BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kerusuhan di berbagai tempat di Indonesia hendaknya kita cermati sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berkuasa selama 32 tahun penuh dengan kejayaan pembangunan kemudian jatuh

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumentasi Peristiwa Reformasi 1998

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aam Amaliah Rahmat, 2013

I. PENDAHULUAN. Media massa memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi kepada

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

I.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1

BAB I PENDAHULUAN. pewarta. Dalam melakukan kerjanya, wartawan berhadapan dengan massa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dessy Pricilla, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HANDOUT MATAKULIAH: PROPAGANDA PRODI: ILMU KOMUNIKASI FISIP UNIVERSITAS MALIKUSSALEH Semester: Genap 2010/2011 Pertemuan 9

BAB I PENDAHULUAN. positif terbentuk di mata masyarakat luas melalui kegiatan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi muatan atau melebihlebihkan.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu

Hasil Wawancara Informan (Pembaca)

mengenai perubahan representasi kartun Panji Koming terhadap dua kondisi politik yang berbeda juga mewakili apa yang terjadi terhadap media-media

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Informasi yang disajikan oleh media massa dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

KEMERDEKAAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV PENUTUP. Dari analisis berita di atas yang disiarkan oleh Metro Tv tentang aksi klaim yang

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REMORMASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bertentangan dengan hukum dan undang-undang. Tingkat krminalitas di Indonesia

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam merupakan agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB I PENDAHULUAN. Sejak deklarasi Integrasi di Balibo pada 30 November 1975, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat kepada media massa menjadikan peranan pers semakin penting. Seorang

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

BAB I PENDAHULUAN. separuh APBN terkonsentrasi pada pemberian subsidi. Menurut Kompas.com

REAKSI HARGA SAHAM DENGAN ADANYA PERISTIWA PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selalu menjadi kebutuhan dasar bagi setiap manusia.

UU 28 Tahun 1999 : Pelembagaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan bebas KKN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan

KOMUNIKASI POLITIK DALAM MEDIA MASSA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia seringkali menjadi sorotan karena konflik pertanahan. Hafid

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Tajuk rencana SKH Kompas lebih banyak menjalankan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Orde Baru, keberadaan etnis Tionghoa merupakan

BAB II BERAKHIRNYA MASA ORDE BARU DAN LAHIRNYA ERA REFORMASI. menerima pencalonannya oleh Golkar untuk jabatan kepresidenan.

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya seperti Indonesia. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

SEJARAH PERKEMBANGAN OTONOMI DAERAH DI INDONESIA

PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya

I. PENDAHULUAN. budaya, masyarakatnyapun memiliki keunikan masing-masing. Berbagai

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of

SIARAN PERS. Catatan Akhir Tahun 2012: Saatnya Merajut Toleransi dan Kohesi Sosial!

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. adanya amandemen besar menuju penyelenggaraan negara yang lebih demokratis, transparan,

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

EKSISTENSI KORPRI DAN PELAYANAN PRIMA

Azmi Gumay-Lukas S. Ispandriarno

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR V/MPR/2000 TENTANG PEMANTAPAN PERSATUAN DAN KESATUAN NASIONAL

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

BAB V PENUTUP. Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

SAMBUTAN DIRJEN KESBANGPOL DISAMPAIKAN PADA FORUM KOMUNIKASI DAN KOORDINASI PENANGANAN FAHAM RADIKAL WILAYAH BARAT TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. sejak masa reformasi ditandai dengan adanya kebebasan terhadap pers dalam

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini korupsi sudah menjadi penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Igneus Alganih, 2014 Konflik Poso (Kajian Historis Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 menempatkan bahasa memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan oleh Tuhan dengan berpasang-pasangan dan berdampingan, dengan

2016 PERSEPSI PEMIRSA TENTANG OBJEKTIVITAS BERITA DI KOMPAS TV

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat perceraian di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. hal

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kerusuhan di berbagai tempat di Indonesia hendaknya kita cermati sebagai suatu dinamika sosial, politik, dan ekonomi. Kita tidak selalu harus menginterpretasikan kerusuhan dari kacamata politik, khususnya sebagai tindakan yang merongrong stabilitas politik. Kerusuhan atau korban akibat kerusuhan yang perlu dicegah dan diantisipasi adalah kemungkinan setiap kerusuhan berkembang menjadi sebuah gerakan sosial-politik yang berkepanjangan. Para perusuh memiliki daya bius kuat untuk mempengaruhi kesadaran massa (rakyat) mengenai ketimpangan ekonomi, ketidakadilan hukum, dan ketidaksemena-menaan penguasa. Dalam kerangka ini, para pengelola negara dan pemerintah seharusnya memperhatikan berbagai peristiwa kerusuhan sebagai suatu iklim yang menginginkan suatu perubahan. Setiap pengusaha bagaimanapun baiknya juga harus dikontrol oleh masyarakat secara bebas. Oleh karena itu, pemberdayaan rakyat menjadi bagian penting dalam upaya memberikan kontrol kepada penguasa. Rakyat yang berdaya akan mampu mengingatkan adanya kebijakan pemerintah. Kerusuhan massa yang terjadi pada peristiwa Kerusuhan Mei 1998 sepatutnya dilihat secara jernih. Apakah bentuk kerusuhan tersebut muncul karena orang-orang tertentu yang memang ingin membuat kekacauan, ataukah adanya suatu kesalahan 152

yang memberikan peluang untuk berbuat rusuh, dan mungkin juga sebagai refleksi kekecewaan, ketidakpuasan atas situasi kehidupan sosial, ekonomi, dan politik yang ada. Tentunya, pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi bahan introspeksi kita yaitu rakyat dan penguasa. Kita tidak perlu memandang negatif pemerintah dan juga tidak menyalahkan rakyat. Lebih baik kita berkaca terus-menerus, apakah perilaku (sikap, kebijaksanaan, dan pandangan) kita membuat hati nurani orang terusik untuk melawan dan memberontak. Penjelasan yang dikemukakan untuk memahami fenomena kekerasan yang terjadi pada peristiwa kerusuhan Mei 1998 adalah tindak kekerasan terjadi sebagai akibat dari terjadinya deprivasi relative dalam masyarakat. Ketika semakin melebarnya jarak antara nilai pengharapan (value expectations) dan nilai kemampuan (value capabilities) untuk memenuhi harapan itu, masyarakat menjadi sangat sensitif dan mudah terbakar emosi. Semakin besar kecenderungan fenomena deprivasi relative terjadi, dan makin menyangkut berbagai segi kehidupan masyarakat, semakin memungkinkan terjadinya fenomena kekerasan. Dengan kata lain, penyebab utama terjadinya kekerasan adalah berkembangnya ketidakpuasan, politisasi ketidakpuasan, dan aktualisasinya dalam aksi kekerasan. Bukan mustahil, maraknya budaya kekerasan pada peristiwa kerusuhan Mei 1998 merupakan sebagai akibat dari perkembangan deprivasi relatif yang dirasakan makin transparan, tidak saja dalam dimensi politik, tetapi juga dalam dimensi ekonomi, sosial, dan budaya. Masyarakat mengalami deprivasi relatif ketika makin bertambahnya kesadaran masyarakat akan nilai pengharapan tentang demokratisasi, 153

keterbukaan, kebebasan berpendapat, berorganisasi, tapi nilai kemampuan untuk mendapatkan iklim demokratisasi, keterbukaan, dan berbagai kebebasan dirasakan menurun. Aksi penjarahan, pembakaran, dan perusakan merupakan hal yang tidak bisa dibenarkan. Semua pihak prihatin dengan adanya kerusuhan massa ini. Secara cepat bisa melumpuhkan keadaan Ibu kota dan beberapa kota lainnya. Peristiwa kerusuhan ini membuat citra Indonesia di mata dunia internasional tercoreng. Reformasi adalah perubahan secara cepat tetapi bertahap, konsisten dengan agenda-agenda yang jelas. Reformasi umumnya berlangsung secara damai. Lebih tepatnya bahwa reformasi yang menjadi pilihan kita. Namun walaupun secara bertahap hal itu harus disesuaikan juga dengan kondisi dan lingkungan yang ada. Peranan pers atau media massa yaitu sebagai fungsi kontrol sosial baik bagi pemerintah dan masyarakat. Maka pada saat media massa dihadapkan pada kompleksnya permasalahan yang melanda bangsa Indonesia tersebut, peranan media massa begitu terlihat. Pada penelitian karya ilmiah ini terlihat pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh surat kabar Kompas dan Republika terhadap peristiwa kerusuhan Mei 1998. Peristiwa kerusuhan Mei 1998 dapat kita ketahui melalui pemberitaan yang dilakukan oleh surat kabar nasional. Kedua surat kabar ini memiliki sudut pandang tersendiri. Kompas cenderung terlihat lebih netral dan tidak memihak antara pemerintah atau masyarakat, melainkan Kompas cenderung lebih mengutamakan daya pikir kritis dalam memandang peristiwa kerusuhan ini dan seolah-olah mengajak para pembaca untuk berpikir secara jernih tanpa menghakimi salah satu pihak. Selain 154

itu juga Kompas memberikan solusinya sebagai jalan keluar untuk bisa keluar dari kemelut permasalahan yang ada mengingat begitu kompleksnya peristiwa kerusuhan Mei 1998 tersebut. Kemudian selain itu Kompas terlihat sangat berhati-hati dalam menyampaikan berita dan pandangannya, sehingga pemilihan kata yang dipakaipun dirangkai sedemikian rupa agar maksud yang disampaikannya itu tidak terlihat memojokkan dan mengkritisi terlalu jauh. Hal ini mungkin disebabkan oleh sejarah berdirinya surat kabar Kompas itu sendiri yang sempat beberapa kali dibredel pada masa pemerintahan Orde Baru karena kritikannya yang cukup tajam terhadap pemerintah. Keadaan Republika justru lebih tampil berani dalam memberitakan dan mengungkapkan pandangan-pandangannya terhadap peristiwa Kerusuhan Mei 1998 tersebut. Republika sebagai surat kabar yang lahir dan tumbuh di dalam lingkungan industri politik yang menyebabkan pandangan-pandangannya tersebut tampil lebih berani. Walaupun berciri khas Islami pandangan Republika cenderung lebih banyak melakukan kritik yang cukup tajam terhadap pemerintah. Pada permasalahan krisis moneter 1997 Kompas dan Republika memiliki persamaan pandangan yaitu bahwa kerusuhan Mei 1998 terjadi akibat banyaknya faktor multidimensional yang melatarbelakanginya. Pada tajuk rencana yang telah dianalisis Kompas dan Republika cenderung lebih mengkhawatirkan dampak yang lebih luas lagi bagi rakyat seperti; banyaknya pengangguran dan tingkat kriminalitas semakin meningkat. 155

Pada permasalahan Sidang Umum MPR, Kompas dan Republika juga memiliki persamaan yang mendasar yaitu bahwa kedua surat kabar tersebut mendukung adanya langkah Sidang Umum MPR serta mendukung Presiden Soeharto untuk kembali menjadi Presiden Republik Indonesia. Namun dengan catatan bahwa amanat tersebut harus dijalankan dengan sebaik-baiknya karena kondisi bangsa pada saat itu sedang mengalami krisis. Kemudian pada permasalahan Gerakan Mahasiswa 1998, Kompas dan Republika lebih memperhatikan pada adanya konflik dan bentrokan yang terjadi antara aparat keamanan dan mahasiswa. Namun terdapat perbedaan pandangan antara Kompas dan Republika. Perbedaan tersebut adalah Kompas cenderung lebih bisa bersikap netral dalam melihat antara peran aparat keamanan dengan mahasiswa serta tidak menyalahkan kepada salah satu pihak saja. Sedangkan Republika cenderung lebih memihak kepada mahasiswa serta cenderung lebih memojokkan kepada pihak ABRI. Namun kita boleh sedikit kecewa pada pemberitaan yang dilakukan oleh Kompas dan Republika karenanampaknya kedua surat kabar ini masih berusaha untuk mengungkap dan hanya melakukan analisis-analisis semata, mengingat Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 ini masih banyak menyimpan sejumlah misteri dan belum bisa menjawab atas pertanyaan-pertanyaan yang masih belum bisa terungkap mengenai bagaimana, siapa, dan motif latar belakang kerusuhan tersebut. 156

5.2 Saran Berdasarkanperistiwakerusuhan Mei 1998 kitabisamengambilhikmah yang adadalamsejarahpanjangbangsaini.semogakitabisamenjadigenerasipenerusbangsa yang berkualitasdanbisamembanggakanbaginusadanbangsa. 157