BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. (define), perancangan (design), pengembangan (development), dan penyebaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Semmel, dan Semmel (1974) 4-D yang meliputi kegiatan pendefinisian

F. Metode Pengumpulan Data G. Teknik Analisis Data BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA PENELITIAN A. Deskripsi Waktu Pengembangan

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. meliputi : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), buku siwa, dan

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Pembelajaran Terpadu Tipe Nested dengan Setting

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Proses Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural Matematika

BAB V PEMBAHASAN. tidak dilakukan karena tahap penyebaran harus diadakan uji coba lebih dari satu. kali, sehingga tahap penyebaran tidak dilakukan.

BAB V PEMBAHASAN. 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) langkah-langkah pembelajaran, waktu, perangkat pembelajaran, metode

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat model pembelajaran Missouri Mathematics Project

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. tanggal 06 Januari 2014 s/d 07 Januari Model pengembangan perangkat

BAB V PEMBAHASAN DAN HASIL DISKUSI PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB V PEMBAHASAN. A. Kevalidan dan Kepraktisan Perangkat Pembelajaran. 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan karena peneliti ingin

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran matematika realistik dengan langkah heuristik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (developmental

BAB III METODE PENELITIAN. berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, dan Lembar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini tergolong jenis penelitian pengembangan (Development. dengan model integrated learning berbasis masalah.

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. media pembelajaran dengan menggunakan model pengembangan media 4D

BAB IV HASIL PENELITIAN. Pada bab ini akan di paparkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. digolongkan jenis penelitian pengembangan, yaitu pengembangan RPP, LKS dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Research Development (penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran sub pokok bahasan luas permukaan dan. Permukaan dan Volume Pisma dan Limas tegak.

BAB IV DESKRIPSI PROSES PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

DAFTAR TABEL. Halaman

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan pembelajaran. Mambaul Ulum Simorejo yang berjumlah 22 siswa.

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penulis memperoleh data hasil kemampuan siswa terhadap tugas

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. menyelesaikan tugas proyek, dapat dinyatakan sebagai berikut: tinggi dalam penyelesaian tugas proyek:

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (development

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. 1. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB V PEMBAHASAN. mengaitkan komponen pembelajaran berbasis masalah untuk melatihkan

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. telah memenuhi kriteria valid. Hal ini berdasarkan pada hasil analisis data kevalidan RPP

research and development untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI DI KELAS VIII MTs NEGERI 2 SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. RPP tersebut telah valid dan layak digunakan dengan sedikit revisi. Walaupun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Research And Development (R & D) atau

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Film Pembelajaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan scientific dalam

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA HASIL PENGEMBANGAN. define, design, develop, dan disseminate. Namun dalam pelaksanaannya,

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. pelaksanaan pembelajaran dapat digunakan dengan revisi kecil.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS pada

BAB III METODE PENELITIAN. data yang diperoleh tentang aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar, dan

BAB III METODE PENELITIAN. karena peneliti ingin mengembangkan pembelajaran matematika berbasis

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan suatu produk baru melalui proses pengembangan dan validasi.

BAB III METODE PENELITIAN. Tibawa Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Waktu penelitian, sejak

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development).

BAB III METODE PENELITIAN

Pengembangan LKM Dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Calon Guru

BAB IV DISKRIPSI DAN ANALISIS DATA HASIL PENGAMATAN. adalah model pengembangan 4-D yang telah dimodifikasi menjadi 3D, yang

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI PENELITIAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Proses Pengembangan Perangakat Pembelajaran. 1. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding Semnasdik 2016 Prodi Pend. Matematika FKIP Universitas Madura

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menjabarkan hasil-hasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian dan pembahasan masing-masing

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN TIM PENGUJI... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... ABSTRAK...

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Model pembelajaran. (difine), tahap perencanaan (design), dan tahap pengembangan (develop).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan. pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematik dan selfefficacy

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. 08 D 2 x 30 menit RPP Garis bilangan Agustus a

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis),

BAB III METODE PENELITIAN. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual pada Kelas VII 2 SMP Negeri 26 Makassar

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan karena peneliti ingin

BAB V DISKUSI HASIL PENELITIAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MELATIH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan

berupa LKS berbasis Creative Problem Solving (CPS) pada pokok bahasan fungsi. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Pada penelitian ini peneliti

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

BAB IV PEMBAHASAN. yaitu analysis, design, development, implementation, dan evaluation. Berikut

BAB III METODE PENELITIAN

Pengembangan modul IPA fisika berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Research and Development (R&D)

BAB III METODE PENELITIAN. produk berupa bahan ajar berbasis scientific method untuk meningkatkan. materi Struktur Bumi dan Bencana.

Transkripsi:

202 BAB V PEMBAHASAN A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran Proses pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran MMP dengan strategi TTW mengacu pada pengembangan perangkat pembelajaran 4-D Tiagharajan yang meliputi tahapan pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (development), dan penyebaran (dessiminate). Namun, pada penelitian kali ini hanya sampai pada tahap pengembangan saja tidak sampai pada tahap penyebaran, karena untuk sampai pada tahap penyebaran maka harus dilakukan uji coba lebih dari satu kali dan dengan subyek penelitian yang berbeda. Sedangkan pada penelitian ini uji coba hanya dilakukan satu kali sehingga tahap penyebaran tidak dilakukan. Tahap pertama dalam proses pengembangan ini adalah pendefinisian (define). Dalam tahap ini peneliti memperoleh informasi tentang metode pembelajaran apa saja yang diterapkan dalam proses pembelajaran matematika di kelas VIII Intensif-B SMP Al-Azhar Menganti Gresik. Peneliti juga memperoleh informasi tentang latar belakang pengetahuan siswa dan perkembangan kognitif siswa. Informasi tersebut diperoleh melalui diskusi dengan guru mata pelajaran matematika di sekolah tempat peneliti akan melaksanakan uji coba. Hal 202

203 selanjutnya yang peneliti lakukan adalah menganalisis konsep, kemudian menganalisis tugas dan melakukan spesifikasi tujuan pembelajaran yang akan digunakan untuk uji coba terbatas. Informasi yang telah peneliti peroleh pada tahap pendefinisian digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan tahap selanjutnya yaitu tahap perancangan (design). Dalam tahap perancangan ini peneliti melakukan penyusunan tes dan pemilihan format yang akan digunakan untuk menyusun desain awal perangkat pembelajaran yang nantinya akan menghasilkan draft 1 perangkat pembelajaran yang meliputi RPP dan Lembar Tugas Proyek (LTP). Tahap selanjutnya yaitu pengembangan (development). Tahap pengembangan ini meliputi kegiatan penilaian para ahli dan uji coba terbatas. Hasil penilaian para ahli ini akan digunakan peneliti untuk merevisi perangkat pembelajaran draft 1. Hasil revisi perangkat pembelajaran draft 1 menghasilkan perangkat pembelajaran draft 2. Perangkat pembelajaran draft 2 inilah yang digunakan peneliti dalam melaksanakan uji coba terbatas. Dalam pelaksanaan uji coba terbatas peneliti dibantu oleh tiga orang pengamat yang bertugas untuk mengamati aktivitas siswa, aktivitas guru, keterlaksanaan sintaks pembelajaran selama proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran MMP dengan strategi TTW yang sedang dikembangkan, serta penilaian tugas proyek yang diberikan kepada siswa. Selain itu peneliti juga memperoleh data hasil respon siswa, hasil belajar siswa, dan hasil kemampuan berpikir kritis siswa setelah

204 berakhirnya proses pembelajaran. Setelah melakukan uji coba terbatas dihasilkan draft 3 (hasil pengembangan perangkat). B. Kevalidan Perangkat Pembelajaran 1. Kevalidan RPP RPP yang dikembangkan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori valid. Berdasarkan hasil analisis kevalidan RPP pada tabel 4.3, rata-rata total kevalidan RPP adalah 3,74. Dari seluruh aspek yang divalidasi, aspek yang mendapatkan nilai rendah adalah perangkat pembelajaran pada bagian Lembar Tugas Proyek (LTP). Menurut pendapat para validator hal ini karena pada Lembar Tugas Proyek (LTP) masih belum bisa digunakan untuk meningkatkan berpikir kritis siswa. 2. Kevalidan Lembar Tugas Proyek (LTP) Lembar Tugas Proyek (LTP) yang dikembangkan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori valid. Berdasarkan hasil analisis LTP pada tabel 4.5, rata-rata total kevalidan LTP adalah 3,72. LTP yang dibuat dalam penelitian ini belum mencerminkan tugas proyek dan LTP ini masih belum bisa digunakan untuk meningkatkan berpikir kritis siswa, sehingga peneliti pun melakukan revisi pada LTP yang dapat meningkatkan berpikir kritis siswa. 3. Kevalidan Tes Kemampuan Berpikir Kritis Tes kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dikategorikan valid. Berdasarkan hasil analisis tes kemampuan berpikir

205 kritis pada tabel 4.7, rata-rata total kevalidan tes kemampuan berpikir kritis adalah 3,52. Menurut para validator, kalimat pertanyaan yang dibuat terlalu rumit dan tidak jelas, sehingga nantinya tidak akan bisa dipahami oleh siswa. Peneliti pun melakukan revisi dengan mengubah kalimat pertanyaan yang mudah dipahami oleh siswa. C. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran Sesuai dengan penjelasan pada bab IV, bahwa pada lembar penilaian validasi perangkat pembelajaran juga disertakan penilaian tentang kepraktisan perangkat pembelajaran tersebut. Hasil kepraktisan dari para validator menyatakan bahwa perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran MMP dengan strategi TTW memenuhi kriteria praktis sesuai dengan yang ditetapkan pada bab III, karena ketiga validator mayoritas memberikan nilai B pada masing-masing perangkat yang dikembangkan. Hal ini berarti bahwa perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP dan Lembar Tugas Proyek (LTP) yang dikembangkan dapat digunakan di lapangan dengan sedikit revisi. D. Keefektifan Perangkat Pembelajaran Pembahasan lebih lanjut tentang keefektifan perangkat pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa, aktivitas guru, keterlaksanaan sintaks pembelajaran, observasi tugas proyek dan kartu penilaiannya, hasil belajar siswa, respon siswa dan hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa akan diuraikan sebagai berikut.

206 1. Aktivitas Siswa Berdasarkan deskripsi dan analisis hasil penelitian terlihat bahwa aktivitas siswa selama empat kali pertemuan termasuk dalam kategori aktivitas siswa aktif dengan rata-rata 97,68%. Dari data hasil penelitian kategori aktivitas siswa yang mendapat rata-rata paling tinggi adalah menyelesaikan masalah atau menemukan jawaban yakni sebesar 36,33%. Hal ini sesuai dengan harapan peneliti, karena pembelajaran ini adalah pembelajaran dengan menggunakan tugas proyek maka aktivitas siswa lebih banyak dalam mencari penyelesaiannya. Aktivitas siswa pasif yakni melakukan kegiatan yang tidak relevan dengan KBM seperti mengobrol, melamun, dan lain-lain juga masih terjadi di kelas. Hal ini sesuai dengan data hasil penelitian yakni nilai rata-rata total kategori aktivitas pasif adalah sebesar 2,31%. Arahan dan peringatan dari guru kepada siswa perlu diberikan untuk mempertahankan aktivitas siswa misalnya dengan menasehati dan menegur siswa yang kurang memperhatikan. Menurut peneliti, aktivitas siswa yang tidak sesuai dengan KBM terjadi karena siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan peneliti. 2. Aktivitas Guru Hasil analisis aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan model MMP dengan strategi TTW pada sub pokok bahasan fungsi menunjukkan bahwa guru sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini didasarkan pada tabel 4.12 yakni pada setiap aspek untuk prosentase

207 aktivitas guru telah memenuhi kriteria efektif. Berdasarkan tabel 4.12, dapat diketahui aktivitas guru paling dominan ialah mengamati cara siswa dalam menyelesaikan masalah yakni dengan rata-rata sebesar 28,12%. Hal ini sesuai dengan model pembelajaran MMP dengan strategi TTW, yakni guru tidak lagi menjadi yang dominan dalam pembelajaran (menyampaikan informasi dengan metode ceramah), namun guru lebih menjadi pendamping atau fasilitator kepada siswa selama proses penyelesaian LTP yang mendorong siswa untuk mencari sendiri penyelesaiannya. 3. Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Berdasarkan tabel 4.13 dan 4.14 dapat diketahui bahwa keterlaksanaan sintaks pembelajaran telah memenuhi batas efektif prosentase keterlaksanaan untuk pertemuan I, pertemuan II, pertemuan III, dan pertemuan IV sebesar 81,82% dengan penilaian rata-rata sebesar 3,39 yang berarti berada pada kategori sangat baik. Dari data tersebut diketahui bahwa kegiatan yang mendapat nilai paling sedikit adalah kegiatan inti, karena pada langkah pembelajaran antara pertemuan I dengan pertemuan II sedikit berbeda. 4. Observasi Tugas Proyek dan Kartu Penilaiannya Berdasarkan hasil penelitian tentang kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas proyek, dapat dinyatakan sebagai berikut.

208 1) Kemampuan yang diperoleh kelompok 1 dalam penyelesaian tugas proyek a. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan skor yang diperoleh sebesar 17. Hal ini dapat dilihat dari nilai setiap aspek kemampuan siswa dalam merencanakan tugas proyek pada tabel 4.16. Dari tabel 4.16 dapat diketahui bahwa untuk aspek merencanakan cara memperoleh informasi kurang benar yaitu mencari informasi dari buku yang kurang sesuai. Setiap kelompok menyajikan ide dengan benar. Kelompok ini mengatur pembagian tugas kerja hanya sebagian anggota. Kelompok ini tidak langsung mengerjakan tetapi menggunakan waktunya dengan bergurau terlebih dahulu. Dalam merencanakan waktu dan tempat kelompok ini menentukan dengan baik. Kelompok ini mempersiapkan alat dan bahan sesuai dengan informasi yang diperoleh, tetapi tidak lengkap. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa siswa yang berada pada kelompok 1 pada tahap perencanaan dikatakan berhasil. b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, skor yang diperoleh kelompok tersebut sebesar 22. Hal ini dapat dilihat dari nilai setiap aspek kemampuan siswa dalam merencanakan tugas proyek pada tabel 4.17. Dari tabel 4.17 dapat diketahui bahwa semua anggota kelompok ini berdiskusi dengan bahan diskusi mengarah pada topik yang dipelajari. Anggota kelompok ini mengemukakan pendapat dengan benar, tetapi hanya beberapa

209 anggota kelompok yang mengemukakan pendapat dengan benar. Dalam memperoleh informasi dan mengolah informasi kelompok ini melaksanakannya dengan baik dan benar, serta dalam mengolah informasi yang diperoleh dengan sungguh-sungguh. Beberapa anggota kelompok aktif dalam meneyelesaikan tugas proyek dan dapat menerima kritikan dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa siswa yang berada pada kelompok 1 pada tahap pelaksanaan dikatakan sangat berhasil. c. Tahap Hasil Laporan Pada tahap hasil laporan, skor yang diperoleh kelompok tersebut sebesar 21. Hal ini dapat dilihat dari nilai setiap aspek kemampuan siswa dalam merencanakan tugas proyek pada tabel 4.18. Dari tabel 4.18 dapat diketahui bahwa definisi relasi dan fungsi serta cara penyajian dari relasi dan fungsi yang dicari benar sesuai dengan petunjuk pada lembar tugas proyek. Contoh atau data yang dicari merupakan contoh dari relasi dan fungsi akan tetapi kurang sempurna, serta contoh yang dibuat merupakan contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah. Dalam menyajikan contoh/data dari relasi dan fungsi kurang sempurna. Media yang dibuat rapi, kurang terstruktur dan benar, serta media yang dibuat kreatif. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa siswa yang berada pada kelompok 1 pada penilaian hasil laporan dikatakan sangat berhasil.

210 2) Kelompok 2 a. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan skor yang diperoleh sebesar 17. Hal ini dapat dilihat dari nilai setiap aspek kemampuan siswa dalam merencanakan tugas proyek pada tabel 4.19. Dari tabel 4.19 dapat diketahui bahwa untuk aspek merencanakan cara memperoleh informasi benar yaitu mencari informasi dari buku yang sesuai yaitu buku matematika. Setiap kelompok menyajikan ide dengan benar. Kelompok ini mengatur pembagian tugas kerja hanya sebagian anggota. Kelompok ini tidak langsung mengerjakan tetapi menggunakan waktunya dengan bergurau terlebih dahulu. Dalam merencanakan waktu dan tempat kelompok ini menentukan kurang tepat. Kelompok ini mempersiapkan alat dan bahan sesuai dengan informasi yang diperoleh, tetapi tidak lengkap. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa siswa yang berada pada kelompok 2 pada tahap perencanaan dikatakan berhasil. b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, skor yang diperoleh kelompok tersebut sebesar 19. Hal ini dapat dilihat dari nilai setiap aspek kemampuan siswa dalam merencanakan tugas proyek pada tabel 4.20. Dari tabel 4.20 dapat diketahui bahwa hanya beberapa anggota kelompok ini berdiskusi dengan bahan diskusi mengarah pada topik yang dipelajari. Anggota

211 kelompok ini mengemukakan pendapat dengan benar, tetapi hanya beberapa anggota kelompok yang mengemukakan pendapat dengan benar. Dalam memperoleh informasi dan mengolah informasi kelompok ini melaksanakannya dengan baik dan benar, serta hanya beberapa anggota kelompok yang bekerja sama dalam mengolah informasi yang diperoleh dengan sungguh-sungguh. Beberapa anggota kelompok aktif dalam meneyelesaikan tugas proyek dan dapat menerima kritikan dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa siswa yang berada pada kelompok 2 pada tahap pelaksanaan dikatakan sangat berhasil. c. Tahap Hasil Laporan Pada tahap hasil laporan, skor yang diperoleh kelompok tersebut sebesar 21. Hal ini dapat dilihat dari nilai setiap aspek kemampuan siswa dalam merencanakan tugas proyek pada tabel 4.21. Dari tabel 4.21 dapat diketahui bahwa definisi relasi dan fungsi serta cara penyajian dari relasi dan fungsi yang dicari benar sesuai dengan petunjuk pada lembar tugas proyek. Contoh atau data yang dicari merupakan contoh dari relasi dan fungsi dan benar, serta contoh yang dibuat merupakan contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah. Dalam menyajikan contoh/data dari relasi dan fungsi kurang sempurna. Media yang dibuat rapi, kurang terstruktur dan benar, serta media yang dibuat kurang kreatif. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa

212 siswa yang berada pada kelompok 2 pada penilaian hasil laporan dikatakan sangat berhasil. 3) Kelompok 3 a. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan skor yang diperoleh sebesar 18. Hal ini dapat dilihat dari nilai setiap aspek kemampuan siswa dalam merencanakan tugas proyek pada tabel 4.22. Dari tabel 4.22 dapat diketahui bahwa untuk aspek merencanakan cara memperoleh informasi benar yaitu mencari informasi dari buku yang sesuai yaitu buku matematika. Setiap kelompok menyajikan ide dengan benar. Kelompok ini mengatur pembagian tugas kerja hanya sebagian anggota. Kelompok ini tidak langsung mengerjakan tetapi menggunakan waktunya dengan bergurau terlebih dahulu. Dalam merencanakan waktu dan tempat kelompok ini menentukan kurang tepat. Kelompok ini mempersiapkan alat dan bahan sesuai dengan informasi yang diperoleh. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa siswa yang berada pada kelompok 3 pada tahap perencanaan dikatakan berhasil. b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, skor yang diperoleh kelompok tersebut sebesar 21. Hal ini dapat dilihat dari nilai setiap aspek kemampuan siswa dalam merencanakan tugas proyek pada tabel 4.23. Dari tabel 4.23 dapat diketahui bahwa semua anggota kelompok ini berdiskusi dengan

213 bahan diskusi mengarah pada topik yang dipelajari. Anggota kelompok ini mengemukakan pendapat dengan benar, tetapi hanya beberapa anggota kelompok yang mengemukakan pendapat dengan benar. Dalam memperoleh informasi dan mengolah informasi kelompok ini melaksanakannya dengan baik dan benar, serta dalam mengolah informasi yang diperoleh dengan sungguh-sungguh. Semua anggota kelompok aktif dalam menyelesaikan tugas proyek dan hanya beberapa anggota yang dapat menerima kritikan dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa siswa yang berada pada kelompok 3 pada tahap pelaksanaan dikatakan sangat berhasil. c. Tahap Hasil Laporan Pada tahap hasil laporan, skor yang diperoleh kelompok tersebut sebesar 21. Hal ini dapat dilihat dari nilai setiap aspek kemampuan siswa dalam merencanakan tugas proyek pada tabel 4.24. Dari tabel 4.24 dapat diketahui bahwa definisi relasi dan fungsi serta cara penyajian dari relasi dan fungsi yang dicari benar sesuai dengan petunjuk pada lembar tugas proyek, tetapi kurang sempurna. Contoh atau data yang dicari merupakan contoh dari relasi dan fungsi dan benar, serta contoh yang dibuat merupakan contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah. Dalam menyajikan contoh/data dari relasi dan fungsi kurang sempurna. Media yang dibuat rapi, terstruktur dan benar, serta media yang dibuat kurang kreatif. Berdasarkan uraian di atas,

214 maka dapat dikatakan bahwa siswa yang berada pada kelompok 3 pada penilaian hasil laporan dikatakan sangat berhasil. 4) Kelompok 4 a. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan skor yang diperoleh sebesar 18. Hal ini dapat dilihat dari nilai setiap aspek kemampuan siswa dalam merencanakan tugas proyek pada tabel 4.25. Dari tabel 4.25 dapat diketahui bahwa untuk aspek merencanakan cara memperoleh informasi kurang benar yaitu mencari informasi dari buku yang kurang sesuai. Setiap kelompok menyajikan ide dengan benar. Kelompok ini mengatur pembagian tugas kerja secara merata kepada semua anggota. Kelompok ini tidak langsung mengerjakan tetapi menggunakan waktunya dengan bergurau terlebih dahulu. Dalam merencanakan waktu dan tempat kelompok ini menentukan dengan baik tetapi kurang tepat. Kelompok ini mempersiapkan alat dan bahan sesuai dengan informasi yang diperoleh. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa siswa yang berada pada kelompok 4 pada tahap perencanaan dikatakan berhasil. b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, skor yang diperoleh kelompok tersebut sebesar 21. Hal ini dapat dilihat dari nilai setiap aspek kemampuan siswa dalam merencanakan tugas proyek pada tabel 4.26. Dari tabel 4.26

215 dapat diketahui bahwa hanya beberapa anggota kelompok ini berdiskusi dengan bahan diskusi mengarah pada topik yang dipelajari. Anggota kelompok ini mengemukakan pendapat dengan benar, tetapi hanya beberapa anggota kelompok yang mengemukakan pendapat dengan benar. Dalam memperoleh informasi dan mengolah informasi kelompok ini melaksanakannya dengan baik dan benar, serta semua anggota kelompok yang bekerja sama dalam mengolah informasi yang diperoleh dengan sungguh-sungguh. Beberapa anggota kelompok aktif dalam meneyelesaikan tugas proyek dan dapat menerima kritikan dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa siswa yang berada pada kelompok 4 pada tahap pelaksanaan dikatakan sangat berhasil. c. Tahap Hasil Laporan Pada tahap hasil laporan, skor yang diperoleh kelompok tersebut sebesar 21. Hal ini dapat dilihat dari nilai setiap aspek kemampuan siswa dalam merencanakan tugas proyek pada tabel 4.27. Dari tabel 4.27 dapat diketahui bahwa definisi relasi dan fungsi serta cara penyajian dari relasi dan fungsi yang dicari benar sesuai dengan petunjuk pada lembar tugas proyek, tetapi kurang sempurna. Contoh atau data yang dicari merupakan contoh dari relasi dan fungsi dan benar, serta contoh yang dibuat merupakan contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah. Dalam menyajikan contoh/data dari relasi dan

216 fungsi kurang sempurna. Media yang dibuat rapi, kurang terstruktur dan benar, serta media yang dibuat kreatif. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa siswa yang berada pada kelompok 4 pada penilaian hasil laporan dikatakan sangat berhasil. 5. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan analisis hasil belajar siswa yang terdapat pada tabel 4.29 terdapat 6 siswa (pada kuis 1) atau sebesar 33,33% dan 11 siswa (pada kuis 2) atau sebesar 61,11% yang hasil belajarnya mencapai ketuntasan secara individual, sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas secara individual sebesar 12 siswa atau sebesar 66,67% (pada kuis 1) dan 7 siswa atau sebesar 38,89% (pada kuis 2). Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan secara klasikal belum tercapai yakni jumlah siswa yang tuntas secara individual kurang dari 75%. Dengan demikian ditinjau dari hasil belajar siswa, perangkat pembelajaran yang dikembangkan tidak memenuhi kriteria efektif, akan tetapi terdapat peningkatan nilai hasil belajar terhadap kuis 1 dan kuis 2. Menurut pengamatan peneliti, siswa yang nilai hasil belajarnya tidak tuntas tersebut memang siswa yang kurang memperhatikan selama kegiatan pembelajaran dan terkesan tidak serius. Hal inilah yang mungkin menjadi faktor penyebab siswa tersebut memiliki nilai hasil belajar tidak tuntas (di bawah KKM).

217 6. Respon Siswa Berdasarkan hasil analisis respon siswa yang disajikan dalam tabel 4.30, respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran MMP dengan strategi TTW adalah positif dengan rata-rata nilai respon sebesar 80%. Hal ini sesuai dengan harapan peneliti bahwa perangkat pembelajaran model MMP dengan strategi TTW yang diterapkan disukai dan dapat digunakan dengan baik oleh siswa yang menjadi subyek penelitian dalam mempelajari materi relasi dan fungsi. E. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan data dari tabel 4.31 dan 4.33 yang telah dikemukakan pada bab IV, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil pretest dan postest kemampuan berpikir kritis siswa setelah melalui pembelajaran matematika menggunakan model MMP dengan strategi TTW untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pada hasil pretest kemampuan berpikir kritis siswa yang berlevel kritis adalah 16,67% dan hasil postest kemampuan berpikir kritis siswa yang berlevel kritis adalah 33,33%, sehingga terjadi peningkatan sebesar 16,66%. Pada hasil pretest kemampuan berpikir kritis siswa yang berlevel cukup kritis adalah 33,33% dan hasil postest kemampuan berpikir kritis siswa yang berlevel cukup kriti s adalah 44,45%, sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,12%. Sedangkan pada hasil pretest kemampuan berpikir kritis siswa yang berlevel tidak kritis adalah 50% dan hasil postest kemampuan

218 berpikir kritis siswa yang berlevel tidak kritis adalah 22,22%, sehingga terjadi penurunan sebesar 27,78%. Pada hasil pretest dan postest kemampuan berpikir kritis siswa, terdapat 3 siswa yang berlevel kritis dan 6 siswa yang berlevel kritis sehingga terdapat 3 siswa yang mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis. Pada hasil pretest dan postest kemampuan berpikir kritis siswa, terdapat 6 siswa yang berlevel cukup kritis dan 8 siswa yang berlevel cukup kritis sehingga terdapat 2 siswa yang mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis. Pada hasil pretest dan postest kemampuan berpikir kritis siswa, terdapat 9 siswa yang berlevel tidak kritis dan 4 siswa yang berlevel tidak kritis sehingga terdapat 5 siswa yang mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis. Menurut pengamatan peneliti, siswa yang memiliki level tidak kritis tersebut memang siswa yang kurang memperhatikan selama kegiatan pembelajaran dan terkesan tidak serius. Hal inilah yang mungkin menjadi faktor penyebab siswa tersebut memiliki level tidak kritis.