BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang produktif. Tulisan merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa seseorang memiliki sifat serta pengetahuan yang baik. memadukan kalimat-kalimat yang kita tulis dan ucapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan, ternyata pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam penerapan pendekatan, metode, dan teknik dalam pengajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. terampil berbahasa. Adapun keterampilan berbahasa itu mencakup empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari asumsi bahwa bahasa merupakan sarana berkomunikasi antar

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Ejaan yang salah dalam kehidupan sehari-hari sah-sah saja, tetapi bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Di susun oleh : Nur Rochman Prabowo ( A )

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil apabila siswa dianggap

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB I. PENDAHULUAN. Peranan bahasa pada sendi-sendi kehidupan manusia mempunyai kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa (Indonesia) merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh

V. KESIMPULAN. pembelajaran debat pada desain pembelajaran menulis teks argumentasi dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. memprihatinkan. Guru dengan lancarnya menerangkan berbagai macam teori,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fitri Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengajar menjadi terarah dan mencapai sasaran pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa,

BAB I PENDAHULUAN. dari segala penjuru dunia, tidak hanya informasi dalam negeri tapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Adapun alasannya, Yasir Burhan mengemukakannya sebagai berikut;

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh lebih dari separuh penduduk dunia. Bahasa tersebut berperan

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

I. PENDAHULUAN. tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Memiliki bahasa adalah salah satu kemampuan spesial manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting dikuasai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kesalahan berbahasa dalam karangan siswa kelas VI SD Al-Kautsar

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

PENGGUNAAN VARIASI BAHASA REMAJA DALAM RUBRIK MISS GAUL PADA MAJALAH GADIS

BAB I PENDAHULUAN. tersebut erat kaitannya satu sama lain. Keterampilan berbahasa diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional memerankan bagian yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

96. Mata Pelajaran Bahasa Perancis untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang diterbitkan tujuh kali dalam seminggu. Surat kabar Solopos menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang. Kenyataannya, dalam kehidupan sekarang masih ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan atau kemajuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

94. Mata Pelajaran Bahasa Jerman untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis argumentasi merupakan salah satu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN MAKALAH BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH Latar Belakang Masalah

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dampak Media Massa dan Elektronik terhadap Tata Tulis. Bahasa Indonesia

Berdasarkan Kurikulum 2013 Pembelajaran Bahasa Indonesia bermula. pada pengembangan kompetensi dalam ranah sikap (KI-1 dan KI-2), pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

92. Mata Pelajaran Bahasa Arab untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni merupakan

BAB I PENDAHULUAN. eksternal diantaranya adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikenal empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang produktif. Tulisan merupakan wujud lain dari pribadi seorang penulis. Ada sebuah ungkapan, read make exact man, write make real man, membaca membuat seseorang menjadi pasti, menulis membuat seseorang menjadi nyata. Melalui sebuah tulisan kita bisa mengenal kepribadian, karakter, dan kepandaian seseorang. Melalui sebuah tulisan pula kita bisa menyampaikan pendapat-pendapat kita kepada orang lain. Salah satunya melalui karangan argumentasi. Karangan argumentasi merupakan suatu wacana yang berisi pendapat-pendapat yang bisa meyakinkan orang lain. Untuk bisa meyakinkan orang lain, kita harus pandai memilih kata-kata yang kita gunakan dalam wacana tersebut. Kata-kata yang kita gunakan khususnya dalam karangan argumentasi haruslah kata-kata yang benar baik dalam hal makna, penggunaan turunan kata, maupun ejaan. Kata-kata problematis kini banyak digunakan dengan tidak tepat oleh masyarakat. Sebaliknya, kata-kata yang benar berdasarkan konsep dirasakan asing ketika digunakan, misalnya, kata seronok. Dilihat dari segi maknanya kata seronok kini termasuk kata yang problematis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 1051) seronok adalah kata sifat yang bermakna menyenangkan hati, sedap dilihat/didengar. Namun, kini, kata seronok tidak lagi dimaknai sebagai kata yang menunjukkan hal yang positif tetapi negatif. Kata seronok dimaknai sebagai sesuatu yang tidak sopan, jelek, mengundang syahwat, dan sangat erat hubungannya dengan kehidupan wanita penghibur. Begitu juga dengan kata acuh pada kalimat,

2 Dia acuh saja ketika mendengar kakeknya meninggal dunia. Kata acuh dalam kalimat tersebut dimaknai sebagai suatu sifat yang tidak peduli. Padahal, makna sebenarnya dari kata acuh adalah peduli atau mengindahkan (Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 5). Hendri sangat acuh terhadap kesehatan ibunya. Bagaimana kita memaknai kalimat tersebut? Apakah Hendri peduli terhadap kesehatan ibunya, atau sebaliknya ia tidak peduli terhadap kesehatan ibunya? Rasa kebahasaan kita pada umumnya pasti mengatakan bahwa Hendri tidak peduli terhadap kesehatan ibunya. Memang, makna itulah yang diterima masyarakat kita saat ini. Padahal, apabila kita merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia makna sebaliknyalah yang benar, yaitu Hendri sangat peduli terhadap kesehatan ibunya. Kata lain yang mengalami problem morfologis dari segi makna adalah kata bergeming. Contoh, (1) Dia tidak bergeming menunggu sang kekasih datang meskipun hujan membasahi tubuhnya. (2) Dia tetap bergeming menunggu sang kekasih datang meskipun hujan membasahi tubuhnya. Kalimat yang menyatakan bahwa dia tidak beranjak, diam sama sekali yang tepat adalah kalimat (2). Namun, Kalimat (1) kini, lebih memasyarakat daripada kalimat (2). Frasa tidak bergeming lebih memasyarakat daripada frasa tetap bergeming. Masyarakat kita saat ini memaknai kata bergeming dengan bergerak sehingga tidak bergeming bermakna tidak bergerak. Padahal, makna yang sesungguhnya dari kata bergeming saja adalah tidak bergerak/diam (Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 351) sehingga frasa

3 tidak bergeming dalam kalimat yang menyatakan bahwa seseorang diam sama sekali atau tidak beranjak pergi kurang tepat. Penggunaan kata tidak di depan kata bergeming tidak perlu karena makna bergeming itu sendiri memang sudah tidak bergerak. Kata yang tepat untuk mendahului kata bergeming dalam kalimat yang menyatakan bahwa seseorang diam sama sekali atau tidak beranjak pergi adalah kata tetap (tetap bergeming) sehingga maknanya menjadi tetap diam tanpa bergerak sedikit pun. Jadi, kalimat yang benar adalah, Dia tetap bergeming menunggu sang kekasih datang meskipun hujan membasahi tubuhnya bukan Dia tidak bergeming menunggu sang kekasih datang meskipun hujan membasahi tubuhnya. Selain dalam hal makna, kini banyak kita temukan kata-kata problematis dalam hal proses morfologi. Telinga kita lebih sering mendengar kata-kata sangat optimis, sangat perhatian, sedang fokus, tidak semangat, menyebabkan daripada sangat optimistis, sangat memerhatikan, sedang berfokus, tidak bersemangat, dan menyebabi. Berdasarkan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Moeliono, dkk., 2003: 213), kata sangat, sedang, tidak, tidak boleh diikuti kata benda misalnya, sangat meja, sedang Hendri, tidak kucing, dan sebagainya. Jika kita analisis kata optimis, perhatian, fokus, dan semangat, semuanya merupakan kata benda sehingga tidak bisa didahului kata sangat, sedang, dan tidak. Dalam hal ejaan, problem morfologis jauh lebih banyak kita temukan saat ini. Sering kita bingung dalam menggunakan kata analisis atau analisa, apotek atau apotik, diubah atau dirubah, himbau atau imbau, dan sebagainya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah pengaruh bahasa daerah. Bahasa daerah telah memperkaya bahasa Indonesia terutama dari segi perbendaharaan kata. Namun, bahasa

4 daerah telah memberikan pengaruh terhadap ejaan kata-kata baku yang seharusnya digunakan masyarakat. Sebagai bahasa ibu bagi masyarakatnya, tidak heran kalau bahasa daerah lebih akrab di telinga masyarakat. Hal ini menjadi suatu masalah pelik bagi pembakuan bahasa Indonesia. Masyarakat seolah-olah lebih menerima kata halangan daripada alangan, himbauan daripada imbauan, dihadang daripada diadang, alpukat daripada avokad, hutang daripada utang, dan sebagainya. Salah satu upaya untuk menyosialisasikan penggunaan kata-kata problematis tersebut dengan tepat adalah melalui pembelajaran di sekolah. Pembelajaran tata bahasa harus diberikan secara integratif dengan bidang bahasa yang lain. Tata bahasa harus menjiwai keterampilan berbahasa dan sastra. Pengetahuan seseorang tentang tata bahasa tidak bisa diperoleh secara alami seperti keterampilan berbahasa yang bisa dipelajari manusia sejak lahir. Oleh karena itu, tata bahasa merupakan hal penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Sejak 16 Agustus 1972, pemakaian ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan diresmikan dengan masa peralihannya selama 5 tahun (Badudu, 1984: 91). Sejak 28 Oktober 1988, TBBBI dan KBBI dihimpun dan diterbitkan (Moeliono, dkk., 1998: v). Pedoman-pedoman kebakuan dan tata bahasa sudah begitu lama kita miliki. Namun, penggunaan bahasa Indonesia yang benar belum bisa terlaksana dengan baik. Padahal, bahasa merupakan salah satu jati diri bangsa. Bahasa yang menjadi jati diri bangsa adalah bahasa yang baku, bahasa yang benar. Berdasarkan pengamatan penulis, sampai saat ini, belum ada penelitian yang mengintegrasikan penggunaan kata-kata problematis dengan karangan argumentasi. Pengintegrasian masih pada materi bahasa Indonesia di luar penggunaan kata-kata

5 problematis dengan karangan argumentasi, seperti skripsi hasil karya Ucu Mustafiah, mahasiswa UPI tahun 2005, dengan judul Pembelajaran Keterampilan Berbicara Melalui Pendekatan Komunikatif-Integratif dan disertasi karya A. Halim Majid, dengan judul Model Pembelajaran Integratif Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing Berdasarkan Pendekatan Komunikatif di Sekolah Dasar, pada tahun 2001. Hasil kajian kata-kata problematis pun masih berupa buku-buku kebahasaan seperti buku-buku yang ditulis oleh J. S. Badudu. Begitu pula untuk karangan argumentasi, penelitian-penelitian pada umumnya hanya berfokus pada pengembangan keterampilan menulis karangan argumentasi bukan pada penggunaan kata-kata yang tepat. Beberapa contoh hasil penelitian tersebut di antaranya adalah Penerapan Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) dalam Peningkatan Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi pada Siswa Kelas 1 SMA Negeri 2 Bandung Tahun Ajaran 2004/2005 karya Teten Rustendi, Keefektifan Metode Diskusi Kelompok dan Ceramah dalam Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas XII SMKN 6 Bandung Tahun Ajaran 2006/2007 karya Burhanudin, Penggunaan Metode Cognitive Coaching sebagai Upaya Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Menulis Karangan Argumentasi pada Siswa Kelas X SMAN 6 Bandung Tahun Ajaran 2006/2007, karya Witri. Penggunaan kata yang tepat dalam karangan argumentasi sangat penting karena karangan argumentasi merupakan wacana yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca. Oleh karena itu, penulis menganggap perlu suatu model pembelajaran yang mengintegrasikan kedua bidang bahasa tersebut sebagai salah satu upaya menyosialisasikan penggunaan kata-kata baku khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah.

6 1.2 Identifikasi Masalah Penelitian Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah a. penggunaan kata-kata problematis yang kurang tepat makin banyak; b. kata-kata baku kurang memasyarakat; c. kurangnya perhatian siswa terhadap penggunaan kata dalam menulis karangan, khususnya dalam menulis karangan argumentasi; d. masih terbatasnya model pembelajaran integratif yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. 1.3 Rumusan Masalah Penelitian Masalah kebahasaan sangatlah banyak. Namun, pada kesempatan ini peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut. a. Bagaimana profil kemampuan siswa dalam penggunaan kata-kata problematis terutama dalam karangan argumentasi sebelum model pembelajaran integratif dengan berfokus pada penggunaan kata-kata problematis dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi diberikan dalam pembelajaran? b. Bagaimana profil kemampuan siswa dalam penggunaan kata-kata problematis terutama dalam karangan argumentasi setelah model pembelajaran integratif dengan berfokus pada penggunaan kata-kata problematis dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi diberikan dalam pembelajaran? c. Adakah perbedaan kemampuan siswa yang berarti dalam hal ketepatan penggunaan kata-kata problematis terutama dalam karangan argumentasi antara sebelum dan

7 sesudah model pembelajaran integratif dengan berfokus pada penggunaan kata-kata problematis dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi diberikan dalam pembelajaran? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah a. mengetahui kemampuan siswa dalam ketepatan penggunaan kata-kata problematis dalam karangan argumentasi siswa sebelum model pembelajaran integratif dengan berfokus pada penggunaan kata-kata problematis dalam karangan argumentasi diberikan dalam pembelajaran; b. mengetahui kemampuan siswa dalam ketepatan penggunaan kata-kata problematis dalam karangan argumentasi siswa setelah model pembelajaran integratif dengan berfokus pada penggunaan kata-kata problematis dalam karangan argumentasi diberikan dalam pembelajaran; c. mengetahui ada atau tidak ada perbedaan kemampuan siswa yang berarti dalam hal ketepatan penggunaan kata-kata problematis terutama dalam karangan argumentasi antara sebelum dan sesudah model pembelajaran integratif dengan berfokus pada penggunaan kata-kata problematis dalam karangan argumentasi diberikan dalam pembelajaran. 1.5 Manfaat Penelitian

8 Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Secara Teoretis Kajian dalam bidang tata bahasa pedagogis, khususnya dalam bidang morfologi makin berkembang. b. Secara Praktis Model pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia yang digunakan guru menjadi lebih berkembang. Tata bahasa sebagai jiwa dari materi bahasa Indonesia yang lain, bisa lebih diaplikasikan. 1.6 Anggapan Dasar Anggapan dasar penulis mengenai penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Materi kebahasaan diberikan secara integratif dengan materi keterampilan berbahasa dan sastra dalam pembelajaran. 2) Menulis karangan argumentasi merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting sebagai keterampilan berbahasa yang produktif. 1.7 Hipotesis Hipotesis penulis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kemampuan siswa yang berarti dalam hal ketepatan penggunaan kata-kata problematis terutama dalam karangan argumentasi antara sebelum dan sesudah model pembelajaran integratif dengan berfokus pada penggunaan kata-kata problematis dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi diberikan dalam pembelajaran.

9 1.8 Definisi Operasional Istilah-istilah penting yang didefinisikan secara operasional oleh penulis dalam penelitian ini adalah model pembelajaran integratif dengan berfokus pada penggunaan kata-kata problematis, kata-kata problematis, dan karangan argumentasi. Berikut definisi operasional dari tiap-tiap istilah tersebut. Model pembelajaran integratif dengan berfokus pada penggunaan kata-kata problematis adalah model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pelajaran dalam proses pembelajaran, dalam hal ini mengintegrasikan pelajaran menulis karangan argumentasi dengan penggunaan kata-kata problematis. Kata-kata problematis (dalam hal penggunaan) adalah kata-kata yang tidak baku secara konsep, tetapi penggunaannya tinggi di masyarakat karena berbagai faktor penyebab. Karangan argumentasi adalah karangan yang digunakan seseorang untuk meyakinkan orang lain. Gagasan, pendapat, alasan, yang dikemukakan, disertai buktibukti atau fakta-fakta yang bersifat provokatif serta menggunakan kata-kata yang benar secara konsep agar pendapat yang dikemukakan benar-benar bisa meyakinkan dan orang lain melakukan tindakan sesuai dengan apa yang diharapkan.