BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. Penawaran umum saham perdana dikenal dengan istilah Initial Public

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau yang

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dengan go public. Dalam proses go public, sebelum diperdagangkan di pasar

BAB I PENDAHULUAN. beberapa proses terlebih dahulu. Transaksi pertama yang dilakukan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat umum melalui pasar

BAB I PENDAHULUAN. Jogiyanto (1998) dan Anggarwal et al. (2001) mengemukakan bahwa salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dalam bentuk konkrit berupa Bursa Efek (securities / stock

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. dan membuat inovasi-inovasi baru di dalam menghadapi persaingan usaha.

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan selain sumber-sumber. Banyaknya perusahaan yang telah memutuskan go public akan

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. untuk dunia usaha dan investasi untuk investor. Setiap perusahaan tentu memiliki

harga, yaitu penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah

BAB I PENDAHULUAN. Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan modal suatu perusahaan akan semakin meningkat, hal ini

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang

BAB I PENDAHULUAN. Adler Haymans, (2013:2) bahwa sumber pendanaan perusahaan. pemegang saham lama atau kepada publik. Namun perusahaan lebih sering

BAB I PENDAHULUAN. underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, pihak menguntungkan para investor (Johnson,2011).

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan dari luar perusahaan adalah melalui mekanisme penyertaan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Fenomena underpricing dikemukakan Alteza (2010), yaitu signaling

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tambahan dana dalam rangka mengembangkan usahanya yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan komunikasi menyebabkan iklim persaingan usaha menjadi semakin

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. atau saham baru perusahaan kepada publik atau go public.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yaitu, melalui penambahan jumlah kepemilikan saham dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di BEI sekitar 500 perusahaan, hal ini tidak lepas dari upaya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment

PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI PROSPEKTUS IPO TERHADAP TINGKAT UNDERPRICED DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. usahanya adalah dengan cara melakukan go public. Dana yang diperoleh dalam go

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Initial Public Offering ) untuk pertama kalinya terjadi di pasar perdana (

Abstrak. Kata kunci : Underpricing, Reputasi Auditor, Size, Return on Assets, Financial Leverage

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu bertahan dan mengembangkan bisnisnya. Dengan semakin ketatnya

BAB I PENDAHULUAN. iklim persaingan semakin ketat sehingga setiap perusahaan akan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. mewujudkannya dengan kebutuhan dana yang semakin besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan. operasionalnya. Pada perusahaan perseorangan, biasanya para penyedia

BAB I PENDAHULUAN. Tajamnya kompetisi dan luasnya skala persaingan didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perusahaan, permasalahan yang dihadapi

Judul : Pengaruh Variabel Keuangan, Non Keuangan dan Ekonomi Makro terhadap Underpricing

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk go public untuk yang pertama kalinya, saham dilepas terlebih

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahan disamping untuk. Perusahaan melakukan penjualan saham ataupun mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Beredarnya saham perusahaan ditangan publik atau masyarakat menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun-tahun terakhir ini, dimana dampaknya sangat jelas terlihat di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Initial public offering (IPO), dapat juga disebut dengan istilah go public, adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman globalisasi saat ini, banyak perusahaan yang berkembang dan

PERBANDINGAN UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA PERUSAHAAN KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah menjual saham

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Repositori STIE Ekuitas

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan. Ada 2 meode untuk

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan memerlukan modal yang jumlahnya cukup besar.

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar

BAB I PENDAHULUAN. mengapa perusahaan memutuskan go public adalah: (1) pendiri perusahaan ingin

Disusun oleh : Karina Dewi Puspitasari B

BAB I PENDAHULUAN. strategi manajemen perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal merupakan alternatif sumber dana di samping perbankan bagi

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan IPO (Initial Public Offerings) yang dilakukan di pasar perdana

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya melakukan ekspansi. Untuk memenuhi kebutuhan ekspansi diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk

perusahaan emiten dan underwriter (penjamin emisis efek). Sedangkan untuk

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa variabel

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyedia sumber pendanaan selain perbankkan. Dana yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebesar $878 juta. Keadaan ekonomi yang baik ini dapat. persaingan pasar yang semakin kompetitif. Kinerja perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. penawaran saham ataupun surat utang di pasar modal. Penawaran saham dapat

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Banyak perusahaan yang membutuhkan dana besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. disini sudah barang pasti akan berbeda dengan pasar komoditas dan pasar

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN DAN SIGNALING TERHADAP PENENTUAN HARGA PASAR SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut dibutuhkan tambahan dana dalam melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bukan hanya dimiliki oleh pemilik lama (founders), tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. dinilai mampu menanamkan modalnya ke perusahaan. Rata rata untuk

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediasi). Fungsi ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. (private) menjadi perusahaan publik atau sering dikenal dengan istilah go public

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PERUSAHAAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

: Sharralisa NPM : : 1. Harry W. Achmad. R, Dr 2. Hantoro A. Gisijanto, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi. Seiring dengan ekspansi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar modal adalah untuk memperoleh capital gain. Menurut Darmadji dan

BAB I PENDAHULUAN. kompetitornya, baik pada pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Salah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan mencari keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perusahaan membutuhkan alternatif pembiayaan yang bertujuan untuk mendapatkan tambahan dana guna mendukung kegiatan operasionalnya. Berbagai alternatif pendanaan dapat dilakukan oleh perusahaan, baik yang berasal dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Salah satu alternatif pendanaan dari luar perusahaan yang dapat dilakukan adalah dengan menjual saham atau kepemilikannya kepada publik di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan memutuskan untuk go public antara lain adalah untuk melakukan perluasan usaha (ekspansi) atau diversifikasi usaha, memperbaiki struktur keuangan dan pengalihan kepemilikan (divestasi). Dalam proses go public, sebelum saham diperdagangkan di pasar sekunder (bursa efek), terlebih dahulu saham perusahaan yang akan go public dilemparkan ke pasar perdana (Trisnaningsih, 2005). Kegiatan yang dilakukan dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana (Primary Market) disebut IPO (Initial Public Offering), selanjutnya saham akan diperjualbelikan di Bursa Efek, yang disebut juga dengan pasar sekunder (Secondary Market). i

Salah satu masalah utama yang akan muncul dalam IPO adalah berapa harga yang paling tepat untuk selembar saham yang akan ditawarkan. Harga saham yang ditawarkan di pasar perdana merupakan kesepakatan antara emiten dan underwriter (penjamin emisi efek), sedangkan harga saham di pasar sekunder ditentukan melalui mekanisme pasar yaitu penawaran dan permintaan. Dalam dua mekanisme penentuan harga tersebut sering terjadi perbedaan harga terhadap saham yang sama antara di pasar perdana dan di pasar sekunder. Hal ini yang mengakibatkan terjadinya underpricing atau overpricing. Underpricing terjadi apabila penentuan harga saham saat IPO lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder pada hari pertama. Sebaliknya, bila harga saham saat IPO lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder pada hari pertama maka hal ini disebut overpricing (Yasa, 2008). Harga saham yang ditawarkan pada saat melakukan IPO merupakan faktor yang penting dalam menentukan berapa besar jumlah dana yang diperoleh perusahaan (emiten). Jika harga tinggi, maka jumlah dana yang diterima juga besar. Demikian juga sebaliknya. Hal ini mengakibatkan emiten menginginkan harga yang lebih tinggi lagi agar dapat memperoleh dana yang lebih besar lagi. Tetapi dilihat dari sisi investor, investor menginginkan harga perdana yang rendah agar dapat memperoleh return pada pasar sekunder berupa capital gain. Dengan adanya perbedaan kepentingan tersebut dimana emiten ingin memperoleh dana lebih besar sedangkan investor menginginkan return, maka mengakibatkan terjadinya underpricing. Fenomena underpricing ii

menjadi hal yang menarik untuk diteliti dikarenakan lebih banyaknya perusahaan yang mengalami kondisi underpriced daripada overpriced pada saat melakukan penawaran umum pada pasar perdana. Salah satu penjelasan mengenai fenomena underpricing adalah adanya asimetri informasi antara pelaku IPO, yaitu emiten, underwriter, dan investor. Apabila tidak terjadi asimetri informasi antara ketiga pelaku IPO tersebut, maka harga penawaran saham akan sama dengan harga pasar sehingga tidak terjadi underpricing. Dari sisi emiten kondisi underpriced yang tinggi adalah merugikan. Underpriced terjadi karena perusahaan dinilai lebih rendah dari kondisi yang sesungguhnya oleh underwriter dalam rangka untuk mengurangi tingkat resiko yang harus ia hadapi karena fungsi penjaminannya. Emiten di lain pihak tidak mengetahui keadaan pasar modal yang sesungguhnya dalam hal ini underwriter sebagai pihak yang lebih sering berhubungan dengan pasar modal mempunyai informasi yang lebih banyak mengenai pasar modal bila dibandingkan dengan calon emiten. Adanya asimetri informasi inilah maka harga saham pada penawaran perdana lebih rendah daripada harga saham dipasar sekunder. Jadi, underwriter menggunakan ketidaktahuan emiten mengenai pasar modal untuk mengurangi resiko yang harus ditanggungnya apabila saham yang dia jamin dipasar perdana tidak laku maka underwriter harus membeli sisa saham tersebut sebesar harga penawaran dikalikan dengan sisa saham yang tidak laku terjual (Indriantoro, 1998:21). iii

Asimetri informasi juga terjadi pada kelompok informed investor dan kelompok uninformed investor. Informed investor yang memiliki informasi lebih banyak mengenai perusahaan emiten akan membeli saham pada saat IPO jika harga pasar dinilai akan melebihi harga perdana. Sementara uninformed investor yang kurang memiliki informasi mengenai emiten cenderung melakukan penawaran secara sembarangan pada saham-saham IPO. Informasi mengenai perusahaan yang melakukan IPO sangat penting dimiliki oleh para pihak yang akan menentukan harga saham pada saat IPO, yaitu pihak emiten dan pihak underwriter. Ketidaksamaan informasi yang dimiliki oleh para pihak inilah yang dapat mengakibatkan perbedaan harga sehingga memungkinkan terjadinya underpricing. Baik pada pasar perdana maupun pasar sekunder, asimetri informasi ini selalu terjadi (Beatty, 1989). Perusahaan emiten yang akan melakukan Initial Public Offering (IPO) harus membuat prospektus yang merupakan ketentuan yang ditetapkan oleh BAPEPAM. Menururt UU No. 8 tahun 1995, prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan penawaran umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek. Informasi yang diungkapkan dalam prospektus akan membantu investor untuk membuat kepututsan yang rasional mengenai risiko dan nilai saham yang sesungguhnya yang ditawarkan oleh emiten (Kim et al. (dalam Handayani, 2008)). Informasi prospektus dapat dibagi menjadi dua, yaitu informasi akuntansi dan non akuntansi. Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laproan rugi/ laba, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Informasi non akuntansi adalah informasi iv

selain laporan keuangan seperti underwriter (penjamin emisi), auditor independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan, dan informasi lainnya. Riset-riset sebelumnya mengenai pengaruh informasi akuntansi dan informasi non akuntansi terhadap initial return atau underpricing telah banyak dilakukan di bursa saham luar negeri maupun Indonesia. Penelitian tentang tingkat underpricing dan harga saham dihubungkan dengan informasi pada prospektus merupakan hal menarik bagi peneliti keuangan untuk mengevaluasi secara empiris perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi di pasar modal. Hasil temuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing tidak selalu konsisten, hal inilah yang mendorong penelitian dilakukan di bidang ini. Dalam penelitian Diananingsih (2003), variabel reputasi penjamin emisi yang diproksikan dengan frekuensi underwriter memberikan jasa penjaminan emisi pada sampel yang ada, berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing. Hal ini berarti semakin tinggi reputasi underwriter, maka semakin kecil tingkat underpricing nya. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya perusahaan go public memakai jasa penjaminan emisi dari suatu perusahaan underwriter menunjukkan bahwa mereka puas akan jasa yang diberikan. Hal ini dikarenakan underwriter hanya mampu memprediksi harga saham di masa yang akan datang dengan baik sehingga dapat memperkecil initial return atau underpricing. v

Yolana dan Maritani (2005) meneliti pengaruh variabel reputasi penjamin emisi, rata-rata kurs, skala perusahaan, profitabilitas (ROE) dan jenis industri terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata kurs, skala perusahaan, ROE dan jenis undustri berpengaruh terhadap underpricing. Sedangkan reputasi penjamin emisi ternyata tidak terbukti mempengaruhi underpricing. Handono (2010) berdasarkan data perusahaan yang IPO di BEI tahun 2006-2009, meneliti pengaruh reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, dan ROA. Penelitiannya membuktian bahwa persentase saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, financial leverage, dan ROA berpengaruh terhadap underpricing, sedangkan reputasi underwriter, dan umur perusahaan tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap underpricing. Penelitian yang dilakukan Kristiantari (2012) berdasarkan data perusahaan yang IPO di BEI, mencoba menguji pengaruh reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, ukuran perusahaan, tujuan penggunaan dana untuk investasi, profitabilitas perusahaan (ROA), financial leverage, dan jenis industri terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel reputasi underwriter, ukuran perusahaan dan tujuan penggunaan dana untuk investasi secara signifikan berpengaruh pada underpricing dengan arah koefisien negatif. Sedangkan variabel reputasi auditor, umur perusahaan, profitabilitas perusahaan (ROA), financial leverage vi

dan jenis industri terbukti tidak memiliki pengaruh signifikan pada terjadinya underpricing. Bertolak dari hasil penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing masih menghasilkan temuan yang berbeda-beda dan ketidakkonsistenan hasil penelitian, maka peneliti termotivasi untuk meneliti kembali dan memperoleh bukti empiris yang dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Variabel-variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah reputasi auditor, reputasi underwriter, return on assets (ROA), persentase saham yang ditawarkan, financial leverage, dan ukuran perusahaan. Variabel-variabel tersebut dipilih untuk diteliti kembali karena masih terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian. Variabel earnings per share (EPS), kondisi pasar, dan jenis industri juga merupakan variabel independen yang akan ditambahkan dalam penelitian ini. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apa yang menjadi tujuan perusahaan sehingga memutuskan untuk go public? 2. Bagaimana mekanisme pembentukan harga saham pada saat go public? 3. Faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi underpricing saham pada saat initial public offering? vii

4. Informasi apa saja yang dapat digunakan investor untuk membuat keputusan investasi? 1.3 Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada identifikasi pengaruh variabel independen, yaitu reputasi auditor, reputasi underwriter, ROA, EPS, persentase saham yang ditawarkan, kondisi pasar, financial leverage, jenis industri, dan ukuran perusahaan terhadap underpricing saham pada saat Initial Public Offering (IPO). 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah variabel reputasi auditor, reputasi underwriter, ROA, EPS, persentase saham yang ditawarkan, kondisi pasar, financial leverage, jenis industri, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap underpricing pada saat Initial Public Offering (IPO)? 1.5 Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh reputasi auditor, reputasi underwriter, ROA, EPS, persentase saham yang ditawarkan, kondisi pasar, financial leverage, jenis industri, dan ukuran perusahaan terhadap underpricing saham pada saat Initial Public Offering (IPO) di BEI. viii

1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi emiten atau calon emiten, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan harga yang tepat dalam penawaran saham perdana, sehingga perusahaan akan memperoleh sejumlah modal dengan biaya yang relatif murah. 2. Bagi penjamin emisi, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membantu perusahaan untuk menyusun prospektus dan memberikan penilaian yang sesuai untuk penetapan harga saham di pasar perdana dan memberikan pelayanan yang lebihh baik kepada investor. 3. Bagi investor, sebagai informasi mengenai hal-hal yang berpengaruh signifikan terhadap initial return yang diterima saat IPO, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi di saham perdana. 4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan bagi peneliti agar dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. ix