EFEK PAPARAN ARUS LISTRIK MELALUI MEDIUM AIR TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK OTOT JANTUNG TIKUS WISTAR ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ialah muatan listrik yang bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu

PERBEDAAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI OTOT JANTUNG TIKUS WISTAR AKIBAT PAPARAN ARUS LISTRIK MELALUI MEDIA AIR TAWAR DAN AIR LAUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Diagnosis mengenai sebab kematian sengatan listrik ditegakkan bila terjadi

BAB 6 PEMBAHASAN. 6.1 Korelasi antara paparan arus listrik dosis bertingkat dengan jumlah titik hiperkontraksi serabut otot jantung

EFEK PAPARAN ARUS LISTRIK SECARA LANGSUNG TERHADAP KERUSAKAN HISTOPATOLOGI OTOT JANTUNG TIKUS WISTAR ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. 50% dari jumlah korban sengatan listrik akan mengalami kematian. 1 Banyaknya

HUBUNGAN PAPARAN ARUS LISTRIK SECARA LANGSUNG TERHADAP KERUSAKAN HISTOPATOLOGIK OTOT GASTROKNEMIUS TIKUS WISTAR ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN GAMBARAN HISTOPATOLOGIS KULIT TIKUS WISTAR AKIBAT PAPARAN ARUS LISTRIK PADA MEDIA AIR TAWAR DAN AIR LAUT JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

BAB 4 METODE PENELITIAN. Tikus wistar diadaptasi di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, Ilmu Farmakologi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan

HUBUNGAN ANTARA VARIASI BESAR PAPARAN ARUS LISTRIK BOLAK-BALIK TERHADAP WAKTU KEJADIAN KEMATIAN TIKUS WISTAR ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kedokteran forensik dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. 1 Kerusakan yang timbul

KORELASI ANTARA BESAR ARUS LISTRIK MELALUI MEDIUM AIR DENGAN KERUSAKAN HISTOPATOLOGI OTOT GASTROKNEMIUS TIKUS WISTAR ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN ARUS LISTRIK BOLAK-BALIK (AC) DI AIR TERHADAP KERUSAKAN OTOT JANTUNG TIKUS WISTAR

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

HUBUNGAN LAMA PAPARAN ARUS LISTRIK BOLAK-BALIK DI AIR TERHADAP DERAJAT KERUSAKAN OTOT EKSTREMITAS TIKUS WISTAR

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

PERBEDAAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI OTOT JANTUNG TIKUS WISTAR AKIBAR PAPARAN ARUS LISTRIK MELALUI MEDIA AIR TAWAR DAN AIR LAUT

BAB 4 METODE PENELITIAN

PERBEDAAN KERUSAKAN OTOT JANTUNG TIKUS WISTAR AKIBAT PAPARAN ARUS LISTRIK SECARA LANGSUNG DAN MELALUI MEDIA AIR

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pemeliharaan hewan coba dilakukan di Animal Care Universitas Negeri

Efek Paparan Arus Listrik terhadap Jumlah Titik Hiperkontraksi Otot Jantung dan Kadar Kreatin Kinase - MB Serum Tikus Wistar

PENGARUH PEMBERIAN BORAKS DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PERUBAHAN GAMBARAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS HEPAR SELAMA 28 HARI (Studi pada tikus wistar)

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

ANALISA GAMBARAN POST MORTEM MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS OTAK DAN HATI PADA TIKUS WISTAR SETELAH PEMBERIAN WARFARIN LD-50 DAN LD-100

BAB IV METODA PENELITIAN. designs) dengan rancangan randomized post-test control group design, 56 yang

PENGARUH PEMBERIAN METHANIL YELLOW PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR MENCIT BALB/C

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan panas, api, bahan kimia, listrik, atau radiasi. 1. mortalitas yang tinggi, terutama pada usia dibawah 40 tahun.

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster

PENGARUH PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP FIBROBLAS PASCA LUKA BAKAR PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Oleh : RAUZATUL FITRI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. PENGARUH LENDIR Abelmoschus esculentus (OKRA) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS WISTAR JANTAN MODEL TINGGI LEMAK

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN

HALAMAN PENGESAHAN. Telah direvisi dan disetujui Artikel Karya Tulis Ilmiah dari: : Universitas Diponegoro Semarang. : Program Pendidikan Sarjana

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang.

ABSTRACT THE EFFECT OF CALCIUM AND VITAMIN D TOWARDS HISTOPATHOLOGICAL CHANGES OF WISTAR MALE RAT S KIDNEY WITH THE INDUCED OF HIGH LIPID DIET

PENYEMBUHAN LUKA INSISI SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER

PENGARUH PARASETAMOL DOSIS ANALGESIK TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS HATI TIKUS WISTAR JANTAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Hartini Tiono, dr., M.Kes

ABSTRAK. PERBANDINGAN ANTARA PENGARUH OMEGA-3 DENGAN AEROBIC EXERCISE TERHADAP KADAR KOLESTEROL-LDL TIKUS JANTAN GALUR Wistar MODEL DISLIPIDEMIA

ABSTRAK PENGARUH AIR SEDUHAN BEKATUL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

PENGARUH PEMBERIAN KLOROFIL TERHADAP KENAIKAN KADAR HEMOGLOBIN PADA TIKUS MODEL ANEMIA

BAB III METODE PENELITIAN

EFEK REMOTE ISCHEMIC PRECONDITIONING TERHADAP KADAR CKMB TIKUS WISTAR PASCA INFARK MIOKARD YANG DIINDUKSI ISOPROTERENOL LAPORAN HASIL PENELITIAN

PENGARUH PARASETAMOL DOSIS ANALGESIK TERHADAP KADAR SERUM GLUTAMAT OKSALOASETAT TRANSAMINASE TIKUS WISTAR JANTAN

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING PENETAPAN PANITIA PENGUJI PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ABSTRAK ABSTRACT RINGKASAN SUMMARY KATA PENGANTAR

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

PENGARUH MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ARTIKEL ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

BAB III METODE PENELITIAN. random pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan.

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain posttest

PENGARUH PEMBERIAN RHODAMINE B PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 12 MINGGU TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TUBULUS PROKSIMAL GINJAL TIKUS WISTAR

PENGARUH RHODAMINE B PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 12 MINGGU TERHADAP GAMBARAN HISTOMORFOMETRI LIMPA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu farmakologi,

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA BUAH ALPUKAT (Persea

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA(

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia.

ABSTRAK. PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN

Kata kunci: salep ekstrak herba meniran, triamcinolone acetonide, penyembuhan luka

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN ETANOL 40% PERORAL TERHADAP KETEBALAN LAPISAN SEL SPERMATOGENIK TUBULUS SEMINIFERUS TIKUS WISTAR JANTAN DEWASA

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

PENGARUH RHODAMINE B PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 12 MINGGU TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PARU TIKUS WISTAR LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PEMBERIAN BORAKS DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PERUBAHAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS GASTER TIKUS WISTAR SELAMA 4 MINGGU

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt

PERBANDINGAN ANTARA DURASI WAKTU PEMBEKUAN TERHADAP TERJADINYA PEMBUSUKAN JARINGAN HEPAR PADA KELINCI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

Perbandingan Pemberian Brodifakum LD50 dan LD100 terhadap Perubahan Gambaran Patologi Anatomi Gaster Tikus Wistar

Transkripsi:

EFEK PAPARAN ARUS LISTRIK MELALUI MEDIUM AIR TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK OTOT JANTUNG TIKUS WISTAR THE EFFECTS OF ELECTRICAL EXPOSSURE THROUGH FRESH WATER MEDIUM TOWARDS HISTOPATHOLOGICAL CHANGES OF MYOCARDIAL WISTAR RATS ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum DIMAS EGA WIJAYA PUTRA G2A006048 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN 2010

EFEK PAPARAN ARUS LISTRIK MELALUI MEDIUM AIR TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK OTOT JANTUNG TIKUS WISTAR Dimas Ega Wijaya Putra 1, Hadi 2, Ratna Relawati 3 ABSTRAK Latar Belakang: Kematian karena aliran listrik dalam air tidak selalu menunjukkan fenomena spesifik. Hanya sekitar 55% yang menunjukan tanda tersebut, oleh sebab itu diagnosa kematian akibat sengatan listrik merupakan hasil kerjasama antara patologi, toksikologi forensik, dan polisi penyelidik. Jantung adalah organ yang paling rentan terpapar dalam kasus sengatan listrik. Penelitian ini diharapkan memberikan pengaruh yang bermakna untuk kepentingan medikolegal sehingga meminimalkan diagnosa yang tidak tepat tentang kematian akibat trauma arus listrik. Tujuan: Mengetahui efek paparan arus listrik melalui medium air terhadap gambaran histopatologik otot jantung pada tikus wistar. Metode: Penelitian ini dengan rancangan post test only control group design. Sampel 30 ekor tikus dibagi dalam 5 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus wistar. Kelompok V,VI,VII,VIII masing-masing diberi arus listrik dengan kuat arus 1-30mA, 31-60mA, 61-90mA, 91-120mA dilewatkan melalui medium air dengan tegangan 220volt selama 60detik. Organ jantung diambil, kemudian dibuat preparat dan dilakukan pengecatan Hematoksilin Eosin. Data yang dilihat adalah preparat ventrikel dan dilaporkan berupa jumlah titik hiperkontraksi. Hasil: Uji one way anova didapatkan hasil adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (p=0,000). Uji post hoc terdapat perbedaan bermakna antara masing-masing kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan (p=0,000 dan p=0,001), namun terdapat perbedaan tidak bermakna antara kelompok V dan kelompok VIII (p=0,999). Kesimpulan: Terdapat gambaran hiperkontraksi ventrikel jantung akibat paparan arus listrik secara bertingkat melalui medium air. Kata kunci: Kontak listrik melalui air, histopatologik otot jantung, hiperkontraksi ventrikel jantung tikus Wistar 1 Mahasiswa program pendidikan S-1kedokteran umum FK UNDIP 2 Staf Pengajar bagian Forensik FK UNDIP, Jl. Dr. Sutomo No. 18 Semarang 3 Staf Pengajar bagian Forensik FK UNDIP, Jl. Dr. Sutomo No. 18 Semarang ii

THE EFFECTS OF ELECTRICAL EXPOSSURE THROUGH FRESH WATER MEDIUM TOWARDS HISTOPATHOLOGICAL CHANGES OF MYOCARDIAL WISTAR RATS ABSTRACT Background: Death by electrocution in the water, not always show specific phenomenon. Only about 55% show spesific sign. The diagnosis of death by electrocution needs cooperation of pathology, toxicology forensic, and investigating officer. Heart is the organ most vulnerable exposed in case of electric shock. We hope this research give significant influence medicolegal aspect to minimize the confusion diagnostic about death by electrocution. Purpose Determine the effect of exposure to electric current through fresh water medium towards histopathological changes of myocardial wistar rat. Method: This research used the post test only control group design. 30 Wistar rats were divided into 5 groups. Each groups contains of 6 Wistar rats. Group V,VI,VII,VIII each given with a electric current flows 1-30mA, 31-60mA, 61-90mA, 91-120mA were them passed through a water medium with voltage 220volt during 60 seconds. The cardiac were taken and stained using Hematoxylin Eosin. Data views are preparations of the ventricle and Reported a number of point hypercontraction. Results: The result of one way anova showed a significant difference of the number of point hypercontraction in Wistar rats between control and experimental groups (p=0,000). The result of post hoc showed a significant difference of the number of point hypercontraction in Wistar rats between each control and experimental groups (p=0,000 and p=0,001), but there were no significant differences between group V and group VIII (p=0.999.) Conclusion: There are images of heart ventricles hypercontraction due multilevel electrical expossure through fresh water medium. Keyword: Water conducted electrical current, myocardial histopatologic, ventricle hipercontraction of myocardial in wistar rats. iii

1 PENDAHULUAN Lintasan listrik yang melalui jaringan dapat menyebabkan lesi kulit, kerusakan organ dan kematian. Kematian biasanya karena kecelakaan, baik di lingkungan rumah tangga atau industri, meskipun dapat pula terjadi pada kasus bunuh diri dan pembunuhan. 1 Jenis dan luasnya akibat sengatan listrik berhubungan langsung dengan tegangan listrik, besarnya paparan arus listrik, tahanan tubuh, lamanya kontak dengan sumber listrik, bagian tubuh yang terpapar listrik, dan tipe arus listrik. Lintasan arus listrik bolak-balik (AC) lebih sering menyebabkan trauma dibandingkan arus listrik searah (DC). Tegangan tinggi (lebih dari 500V) dapat menyebabkan kematian mendadak akibat dari henti jantung (cardiac arrest), tetapi untuk tegangan rendah (110-380V, arus searah 50-60Hz) kematian biasanya akibat dari fibrilasi ventrikel. Ada 3 mekanisme utama dalam proses terjadinya luka akibat sengatan listrik, yaitu kerusakan jaringan secara langsung, perubahan energi listrik menjadi energi panas yang mengakibatkan luka bakar dan diakhiri dengan nekrosis jaringan, serta serangan mekanik yang menimbulkan trauma. 1-3 Kasus di Amerika, 1000 orang meninggal dunia akibat sengatan listrik setiap tahunnya.kasus sengatan listrik menempati peringkat ke-5 sebagai kejadian fatal dalam kecelakaan kerja di Amerika, 1% kasus kematian dalam kecelakaan di rumah tangga disebabkan oleh sengatan listrik dan 60% dilaporkan peristiwa tersebut terjadi pada paparan arus listrik dengan tegangan 110-220V dan terbanyak pada kesalahan penggunaan peralatan rumah tangga atau penggunaan peralatan elektronik yang dekat dengan sumber air. William Dokov, melakukan autopsi terhadap 485 korban kematian akibat sengatan listrik di Bulgaria dari tahun 1980-2006. Secara gender, laki-laki lebih sering terpapar trauma listrik dibandingkan perempuan dengan persentase perbandingan 85% : 15%. Berdasarkan tempat kejadian 61% terjadi di dalam rumah tangga, 24% tempat kerja, dan 15% lainnya. Sedangkan berdasarkan besarnya paparan, arus listrik dengan tegangan rendah lebih sering menyebabkan trauma hingga kematian dengan frekuensi 42,06%, tegangan tinggi 30,72%, dan yang tidak diketahui 27,22%. 4-6

2 Luka bakar pada titik masuk arus listrik yang tampak pada pemeriksaan makroskopis biasa disebut dengan cutaneus electrical mark. Gambaran cutaneus electrical mark akan lebih jarang dan sulit ditemukan pada kasus sengatan listrik dalam air. Cutaneus electrical mark pada kejadian sengatan listrik di kamar mandi terkadang tidak dijumpai. Pada kejadian kematian akibat sengatan listrik di kamar mandi juga tidak ditemukan adanya luka bakar, dikarenakan pada keadaan basah resistensi kulit sedemikian rendah. Menyebabkan jumlah produksi panas tak cukup untuk meningkatkan suhu sampai titik lepuh sehinga tidak menimbulkan luka bakar spesifik pada kulit. Tetapi dapat terjadi kerusakan organ dalam sehingga mengakibatkan terjadinya kematian. Gambaran pucat yang terbentuk pada batas tubuh yang terendam air dan tidak terendam air dapat terjadi pada kasus kematian di bathtub, sehingga secara tidak langsung akan memberi petunjuk bagi dokter untuk menentukan penyebab kematian. Namun hal ini harus didukung dengan pasti telah terjadi peristiwa sengatan listrik atau ditemukan adanya peralatan listrik atau konduktor listrik di sekitar TKP. Oleh sebab itu diagnosanya merupakan hasil kerjasama antara patologi forensik, toksikologi forensik, dan polisi penyelidik. 2,7,8 Jantung adalah organ yang paling rentan terpapar dalam kasus sengatan listrik dan kelainan yang terjadi mulai dari aritmia hingga kemungkinan kerusakan struktur otot jantung. Sengatan listrik bisa menyebabkan bermacam-macam cardiac dysrhytmias seperti ventrikel asistol, fibrilasi ventrikel, sinus takikardi, dan blok denyut jantung. Biasanya kematian karena aritmia jantung menyebabkan fibrilasi ventrikel dan cardiac arrest (henti jantung). Gambaran klinis tersebut diatas juga dapat ditemukan pada penyakit jantung lain yang tidak ada hubungannya dengan sengatan listrik dan gambaran klinis tersebut tidak dapat dilihat jika orang tersebut telah meninggal dunia. 9,10 Oleh karena tanda makroskopis tersebut tidak spesifik maka diperlukan bukti mikroskopis, salah satunya dari gambaran histopatologik otot jantung korban. Gambaran mikroskopis otot jantung korban sengatan listrik dapat ditemukan tidak adanya perubahan patologi sama sekali sampai dengan terjadi kerusakan yang sangat berat pada serat otot berupa plak infark, perdarahan,

3 infiltrasi lemak dan edema. Fineschi (2006) melaporkan bahwa terjadi perubahan serat otot jantung berupa teregang dan terputusnya diskus interkalatus dan terputusnya myofibril (MFB) sebanyak 90 % korban akibat sengatan listrik. 11 Banyak eksperimen telah dilakukan untuk mengetahui efek paparan arus listrik terhadap gambaran histopatologik otot jantung tikus wistar, namun belum ditemukan penelitian mengenai efek paparan arus listrik secara bertingkat melalui medium air terhadap gambaran histopatologik otot jantung berupa hiperkontraksi ventrikel tikus wistar. Berdasarkan fakta tersebut, permasalahan penelitian ini adalah apakah efek paparan arus listrik melalui medium air berpengaruh terhadap gambaran histopatologik otot jantung pada tikus wistar. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efek paparan arus listrik melalui medium air terhadap gambaran histopatologik otot jantung pada tikus wistar. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai perbedaan gambaran histopatologik otot jantung tikus wistar akibat paparan kuat arus dengan dosis bertingkat dari kuat arus 1-30mA, 31-60mA, 61-90mA, 91-120mA. METODE Penelitian ini meliputi bidang kedokteran forensik, patologi anatomi, histologi dan ilmu fisika. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik dan Sistem Tenaga Fakultas Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian post test only control group design. Populasi penelitian ini adalah tikus jantan strain wistar yang diperoleh dari Universitas Negeri Semarang. Sedangkan sampel penelitian ini diperoleh dari populasi yang ada secara random. Penentuan besar sampel berdasarkan ketentuan WHO dengan jumlah sampel minimal lima ekor per kelompok. 12 Untuk validitas ditambahkan 1 ekor pada masing-masing kelompok. Penelitian ini terdiri dari lima kelompok yaitu satu kelompok kontrol dan empat kelompok perlakuan. Masingmasing kelompok terdiri dari enam ekor tikus wistar terbagi secara acak, sehingga

4 dibutuhkan jumlah sampel sebanyak 30 ekor tikus wistar. Kriteria inklusinya adalah tikus wistar jantan, umur 3-4 bulan, sehat, berat badan 150-200 gram, tidak terdapat cacat anatomi dan selama observasi tujuh hari sebelum perlakuan tidak sakit. Sebagai kriteria eksklusi yaitu tikus tampak sakit (gerakan tidak aktif) dan terdapat abnormalitas anatomi. Sampel dikatakan drop out jika tikus wistar mati pada saat perlakuan. Variabel bebas penelitian ini adalah arus listrik bertingkat melalui medium air dan variabel tergantung penelitian ini adalah gambaran histopatologik otot jantung berupa jumlah hiperkontraksi otot ventrikel tikus wistar. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer hasil penelitian gambaran histopatologik otot jantung berupa hiperkontraksi ventrikel pada tikus wistar dari kelompok perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol. Cara pengumpulan data penelitian ini adalah tikus wistar diadaptasi terlebih dahulu selama 7 hari serta diberi makan dan minum secukupnya. Sampel sebanyak 30 tikus wistar tersebut kemudian dibagi menjadi 5 kelompok secara acak, masing-masing terdiri dari 6 ekor tikus. Kelompok kontrol pada penelitian ini selanjutnya diberi label kontrol dan kelompok perlakuan diberi label kelompok V,VI,VII,VIII. Kelompok kontrol tidak diberi paparan arus listrik. Untuk kelompok perlakuan terlebih dahulu menempelkan konduktor listrik pada dinding wadah yang telah diisi air PDAM sebelumnya, kemudian tikus dimasukkan ke dalam wadah tersebut dengan posisi hanya ektremitas yang tenggelam. Kelompok V diberi paparan arus listrik 1-30mA, kelompok VI diberi paparan arus listrik 31-60mA, kelompok VII diberi paparan 61-90mA, kelompok VIII diberi paparan 91-120mA. Setelah diberi paparan arus listrik selama 60 detik, mematikan hewan coba yang belum mati dengan cara dekapitasi leher, membaringkannya terlentang dan dilakukan pembedahan untuk mengambil organ jantungnya. Bagian jantung yang diambil adalah ventrikel, kemudian dibuat preparat yang diproses dengan metode baku histologi, lalu dilakukan pemeriksaan mikroskopis. Setiap tikus dibuat dua preparat ventrikel dan tiap preparat dibaca pada keseluruhan lapangan pandang dengan perbesaran 400x.

5 Pengamatan dilakukan dengan melihat gambaran histopatologik yang tampak pada serat otot ventrikel yaitu berupa titik hiperkontraksi pada masingmasing kelompok kemudian dibandingkan dengan sampel kelompok kontrol yang tidak diberi paparan listrik dan selanjutnya dibandingkan antar kelompok eksperimental. Data hasil penelitian diolah dengan program komputer SPSS 18.00. Perbedaan gambaran histopatologik berupa jumlah hiperkontraksi ventrikel tikus wistar dianalisis dengan uji statistic one way anova dilanjutkan dengan uji Post Hoc. HASIL PENELITIAN Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 30 ekor tikus Wistar. Penentuan sampel untuk penelitian dilakukan secara random. Tabel 1. Hasil perhitungan jumlah hiperkontraksi ventrikel Kelompok Rata-Rata Kelompok Standar Deviasi Kontrol 1,000 0,283 Kelompok V 3,700 0,434 Kelompok VI 6,167 0,599 Kelompok VII 4,967 0,388 Kelompok VIII 3,633 0,427 Tabel 1 menampilkan mean dan standar deviasi jumlah hiperkontraksi ventrikel pada setiap kelompok. Mean jumlah hiperkontraksi ventrikel pada kelompok VI (6,167) lebih tinggi dibandingkan kelompok lain, sedangkan mean paling rendah terdapat pada kelompok kontrol (1,000). Uji kenormalan data dilakukan untuk mengetahui kondisi distribusi data hasil penelitian. Pada uji kenormalan data didapatkan data berdistribusi normal, maka pada analisis inferensial digunakan uji one way anova. Adapun hasil uji kenormalan data dapat dilihat pada tabel berikut ini:

6 Jumlah hiperkontraksi ventrikel Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Kelompok Statistik N Sig. Nilai p Kontrol 0.982 6 0.960 V 0.940 6 0.659 VI 0.853 6 0.167 VII 0.912 6 0.452 VIII 0.892 6 0.331 Distribusi data diuji menggunakan uji Saphiro-Wilk dan didapatkan distribusi data normal dengan nilai signifikansi (p>0.05) pada semua kelompok percobaan. Kemudian varians data diuji dengan menggunakan Test of Homogeneity of Variances dan didapatkan varians data sama dengan p= 0.228 (p>0.05). Tabel 3. Test of One Way Anova df Mean square F Sig. Between Groups 4 22.195 115.597 0.000 Within Groups 25 0.192 Total 29 Data penelitian kemudian diuji secara analitis dengan uji one way Anova karena didapatkan distribusi data normal dan varians data yang homogen. Pada uji one way Anova diperoleh nilai p=0.000 (p<0.05), yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna. 7 Analisis data diteruskan menggunakan uji Post Hoc untuk menilai perbedaan masing-masing kelompok dan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4. Hasil uji statistik perbandingan antar kelompok

Kelompok Kontrol V VI VII VIII (I=1-30mA) (I=31-60mA) (I=61-90mA) (I=91-120mA) Kontrol - 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* V 0.000* - 0.000* 0.000* 0.999 (I=1-30mA) VI 0.000* 0.000* - 0.001* 0.000* (I=31-60mA) VII 0.000* 0.000* 0.001* - 0.000* (I=61-90mA) VIII (I=91-120mA) 0.000* 0.999 0.000* 0.000* - *Hasil uji Post Hoc bermakna jika p<0.05 Uji post hoc, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan V (p=0.000), kontrol dengan kelompok perlakuan VI (p=0.000), kontrol dengan kelompok perlakuan VII (p=0.000), kontrol dengan kelompok perlakuan VIII (p=0.000), kelompok perlakuan V dengan kelompok perlakuan VI (p=0.000), kelompok perlakuan V dengan kelompok perlakuan VII (p=0.000), kelompok perlakuan VI dengan kelompok perlakuan VII (p=0.001), kelompok perlakuan VI dengan kelompok 8 perlakuan VIII (p=0.000), kelompok perlakuan VII dengan kelompok perlakuan VIII (p=0.000) dan terdapat perbedaan tidak bermakna antara kelompok perlakuan V dengan kelompok perlakuan VIII (p=0.999). 6.00 Hiperkontraksi 4.00 2.00 0.00 Kontrol Kelompok V Kelompok VI Kelompok Kelompok VII Kelompok VIII Gambar. Box plot jumlah hiperkontraksi ventrikel

PEMBAHASAN Luka bakar pada titik masuk arus listrik yang tampak pada pemeriksaan makroskopis biasa disebut dengan cutaneus electrical mark. Gambaran cutaneus electrical mark akan lebih jarang dan sulit ditemukan pada kasus sengatan listrik dalam air. Cutaneus electrical mark pada kejadian sengatan listrik di kamar mandi terkadang tidak dijumpai. Pada kejadian kematian akibat sengatan listrik di kamar mandi juga tidak ditemukan adanya luka bakar, dikarenakan pada keadaan basah resistensi kulit sedemikian rendah. Menyebabkan jumlah produksi panas tak cukup untuk meningkatkan suhu sampai titik lepuh sehinga tidak menimbulkan luka bakar spesifik pada kulit. Tetapi dapat terjadi kerusakan organ dalam sehingga mengakibatkan terjadinya kematian. Gambaran pucat yang terbentuk pada batas tubuh yang terendam air dan tidak terendam air dapat terjadi pada kasus kematian di bathtub, sehingga secara tidak langsung akan memberi petunjuk bagi dokter untuk menentukan penyebab kematian. Namun hal ini harus didukung dengan pasti telah terjadi peristiwa sengatan listrik atau ditemukan adanya peralatan listrik atau konduktor listrik di sekitar TKP. Oleh sebab 9itu diagnosanya merupakan hasil kerjasama antara patologi forensik, toksikologi forensik, dan polisi penyelidik. 2,7,8 Jantung adalah organ yang paling rentan terpapar dalam kasus sengatan listrik. Sengatan listrik bisa menyebabkan bermacam-macam cardiac dysrhytmias seperti ventrikel asistol, fibrilasi ventrikel, sinus takikardi, dan blok denyut jantung. Biasanya kematian karena aritmia jantung menyebabkan fibrilasi ventrikel dan cardiac arrest (henti jantung). 9,10 Oleh karena tanda makroskopis tersebut tidak spesifik maka diperlukan bukti mikroskopis, salah satunya dari gambaran histopatologik otot jantung korban. Gambaran mikroskopis otot jantung korban sengatan listrik dapat ditemukan tidak adanya perubahan patologi sama sekali sampai dengan terjadi kerusakan yang sangat berat pada serat otot berupa plak infark, perdarahan, infiltrasi lemak dan edema. Fineschi (2006) melaporkan bahwa terjadi perubahan

serat otot jantung berupa teregang dan terputusnya diskus interkalatus dan terputusnya myofibril (MFB) sebanyak 90 % korban akibat sengatan listrik. 11 Penelitian ini dilakukan berdasarkan pertimbangan banyaknya penelitian yang meneliti efek paparan arus listrik baik secara langsung maupun melalui medium air, akan tetapi penulis belum pernah menemukan penelitian mengenai efek paparan arus listrik secara bertingkat melalui medium air terhadap gambaran histopatologik otot jantung berupa hiperkontraksi ventrikel secara mikroskopis pada tingkat hewan coba. Berdasar tujuan yang hendak dicapai, maka jenis penelitian yang telah dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan post test only control group design. Menggunakan lima kelompok, yaitu empat kelompok perlakuan dan satu kelompok kontrol. Penilaian dilakukan hanya pada saat post test, dengan membandingkan hasil observasi antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dan antar kelompok perlakuan. Untuk menghindari bias, analisa hasil dilakukan dengan teknik double blind, di mana kedua pemeriksa tidak mengetahui tiap-tiap anggota kontrol dan perlakuan. Kemudian hasil ditulis dalam formulir untuk dianalisa lebih lanjut. Uji statistik terhadap gambaran histopatologi otot jantung berupa hiperkontraksi ventrikel 10 menunjukkan adanya perbedaan efek terhadap jumlah hiperkontraksi ventrikel seiring dengan meningkatnya arus yang dipaparkan. Telah didapat hasil penelitian yang sesuai dengan harapan penulis. Paparan arus listrik sebesar 1-30mA, 31-60mA, 61-90mA, 91-120mA selama 60 detik melalui medium air menunjukkan gambaran perubahan histopatologik berupa hiperkontraksi ventrikel yang bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penyebabnya jantung mempunyai proses adaptasi ketika terdapat aliran listrik berlebih masuk ke tubuh dengan cara hiperkontraksi ventrikel yang merupakan suatu bentuk histopatologis dari jantung. Hal ini menunjukkan bahwa secara patologi organ, paparan arus listrik berlebih memiliki resiko kerusakan hingga mematikan terhadap jantung sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan cardiac arrest (henti jantung). 9,10 Berdasarkan Hukum Ohm, jika tegangan listrik meningkat dan atau tahanan jaringan tubuh menurun, terjadi peningkatan jumlah arus listrik yg melewati jaringan tubuh. 13 Dalam hal ini yang

menyebabkan turunnya tahanan tubuh adalah air. Selain itu juga air mempercepat hantaran listrik ke tubuh. 14 Arus listrik yang masuk ke dalam tubuh menjadi lebih besar dan cepat, sehingga memunculkan gambaran histopatologik otot jantung berupa hiperkontraksi ventrikel. Terdapat fase puncak jumlah hiperkontraksi ventrikel pada kelompok perlakuan VI menunjukkan bahwa jantung hanya mampu melakukan adaptasi berupa hiperkontraksi ventrikel pada paparan arus listrik maksimal 60mA melalui medium air, selebihnya jika arus listrik semakin kuat, jantung tidak dapat lagi melakukan adaptasi, terjadi fibrilasi ventrikel, selain itu juga rangsangan listrik secara terus-menerus dapat menyebabkan tetani yang mana pada akhirnya terjadi cardiac arrest (henti jantung). 15 Dengan demikian gambaran hiperkontraksi pada kelompok VII dan VIII tampak sedikit karena cardiac arrest cepat terjadi. Sehingga didapatkan tikus yang langsung mati pada kelompok perlakuan VII dan VIII. Terdapat perubahan jumlah hiperkontraksi ventrikel yang tidak bermakna antara kelompok perlakuan V dan VIII. Hal ini disebabkan pada kelompok perlakuan VIII dipaparkan arus listrik yang tinggi masuk ke tubuh melalui 11 medium air, dan hal itu diluar batas kemampuan jantung untuk melakukan adaptasi terhadapa perubahan patologi tersebut, cardiac arrest lebih cepat terjadi, sehingga jumlah hiperkontraksi ventrikel yang terjadi berkurang dimana penurunan jumlah rerata hiperkontraksi antara kelompok VIII terdapat perbedaan yang tidak bermakna dengan kelompok V. Kejadian kematian akibat paparan listrik melalui medium air yang terus meningkat, penulis menyarankan perlu ada penelitian lebih lanjut dengan variasi waktu dan variasi jumlah arus yang dipaparkan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan serta kewaspadaan masyarakat terhadap arus listrik khususnya melalui medium air dan atau dalam keadaan basah. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya dalam lingkup lamanya waktu kematian sebagai akibat paparan listrik beringkat melalui medium air.

Perlu adanya penelitian lanjutan mengingat penelitian semacam ini masih jarang dilakukan dan eksplorasi lebih lanjut untuk mendapatkan gambaran histopatologik berupa ruptur dan nekrosis serat otot jantung dengan durasi penelitian yang lebih lama dan kuat arus yang lebih bervariasi, serta lapangan pandang yang lebih besar. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT dan berterima kasih kepada dr. Neni Susilaningsih, MSi selaku ketua penguji, dr. Udadi Sadhana, MKes, Sp.PA selaku penguji dan konsultan dalam pembacaan preparat, staf bagian forensik, histologi dan patologi anatomi FK Undip yang telah membantu penulis sehingga tersusunlah artikel karya tulis ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Cushing TA, Wright RK. Electrical injuries. [homepage on the internet]. c2003 [cited 2009 Okt 11]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/770179-overview 2. DiMaio VJM, DiMaio D. Forensic pathology.2 nd ed. Florida: CRC Press; 2001. 3. Daley BJ. Aycinena JF, Mallat AL. Electrical injuries. [homepage on the internet]. c2008 [cited 2009 Okt 11]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/433682-overview

4. Goldman RD, Einarson A, Koren G. Electric shock during pregnancy. Can fan physician [serial on the internet]. 2003 [cited 2009 Okt 11]; 49(2):297-298. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=2214198 5. Bockhold B, Schneider V. Death by electrocution on bathtub. [homepage on the internet]. c2003 [cited 2009 Okt 11]. Available from: http://www.medline.ru/public/sudm/a2/art3-2-2.phtml 6. Dokov W. Characteristics of lethal electrical injuries incentral and northeastern Bulgaria for a 27-Year Period (1980-2006). Eplasty [serial on the internet]. 2008 [cited 2009 Okt 11]; 8(2):101-105. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16078070 7. Cooper AM, Price TG. Electrical and lightning injuries. [homepage on the internet]. [cited 2009 Okt 11]. Available from: http://www.uic.edu/labs/lightninginjury/treatment.html 8. Dzhokic G, Jovchevska J, Dika A. Electrical injuries: etiology, patophysiology, and mechanism of injury. Maced J Med S [serial on the internet]. 2008 [cited 2009 Okt 24]; 1(2):54-58. Available from: 13 http://www.mjms.ukim.edu.mk 9. Forest FC, Saunders PR, McSwinney M, Tooley MA. Cardiac injury and electrocution. J R Soc Med [serial on the internet]. 1991 [cited 2009 Okt 24]; 12 85(10):642-643. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1293702 10. Varol E, Ozaydin M, Altinbas A, Dogan A. Low-tension electrical injury as a cause of atrial fibrillation. Tex Heart Inst J [serial on the internet]. 2004 [cited 2009 Okt 24]; 31(2): 186-187. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=427385 11. Fineschi V. Cardiac pathology in death from electrocution. Int J Legal Med [serial on the internet]. 2006 [cited 2009 Des 21]; 120(2):79-82. Available from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16078070

12. Putranto B.E. Patologi Saluran Napas. Semarang: Universitas Diponegoro, 1997. 13. Knight B, Forensic pathology.2 nd ed. London: Arnold; 1996. 14. Gabriel JF. Fisika kedokteran. Cetakan ke 7. Jakarta: EGC; 1996. 15. Shepherd R. Simpson s forensic medicine. New York: Oxford University Press Inc; 2003.