BAB IV. ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada

No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.13/ 11 /DPbS tanggal 13 April 2011

No. 10/ 35 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

No. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

BAB IV PEMBAHASAN. A. Faktor Yang Menyebabkan timbulnya Pembiayaan Bermasalah. diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang dari keinginan konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah

BAB 11 LANDASAN TEORI

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV EVALUASI NON PERFORMING FINANCING (NPF) PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN TAHUN 2008/2010

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mudharabah di PT BPRS Puduarta Insani maka dapat diambil kesimpulan

BAB V PEMBAHASAN. A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank. Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

No. 13/ 16 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

BAB V PENUTUP. Yogyakarta secara umum telah memenuhi ketentuan hukum syariah baik. rukun-rukun maupun syarat-syarat dari pembiayaan murabahah dan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

BAB III. PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB IV. Restrukturisasi dalam. Setiap usaha penyelesaian pembiayaan bermasalah yang terjadi di industri

2 meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi terutama yang berpihak kepada usaha mikro, kecil, dan menengah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan

Yth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah di tempat.

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

RESCHEDULING DAN KOLEKTABILITAS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

WAWANCARA. pertanyaan kepada dua orang narasumber, yaitu: : Dicky Frandhika Gutama. pada PT. Bank Sumut Cabang Koordinator Medan

BAB III PEMBAHASAN. I. Pengertian, Unsur, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan. penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

BAB IV ANALISIS TERHADAP RESCHEDULING TAGIHAN MURA>BAH{AH BERMASALAH PADA PT. BNI SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG

OOTORITAS JASA KEUANGAN ReREPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan penulis pada pembiayaan qardhul hasan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BNI SYARIAH CABANG BEKASI. Ita Isnaini EB17

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

STRATEGI PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG PURWOKERTO

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ib PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG SURABAYA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian diartikan sebagai cara yang ilmiah dalam mendapatkan

BAB V PENUTUP. Analisis terhadap Penyelesaian Pembiayaan Mud{a>rabah bermasalah pada

MUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/13 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

Rizky Andrianto. Evony Silvino Violita. Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Abstrak

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Manajemen Risiko yang diterapkan dalam mengatasi Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BTM Lampung

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/24/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini mulai bermunculan di Indonesia yaitu Baitul Ma>l wat. BMT adalah singkatan dari Baitul Ma>l wat Tamwi>l yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/21/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

BAB IV. Studi Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah di BMT Mina. Lana. A. Pengelolan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah

MURA>BAH}AH DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG INDUK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga Keuangan Syariah secara informal dimulai sebelum

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

Sharia Issues In Refinancing & Restructuring

PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA. Kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan.

BAB III. PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MUD{A>RABAH PADA NASABAH Yang PAILIT di PT. BNI SYARIAH CABANG NGAGEL SURABAYA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembiayaan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah. Pada zaman

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN

BAB II KERANGKA TEORITIK TENTANG RESCHEDULLIG DALAM UPAYA PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Pembiayaan dan Pembiayaan Murabahah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan memiliki fungsi yang penting dalam

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/29/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA A. Analisis Kreteria Pembiayaan Bermasalah pada Produk Griya ib Hasanah di PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya Penggolongan kualitas dan kreteria pembiayaan sangat penting dalam penyelamatan pembiayaan bermasalah. Dengan penggolongan kualitas dan kreteria pembiayaan tersebut dapat segera diketahui langkah penyelamatan yang akan dilakukan oleh bank terhadap nasabah yang mengalami kemacetan dalam pembayaran angsuran pembiayaannya. Tindakan penyelamatan pembiayaan disesuaikan dengan kondisi nasabah yang mengalami kesulitan dalam pembayaran. Menurut PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya pembiayaan bermasalah yaitu pembiayaan yang sudah mengalami keterlambatan dalam pembayaran angsuran yang telah jatuh tempo yaitu dimulai dari golongan 2 (Dalam Perhatian Khusus), golongan 3 (Kurang Lancar), golongan 4 (Diragukan), dan golongan 5 (Macet). Adapun kreteria dari setiap golongan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dalam Perhatian Khusus, yaitu apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau margin selama 60 hari sampai dengan 90 hari. 92

93 2. Kurang Lancar, yaitu apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau margin selama 90 hari sampai dengan 180 hari. 3. Diragukan, yaitu apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau margin selama 180 hari sampai dengan 270 hari. 4. Macet, yaitu apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau margin lebih dari 270 hari. Dalam Statistik Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah Indonesia dapat dijumpai istilah Non Performing Financing (NPF) yang diartikan sebagai Pembiayaan Non Lancar mulai dari kurang lancar sampai dengan macet. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang kualitasnya berada dalam golongan kurang lancar, diragukan dan macet. 1 Dalam Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/10/PBI/DPbS tanggal 13 April 2011 tentang Penilaian Kualitas Aktiva bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, penggolongan kualitas pembiayaan untuk pembiayaan mura>bah}ah, pembiayaan istisna>, pembiayaan qard}, dan transaksi multijasa, dinilai menurut 3 (tiga) faktor yaitu: prospek usaha, kinerja (performance) nasabah, dan kemampuan membayar. Selanjutnya dalam menetapkan golongan kualitas pembiayaan pada masing-masing komponen ditetapkan kreteria-kreteria tertentu untuk masing-masing kelompok produk 66. 1 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah, ((Jakarta: Sinar Grafika, 2012),

94 pembiayaan. Sebagai contoh untuk produk mura>bah}ah, dari aspek kemampuan membayar angsuran nasabah maka pembiayaan digolongkan kepada: 1. Lancar Apabila pembayaran angsuran tepat waktu dan tidak ada tunggakan sesuai dengan persyaratan akad, selalu menyampaikan informasi laporan keuangan secara teratur dan akurat, dokumentasi pembiayaan lengkap dan pengikatan agunan kuat, tidak terdapat pelanggaran perjanjian pembiayaan, serta perpanjangan pembiayaan sesuai dengan analisis kebutuhan nasabah. 2. Dalam Perhatian Khusus Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau margin belum melampaui 3 (tiga) bulan, selalu menyampaikan laporan keuangan secara teratur dan akurat, dokumentasi pembiayaan lengkap dan pengikatan agunan kuat, serta perpanjangan pembiayaan kurang sesuai dengan analisis kebutuhan nasabah. 3. Kurang Lancar Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau margin yang telah melampaui 3 (tiga) bulan namun belum melampaui 6 (enam) bulan, penyampaian laporan keuangan tidak teratur tetapi masih akurat, dokumentasi pembiayaan kurang lengkap dan pengikatan agunan lemah, terjadi pelanggaran terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian

95 pembiayaan yang cukup prinsipil, dan berupaya melakukan perpanjangan pembiayaan untuk menyembunyikan kesulitan keuangan. 4. Diragukan Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau margin telah melampaui 6 (enam) bulan namun belum melampaui 9 (sembilan) bulan, penyampaian informasi keuangan tidak teratur dan meragukan, dokumentasi pembiayaan tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah, terjadi pelanggaran terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian pembiayaan yang cukup prinsipil, dan berupaya melakukan perpanjangan pembiayaan untuk menyembunyikan kesulitan keuangan dengan penyimpangan yang cukup material. 5. Macet Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau margin telah melampaui 9 (sembilan) bulan, nasabah tidak menyampaikan informasi keuangan atau tidak dapat dipercaya, dokumentasi pembiayaan dan/atau pengikatan agunan tidak ada, terjadinya pelanggaran terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian pembiayaan yang cukup prinsipil. 2 Dalam penentuan golongan kualitas aktiva produktif pada pembiayaan Griya ib Hasanah Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya sama seperti 2 Bank Indonesia, Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/10/DPbS, dalam http://www.bi.go.id/nr/rdonlyres/8affbb33-6fc6-4aa5-b68e5f802f911618/22736/lampiran se 131012.pdf (7 Mei 2013)

96 pada penentuan golongan kualitas aktiva produktif dalam Pasal 9 Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tentang Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/9/PBI/2007 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/24/PBI/2008. Kualitas aktiva produktif pembiayaan meliputi 5 (lima) golongan yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet.\ Namun pada penentuan golongan pembiayaan bermasalah pada PT BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya Golongan yang masuk dalam pembiayaan bermasalah meliputi Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet. Penentuan golongan tersebut berbeda dengan teori yang terdapat dalam Statistik Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah Indonesia yang menyatakan bahwa pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang kualitasnya berada dalam golongan kurang lancar, diragukan dan macet. Perbedaan penetapan golongan tersebut terletak berdasarkan awal penentuan pembiayaan yang dianggap bermasalah antara golongan yang diawali DPK dengan KL. Penetapan ketentuan kreteria golongan pembiayaan bermasalah di PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya sudah sesuai dengan Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/10/PBI/DPbS tanggal 13 April 2011 tentang

97 Penilaian Kualitas Aktiva bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang berdasarkan kemampuan membayar. B. Analisis Mekanisme Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah pada Produk Griya ib Hasanah di PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya Dalam hal pembiayaan bermasalah pihak bank perlu melakukan penyelamatan, sehingga tidak menimbulkan kerugian. Penanganan pembiayaan harus dilakukan secara antisipasif, proaktif dan teliti agar agar dapat secara dini dideteksi potensi timbulnya pembiayaan bermasalah. Deteksi dan pengenalan dini sangat penting untuk mengantisipasi kemungkinan masalah yang timbul, baik secara individual maupun secara keseluruhan dalam pembiayaan. Di samping itu, bank harus menyusun rencana tindak lanjut serta mengambil langkah agar masalah yang akan timbul dalam pembiayaan segera dapat diatasi. Penyelamatan pembiayaan bermasalah oleh PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya dapat ditempuh melalui cara penagihan intensif yang meliputi melakukan pendekatan-pendekatan secara persuasif (kunjungan secara langsung atau melalui telepon). Di samping itu penagihan dapat dilakukan melalui surat peringatan dan surat somasi yang diberikan kepada nasabah yang mengalami keterlambatan pembayaran angsuran. Penyelamatan yang dilakukan oleh PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya dengan menilai dan menganalisis 3 pilar kelaikan nasabah, yaitu pilar

98 kemampuan membayar kembali, pilar agunan, dan pilar kredibilitas manajemen, maka akan dapat diketahui hal yang menyebabkan nasabah tersebut mengalami kemacetan dalam pembiayaan. Dari hasil analisis tiga pilar tersebut dapat menentukan langkah restrukturisasi yang akan dilakukan. Kelemahan-kelemahan dari kemampuan membayar, realisasi agunan, dan kredibilitas manajemen dapat diperbaiki melalui restrukturisasi dengan pilihan menyusun kembali struktur pembiayaan, menjadwalkan kembali pembayaran angsuran atau kewajiban, melikuidasi agunan atau menyusun kembali operasi nasabah baik pemasukan maupun pengeluaran. Dari restrukturisasi ketiga pilar tersebut, maka PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya dapat memperbaiki hasil prestasi yang dicapai, memperbaiki integritas dengan penggantian manajemen yang lebih baik, dan juga dapat menanggulangi kekurangcakapan dalam kredibilitas manajemen dengan mematuhi dan melaksanakan petunjuk atau aturan yang telah ditetapkan di PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya. Penyelamatan pembiayaan bermasalah untuk produk Griya ib Hasanah, PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya melakukan restrukturisasi dengan Resecheduling dan Reconditioning. Dengan merubah jadwal pembayaran kewajiban atau jangka waktu dan merubah sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan, akan dapat membantu mempermudah nasabah golongan pembiayaan bermasalah untuk dapat membayar tunggakannya,

99 sehingga pembiayaannya bisa menjadi lancar kembali. Restrukturisasi yang sering dilakukan PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya adalah Resecheduling, karena dengan perubahan jadwal kembali biasanya kualitas pembiayaan akan lebih baik. Penyelamatan berikutnya adalah penjualan barang agunan yaitu penjualan asset nasabah pembiayaan dan atau agunan yang dilakukan secara sukarela (private selling) oleh nasabah sendiri guna untuk menutupi tunggakan yang belum terbayarkan. Dalam penjualan agunan untuk penyelamatan pembiayaan, tunggakan marjin pembiayaan mura>bah}ah tetap menjadi kewajiban nasabah yang harus diselesaikan. Bank akan melakukan upaya-upaya represif yang bermula melakukan upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah. Untuk memperbaiki atau memperlancar pembiayaan, bank melakukan penyelamatan agar pembiayaan yang semula tergolong kurang lancar, diragukan dan macet menjadi lancar kembali. Bentuk dari penyelamatan pembiayaan bermasalah yaitu restrukturisasi Resutrukturisasi pembiayaan dijelaskan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan

100 bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui: 1. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya; 2. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank, antara lain meliputi: a. Perubahan jadwal pembayaran b. Perubahan jumlah angsuran c. Perubahan jangka waktu d. Perubahan nisbah dalam pembiayaan mud}a>rabah dan musya>rakah e. Perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mud}a>rabah atau musya>rakah; dan/atau f. Pemberian potongan 3. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan pembiayaan yang antara lain meliputi: a. Penambahan dana fasilitas pembiayaan bank b. Konversi akad pembiayaan c. Konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka waktu menengah; dan/atau

101 d. Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah 3 Berdasarkan penjelasan mekanisme penyelamatan pembiayaan bermasalah di atas, pada penerapan di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya sudah sesuai dengan ketetapan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Di samping itu, PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya dalam penyelamatan pembiayaan bermasalah mengacu pada analisis 3 (tiga) pilar kelaikan nasabah yang terdiri dari pilar kemampuan membayar kembali, pilar agunan, dan pilar kredibilitas manajemen. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang mura>bah}ah menjelaskan bahwa perlu adanya pilar agunan (jaminan) agar nasabah serius dengan pesanannya. Adanya jaminan dalam pembiayaan mura>bah}ah disebabkan praktek mura>bah}ah di bank syariah dalam operasionalnya menggunakan sistem mura>bah}ah kepada pemesan pembelian dan transaksi yang berjalan secara angsuran. Adanya nasabah memberikan jaminan dalam mura>bah}ah adalah untuk menghindari risiko bank terhadap kemungkinan nasabah untuk membeli 3 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bank Syariah, dalam http://www.bi.go.id/nr/rdonlyres/1b06cc9d-89f9-4944-9544-1bce3ab33a85/22148/pbi_130912.pdf (15 Mei 2013)

102 barang, terhindar dari hal-hal yang dapat merugikan bank, seperti kelalaian nasabah dalam pembayaran atau ketidakseriusan nasabah untuk komitmen terhadap transaksi yang telah dilaksanakan yang berakibat fatal bagi perkembangan perbankan syariah dan perekonomian secara keseluruhan. Dari langkah-langkah penyelamatan di atas dapat diketahui bahwa PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya tetap memberikan keringanankeringanan yang dapat memudahkan nasabah dalam melunasi tunggakan pembayaran angsuran. Selain itu, dalam penyelamatan tersebut PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya tetap menjaga hubungan baik dengan nasabah pembiayaan bermasalah. Hal itu juga menjadi salah satu pengaruh dalam meningkatkan kualitas layanan terhadap nasabah.