BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Menurut Usman

BAB I PENDAHULUAN. wadah pembinaan sumber daya manusia, oleh karena itu perlu mendapatkan. karena menjadi landasan bagi pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. bernilai edukatif.interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas sebagai manusia yang hidup di tengah manusia yang lain dan. untuk menjadikan hidupnya lebih bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara maka semakin besar peluang kemajuan yang akan dicapai. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. 1

BAB I PENDAHULUAN. didambakan dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan

BAB I PENDAHULUAN. ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan,

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara di dunia dan membawa berbagai perubahan pada kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan yaitu memajukan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 1. nasional (sisdiknas), pasal 1 ayat 1. hlm. 43.

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan suatu proses membelajarkan siswa, sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. berlangsungnya proses belajar. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Islam dimana norma-norma agama senantiasa dijadikan sumber pegangan. 1

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm. 54.

BAB I PENDAHULUAN. kreatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang serius. Banyak kritikan dari praktisi pendidikan, akademisi dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Choirul Mahfud, Pendidikan Multi Kultural, Kita, Pustaka Belajar, Yogyakarta, Cet I, 2006, hlm.34. 2

BAB I PENDAHULUAN. berakhlak. Proses mengembangkan siswa harus dengan tertib, dan teratur agar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. 1

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh- sungguh dan terus

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 ayat 1 UU sisdiknas No. 20 tahun 2003). pendidik dan sarana serta prasarana yang berkualitas. Peringkat pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendidikan akan selalu muncul dan orangpun tak akan berhenti untuk

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi manusia termasuk dirinya sendiri. Dalam Undang-Undang RI No.

BAB I PENDAHULUAN. harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepibadian yang utama. 1. professional yang dituntut untuk melakukan transformasi pengetahuan agar

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. Dwi Prasetia Danarjati, dkk, Psikologi Pendidikan, Graha Ilmu, Yogjakarta, 2014, Hlm.3 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dimana-mana. Kualitas pendidikan, di samping menjadi fokus kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. mulai beranjak pada kondisi yang lebih modern. Perubahan dan. pembangunan bangsa dan negara adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan setiap individu dapat meningkatkan potensi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Semarang, 2008, hlm Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, Kansius, Yogyakarta, 2007, hlm. 9.

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pendidikan agama dari guru Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan. negara (Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013: 1).

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengganti dan penerus yang mendahuluinya, dan sebagai pewaris-pewaris di muka

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses pelatihan untuk. webster s New Word Dictionary Sagala (2007: 1), sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, pasti ada saja aral yang akan merintangi

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR AL FALAAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

MIFTAHUDIN NIM. A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING. DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI SURAKARTA 1 TAHUN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah masalah yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. mendapat tempat terdepan dan terutama. Pendidikan merupakan faktor yang sangat esensial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Dalam pendidikan terdapat suatu proses yang dinamakan kegiatan belajar mengajar. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pelajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pengajaran. Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah, bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didiknya secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit dirasakan oleh guru. Kesulitan itu 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung : Fokus Media 2006) h. 2 1

2 dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluq social dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik satu dengan yang lainnya, yaitu intelektual, psikologis, dan biologis. Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Hal itu pula yang menjadi tugas yang cukup berat bagi seorang guru dalam mengelola kelas dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena masalah sukarnya mengelola kelas. Akibat gagalnya guru mengelola kelas, tujuan pengajaran pun sukar untuk dicapai. Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang tak berarti. Masalah pengelolaan kelas memang masalah yang tidak pernah absen dari agenda kegiatan guru, semua tidak lain guna kepentingan belajar anak didik. Metode pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat anak didik akan ditetntukan oleh hubungan penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standart yang terpatri di dalam suatu tujuan. Metode yang dapat digunakan bermacam macam. Penggunaannya tergantung dari rumusan tujuan. Dalam mengajar, jarang ditemukan guru menggunakan satu metode, akan tetapi kombinasi dari dua atau beberapa metode. Penggunaan metode gabungan dapat

3 dimaksudkan untuk menggairahkan belajar anak didik. Dengan bergairahnya belajar, anak didik tidak sukar untuk mencapai tujuan pengajaran. Karena bukan guru yang memaksakan anak didik untuk mencapai tujuan, tetapi anak didiklah dengan sadar untuk mencapai tujuan. Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar mempunyai beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru demi tercapainya tujuan pembelajaran, namun ada yang harus diperhatikan pula dari seorang guru, yaitu merancang jalan pengajaran. Yaitu urutan langkah mengajar, hal ini penting untuk memudahkan guru ketika mengajar. Urutan langkah mengajar ditentukan banyak hal antara lain ; tujuan yang hendak dicapai pada jam jam pelajaran itu, kemampuan guru, media, jumlah peserta didik. 2 Persolan mengajar tidak sepenuhnya persoalan metode apa yang cocok untuk diterapkan tetapi ada yang harus diperhatikan yaitu bagaimana menyusun langkah langkah dalam proses pengajaran. Robert Glaser memberikan pedoman umum yang dapat digunakan dalam membuat atau merencanakan langkah langkah persiapan mengajar (Lesson Plan). Menurut Glaser, Langkah pertama adalah menentukan tujuan pengajaran yang akan hendak dicapai pada jam pelajaran yang bersangkutan. Langkah kedua 2 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam persepektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005) h. 132.

4 adalah menentukan Entering Behavior. Langkah ketiga adalah menentukan prosedur. Langkah keempat adalah menentukan cara dan teknik evaluasi. 3 Berangkat dari teori merencanakan persiapan mengajar Glaser diatas, terdapat pembahasan yang menerangkan tentang Entering Behavior, Entering Behavior mempunyai pengertian langkah tatkala menentukan kondisi siswanya yang mencakup kondisi umum serta kondisi kesiapan kemampuan belajarnya 4. Dalam praktek proses pendidikan penentuan Entering Behavior dibutuhkan oleh seorang guru, penerapan Entering Behavior akan memperoleh informasi perbedaan siswa satu dengan yang lainnya, sehingga dalam proses belajar selanjutnya guru dapat mengambil strategi apa yang tepat untuk diterapkan pada materi itu sesuai dengan hasil Entering Behavior yang dilaksanakan. Berpijak dari pemahaman inilah penulis mengangkat Entering Behavior dalam bentuk skripsi dengan judul URGENSI ENTERING BEHAVIOR DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH DI MTs MIFTAHUL ULUM DERO KESAMBEN JOMBANG. B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 3 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995) h. 44-45. 4 Opcit. H. 134

5 1. Bagaimanakah pelaksanaan Entering Behavior dalam proses pembelajaran bidang studi Fiqih di MTs Miftahul Ulum Dero Kesamben Jombang? 2. Bagaimanakah proses pembelajaran bidang studi di MTs Miftahul Ulum Dero Kesamben Jombang 3. Bagaimanakah urgensi Entering Behavior dalam proses pembelajaran bidang studi Fiqih di MTs Miftahul Ulum Dero Kesamben Jombang. C. Tujuan dan kegunaan penelitian 1. Tujuan Penelitian Berpijak pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pelaksanaan Entering Behavior dalam proses pembelajaran bidang studi Fiqih di MTs Miftahul Ulum Dero Kesamben Jombang b. Untuk mengetahui proses pembelajaran bidang studi Fiqih di konsep Entering Behavior dalam proses pembelajaran bidang studi Fiqih di MTs Miftahul Ulum Dero Kesamben Jombang c. Untuk mengetahui urgensi Entering Behavior dalam proses pembelajaran bidang studi Fiqih di MTs Miftahul Ulum Dero Kesamben Jombang

6 2. Kegunaan Penelitian Pada umumnya penelitian ini mempunyai kegunaan praktis, antara lain: a. Manfaat Akademik Ilmiah Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka manfaat akademik ilmiahnya adalah diharapkan mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pendidikan Islam. b. Manfaat Sosial praktis Dalam kaitannya dengan penelitian ini manfaat sosial praktisnya adalah diharapkan dari hasil penelitian tersebut dapat digunakan sebagai salah satu pijakan pentingnya menentukan Entering Behavior siswa sebelum memulai proses pengajaran, karena hasil dari Entering Behavior akan dapat menentukan media, strategi yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga proses pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan instruksionalnya. D. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan mempertegas kata kata atau istilah kunci yang berkaitan dengan judul penelitian, agar mempermudah pemahaman, maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut:

7 1. Urgensi Urgensi artinya hal perlunya atau pentingnya suatu tindakan yang cepat dan segera 5 2. Entering Behavior. Tingkat pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelum mempelajari materi yang akan dipelajari. 6 Terdapat sifat pokok Entering Behavior, Pertama, bersifat khusus dan operasional. Dalam hal ini sama dengan rumusan tujuan instruksional khusus. Kedua, bersifat umum dalam arti lebih umum daripada tujuan instruksional khusus. 3. Pembelajaran. Kata ini berasal dari kata belajar yang bermakna, mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan ini tentunya bersumber dari guru. 7 Banyak pengetahuan diidentifikasikan belajar. Sementara, pembelajaran itu sendiri berarti sebuah proses belajara yang melibatkan serangkaian system dan kesepakatan- kesepakatan antara pendidik (guru) dan yang dididik (siswa). Jika saat ini belajar inheren dalam pembelajaran maka guru harus menjadikan aktifitas belajar siswa sebagai titik tolak untuk merancang pembelajaran. 8 5 Musa As ari, Manusia pembentuk kebudayaan dalam Al Qur an (Yogyakarta: Lesfi, 1992) 95 6 Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,2007) h 74 7 Drs. Ali Imron M.Pd, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta : PT. Pustaka Jaya, 1996) h 2 8 Ibid

8 4. Bidang Studi Fiqih Adalah suatu pelajaran yang mempelajari syariat yang bersifat amaliyah (perbuatan) yang diperoleh dari dalill-dalil Al Qur an. F. Sistematika Pembahasan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai urutan penelitian maka peneliti mencantumkan sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Bab ini mencakup Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, definisi operasional, Bab II : Landasan Teori Bagian pertama mencakup tinjauan tentang pengertian Entering Behavior, macam macam Entering Behavior, aspek yang diperhatikan menentukan Entering Behavior, dan kegunaan Entering Behavior dalam pembelaran. Bagian kedua tinjauan pengertian belajar, komponen komponen dalam proses pembelajaran, faktor yang mempengaruhi belajar, Bagian ketiga tinjauan tentang bidang studi Fiqih, tujuan dan fungsi, ruang lingkup, serta standart kompetensi bidang studi Fiqih. Bagian keempat adalah tinjauan urgensi Entering Behavior dalam proses pembelajaran.

9 Bab III : Metode Penelitian pada bab III ini membahas tentang metode penelitian, jenis data dan sumber data, tehnik pengumpulan data, instrument pengumpulan data, teknik analisis data dan sistematika pembahasan. Bab IV : Laporan Hasil Penelitian Bab ini mencakup tentang laporan hasil penelitian yang menjelaskan tentang gambaran umum tentang obyek penelitian, sejarah singkat berdirinya, letak geografis, struktur organisasi sekolah, sarana dan prasarana, materi pengajaran, penyajian data serta analisa data yang mencakup tentang entering Entering Behavior dalam proses pembelajaran pada bidang studi Fiqih di MTs Miftahul Ulum Dero Kesamben Jombang, proses pembelajaran bidang studi Fiqih, dan urgensi Entering Behavior dalam proses pembelajaran pada bidang studi Fiqih di MTs Miftahul Ulum Dero Kesamben Jombang Bab IV : Penutup Berisi tentang kesimpulan laporan hasil penelitian dan saran saran yang merupakan hal hal yang perlu ditindak lanjuti berdasarkan temuan di lapangan dan diakhiri dengan penutup.

10