BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA PENGGUNAANNYA DALAM RANAH SOSIOLINGUISTIK

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PROSES PEMBELAJARAN BAHASA JAWA KELAS X SMA ANGKASA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari.

METODE PENELITIAN. alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dipakai dalam interaksi antara dua orang atau lebih dan dapat

Alih Kode Pada Masyarakat Sosial Kelas Atas

BAB II LANDASAN TEORI. bervariasi sesuai dengan perkembangan zaman. Terjadinya keragaman atau

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dengan bahasa, ketika

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin

CAMPUR KODE BAHASA INGGRIS DALAM PERCAKAPAN DI FACEBOOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dapat digunakan manusia dalam menyampaikan ide, gagasan,

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TINGKAT SEKOLAH DASAR. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif karena desain ini merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang pernah diteliti antara lain sebagai berikut ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. ini dapat terlaksana dengan bahasa sebagai media perantaranya. Bahasa dalam hal ini

BAB II PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA SISWA DI SEKOLAH DASAR. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia bahasa adalah sistem lambang bunyi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KAMPUS UPI TASIKMALAYA Oleh: Enung Rukiah ABSTRAK

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

ALIH KODE DALAM INTERAKSI PEDAGANG DAN PEMBELI DI KAWASAN KAKI LIMA MALIOBORO YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. semangat kebangsaan dan semangat perjuangan dalam mengantarkan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

Modul ke: BAHASA INDONESIA RAGAM BAHASA. Fakultas EKONOMI DAN BSNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari. nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pendidikan tidak dapat diragukan lagi. akan pola-pola penggunaan bahasa dalam interaksi belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK.

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nurlaila Djamali (2005) mengkaji tentang Variasi Bahasa Bolaang Mongondow

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. hubungan antarbahasa sehingga timbul penyerapan bahasa-bahasa asing ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya. Berkomunikasi merupakan cara manusia saling

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

2016 PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA CIREBON DI KALANGAN GENERASI MUDA

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain.

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. menganggapnya sebagai hal yang biasa, seperti bernafas atau berjalan. (Bloomfield,

PENGGUNAAN BAHASA KATA TIDAK BAKU DAN CAMPUR KODE DALAM NASKAH DRAMA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari bahasa. Bahasa menyerap masuk ke dalam pemikiran-pemikiran

DAFTAR SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. individu lain yang berasal dari daerah atau wilayah lain. Oleh karena itu, bahasa. Indonesia dijadikan sebagai bahasa nasional.

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin banyak penduduk yang datang dari daerah lain. Salah satunya adalah pendatang dari Banyuwangi yang jumlahnya semakin meningkat tiap tahun. Kedatangan mereka di semarang tidak lain adalah untuk belajar dan bekerja. Diantara mereka ada yang telah cukup lama tinggal di Semarang. Rata-rata mereka telah tinggal lebih dari tiga tahun di Semarang. Diantara para pendatang tersebut ada yang tinggal untuk sementara dan ada yang tinggal dalam jangka waktu yang lama. Dengan semakin banyaknya pendatang dari daerah lain dengan latar belakang budaya yang berbeda akan mempengaruhi pemakaian bahasa di antara mereka. Hal inilah yang akhirnya meyakinkan bahwa masyarakat Semarang merupakan masyarakat tutur bilingual. Dalam berinteraksi antara peserta tutur satu dengan peserta tutur yang lain akan terjadi persentuhan bahasa, sehingga menimbulkan bentuk tutur bahasa Indonesia yang bervariasi. Salah satu variasi dalam bahasa Indonesia yang mempunyai bentuk khas yaitu bahasa Indonesia yang digunakan oleh kalangan penutur bahasa yang berbahasa Jawa dialek Banyuwangi di Semarang. Pada pendatang tersebut telah menetap cukup lama di Semarang. Kebanyakan mereka berprofesi sebagai pelajar. Setiap tahun jumlah

mereka terus bertambah dan mulai membentuk suatu masyarakat yang berinteraksi dengan penduduk asli Semarang maupun pendatang dari daerah lain. Namun pada kenyataannya, meskipun mereka telah menyatu dengan masyarakat sekitarnya, mereka tidak pernah meninggalkan bahasa ibu yang telah mereka pergunakan di daerah asal mereka, terutama bila mereka mengadakan komunikasi dengan sesama pendatang dari Banyuwangi. B. Bahasa dan Masyarakat Bahasa. Bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting didalam kehidupan manusia. Bahasa didalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat penting untuk berkomunikasi. Dengan adanya bahasa maka komunikasi akan berjalan lancar. Bahasa memiliki beberapa fungsi khusus antara lain : 1. Sebagai alat komunikasi. 2. Merupakan cerminan dari masyarakat. 3. Bagian dari tingkah laku manusia. Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak dapat dipisahkannya bahasa dengan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu bahasa tidak akan ada tanpa adanya pengguna, yaitu masyarakat. Dan masyarakat itu sendiri tidak akan dapat berkomunikasi jika tidak ada bahasa. Berbicara mengenai bahasa, tentu saja tidak bisa lepas dari masyarakat bahasa (speech community). Istilah masyarakat biasanya diidentifikasikan dengan sekelompok individu sebagai anggota masyarakat yang saling mengadakan komunikasi. Bahasa bukanlah semata-mata sebagai sarana komunikasi, namun juga

mempunyai fungsi yang lain yaitu sebagai lambang identitas diri atau kelompok masyarakat pemakainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing masyarakat memiliki bahasa sendiri terutama masyarakat Banyuwangi yang menegaskan bahwa masyarakat bahasa terbentuk karena adanya saling pengertian (mutual intelligibility) diantara masyarakat pengguna bahasa tersebut. C. Pengertian Kedwibahasaan Pelajar dan pekerja pada umumnya menguasai dan mengenal lebih dari satu bahasa, meskipun tingkat penguasaan bahasanya berbeda satu dengan lainnya. Masyarakat bahasa yang demikian disebut dengan masyarakat bahasa yang bilingual. Bloomfield (1973 : 56) memberikan definisi tentang bilingualisme sebagai penguasaan yang sama baik terhadap dua bahasa, seperti penguasaan bahasa oleh penutur asli. Sedangkan menurut Nababan (1985 : 32), seorang yang bilingual adalah orang yang memiliki kemampuan berbicara dengan dua bahasa, dialek, ragam bahasa, atau lebih yang meliputi perbedaan bunyi serta perbedaan kosakata. Sedangkan bilingualitas ditekankan pada seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempraktekkan dua bahasa ketika berinterakasi dengan sesama pengguna bahasa. Terdapat usaha untuk menjelaskan pengertian tentang bilingualisme yang lebih rinci yaitu tentang tingkat, fungsi, pergantian dan interaksi yang terkandung dalam pengertian bilingualisme.

Yang dimaksud dengan tingkat adalah sejauh mana seseorang mengetahui bahasa yang digunakan, atau dengan kata lain sejauh mana ia menjadi seorang bilingual. Semakin banyak unsur yang dikuasai oleh seseorang semakin tinggi tingkat bilingualnya. Sedangkan fungsi mengandung pengertian untuk apa ia menggunakan bahasa-bahasa itu. D. Alih Kode Sebelum mengetahui tentang alih kode, kita terlebih dahulu sebaiknya mengetahui tentang kode. Menurut Suwito (1983 : 67 ), kode adalah salah satu varian didalam hierarki kebahasaan yang meliputi varian regional (dialek), varian kelas sosial (dialek sosial), Sedangkan Menurut pendapat Kridalaksana (1982 : 87 ) kode adalah 1. lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu. 2. sistem bahasa di dalam suatu masyarakat. Poedjosoedarmo (1979 : 87 ) memaparkan pendapat Appel bahwa kode hanya dipergunakan untuk menyebut hierarki kebahasaan tertinggi yaitu bahasa. Selain itu, Poedjosoedarmo (1979 : 34 ) juga mengutip pendapat Hymes bahwa kode tidak hanya meliputi bahasa tetapi dapat juga berupa variasi-variasi dalam bahasa. Menurut Kridalaksana (1993 : 113) istilah kode digunakan untuk menyebut sistem ucapan yang digunakan untuk menggambarkan makna tertentu. Kode juga merupakan sistem bahasa dalam suatu masyarakat serta merupakan variasi tertentu dalam bahasa.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kode adalah varian tertentu dari suatu bahasa. Alih kode adalah peristiwa peralihan dari satu kode yang satu ke kode yang lain, Alih kode merupakan salah satu aspek tentang saling ketergantungan bahasa didalam masyarakat multilingual. Appel (dalam Suwito, 1985 : 69) berpendapat bahwa alih kode adalah istilah umum untuk menyebut pergantian atau peralihan pemakaian dua bahasa atau lebih. Alih kode terjadi jika keadaan berbahasa menuntut penutur untuk mengganti bahasa atau ragam yang sedang dipergunakan. Alih kode dikenali terutama pada masyarakat yang dwi bahasa atau multi bahasa akan tetapi juga dapat terjadi pada masyarakat monolingual. Didalam masyarakat monolingual alih kode ini terjadi dari variasi bahasa satu ke variasi variasi bahasa yang lain (Poedjosoedarmo, 1986 : 13 ). Hal ini akan tampak jelas pada masyarakat yang bahasanya mengenal tingkat tutur misalnya bahasa Jawa. Peristiwa alih kode biasanya dikaitkan dengan kedwibahasaan atau keaneka bahasaan. Berdasarkan keterangan diatas dapat dipahami peristiwa alih kode tidak hanya terjadi pada masyarakat bilingual dan multi bilingual saja, akan tetapi juga dapat terjadi pada masyarakat monolingual. Alih kode pada masyarakat monolingual ini adalah peralihan atau pergantian dari satu variasi ke variasi bahasa yang lain, karena pada masyarakat ini berupa varian-varian dari bahasa yang lain. Disamping itu adanya latar belakang munculnya alih kode. Dalam pambahasan latar belakang terjadinya alih kode hanya akan diuraikan maksud atau kehendak hati

penutur terhadap lawan bicara dan persepsi terhadap kedudukan sosial dan relasinya dengan orang kedua atau hubungan setara dan hubungan tidak setara. 1. Maksud atau kehendak hati penutur (orang 1) dapat dikelompokkan dalam dua motif sbb : a. Motif penyesuaian adalah untuk menyesuaikan atau untuk mengimbangi tuturan terhadap bahasa yang dipergunakan. b. Motif emotif adalah untuk mengungkapkan kemarahan dan menetralisir keadaan, selain untuk mengungkapkan kemarahan juga untuk mengungkapkan rasa cinta, sayang, benci, dan lain sebagainya. 2. Persepsi terhadap kedudukan sosial yaitu adanya hubungan setara dan tidak setara didalam hubungan tersebut adanya hubungan akrab dan hubungan berjarak sedangkan pengertiannya adalah sebagai berikut : - Hubungan setara adalah hubungan antara penutur yang tingkat sosialnya sama. - Hubungan tidak setara adalah hubungan antara penutur yang tingkat sosialnya tidak sama atau tidak setara. - Hubungan akrab adalah pada saat mereka berkomunikasi dengan sesama pendatang dari Banyuwangi yang sudah dikenal akrab. - Hubungan berjarak adalah hubungan yang belum saling mengenal. Faktor-faktor penyebab alih kode dapat ditelusuri melalui keterkaitan suatu pembicaraan dengan konteks dan situasi berbahasa. Hymes (1964) mengemukakan

faktor-faktor dalam suatu interaksi pembicaraan yang dapat mempengaruhi penetapan makna, yaitu : Siapa pembicara atau bagaimana pribadi pembicara? Dimana atau kapan pembicaraan itu berlangsung? Apa modus yang digunakan? Apa topik atau subtopik yang dibicarakan? Apa fungsi dan tujuan pembicaraan? Apa ragam bahasa dan tingkat tutur yang digunakan? Alih kode dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: 1. Jenis alih kode : alih bahasa, alih ragam bahasa, alih tingkat tutur 2. Tataran alih kode : tataran fonologi, tataran fonem, tataran kata atau fase 3. Sifat alih kode : alih kode sementara, alih kode tetap atau permanen 4. Faktor penyebab alih kode : pribadi pembicara, hubungan dengan mitra pembicara, topik atau subtopik. Variasi-variasi bahasa adalah bentuk-bentuk pola umum bahasa. yang masingmasing mempunyai pola yang menyerupai pola umum bahasa. Variasi bahasa tersebut dapat berupa dialek. Ideolek merupakan variasi bahasa yang bersifat individual. Ideolek adalah bagian dari suatu bahasa yang latar belakang terjadinya disebabkan oleh faktor fisik dan psikis individu yang berbeda dengan individu yang lain. Jadi ideolek berupa kekhasan tuturan tiap-tiap orang, Kekhasan tuturan ini tidak hanya pada tuturan lisan saja tetapi juga dalam hal tulisan.

Kekhasan yang dimiliki secara bersama-sama oleh sejumlah orang sehingga membentuk suatu varian tutur yang berbeda dengan varian tutur kelompok lain dalam suatu masyarakat bahasa disebut sebagai dialek. Martin Joos (dalam Nababan, 1993 : 22) merinci ragam menjadi lima macam yaitu ragam baku (frozen), Ragam formal, Ragam usaha (consultative), Ragam santai (casual), dan ragam intim (intimate). Ragam baku yaitu Ragam bahasa yang dipakai dalam situasi khidmat, Ragam formal yaitu ragam bahasa yang dipakai dalam situasi formal, Ragam santai dipakai dalam situasi yang tidak resmi, Ragam santai dipergunakan dalam situasi yang lebih akrab dan kekeluagaan. E. CAMPUR KODE Kridalaksana (1982; 32) memberikan batasan campur kode atau interferensi sebagai penggunaan satuan bahasa dari suatu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa, termasuk di dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dan sebagainya. Nababan (1989:32) menegaskan bahwa suatu keadaan berbahasa menjadi lain bilamana orang mencampurkan dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam situasi berbahasa yang menuntut percampuran bahasa itu. Dalam keadaan demikian, hanya kesantaian penutur dan atau kebiasannya yang dituruti. Tindak bahasa yang demikian disebut campur kode. Dalam situasi berbahasa yang formal, jarang terdapat campur kode. Ciri yang menonjol dari campur kode ini adalah kesantaian atau situasi informal. Kalau terdapat campur kode dalam keadaan demikian, hal ini disebabkan

karena tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang dipakai itu, sehingga perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa lain (bahasa asing). Sifat campur kode dibedakan antara interferensi dengan kalimat integratif. Interferensi merupakan masuknya unsur suatu bahasa ke dalam bahasa lain yang belum diserap, jadi bersifat sementara. Kalimat integratif merupakan masuknya unsur suatu bahasa ke dalam bahasa lain dan diserap, jadi bersifat tetap atau permanen (Beardsmore,1982 : 44). Hamers dan Blanc (1983: 78) mengemukakan bahwa interferensi dapat terjadi dalam bidang fonologi, sintaksis dan semantik. Jika interferensi dalam bidang semantik tidak dianggap sebagai pengaruh asing, maka campur kode ini bersifat permanen dan disebut kalimat integratif. Haugen dan Beardsmore (1982: 46) melaporkan bahwa kebanyakan hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur nomina paling mudah bercampur dari satu bahasa ke dalam bahasa lain, sedangkan struktur atau fungsi bahasa agak sukar mengalami campur kode. Selanjutnya, Haugen dan Beardsmore (1982: 46) melaporkan bahwa unsur bahasa yang mudah bercampur setelah nomina adalah verba, adjektiva, adverbial, preposisi dan interjeksi; sedangkan pronomina dan artikel menunjukkan kekokohan untuk tidak bercampur dengan unsur bahasa lain. Seperti halnya alih kode, campur kode juga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang : 1. Jenis campur kode : campur bahasa, campur ragam, campur tingkat tutur.

2. Tataran campur kode : tataran fonem, tataran morfem, tataran kata atau frasa, tataran kalimat. 3. Sifat campur kode: campur kode sementara, campur kode tetap atau permanen. 4. Faktor penyebab campur kode: kesantaian atau situasi informal, kebiasaan, tidak menemukan ungkapan yang tepat dalam bahasa yang dipakai. F. TIPE ALIH KODE ATAU CAMPUR KODE Tipe alih kode dapat dikelompokkan dua macam yaitu alih kode intern dan ekstern. Alih kode intern apabila bahasa jawa dialeknya bersumber dari bahasa daerah dengan bahasa Indonesia. Sedangkan alih kode ekstern merupakan peralihan kode yang terjadi antara kode bahasa Indonesia dengan bahsa asing. G. FAKTOR FAKTOR PENYEBAB DAN TUJUAN MELAKUKAN ALIH KODE ATAU CAMPUR KODE. Beberapa faktor penyebab terjadinya alih kode atau campur kode dipengaruhi oleh konteks dan situasi berbahasa yang dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pembicara dan pribadi pembicara Pembicara kadang-kadang sengaja beralih kode terhadap mitra bahasa karena dia mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Dipandang dari pribadi pembicara, ada berbagai maksud dan tujuan beralih kode antara lain pembicara ingin mengubah situasi pembicaraan, yakni dari situasi formal yang terikat ruang dan waktu ke situasi nonformal yang tidak terikat ruang dan

waktu. Pembicara kadang-kadang melakukan campur kode bahasa satu ke dalam bahasa yang lain karena kebiasaan atau kesantaian. b. Mitra bicara Mitra bicara dapat berupa individu atau kelompok. Dalam masyarakat bilingual, seorang pembicara yang mula-mula menggunakan satu bahasa dapat beralih kode menggunakan bahasa lain dengan mitra bicaranya yang mempunyai latar belakang bahasa daerah yang sama. Seorang bawahan yang berbicara dengan seorang atasan mungkin menggunakan bahasa Indonesia dengan disisipi kata-kata dalam bahasa daerah yang nilai tingkat tuturnya tinggi dengan maksud untuk menghormati. Sebaliknya, seorang atasan yang berbicara dengan bawahan mungkin menggunakan bahasa Indonesia dengan disisipi kata-kata daerah (Jawa ngoko) yang memiliki tingkat tutur rendah dengan maksud untuk menjalin keakraban. Pertimbangan mitra bicara sebagai orang ketiga juga dapat menimbulkan alih kode jika orang ketiga ini diketahui tidak dapat menggunakan bahasa yang mula-mula digunakan kedua pembicara. Misalnya, pembicara dan mitra bicara menggunakan bahasa Jawa dialek Banyuwangi beralih kode menggunakan bahasa Jawa dialek Semarang karena hadirnya seorang penutur yang memasuki situasi pembicaraan. c. Tempat Tinggal dan Waktu Pembicaraan Berlangsung Pembicaraan yang terjadi di Tlogosari Semarang, misalnya, dilakukan oleh masyarakat dari berbagai etnis. Komunikasi dalam masyarakat yang begitu kompleks semacam itu timbul banyak alih kode dan campur kode. Alih

bahasa atau campur kode itu dapat terjadi dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain, dan dari tingkat tutur suatu bahasa ke tingkat tutur bahasa yang lain. d. Modus Pembicaraan Modus pembicaraan merupakan sarana yang digunakan untuk berbicara. Modus lisan (tatap muka, melalui telepon,atau melalui audio visual) lebih banyak menggunakan ragam nonformal dibandingkan dengan modus tulis (surat dinas, surat kabar, buku ilmiah) yang biasanya menggunakan ragam formal. Dengan modus lisan lebih sering terjadi alih kode dan campur kode daripada dengan menggunakan modus tulis. e. Topik Dengan menggunakan topik tertentu, suatu interaksi komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Alih kode dan campur kode dapat terjadi karena faktor topik. Topik ilmiah disampaikan dalam situasi formal dengan menggunakan ragam formal. Topik nonilmiah disampaikan dalam situasi "bebas", "santai" dengan menggunakan ragam nonformal. Dalam ragam nonformal kadang kadang terjadi "penyisipan" unsur bahasa lain, di samping itu topik pembicaraan non ilmiah (percakapan sehari-hari) menciptakan pembicaraan yang santai. Pembicaraan yang santai juga dapat menimbulkan campur kode. f. Fungsi sosial Alih Kode

Alih kode mempunyai fungsi sosial yaitu, sebagai alat untuk adaptasi, intregasi. Selain itu fungsi sosial alih kode dipergunakan sabagai penyesuaian diri dan berbaur dengan lingkungan baru. Hal ini berhubungan dengan pekerjaan dan studi mereka mengingat tujuan kedatangan mereka di Semarang adalah untuk mencari nafkah dan menuntut ilmu. Fungsi sosial alih kode sangat penting bagi para pendatang dan yang asli tinggal di tempat tersebut.