segar/tidak layu - Jumlah daun 2 daun baru yang sudah terbuka 9

- Warna tangkai pelepah daun - Panjang akar primer 5 cm Hijau mengkilap - Akar Napas Sudah terbentuk - Perlakuan bekas pemotongan anakan Dengan Fungisida atau TAR - Kesehatan Bebas OPT (Fungi, ulat sagu) Penanggung Jawab Kebun..., tanggal... Pengawas Benih Tanaman 10

Format-2 FORM ISIAN PEMERIKSAAN LAPANGAN SERTIFIKASI BENIH SAGU TANPA POLIBEG Tana man sam pel Umur benih (bln) Berat benih (kg) Bentuk banir Warna daun tua Uraian Pemeriksaan Lapangan Kon disi daun Jum lah daun (helai) Warna tangkai pele pah daun Panjang akar primer (cm) Akar napas Perlakuan bekas pemotongan anakan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kese hatan Ke terang an 30. Penanggung Jawab Kebun..., tanggal... Pengawas Benih Tanaman 11

Format-3 Balai Besar/UPTD Perbenihan Prov =====================================================No. SERI:. SERTIFIKAT MUTU BENIH Nomor :. Berdasarkan ketentuan yang berlaku tentang Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih di dalam wilayah Negara Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006) dan dari hasil pemeriksaan lapangan yang dilakukan pada tanggal.. terhadap : I. Pemohon : Nama : Alamat : No. dan Tgl TRUP : Surat permohonan : Nomor. Tanggal II. Hasil pemeriksaan : Jenis tanaman Varietas : Lokasi : Asal benih : : Sagu Tolok ukur Standar Hasil yang diperiksa - Umur benih 3-4 bulan setelah persemaian - Berat benih 2-5 kg - Bentuk banir Huruf L, tapal kuda - Warna daun tua Hijau - Kondisi daun Segar/tidak layu - Jumlah daun 2 daun baru yang sudah terbuka - Warna tangkai pelepah Hijau mengkilap daun - Panjang akar primer 5 cm - Akar Napas Sudah terbentuk - Perlakuan bekas pemotongan anakan Dengan Fungisida atau TAR

- Kesehatan Bebas OPT (Fungi, ulat sagu) III. Kesimpulan 1. Benih memenuhi syarat sebagai benih sagu tanpa polibeg sebanyak... batang. 2. Masa berlaku sertifikat mutu benih ini berikut labelnya maksimal 1 (satu) bulan setelah pemeriksaan. Demikian sertifikat mutu benih ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Kepala Balai/ Kepala UPTD Perbenihan..,tanggal, bulan, tahun Pengawas Benih Tanaman Nama Terang NIP. Nama Terang NIP.

Format-4 Balai Besar/UPTD Perbenihan Prov ===================================================== No. SERI:. SURAT KETERANGAN MUTU BENIH Nomor : Berdasarkan ketentuan yang berlaku tentang Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih di dalam wilayah Negara Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006) dan dari hasil pemeriksaan lapangan yang dilakukan pada tanggal.. terhadap : I. Pemohon : Nama : Alamat : No. dan Tgl TRUP : Surat permohonan : Nomor. Tanggal II. Hasil pemeriksaan : Jenis tanaman : Sagu Unggul lokal : Lokasi : Asal benih : Tolok ukur Standar Hasil yang diperiksa - Umur benih 3-4 bulan setelah persemaian - Berat benih 2-5 kg - Bentuk banir Huruf L, tapal kuda - Warna daun tua Hijau - Kondisi daun Segar/tidak layu - Jumlah daun 2 daun baru yang sudah terbuka - Warna tangkai pelepah daun - Panjang akar primer 5 cm Hijau mengkilap - Akar Napas Sudah terbentuk - Perlakuan bekas Dengan Fungisida atau

pemotongan anakan TAR - Kesehatan Bebas OPT (Fungi, ulat sagu) III. Kesimpulan 1. Benih memenuhi syarat sebagai benih sagu tanpa polibeg sebanyak... batang. 2. Masa berlaku sertifikat mutu benih ini berikut labelnya maksimal 1 (satu) bulan setelah pemeriksaan. Demikian surat keterangan mutu benih ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Kepala Balai/ Kepala UPTD Perbenihan..,tanggal, bulan, tahun Pengawas Benih Tanaman Nama Terang NIP. Nama Terang NIP.

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 94/Permentan/OT.140/9/2013 TANGGAL : 25 September 2013 Uraian Kegiatan STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Prosedur Sertifikasi Benih Sagu Dalam Polibeg No SOP Tgl Pembuatan Tgl Revisi Tgl Efektif Disahkan oleh Instruksi Kerja 1. Tujuan Melakukan sertifikasi benih sagu dalam polibeg 2. Objek yang diperiksa 3. Tempat pemeriksaan 4. Dokumen yang perlu diperiksa 5. Pemeriksaan mutu fisiologis benih Hasil pemeriksaan akan diterbitkan sertifikat/surat keterangan mutu benih Benih sagu dalam polibeg Kebun pembibitan sagu Asal-usul benih berupa anakan Tanda Registrasi Usaha Perbenihan (TRUP) Parameter yang diamati : No Kriteria Standar 1 Umur benih 4-12 bulan setelah penanaman dalam polibeg 2 Warna daun tua Hijau 3 Kondisi daun Segar/tidak layu 4 Jumlah daun 2 helai daun yang sudah terbuka 5 Warna Tangkai Hijau mengkilap pelepah daun 6 Kesehatan Bebas OPT (Fungi, ulat sagu) 7 Ukuran polibeg 50 cm x 40 cm x 0,2 mm 8 Warna polibeg Hitam

6. Pembuatan laporan hasil pemeriksaan PBT membuat laporan hasil pemeriksaan kepada Kepala Balai/UPTD Perbenihan Perkebunan sesuai format standar MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUSWONO

Format-1 LAPORAN ISIAN PEMERIKSAAN LAPANGAN SERTIFIKASI BENIH SAGU DALAM POLIBEG I. PEMERIKSAAN ADMINISTRASI No. TOLOK UKUR HASIL PEMERIKSAAN 1. Nama Penangkar benih. 2. Alamat 3. Penanggung jawab 4. Tanda Registrasi Usaha Perbenihan (TRUP) 5. Lokasi pembibitan - Desa - Kecamatan - Kabupaten/Propinsi 6. Status kepemilikan Lahan... 7. Sumber Daya Manusia yang dimiliki (orang) - SLTA - Sarjana Muda/Sarjana - Lain-lain 8. Tanggal Pemeriksaan. II. PEMERIKSAAN TEKNIS No. TOLOK UKUR STANDAR HASIL PEMERIKSAAN 1. Varietas Benih bina/unggul lokal... 2. Asal Benih BPT/Rumpun terpilih... 3. Bulan semai 4-12 bulan... 4. Kondisi lokasi Pembibitan Drainase baik... 5. Pengendalian Hama/Penyakit Harus dilakukan, jenis, dosis disesuaikan dengan jenis OPT 6. Pemeriksaan mutu fisiologis benih - Umur benih 4-12 bulan setelah penanaman dalam polibeg...

- Warna daun tua Hijau - Kondisi daun Segar/tidak layu - Jumlah daun 2 helai daun yang sudah terbuka - Warna Tangkai pelepah daun Hijau mengkilap - Kesehatan Bebas OPT (Fungi, ulat sagu) - Ukuran polibeg 50 cm x 40 cm x 0,2 mm - Warna polibeg Hitam..., tanggal... Penanggung Jawab Kebun Pengawas Benih Tanaman

Format-2 Tanam an sam pel Umur benih (bln) Warna daun tua FORM ISIAN PEMERIKSAAN LAPANGAN SERTIFIKASI BENIH SAGU DALAM POLIBEG Kondisi daun Uraian Pemeriksaan Lapangan Jumlah daun (helai) Warna Tangkai pelepah daun Kese hatan Ukuran polibeg Warna polibeg 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ketera ngan 30...., tanggal... Penanggung Jawab Kebun Pengawas Benih Tanaman

Format-3 Balai Besar/UPTD Perbenihan Provinsi ===================================================== No. SERI:. SERTIFIKAT MUTU BENIH Nomor :. Berdasarkan ketentuan yang berlaku tentang Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih di dalam wilayah Negara Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006) dan dari hasil pemeriksaan lapangan yang dilakukan pada tanggal.. terhadap : I. Pemohon : Nama : Alamat : No. dan Tgl TRUP : Surat permohonan : Nomor. Tanggal II. Hasil pemeriksaan : Jenis tanaman : Sagu Varietas : Lokasi : Asal benih : Tolok ukur Standar Hasil yang diperiksa Umur benih 4-12 bulan setelah penanaman dalam polibeg Warna daun tua Kondisi daun Jumlah daun Warna Tangkai pelepah daun Kesehatan Hijau Segar/tidak layu 2 helai daun yang sudah terbuka Hijau mengkilap Bebas OPT (Fungi, ulat sagu) Ukuran polibeg 50 cm x 40 cm x 0,2 mm

Warna polibeg Hitam III. Kesimpulan 1. Benih memenuhi syarat sebagai benih sagu dalam polibeg sebanyak... batang. 2. Masa berlaku sertifikat mutu benih ini berikut labelnya maksimal 6 (enam) bulan setelah pemeriksaan. Demikian sertifikat mutu benih ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Kepala Balai/ Kepala UPTD Perbenihan..,tanggal, bulan, tahun Pengawas Benih Tanaman Nama Terang NIP. Nama Terang NIP. 22

Format-4 Balai Besar/UPTD Perbenihan Prov ===================================================== No. SERI:. SURAT KETERANGAN MUTU BENIH Nomor : Berdasarkan ketentuan yang berlaku tentang Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih di dalam wilayah Negara Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006) dan dari hasil pemeriksaan lapangan yang dilakukan pada tanggal.. terhadap : I. Pemohon : Nama : Alamat : No. dan Tgl TRUP : Surat permohonan : Nomor. Tanggal II. Hasil pemeriksaan : Jenis tanaman : Sagu Varietas : Lokasi : Asal benih : Tolok ukur Standar Hasil yang diperiksa Umur benih 4-12 bulan setelah penanaman dalam polibeg Warna daun tua Hijau Kondisi daun Segar/tidak layu Jumlah daun 2 helai daun yang sudah terbuka Warna Tangkai pelepah daun Hijau mengkilap Kesehatan Bebas OPT (Fungi, ulat sagu) Ukuran polibeg 50 cm x 40 cm x 0,2 mm 23

Warna polibeg Hitam III. Kesimpulan 1. Benih memenuhi syarat sebagai benih sagu dalam polibeg sebanyak... batang. 2. Masa berlaku surat keterangan mutu benih ini berikut labelnya maksimal 6 (enam) bulan setelah pemeriksaan. Demikian surat keterangan mutu benih ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Kepala Balai/ Kepala UPTD Perbenihan..,tanggal, bulan, tahun Pengawas Benih Tanaman Nama Terang NIP. Nama Terang NIP. 24