BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja dianggap sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak ke

dokumen-dokumen yang mirip
1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Hardiness. membuat individu menjadi lebih kuat, tahan, stabil, dan optimis dalam

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain. Keluarga. dengan baik maka akan terjadi suatu ketimpangan antar anggota keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun pertama kuliah di Perguruan Tinggi. Usia mahasiswa berkisar tahun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. baik. Tidak hanya dalam lingkungan keluarga masyarakat juga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. keadaan bangsa mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan bangsa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian. korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional bertujuan untuk. B. Variabel Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

HUBUNGAN KEPRIBADIAN HARDINESS DENGAN POLA ASUH PERMISSIVE IBU SINGLE PARENT

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perusahaan yang tersebar luas di berbagai wilayah Indonesia, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dalam keluarga membuat remaja akan merasakan bahwa dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional, yang bertujuan membentuk peserta didik yang menyandang kelainan

POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK

KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terampil dalam meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam tumbuhtumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN. wanita remaja yang telah menjadi ibu muda adalah suatu persoalan yang serius,

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu tentunya menginginkan kehidupan yang bahagia. Kehidupan bahagia

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kenaikan jumlah penumpang secara signifikan setiap tahunnya. Tercatat hingga

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN. Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah isu sepanjang zaman. Pendidikan adalah sebuah proses

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Papalia, 2008). Berkembangan manusia tidak hanya secara fisik tetapi juga secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tris Yuniar, 2015 Peranan panti sosial asuhan anak dalam mengembangkan karakter kepedulian sosial

PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja adalah tahap umur berikutnya setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

PENGAMBILAN KEPUTUSAN TINDAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP (FISIK DAN PSIKOLOGIS) PADA ANAK JALANAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK DI PONDOK ASIH SESAMI KECAMATAN BATURETNO KAPUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena remaja akan berpindah dari anak-anak menuju individu dewasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Padang, terdapat 24 panti asuhan yang berdiri di Kota Padang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat anak melewati masa remaja, pemenuhan kebutuhan fisik, psikis dan sosial juga sangat dibutuhkan bagi perkembangan kepribadiannya, karena pada masa remaja dianggap sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa. Masa remaja dianggap sebagai masa labil, yaitu individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran lebih lanjut. Dinamika kehidupan seorang remaja tidak selamanya berjalan dengan lancar. Beberapa remaja dihadapkan pada kondisi yang sulit bahwa dirinya harus kehilangan salah satu atau kedua orangtuanya. Kondisi ini menyebabkan remaja harus tinggal di panti asuhan, bahkan ada yang menjadi anak gelandangan. Pada kenyataannya secara fisik orangtua tidak dapat digantikan, akan tetapi secara psikologis dapat dikompensasikan dengan menciptakan situasi kekeluargaan dan menghadirkan tokoh- tokoh yang dapat berfungsi sebagai pengganti orang tua (Yuniawa ti, dalam Oktafia, 2008). Anak-anak terlantar, yatim, piatu serta yatim piatu inilah yang dipelihara oleh pemerintah maupun swasta dalam suatu lembaga yang disebut panti asuhan. Tempat itulah yang selanjutnya dianggap sebagai keluarga oleh remaja tersebut. Departemen sosial (dalam Febriasari, 2007) mengatakan bahwa individu yang tinggal dipanti asuhan adalah individu yang tidak memiliki 1

2 keluarga lagi atau juga dapat disebabkan karena orang tua yang bercerai, sudah meninggal dunia atau memang sengaja menitipkan anak tersebut di panti asuhan. Individu yang tinggal di panti asuhan berasal dari latar belakang yang berbeda, serta usia yang berbeda-beda pula. Tapi kebanyakan dari individu tersebut masih berusia anak-anak dan remaja awal (dalam Febriasari, 2007). Remaja yang tinggal di panti asuhan dalam masa perkembangannya membutuhkan perhatian, bimbingan, kehangatan dan kasih sayang agar individu tersebut dapat memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Jika kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi dengan baik, akibatnya remaja yang berada di panti asuhan kurang akan kebutuhan afeksional, hal ini mempengaruhi perkembangan anak asuh dalam pembentukan kepribadian (Agustin, dkk, 2009). Sesuai dengan pendapat Hawari (dalam Agustin, dkk, 2009) di panti asuhan anak mengalami deprivasi emosional sebagai akibat deprivasi parental karena tenaga pengasuh yang amat sedikit tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan kejiwaan anak. Hawari juga mengatakan bahwa kendala yang dialami oleh kebanyakan panti asuhan adalah kurangnya dana, kurangnya tenaga pengasuh, keterampilan dan pengetahuan pengasuh terhadap ilmu jiwa perkembangan anak juga masih terbatas, serta mortivasi pengasuh. Gunarsa (199 5) juga menyebutkan bahwa anak-anak yang dibesarkan di panti asuhan sering menjadi anak yang bermasalah, tidak terkecuali yang berhubungan dengan masalah emosional. Permasalahan yang

3 dihadapi oleh anak asuh berpotensial menimbulkan stres. Namun demikian dalam kondisi stres, seseorang tetap dapat bertahan jika mampu menyesuaikan diri secara tepat. Stres merupakan keadaan yang tidak menyenangkan yang dialami individu pada saat menilai bahwa tuntutan dari lingkungan melebihi batas kemampuan yang dimiliki individu. Penilaian terhadap tuntutan yang datang tersebut dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian individu yang bersangkutan. Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain, kepribadian sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang dapat diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Allport mengatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Agar dapat menyesuaikan diri secara baik meski dalam kondisi stres setelah mengalami kehilangan diperlukan karakter kepribadian yang positif. Kusumanto (dalam Hawari, 1988) mengatakan kepribadian dapat dikatakan sehat apabila individu mampu memperoleh penyelesaian-penyelesaian secara efektif, efisien, dan positif dalam situasi hidup yang berubah-ubah. Salah satu karakteristik kepribadian adalah hardiness (ketangguhan). Menurut Kobasa (dalam Tizar, 2011) hardiness adalah suatu tipe kepribadian yang didalamnya terdapat aspek control, commitment, dan challenge yang mempunyai daya tahan dalam menghadapi kejadian-kejadian yang menekan atau menegangkan.

4 Individu dengan hardiness yang tinggi percaya bahwa semua masalah yang dihadapi, termasuk segala masalah dan beban kerja yang ada adalah suatu yang tidak mungkin dihindari sehingga individu dapat melakukan hal yang dianggap tepat untuk menyelesaikan masalah. Sebaliknya individu dengan hardiness yang rendah sering kali menganggap banyak hal dalam pekerjaan sebagai ancaman dan tekanan, sehingga ketika dirinya merasakan adanya tekanan kerja maka konsekuensi negatif yang harus dihadapi semakin berat. Individu dengan hardiess yang tinggi lebih jarang jatuh sakit dibandingkan individu dengan hardiness yang rendah. Remaja yang tinggal di panti asuhan membutuhkan tingkat hardiness yang tinggi, karena remaja yang tinggal di panti asuhan memiliki potensi yang lebih besar untuk mendapat masalah-masalah setiap harinya. Remaja yang memiliki hardiness yang tinggi akan memiliki kekebalan tubuh yang tinggi dan membuat nya tidak mudah jatuh sakit. Selain itu, remaja yang memiliki hardinesss yang tinggi mampu untuk menghadapi masalah yang ada dan dapat menyelesaikannya dengan baik (Kobasa, dalam Tizar, 2011) Gannelen dan Paul, 1984 mengatakan bahwa ketiga komponen dari sifat hardiness secara berbeda terkait dengan dukungan sosial. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan kehadiran orang lain dalam hidup. Oleh karena itu, individu membutuhkan orang lain yang dapat memberikan dukungan sosial. Adanya dukungan sosial bagi remaja di panti asuhan merupakan salah satu cara untuk mengatasi hambatan dalam menyesuaikan dirinya.

5 Dukungan sosial yang diterima seseorang dalam lingkungannya berupa dorongan semangat, perhatian, penghargaan, bantuan maupun kasih sayang membuatnya akan memiliki pandangan positif terhadap diri dan lingkungannya. Pandangan positif terhadap diri dan lingkungannya dibutuhkan agar individu mampu menerima kehidupan yang dihadapi dan mempunyai sikap pendirian dan pandangan hidup yang jelas, sehingga mampu hidup di tengah-tengah masyarakat luas secara harmonis. Jika individu merasa didukung oleh lingkungan, segala sesuatu dapat menjadi lebih mudah pada saat mengalami kejadian-kejadian yang menegangkan (Smet, 1994). Bagi remaja panti asuhan, lingkungan panti asuhan merupakan lingkungan sosial utama yang dikenalnya dan merupakan sumber dukungan sosial yang utama. Dukungan sosial tersebut bisa bersumber dari pengasuh dan teman-teman sesama penghuni panti asuhan. Remaja yang tinggal di panti asuhan berkembang dengan bimbingan dan perhatian dari pengasuh yang berfungsi sebagai pengganti orang tua dalam keluarga dan teman- teman sesama anak panti sebagai saudaranya. Berdasarkan berbagai uraian diatas, peneliti ingin mengadakan penelitian mengenai Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Hardiness Pada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan B. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian ini didasarkan pada penelitian terdahulu yang memiliki kajian variabel yang sama yaitu dukungan sosial dan hardiness. Terdapat perbedaan yaitu dalam hal subjek, posisi variabel penelitian, dan

6 desain penelitian. Penelitian yang dilakukan adalah hubungan dukungan sosial dengan hardiness pada remaja yang tinggal dipanti asuhan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan teknik korelasional, dengan subjek remaja yang tinggal dipanti asuhan. Variabel bebas penelitian ini adalah Dukungan Sosial dan Variabel Terikatnya adalah Hardiness. Penelitian terkait hardiness dan dukungan sosial telah dilakukan sebelumnya oleh Tizar Rahmawan pada tahun 2011 dengan judul Hubungan antara dukungan sosial dengan hardiness pada remaja yang tinggal dipanti asuhan Al-Bisri semarang. Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu pada desain penelitian, Tizar Rahmawan menggunakan penelitian kuantitatif deskriptif, peneliti menggunakan desain kuantitatif dengan teknik korelasional. Lokasi penelitian, Tizar Rahmawan melakukan penelitian di panti asuhan Muhammadiyah semarang dan peneliti melakukan penelitian di panti asuhan di kota Pekanbaru,jumlah sampel Tizar Rahmawan 51 orang, jumlah sampel peneliti 117 orang. Pada penelitian Tizar Rahmawan dukungan sosial berpengaruh sikitar 0,093 atau 9,3% terhadap hardinesss. Sementara pada penelitian yang dilakukan peneliti dukungan sosial berpengaruh sekitar 0.279 atau sekitar 27,9%. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan hardiness pada remaja yang tinggal dipanti asuhan.

7 D. Maksud dan tujuan penelitian 1. Maksud Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji dan mempelajari secara ilmiah tentang hubungan antara dukungan sosial dengan hardiness pada remaja yang tinggal dipanti asuhan. 2. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan hardiness pada remaja yang tinggal dipanti asuhan. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan memperkaya ilmu pengetahuan dibidang psikologi, terutama psikologi perkembangan tentang remaja, yang secara spesifik menggali tentang kehidupan remaja yang tinggal dipanti asuhan, karena remaja ini tidak pernah mendapat belaian dan kasih sayang dari orang tuanya, tidak seperti anak- anak remaja yang tinggal dengan orang tua lengkap. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Remaja Panti Asuhan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana keterkaitan antara dukungan sosial dengan hardiness pada remaja panti asuhan, serta penelitian ini dapat memberikan pemahaman bagi seluruh anak- anak penghuni panti asuhan, bahwa tinggal dipanti

8 asuhan harus benar- benar disadari sebagai kesempatan bagi anak asuh untuk tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang sehat. b. Bagi Panti Asuhan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi mengenai hubungan antara dukungan sosial dan hardiness pada remaja panti yang merupakan anak asuhnya, sehingga pengasuh dapat mengambil antisipasi dan kebijakan mengenai hardiness (ketahanan) pada anak asuh, terutama yang menyangkut dukungan sosial. c. Bagi Orangtua yang Anaknya di Panti Asuhan Bagi orangtua yang memiliki anak di panti asuhan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi khususnya yang berkaitan dengan dukungan sosial dan hardiness remaja yang tinggal dipanti asuhan, sehingga orangtua dapat memahami dan menyadari tentang tanggung jawabnya terhadap masa depan anaknya, meskipun anak tersebut tidak tinggal bersamanya.