BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan atas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sarana transportasi merupakan salah satu bagian yang memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun berkembang dari Negara agraria menuju Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga inilah yang bergerak dalam hal pembiayaan sumber dana. Pembiayaan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN ATAS PRODUK MAKANAN DALAM KEMASAN DI PASAR KOTA SUKOHARJO. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertengahan abad ke-20 ini, peranan bahan tambahan pangan (BTP)

TINJAUAN TENTANG ASPEK JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PT. ADIRA FINANCE DENGAN DAELER TIMBUL JAYA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, sehingga pemerintah. dan prasarana bagi masyarakat seperti jalan raya.

PEMBIAYAAN DAN JAMINAN (Aspek Jaminan pada Perjanjian Pembiayaan Konsumen di PT. WOM Finance Tbk, Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu bangsa ingin menguasai tanah orang atau bangsa lain. karena sumber-sumber alam yang terkandung didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan,

BAB I PENDAHULUAN. BIRO INSTALATIR : Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Tenaga Listrik di CV. Cahaya Teknik kabupaten Karanganyar

I. PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar

BAB I PENDAHULUAN. dana yang besar. Kebutuhan dana yang besar itu hanya dapat dipenuhi. dengan memperdayakan secara maksimal sumber-sumber dana yang

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang. menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. integritas dalam kehidupan perekonomian suatu negara. lembaga tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan hidup. Kebutuhan itu

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan sekarang ini semakin tinggi,

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan yang tidak terbatas bagi para konsumen yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tergiur untuk memilikinya meskipun secara financial dana untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. sangat menguntungkan. Tetapi banyak peternak masih mengabaikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kebutuhan garam membuat negara harus memproduksi untuk

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

BAB I PENDAHULUAN. yang memproduksi dapat tetap berproduksi. Pada dasarnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

ASPEK HUKUM JAMINAN DALAM PERJANJIAN PEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR DI PT. ASLI MOTOR DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahap permulaan usaha maupun pada tahap pengembangan. usaha yang dilakukan oleh perusahaan, permodalan merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika. Multi Finance Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu.

BAB I PENDAHULUAN. Analisis yuridis..., Liana Maria Fatikhatun, FH UI., 2009.

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN. tiga macam, yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer adalah

BAB I PENDAHULUAN. makmur, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGANGKUTAN BARANG (Studi Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Kereta Api dalam Penyelengaraan Melalui Kereta api Oleh PT Bimaputra Express)

BAB I PENDAHULUAN. meluas dipergunakannya perjanjian baku/perjanjian standar (standard

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Persoalan yang timbul kemudian adalah apabila dalam waktu yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan keberadaan lembaga-lembaga pembiayaan. Sejalan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Kebutuhan akan adanya lembaga jaminan, telah muncul sejak zaman romawi.

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. macam, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. 1 Meningkatnya kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

TINJAUAN YURIDIS WANPRESTASI PADA PERJANJIAN LEASING

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::

DENY TATAK SETIAJI C

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN. menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan pula pendapatan perkapita masyarakat, walaupun. pemerintah untuk bersungguh sungguh mengatasinya agar tidak

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan atas kekuasaan, oleh karena itu diharapkan segala tindakan dan perbuatan harus berdasarkan atas hukum dan dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum pula. Masalah hubungan hukum dan masyarakat sekarang ini mulai banyak dibicarakan di dalam masyarakat, oleh karena itu merupakan salah satu kebutuhan dalam kehidupan sosial di manapun manusia berada di dunia ini. Interaksi sosial sesama manusia itu ada kalanya menyebabkan konflik di antara mereka, sehingga salah satu pihak harus mempertahankan haknya dari pihak lainnya, atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. Mengingat potensi munculnya konflik dalam hubungan antar manusia dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga ketentraman, keadilan, dan perlindungan hak dalam suatu masyarakat. Oleh karenanya meskipun manusia sebagai makhluk sosial, tetapi kepentingan bersifat pribadi sebagai suatu individu tetap dimiliki selama tidak melanggar hak individu lain dalam masyarakat. Dengan demikian hukum sebagai suatu instrumen sosial dapat difungsikan untuk mengatur berbagai kepentingan dalam masyarakat supaya tidak terjadi konflik. Mengenai hukum yang mengatur hak dan kewajiban perorangan yang satu terhadap yang lain di dalam hubungan keluarga dan di dalam pergaulan masyarakat menurut Sudikno Mertokusumo disebut sebagai hukum perdata, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang/badan hukum 1

2 yang satu dengan orang/badan hukum yang lain di dalam masyarakat dengan menitikberatkan kepentingan perseorangan (pribadi). Dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata sendiri membahas tentang masalah-masalah keperdataan yang didalamnya terdapat berbagai macam masalah yaitu tentang orang, benda, perikatan, pembuktian, serta daluarsa. 1 Seiring dengan perkembangan jaman yang menuntut ketersediaan barang-barang yang cukup mewah untuk berlangsungnya rutinitas kehidupan sehari-hari. Keberadaan kendaraan bermotor saat ini tidak dapat dipungkiri sudah menjadi suatu kebutuhan pribadi seseorang untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari. Tetapi dengan harga yang masih tinggi yaitu di atas puluhan juta mengakibatkan tidak semua orang bisa membeli dengan tunai. Berdasarkan alasan tersebut maka saat ini banyak berdiri usaha pembiayaan yang melayani pemberian modal untuk membeli kendaraan bermotor tanpa harus memiliki uang tunai. PT. Federal Internasional Finance adalah perusahaan pembiayaan yaitu badan usaha diluar bank dan lembaga Keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Dimana kegiatan usaha perusahaan pembiayaan adalah sewaguna usaha/leasing, anjak piutang, usaha kartu kredit dan pembiayaan konsumen. Pada saat ini kegiatan yang dilakukan PT. Federal Internasional Finance adalah kegiatan usaha pembiayaan konsumen berupa pembiayaan untuk pengadaan barang berupa kendaraan bermotor merk Honda. 1 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta. Liberty. 1977. Hal. 2.

3 PT. FIF mula-mula bernama PT. Mitrapusaka Artha Finance yang memang diarahkan untuk mendukung pemasaran sepeda motor Honda yang hingga kini menguasai lebih dari 48% pangsa pasar sepeda motor di Indonesia. PT. FIF berdiri pada tanggal 1 Mei 1989 merupakan salah satu anak perusahaan Astra International yang khusus bergerak di bidang jasa pembiayaan konsumen yang melayani sepeda motor Honda. Pada saat ini PT. FIF sudah berkembang jaringannya di seluruh Indonesia dan merupakan perusahaan pembiayaan terbesar dengan jumlah cabang 77 cabang besar (Medan sampai dengan Jayapura). Berdirinya F.I.F. tidak dapat dipungkiri berkaitan erat dengan usaha bisnis sepeda motor Honda. Kontribusi F.I.F. terhadap Honda memang belum mencapai hasil yang maksimal karena dari 60% penjualan kredit sepeda motor Honda, baru 40% saja yang dibiayai oleh F.I.F. Jadi F.I.F. baru berperan terhadap 24% dari keseluruhan pasar sepeda motor Honda. Sebagai perusahaan jasa pembiayaan resmi sepeda motor Honda, tentunya keberadaan F.I.F. memberikan kontribusi nyata bagi kedua belah pihak, yaitu PT. AI-HSO (Astra International-Honda Sales Operation) sebagai distributor sepeda motor Honda dan PT. Federal Motor sebagai produsen sepeda motor Honda. 2 Lembaga pembiayaan adalah salah satu bentuk usaha di bidang lembaga keuangan non bank yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembiayaan dan pengelolaan salah satu sumber dana pembangunan di Indonesia.Kegiatan lembaga pembiayaan dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat Sesuai dengan isi pasal pada Pasal 5 ayat (1) Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 disebutkan bahwa: 2 www.fifcredit.com/fif/profil/ diunduh Selasa, 12 April 2011.

4 Perusahaan Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk: 1. Giro; 2. Deposito; 3. Tabungan; 4. Surat sanggup bayar (Promisorry Note). 3 Berdasarkan pengalaman usaha sewa guna usaha, maka pada tahun 1988 pemerintah mengeluarkan paket kebijaksnaan 20 Desember 1988 atau pakdes 1988 yang mulai memperkenalkan usaha lembaga pembiayaan yang tidak hanya sewa guna usaha saja, tetapi juga meliputi jenis-jenis usaha pembiayaan lainnya. Paket kebijaksanaan desember 1988 yang dikeluarkan oleh pemerintah dituangan dalam keputusan presiden No. 61 tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang lembaga pembiayaan dan keputusan menteri keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Tata Cara Pelakaksanaan Lembaga Pembiayaan. Adanya keputusan Presiden ini, maka kegiatan lembaga pembiayaan diperluas sehingga menjadi 6 (enam) jenis kegiatan usaha, adapun kegiatan usah yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan sebagaimana terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) Keputusan Presiden No. 61 tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Lembaga Pembiayaan adalah sebagai berikut: Lembaga pembiayaan melakukan kegiatan yang meliputi antara lain bidang usaha : a. Sewa Guna Usaha (leasing); b. Modal Ventura (ventura capital); c. Perdagangan Surat Berharga (securities trade); d. Anjak Piutang (factoring); e. Usaha Kartu Kredit (credit card); f. Pembiayaan Konsumen (customer finance). 4 3 4 Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan Ibid.

5 Lebih lanjut dalam Pasal 3 ayat (1) Keputusan Presiden Nomor 61 tahun 1988 dijelaskan bahwa : Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dapat dilakukan oleh: a. Bank; b. Lembaga Keuangan Bukan Bank; c. Perusahaan Pembiayaan. 5 Kaitan dalam penulisan ini adalah pembiayaan konsumen (constumer finance). Menurut pasal 1 angka 6 KepresNo. 61 tahun 1988 Jo Pasal 1 huruf (P) keputusan menteri keuangan No. 1251/KMK/13/1988 adalah kegiatan konsumen dalam bentuk dana untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistim pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen. Di era teknologi yang berkembang dengan cepat ini, kebutuhan kendaraan bermotor menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat diabaikan, namun untuk membeli secara tunai kamampuan masyarakat dipandang masih rendah. Melihat peluang ini, maka perusahaan pembiayaan bersaing untuk mendapatkan konsumen dengan kemudahan mendapatkan kendaraan tanpa membayar tunai atau bahkan tanpa uang muka sekalipun. Pembiayaan konsumen merupakan salah satu model pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan finansial, disamping kegiatan seperti leasing, factoring, kartu kredit dan sebagainya. Target pasar dari model pembiayaan ini sudah jelas yaitu para konsumen, suatu istilah yang dipakai sebagai lawan dari kata produsen. 6 5 6 Ibid. Munir Fuady. HukumTentang Pembiayaan dalam Teori dan Praktik. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. 1995. Hal. 203

6 Pada saat ini banyak konsumen yang menggunakan kemudahan untuk memanfaatkan kemudahan yang ditawarkan oleh perusahaan pembiayaan daripada kredit dari perbankan. Hal ini sesuai dengan pendapat Munir Fuady yang berpendapat, bahwa bisnis pembiayaan konsumen akan menarik banyak minat masyarakat tidak diragukan lagi. Sebab biasanya para konsumen akan sulit mendapatkan atau mempunyai akses untuk mendapat kredit bank. 7 Pada metode pembiayaan konsumen memerlukan jaminan-jaminan tertentu agar dana yang telah dikeluarkan oleh kreditur ditambah dengan keuntungan-keuntungan tertentu dapat diterimanya kembali oleh kreditur. Sebab dalam setiap sistem pendanaan termasuk sistem pendanaan dalam bentuk leasing, maka segera setelah dana dicairkan dan diberikan oleh perusahaan pembiayaan maka sejak saat itu juga kedudukan perusahaan pembiayaan menjadi penting. Jaminan dalam pembiayaan konsumen sangat penting karena untuk memperkecil berbagai kemungkinan yang menyebabkan kedudukan perusahaan pembiayaan tidak seaman yang diperkirakan semula misalnya konsumen mengalihkan barang jaminan kepada pihak lain tanpa setahu perusahaan pembiayaan, atau konsumen tersebut telah dalam keadaan wan prestasi atau harga dari barang yang dibiayai pembeliannya turun drastis karena sebab-sebab yang tidak diantisipasi sebelumnya, dan berbagai masalah lainnya. 8 7 8 Ibid. Hal. 204 Dyah Wulandari. Tinjauan Tentang Aspek Jaminan dalam Pembiayaan Kredit Kendaraan Bermotor Melalui PT. Adira Finance dengan Daeler Timbul Jaya Motor. Skripsi, Surakarta. UMS. 2010. Hal. 4.

7 Menyadari akan resiko yang mungkin akan dihadapi oleh perusahaan pembiayaan maka dibutuhkan suatu jaminan sehingga kedudukan perusahaan pembiayaan benar-benar terjamin. Masing-masing jaminan tersebut berkedudukan komulatif satu sama lain. Jaminan-jaminan untuk pembiayaan konsumen dengan penilaian bahwa jaminan utama adalah keyakinan dari perusahaan pembiayaan bahwa konsumen akan dan sanggup membayar kembali cicilan sebagaimana mestinya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undangundang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Pasal 8 ayat (1) yang berbunyi: Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah/debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. 9 Peraturan perundang-undangan tentang perbankan tersebut di atas tidak berlaku terhadap lembaga pembiayaan, walaupun pembiayaan konsumen ini mirip dengan kredit konsumsi yang sering dilakukan bank. Hal ini sesuai dengan alasan Munir Fuady sebagai berikut: Hakikat dan keberadaan perusahaan finansial sama sekali berbeda dengan perbankan, sehingga secara subtansif yuridis tidak layak diberlakukan peraturan perbankan kepadanya. Dan, yuridis formal, karena perusahaan pembiayaan tersebut bukan bank, maka kegiatannya tidak mungkin tunduk kepada 9 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undangundang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

8 peraturan perbankan. sungguh pun peraturan perbankan tersebut dalam bentuk undang-undang sekalipun. Kecuali undang-undang menentukan sebaliknya, yang dalam hal ini tidak kita temukan kekecualian tersebut 10 Pembiayaan konsumen juga menerapkan prinsip-prinsip umum yang berlaku dalam perkreditan. Prinsip-prinsip yang dimaksud adala The 5 C s of credit yaitu collateral, capacity, character, capital, condition of economy. Jaminan pokok ini berupa barang modal hasil pembelian dari transaksi pembiayaan konsumen itu sendiri. Jika pembiayaan konsumen digunakan untuk membeli sepeda motor maka, sepeda motor yang bersangkutan menjadi jaminan pokoknya. Jaminan tersebut dibuat dalam bentuk fiduciany transfer of ownership (fiducia), maka biasanya seluruh dokumen yang berkaitan dengan kepemilikan barang yang bersangkutan akan dipegang oleh pihak perusahaan pembiayaan konsumen sampai angsuran dilunasi olehpenerima pembiayaan konsumen. 11 Jaminan Fidusia telah digunakan di Indonesia sejak Zaman Penjajahan Belanda, sebagai suatu bentuk jaminan yang lahir dari yurisprudensi. 12 Bentuk jaminan ini digunakan secara luas dalam transaksi pinjam meminjam, karena proses pembenahannya dianggap sederhana, mudah, dan cepat, tetapi tidak menjamin adanya kepastian hukum. Saat ini, banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank umum maupun perkreditan) menyelenggarakan pembiayaan bagi konsumen (consumer finance), sewa 10 Opcit. Munir Fuady. Hal. 208. 11 Sunaryo. Hukum Lembaga Keuangan. 2008. Jakarta. Penerbit Sinar Grafika. Hal 100. 12 Tan Kamelo. Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang Didambakan. Bandung. PT. Alumni. 2004. Hal.5

9 guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), sewa beli, mereka umumnya menggunakan tata cara perjanjian yang mengikutkan adanya jaminan fidusia bagi objek benda jaminan fidusia. Dalam prakteknya lembaga pembiayaan menyediakan barang bergerak yang diminta konsumen (semisal motor atau mesin industri), kemudian di atasnamakan konsumen sebagai (penerima pinjaman) sebagai konsekuensinya, debitur menyerahkan kepada kreditur (pemberi kredit) secara fidusia. Kreditur, yakni merupakan pihak yang memberikan pembiayaan dengan cara leasing maupun yang lainnya kepada pihak yang membutuhkannya. Dalam hal ini kreditur bisa merupakan perusahaan pembiayaan yang bersifat multi finance, tetapi juga dapat yang khusus bergerak di bidang leasing. Debitur adalah pihak yang dibiayai oleh kreditur dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. 13 Dalam perjanjian jaminan fidusia ini debitur sebagai pemilik atas nama barang menjadi pemberi fidusia kepada kreditur yang dalam posisi sebagai penerima fidusia. Praktek sederhana dalam jaminan fidusia, adalah pihak yang punya barang atau konsumen mengajukan pembiayaan kepada perusahaan pembiayaan, lalu kedua belah sama-sama sepakat mengunakan jaminan fidusia terhadap benda milik konsumen dan dibuatkan akta notaris lalu didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia. perusahaan pembiayaan sebagai penerima fidusia akan mendapat sertifikat fidusia, dan salinannya diberikan kepada konsumen. Dengan mendapat Sertifikat Jaminan Fidusia, 13 Budi Racmat. Multi Finance (Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen). Jakarta. Novindo Pustaka Mandiri.2002. Hal. 6.

10 maka perusahaan pembiayaan/penerima fidusia serta merta mempunyai hak eksekusi langsung (parate eksekusi), seperti terjadi pada pinjam meminjam dalam perbankan. Kekuatan hukum sertifikat tersebut, sama dengan keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Dari uraian tersebut di atas, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul: JAMINAN DAN PEMBIAYAAN KONSUMEN STUDI TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBERI JAMINAN (DEBITUR) DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR (Studi Kasus di PT. FIF Surakarta). B. Perumusan Masalah Agar permasalahan yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan penulisan skripsi mencapai tujuan yang diinginkan maka perlu disusun perumusan masalah yang didasarkan pada uraian latar belakang masalah, dimana perumusan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah konstruksi hukum dari perjanjian jaminan yang diterapkan dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT. FIF Surakarta? 2. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian jaminan antara pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT. FIF Surakarta? 3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT. FIF Surakarta?

11 C. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini bertujuan untuk mejawab permasalahan yang ada dalam perumusan masalah di atas, yaitu: 1. Untuk mendsekripsikan konstruksi hukum dari perjanjian jaminan yang diterapkan dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT. FIF Surakarta. 2. Untuk mendeskripsikan dan mengeksplanasikan pelaksanaan perjanjian jaminan antara konsumen dengan PT. FIF Surakarta. 3. Untuk mendeskripsikan dan mengeksplanasikan perlindungan hukum terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT. FIF Surakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat bagi penulis saja, tetapi juga memberikan manfaat bagi pihak lain secara positif. Menurut hemat penulis, manfaat tersebut antara lain meliputi : 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap khasanah ilmu hukum pada umumnya, dan pengembangan teori hukum terkait dengan perlindungan hukum bagi perusahaan pembiayaan dalam perjanjian penjaminan kendaraan bermotor. 2. Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat khususnya masyarakat yang menggunakan jasa perusahaan pembiayaan berhubungan dengan barang jaminan dalam pembelian kendaraan bermotor.

12 3. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya mengenai perlindungan hukum bagi perusahaan pembiayaan dalam perjanjian jaminan kendaraan bermotor. E. Metode Penelitian Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan non-doktrinal yang kualitatif. 14 Hal ini disebabkan di dalam penelitian ini, hukum tidak hanya dikonsepkan sebagi keseluruhan asas-asas dan kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, melainkan meliputi pula lembaga-lembaga dan proses-proses yang mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam masyarakat, sebagai perwujudan makna-makna simbolik dari pelaku sosial, sebagaimana termanifestasi dan tersimak dalam dan dari aksi dan interaksi antar mereka. Dengan demikian di dalam penelitian ini akan dicoba dilihat keterkaitan antara faktor hukum dengan faktor-faktor ekstra legal yang berkaitan dengan objek yang diteliti. 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di PT. FIF Surakarta. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive, yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, yaitu : Pertama, karena di daerah ini banyak pengguna kendaraan baru yang membeli kendaraan bermotor melalui jasa 14 Soetandyo Wignjosoebroto. Silabus Metode Penelitian Hukum. Surabaya. Program Pascasarjana Universitas Airlangga. tth. Hal. 1 dan 3

13 dari Perusahaan Pembiayaan. Kedua, banyaknya permasalahan terhadap jaminan kendaraan bermotor yang diperjualbelikan kepada pihak ketiga; dan Ketiga, adanya permasalahan eksekusi terhadap barang jaminan karena penerima kredit wanprestasi. 2. Spesifikasi Penelitian Tipe kajian dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif, karena bermaksud menggambarkan secara jelas (dengan tidak menutup kemungkinan pada taraf tertentu juga akan mengeksplanasikan/ memahami) tentang berbagai hal yang terkait dengan objek yang diteliti, yaitu: a. Bagaimanakah konstruksi hukum dari perjanjian jaminan yang diterapkan dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT. FIF Surakarta?; b. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian jaminan antara penerima kredit dengan PT. FIF Surakarta?; c. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT. FIF Surakarta?. 3. Sumber dan Jenis Data Penelitian ini membutuhkan dua jenis data yang berasal dari dua sember yang berbeda, yaitu : a. Data Primer Yaitu data-data yang berasal dari sumber data utama, yang berwujud tindakan-tindakan sosial dan kata-kata, 15 dari pihak-pihak yang terlibat dengan objek yang diteliti yaitu PT. FIF Surakarta dan pemilik kendaraan yang menggunakan jasa PT. FIF dalam pembayaran 15 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja Rosdakarya Offset. Hal. 112

14 kendaraannya. Adapun data-data primer ini akan diperoleh melalui para informan dan situasi sosial tertentu, yang dipilih secara purposive, dengan menentukan informan dan situasi soisal awal terlebih dahulu. 16 Penentuan informan awal, dilakukan terhadap beberapa informan yang memenuhi kriteria sebagai berikut : (1) mereka yang menguasai dan memahami fokus permasalahannya melalui proses enkulturasi; (2) mereka yang sedang terlibat dengan (di dalam) kegiatan yang tengah diteliti dan; (3) mereka yang mempunyai kesempatan dan waktu yang memadai untuk dimintai informasi. 17 Untuk itu mereka-mereka yang diperkirakan dapat menjadi informan awal adalah : (1) Penerima fasilitas/pemberi jamaninan yaitu ibu Sandiyem; (2) Bapak Wahyudi Widianto, selaku pemberi fasiltias/penerima jaminan. Penentuan informan lebih lanjut akan dilakukan terhadap informan-informan yang dipilih berdasarkan petunjuk/saran dari informan awal, berdasarkan prinsip-prinsip snow bolling 18 dengan tetap berpijak pada kriteria-kriteria di atas. Sedangkan penentuan situasi sosial awal, akan dilakukan dengan mengamati proses objek yang diteliti Penentuan situasi sosial yang akan diobservasi lebih lanjut, akan diarahkan pada : (a) situasi sosial yang tergolong sehimpun dengan sampel situasi awal dan (b) situasi sosial yang kegiatannya memiliki kemiripan dan sampel situasi awal. 19 16 17 18 19 Sanapiah Faisal, Op. Cit. Hal 56. Ibid. Hal 58. Ibid. Hal 60. Ibid. Hal 59-60.

15 Wawancara dan observasi tersebut akan dihentikan apabila dipandang tidak lagi memunculkan varian informasi dari setiap penambahan sampel yang dilakukan. 20 b. Data Sekunder Yaitu data yang berasal dari bahan-bahan pustaka, baik yang meliputi : 1) Dokumen-dokumen tertulis, yang bersumber dari peraturan perundang-undangan (hukum positif Indonesia), artikel ilmiah, buku-buku literatur, dokumen-dokumen resmi, arsip dan publikasi dari lembaga-lembaga yang terkait. 2) Dokumen-dokumen yang bersumber dari data-data statistik, baik yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah, maupun oleh perusahaan, yang terkait denga fokus permasalahannya. 4. Metode Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, akan dikumpulkan melalui tiga cara, yaitu: melalui wawancara, observasi dan studi kepustakaan, yang dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: Pada tahap awal, di samping akan dilakukan studi kepustakaan, yang dilakukan dengan cara cara, mencari, mengiventarisasi dan mempelajari peraturan perundang-undangan, doktrin-doktrin, dan data-data sekunder yang lain, yang berkaitan dengan fokus permasalahannya, lalu akan dilakukan wawancara secara intensif dan mendalam terhadap para informan, dan dan observasi tidak terstruktur, yang ditujukan terhadap 20 Ibid. Hal 61.

16 beberapa orang informan dan berbagai situasi. Kedua cara yang dilakukan secara simultan ini dilakukan, dengan maksud untuk memperoleh gambaran yang lebih terperinci dan mendalam, tentang apa yang tercakup di dalam berbagai permasalahan yang telah ditetapkan terbatas pada satu fokus permasalahan tertentu, dengan cara mencari kesamaan-kesamaan elemen, yang ada dalam masing-masing bagian dari fokus permasalahan tertentu, yang kemudian dilanjutkan dengan mencari perbedaan-perbedaan elemen yang ada dalam masing-masing bagian dari fokus permasalahan tertentu. 5. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian terdiri dari instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, sedangkan instrumen penunjangnya berupa, rekaman/catatan harian di lapangan dan daftar pertanyaan. 6. Metode Analisis Data Data yang telah terkumpul dan telah diolah akan dibahas dengan menggunakan metode analisis kualitatif, yang dilakukan melalui tahapantahapan sebagai berikut: Sesuai dengan metode pendekatan yang digunakan, maka dalam penelitian ini analisis akan dilakukan dengan metode analisis secara kualitatif. Dalam hal ini analisis akan dilakukan secara berurutan antara metode analisis domain, analisis taksonomis, dan analisis komponensial. Penggunaan metode-metode tersebut akan dilakukan dalam bentuk tahapan-tahapan sebagai berikut: pertama akan dilakukan analisis domain,

17 dimana dalam tahap ini peneliti akan berusaha memperoleh gambaran yang bersifat menyeluruh tentang apa yang yang tercakup disuatu pokok permasalahan yang diteliti. Hasilnya yang akan diperoleh masih berupa pengetahuan ditingkat permukaan tentang berbagai domain atau kategorikategori konseptual. Bertolak dari hasil analisis domain tersebut diatas, lalu akan dilakukan analisis taksonomi untuk memfokuskan penelitian pada domain tetentu yang berguna dalam upaya mendiskripsikan atau menjelaskan fenomena yang menjadi sasaran semula penelitian. Hal ini dilakukan dengan mencari struktur internal masing-masing domain dengan mengorganisasikan atau menghimpun elemen-elemen yang berkesamaan disuatu domain. Dari domain dan kategori-kategori yang telah diidentifikasi pada waktu analisis domain serta kesamaan-kesamaan dan hubungan internal yang telah difahami melalui analisis taksonomis, maka dalam analisis komponensial akan dicari kontras antar elemen dalam domain. Dengan mengetahui warga suatu domain (melalui analisis domain), kesamaan dan hubungan internal antar warga disuatu domain (melalui analisis taksonomis), dan perbedaan antar warga dari suatu domain (melalui analisis komponensial), maka akan diperoleh pengertian yang komprehensip, menyeluruh rinci, dan mendalam mengenai masalah yang diteliti. 21 21 Sanapiah Faisal. Opcit. Hal. 74-76

18 Tahap terakhir dari analisis data ini adalah dengan mengadakan pemeriksaan keabsahan data, dengan tujuan untuk mengecek keandalan dan keakuratan data, yang dilakukan melalui dua cara, yaitu : pertama, dengan menggunakan teknik triangulasi data, terutama triangulasi sumber, yang dilakukan dengan jalan : (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi; (c) membandingkan keadaan dan perspektif dengan berbagai pendapat yang berbeda stratifikasi sosialnya; (d) membanding hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan; Kedua, pemeriksaan sejawat melalui diskusi analitik. 22 Setelah semua tahapan analisis tersebut dilakukan, pada tahapan akhirnya akan dilakukan pula penafsiran data, dimana teori-teori yang ada diaplikasikan ke dalam data, sehingga terjadi suatu dialog antara teori di satu sisi dengan data di sisi lain. Dengan malalui cara ini, selain nantinya diharapkan dapat ditemukan beberapa asumsi, sebagai dasar untuk menunjang, memperluas atau menolak, teori-teori yang sudah ada tersebut, diharapkan juga akan ditemukan berbagai fakta empiris yang relevan dengan kenyataan kemasyarakatannya. F. Sistematika Skripsi Guna mendapatkan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diadakan pembagian dalam bab-bab yang pada dasarnya untuk memudahkan pemahaman dan pengertian serta 22 Sanapiah Faisal, Opcit. Hal. 70 dan 99.

19 ruang lingkup dari skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi dapat diuraikan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian a. Pengertian perjanjian b. Syarat sahnya perjanjian c. Subyek dan obyek perjanjian d. Asas-asas perjanjian e. Jenis-jenis perjanjian f. Akibat hukum dari suatu perjanjian g. Wanprestasi h. Overmatch i. Berakhirnya suatu perjanjian B. Tinjauan Umum Tentang Jaminan 1. Pengertian umum tentang Jaminan 2. Jenis-jenis Jaminan 3. Jaminan Fidusia

20 C. Tinjauan Umum Tentang Pembiayaan Kosumen 1. Pengertian tentang lembaga pembiayaan 2. Pengertian pembiayaan konsumen 3. Sejarah Pembiayaan Kosumen 4. Dasar hukum pembiayaan konsumen 5. Kedudukan para pihak dalam perjanjian pembiayaan konsumen 6. Jaminan-jaminan BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Konstruksi Hukum dari Perjanjian Jaminan yang Diterapkan dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen di PT. FIF Surakarta. 2. Pelaksanaan perjanjian jaminan antara konsumen dengan PT.FIF Surakarta. 3. Perlindungan Hukum terhadap Pihak-pihak yang Terlibat dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen di PT. FIF Surakarta. B. Pembahasan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

21