ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BATU

dokumen-dokumen yang mirip
III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini, berfokus pada sektor basis, faktor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan tetapi untuk melengkapi data penelitian ini dibutuhkan suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. di Kabupaten Alor, maka dapat di simpulkan sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB III METODE PENELITIAN

SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUDUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MINAHASA (PENDEKATAN MODEL BASIS EKONOMI DAN DAYA SAING EKONOMI)

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA. Aurelianus Jehanu 1 Ida Ayu Purba Riani 2

Analisis Penentuan Sektor Unggulan Atas Dasar Penyerapan Tenaga Kerja Studi Kasus di Kota Manado Tahun

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN. Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

KARAKTERISTIK DAN POTENSI EKONOMI DAERAH Oleh: Dr. H. Ardito Bhinadi, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam

METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

ANALISIS POTENSI EKONOMI LOKAL UNTUK PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN DAYA SAING DAERAH DI KABUPATEN ALOR TAHUN

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MADIUN TAHUN

PERUBAHAN STRUKTUR DAN TIPOLOGI EKONOMI KABUPATEN SAMBAS SRI MULYATI B

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

ANALISIS KESEMPATAN KERJA SEKTORAL DI KABUPATEN KEBUMEN DENGAN PENDEKATAN PERTUMBUHAN SEKTOR BASIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

TEKNIK PROYEKSI PDRB KOTA MEDAN DENGAN RUMUS

METODE PENELITIAN. penulisan skripsi ini, penelitian dilakukan di Provinsi Lampung. Secara khusus

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

Jurnal Ekonomi, Bisnis dan kewirausahaan ISSN : Volume 1, Nomor 2, Tahun 2010 ANALISIS STRUKTUR EKONOMI SERTA BASIS EKONOMI

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

II.TINJAUAN PUSTAKA. A. Teori Pembangunan Dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah. pada Gross Domestic Product (GNP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SEKTOR POTENSIAL DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN/KOTA (STUDI KASUS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE )

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN BLORA TAHUN

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan diwilayahnya sendiri memiliki kekuasaan untuk mengtur dan

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

BAB III METODE PENELITIAN

Keywords : transformation economic structure,base sectors,shift share,lq,mrp, Overlay

IDENTIFIKASI SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KOTA TOMOHON TAHUN ( )

Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Adam Smith (1776) terdapat dua aspek utama pertumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TABANAN

ANALISIS PERBANDINGAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI LAMPUNG SKRIPSI

III. METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka

Analisis Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa TimurTahun (Pendekatan Shift Share Esteban Marquillas)

Analisis Sektor Unggulan dan Hubungannya dengan Ketenagakerjaan dan Kemiskinan di Provinsi Jambi. Oleh; Irmanelly Ahmad Soleh

BAB III METODE PENELITIAN. ekonomi yang ada di Pulau Jawa. Selain mengetahui struktur juga untuk

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun Batanghari. Analisis Potensi Ekonomi di Kabupaten Merangin

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA TERNATE

Transkripsi:

ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BATU JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Mohammad Setiawan 105020107111025 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BATU Mohammad Setiawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: iwan.awer@gmail.com Dosen Pembimbing Putu Mahardika A.S. SE.,Msi.,MA.,Ph.D ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih cepat tercapai apabila di dalamnya terdapat potensipotensi yang dimiliki baik berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Kota Batu dalam hal ini merupakan daerah dengan sejuta pesona alam yang terdapat di dalamnya. Sehingga Kota ini memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan potensi-potensi yang dimiliki dari sektoralnya dan tentunya dapat teridentifikasi pengembangan pembangunan yang cocok untuk daerah ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor-sektor yang potensial dan untuk mengetahui sektor-sektor yang memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif serta kriteria pertumbuhan tiap sektornya. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data produk domestik regional bruto (PDRB) atas harga konstan. Ruang lingkup penlitian ini hanya pada Kota Batu tahun 2008-2012. alat analisis yang digunakan untuk penelitian ini yaitu analisis kontrbusi sektoral, LQ, shift share, MRP dan tipologi klassen. Hasil analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kota Batu berada pada puncak kemakmuran dari tahun 2008-2012 Kota ini selalu mengalami peningkatan. Sektor-sektor yang patut di kembangkan di Kota Batu yaitu sektor pertanian, listrik gas dan air bersih, perdagangan hotel dan restoran serta jasa-jasa. Karena dari empat sektor tersebut cukup berkontribusi dalam pembentukan nilai PDRB Kota Batu. Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Pengembangan Pembangunan dan Sektor Potensial A. LATAR BELAKANG Pembangunan Ekonomi merupakan suatu transformasi perubahan struktur ekonomi masyarakat yang meliputi perubahan pada perimbangan perimbangan keadaan yang melekat pada landasan kegiatan ekonomi dan bentuk susunan ekonomi. Proses perubahan struktur ekonomi melibatkan seluruh kegiatan yang ada melalui dukungan masyarakat di berbagai sektor, sektor perekonomian daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan Ekonomi yang besar tentunya di topang oleh Potensi Perekonomian Daerah yang ikut andil dalam Proses Pengembangan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Menurut Prishardoyo (2008), Proses lajunya Pertumbuhan Ekonomi suatu daerah di tunjukkan dengan menggunakan tingkat pertambahan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), sehingga tingkat perkembangan PDRB per kapita yang di capai masyarakat seringkali sebagai ukuran kesuksesan suatu daerah dalam mencapai cita-cita untuk menciptakan Pembangunan Ekonomi. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah berkaitan erat dengan kualitas perencanaan daerah. Perencanaan daerah tersebut dilaksanakan berdasarkan identifikasi karakteristik suatu daerah. Karakteristik wilayah perencanaan meliputi berbagai permasalahan dan potensi yang dimiliki daerah. Perencanaan pembangunan daerah diarahkan untuk mengelola secara baik sumber daya yang dimiliki suatu daerah agar memiliki karakter yang unik dan berbeda dengan daerah lainnya, sehingga akan menimbulkan laju pembangunan daerah. Pembangunan suatu

daerah akan meningkatkan perekonomian daerah jika dalam pelaksanaanya didorong dengan laju pertumbuhan yang baik Demikian pula dengan Kota Batu dalam mendorong pertumbuhan ekonominya maka perlu mengidentifikasi sektor-sektor mana yang dapat di unggulkan dan dapat memberikan hasil yang baik. Sehingga diharapkan dapat menopang Sektor-sektor lainnya yang belum berkembang. B. TINJAUAN PUSTAKA Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi memiliki arti kandungan yang lebih luas dan dapat mencakup perubahan-perubahan pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Pembangunan ekonomi juga memiliki arti peningkatan produksi secara kuantatif yang mencakup proses perubahan pembangunan pada komposisi produksi. Dengan menggunakan perubahan (alokasi) sumber daya produksi di antara sekor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan pada pola pembagian (distribusi) kekayaan dan pendapatan di antara berabgai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (institutional framework) dalam kehidupan masyarakat menyeleuruh. Salah satu hal yang sangat pnting dalam proses pembangunan adalah semakin meluasnya kesempatan kerja yang bersifat produktif. Pembangunan Ekonomi Daerah Menurut Arsyad (2010), pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses, yaitu proses mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara daerah dengan sektor swasta. Masalah pokok dalam pembangunan daerah terletak pada penekannya terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada ciri khas (unique value) dari daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumbp;er daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Ada beberapa teori yang secara parsial dapat membantu untuk memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah, yaitu teori ekonomi basis, teori ekonomi neo klasik, teori lokasi, teori tempat sentral dan teori daya tarik. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi dapat di artikan sebagai Proses Peningkatan Produksi Barang dan Jasa dalam kegiatan Ekonomi Masyarakat. Dapat dikatakan bahwa Pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan Pendapatan. Dalam Pertumbuhan Ekonomi, biasanya di telaah Proses produksi yang melibatkan sejumlah jenis produk dengan menggunakan sejumlah sarana Produksi tertentu (Djojohadikusumo : 1994). Adearman (2006), definisi Pertumbuhan ekonomi adalah perspektif waktu jangka waktu suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila dalam waktu yang cukup lama (10, 20 atau 50 tahun, atau bahkan lebih lama lagi) mengalami kenaikan output perkapita. Tentu saja dalam waktu tersebut bisa terjadi kemerosotan output perkapita, karena gagal panen misalnya, tetapi apabila dalam waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan menaik maka dapat di katakan bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi. Beberapa ekonom berpendapat bahwa adanya kecenderungan terjadinya kenaikan output perkapita saja tidak cukup, akan tapi kenaikan output harus bersumber dari proses intern perekonomian tersebut. Dengan kata lain proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat selfgenerating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri menghasilkan kekuatan bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan dalam periode-periode selanjutnya. Identifikasi sektor Basis dan Non Basis Salah satu cara dalam menentukan suatu sektor sebagai sektor basis atau non basis adalah dengan menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ). Arsyad (1999 : 315) menjelaskan bahwa tekhnik Location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua golongan. Yaitu :

1. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani Pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan sektor ekonomi Potensial (Basis). 2. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar daerah tersebut dinamakan sektor tidak potensial (non basis) atau Local Industry. Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama Pertumbuhan ekonomi daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan Industri industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk di ekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja job creation) (Arsyad, 1999). Produk Domestik Regioanal Bruto ( PDRB ) Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) definisi Produk domestik regional Bruto adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu (satu tahun). PDRB merupakan bentuk penyajian data yang bisa menggambarkan struktur perekonomian daerah pada tahun yang bersangkutan. Dimana dalam PDRB terdiri dari Sembilan sektor yang telah menjadi sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Minum, Bangunan, Angkutan dan Komunikasi, Perdagangan, Hotel dan Restaurant, Keuangan, Persewahan dan Jasa Perusahaan serta Sektor Jasa jasa C. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Penelitian ini dilakukan di Kota Batu tahun 2008-2012. Kota Batu dipilih sebagai tempat penelitian karena Kota batu memiliki sumber daya alam yang melimpah sehingga patut kiranya untuk dikembangkan sebagi penopang pertumbuhan ekonomi. Data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka misalkan : PDRB atas harga konstan Kota Batu dan PDRB atas harga konstan Jawa Timur serta RPJMD Kota Batu tahun 2012-2017. Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan data sekunder yang di publikasikan oleh badan pusat statistik (BPS) Kota Batu. Alat analisis yang digunakan ada lima yaitu : analisis kontribusi sektoral, location quotient (LQ), shift share, MRP dan tipologi klassen. Analisis kontribusi sektoral Analisis kontribusi sektoral meupakan alat analaisis untuk mengukur kontribusi masingmasing sektor ekonomi terhadap PDRB. Analisis ini sangat berguna sekali dalam pembangunan ekonomi daerah. Dengan menggunakan analisis ini, dapat diketahui sektor mana yang berkontribusi besar dalam perekonomian suatu daerah. Dengan demikian dapat membantu para pengambil kebijakan dalam menetukan prioritas pembangunan sektoral suatu daerah (Amin 2009). Adapun rumus kontribusi sektoral sebagai berikut : Pi = Keterangan : Pi = peranan sektoral i = sektor NTB = nilai tambah terhadap PDRB Analisis Location Quotient Analisis Location Quotient merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperluas analisis shift share. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk menentukan sektor sektor basis ini adalah LQ. Kegiatan industri yang melayani pasar daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Industri ini dinamakan, Indutri Basis. Kegiatan ekonomi atau industri yang melayani hanya pada daerah itu sendiri dinamakan Industri non basis atau Indutri Lokal. Rumus menghitung LQ adalah sebagai berikut : LQ = Dimana : LQ = location quotient di wilayah kota batu yi = Pendapatan sektor ekonomi di Kota Batu

yt = Total Pendapatan Kota Batu (PDRB) Yi = Pendapatan sektor ekonomi di Provinsi Jawa Timur Yt = Pendapatan Total ekonomi di provinsi jawa timur Keterangan : a. Jika hasil LQ > 1 maka sektor tersebut dikategorikan sektor basis, artinya tingkat spesialisasi kota batu lebih tinggi dari tingkat provinsi jawa timur. Produksi komoditas yang bersangkutan sudah melebihi kebutuhan konsumsi di daerah dimana komoditas tersebut dihasilkan dan kelebihannya dapat di jual keluar daerah (ekspor). b. Jika LQ < 1 maka sektor tersebut dikategorikan sector non basis, artinya tingkat spesialisasi kota batu lebih rendah dari tingkat provinsi jawa timur. Analisis shift share Analsisis shift share adalah suatu teknik untuk menganalisis perubahan perubahan strukur daerah di bandingkan dengan perekonomian nasional. Dalam analisis ini, akan di bandingkan bagaimana kondisi Pertumbuhan daerah terhadap pertumbuhan nasional. Tujuannya adalah untuk melihat dan menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan daerah yang lebih luas atau nasional. bentuk umum persamaan dari analisis shift share dan komponennya adalah sebagai berikut : Dij = Nij + Mij + Cij Keterangan : i = Sektor-sektor ekonomi yang diteliti (9 sektor). j = variable wilayah yang diteliti (kota batu). n = variable wilayah provinsi jawa timur. Dij = perubahan sektor i di kota batu. Nij = Pertumbuhan nasional sektor i di kota batu. Mij = bauran industri sektor i di kota batu. Cij = keunggulan kompetitif sektor i di kota batu. Dalam penelitian ini variable daerah yang digunakan adalah PDRB yang dinotasikan sebagai (E). persamaan (1) diatas dapat dicari dengan formulasi sebagi berikut ini : Dij = E*ij Eij Nij = Eij (rn) Mij = Eij (rin-rn) Cij = Eij (rij - rin) Keterangan : Eij = PDRB sektor i di kota batu awal tahun analisis. E*ij = PDRB sektor i di kota batu akhir tahun analisis. rij = laju pertumbuhan sektor i di kota batu. rin = laju pertumbuhan sektor i di provinsi jawa timur. rn = rata-rata laju pertumbuhan PDRB di provinsi jawa timur. rata-rata laju pertumbuhan PDRB di provinsi jawa timur (rn) dapat didefinisikan sebagai berikut : rij = rin = rn = Keterangan : Ein = PDRB sektor i di provinsi jawa timur awal tahun analisis. E*in = PDRB sektor i di provinsi akhir tahun analsis. En = total PDRB semua sektor di provinsi jawa timur. E*n = total PDRB semua sektor di provinsi akhir tahun analisis. Selanjutnya pertumbuhan ekonomi regional komponen propotional shift (PS) dan differential shift (DS) digunakan untuk melihat perubahan pertumbuhan dari suatu kegiatan di wilayah studi terhadap kegiatan tersebut di wilayah referensi. Sedangkan PS untuk melihat perubahan pertumbuhan suatu kegiatan di wilayah referensi terhadap kegiatan total PDRB di wilayah referensi.

Dari kedua komponen tersebut nilai PS sebagai sumbu horizontal dan nilai DS sebagai sumbu vertikal. Sehingga dapat diperoleh empat kategori yaitu : Tabel 1: Posisi Relatif Sektor Berdasarkan Pendekatan PS dan DS differential shift (DS) positif (+) negatif (-) Sumber : Wibowo, 2014 Propotional shift (PS) Negatif (-) Posiif (+) Kuadran IV Kuadran I Berpotensi Pertumbuhan Kuadran III Tertekan Pesat Kuadran II Berkembang Keterangan : a) Kuadran I (PS positif dan DS positif) adalah wilayah/sektor dengan pertumbuhan sangat pesat. b) Kuadran II (PS positif dan DS negatif) adalah wilayah/sektor dengan kecepatan pertumbuhan terhambat namun cenderung berpotensi. c) Kuadaran III (PS negatif dan DS negatif) adalah wilayah/sektor dengan daya saing lemah dan juga peranan terhadap wilayah rendah. d) Kuadran IV (PS negatif dan DS positif) adalah wilayah/sektor dengan kecepatan pertumbuhan terhambat tapi berkembang. Analisis model rasio pertumbuhan (MRP) Analisis model rasio pertumbuhan merupakan alat analisis yang digunakan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi (sektor ekonomi) yang potensial, terutama struktur ekonomi kabupaten/kota atau provinsi berdasarkan pada kriteria pertumbuhan struktur ekonomi wilayah baik internal maupun eksternal (Amin 2009) Analisis MRP ini dibagi lagi ke dalam dua kriteria, yaitu rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) dan rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr). 1. rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) yaitu perbandingan anatara pertumbuhan pendapatan dalam hal ini adalah pertumbuhan PDRB sektor i di wilayah studi dengan pertumbuhan pendapatan PDRB sektor i di wilayah referensi (kota batu terhadap provinsi jawa timur) berikut formula dari RPs : RPs = Keterangan : Eij = Perubahan PDRB sektor i di wilayah kota batu E ij = PDRB sektor i di wilayah kota batu pada awal tahun penelitian Ein = perubahan PDRB sektor i secara provinsi jawa timur E in = PDRB sektor i secara provinsi jawa timur pada awal tahun penelitian Jika nilai RPs > 1 diberi notasi positif (+) yang menunjukkan bahwa sektor pada tingkat wilayah studi (kabupaten/kota) lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pada wilayah referensi (provinsi/nasional). Jika nilai RPs < 1 diberi notasi negatif (-) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi (kabupaten/kota) lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pada wilayah referensi (provinsi/nasional). 2. Analisis RPr Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) adalah perbandingan antara laju pertumbuhan pendaptan kegiatan i di wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan (PDRB) wilayah referensi (provinsi). Berikut formula dari RPr : RPr = Keterangan : E in = perubahan PDRB sektor i secara nasional/provinsi. E in = PDRB sektor i secara nasional/provinsi pada awal tahun penelitian. En = total PDRB nasional/provinsi pada awal tahun penelitian.

Jika nilai RPr > 1 diberi notasi positif (+) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan suatu sektor tertentu dalam wilayah referensi (provinsi/nasional) lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB total wilayah tersebut (provinsi/nasional). Jika RPr < 1 diberi notasi negatif (-) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan suatu sektor tertentu dalam wilayah referensi (provinsi/nasional) lebih rendah dari pertumbuhan PDRB total wilayah tersebut (provinsi/nasional). Analisis tipologi Klassen Analisis tipologi klasen merupakan gabungan antara hasil analisis Location quotient (LQ) dengan model rasio pertumbuhan (MRP) (Amin 2009). Tipologi klassen dapat digunakan melalui dua pendekatan, yaitu sektoral maupun daerah. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sektoral. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Klasifikasi sektoral berdasarkan Klassen tipologi dapat pada tabel 3.1 sebagai berikut : Tabel 2 : Klasifikasi tipologi klassen pendekatan sektoral Kuadran I Sektor maju dan tumbuh pesat RPs > RPr, LQ > 1 Kuadran III Sektor Potensial RPs > RPr, LQ < 1 Sumber : Amin, 2009 Kuadran II Sektor maju tapi tertekan RPs < RPr, LQ > 1 Kuadran IV Sektor relatif tertinggal RPs < RPr, LQ < 1 D. HASIL PENELITIAN Analisis kontribusi sektoral Hasil perhitungan kontribusi sektoral Kota Batu dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3 : Hasil Perhitungan Kontribusi Sektoral Kota Batu Tahun 2008-2012 SEKTOR 2008 2009 2010 2011 2012 Ratarata Sektor Primer 21.17% 20.99% 20.60% 20.01% 19.31% 20.42% Pertanian 20.94% 20.77% 20.38% 19.79% 19.09% 20.19% Pertambangan Dan Penggalian 0.23% 0.23% 0.23% 0.22% 0.21% 0.22% Sektor Sekunder 10.43% 10.44% 10.44% 10.41% 10.34% 10.41% Industri Pengolahan 7.45% 7.36% 7.27% 7.13% 7.03% 7.25% Listrik Gas Dan Air Bersih 1.50% 1.53% 1.55% 1.56% 1.57% 1.54% Bangunan 1.48% 1.55% 1.62% 1.71% 1.74% 1.62% Sektor Tersier 68.40% 68.57% 68.96% 69.59% 70.36% 69.17% Perdagangan Hotel Dan Restoran 46.27% 46.26% 46.64% 47.16% 47.85% 46.84% Pengangkutan Dan Komunikasi 3.60% 3.60% 3.61% 3.64% 3.68% 3.63% Keuangan Persewaan Dan Jasa Perusahaan 4.52% 4.51% 4.57% 4.59% 4.61% 4.56% Jasa-Jasa 14.01% 14.19% 14.14% 14.20% 14.22% 14.15% Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014

Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui secara garis besar, kontribusi terbesar perekonomian Kota Batu ditopang oleh sektor tersier dengan nilai kontribusi sebesar 69,17%. Selanjutnya kontribusi terbesar kedua yaitu sektor primer dengan nilai kontribusi rata-rata sebesar 20,42%. Kemudian kontribusi terbesar yang terakhir terdapat pada sektor sekunder dengan nilai kontribusi sebesar 10,41%. Sedangkan untuk sektor terbesar yaitu sektor tersier dengan nilai 69,17%, kontribusi terbesar berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai rata-rata sebesar 46,84%. Sedangkan posisi kedua dengan nilai kontribusi rata-rata 20,42% yaitu sektor primer. Kontribusi terbesar berasal dari sektor pertanian dengan nilai kontribusi rata-rata sebesar 20,19%. Kemudian posisi terakhir dengan nilai kontribusi rata-rata sebesar 10,41% yaitu sektor sekunder. Analisis LQ Analisis LQ berfungsi untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi basis dan non basis yang tentunya dapat menentukan besaran peran dari suatu sektor. Tabel 4 : Hasil Perhitungan Location Qoutient (LQ) Kota Batu Tahun 2008 2009 Nilai LQ LQ ratarata Sektor 2008 2009 2010 2011 2012 Pertanian 1.324 1.327 1.359 1.380 1.380 1.354 Pertambangan Dan Penggalian 0.106 0.103 0.099 0.098 0.101 0.101 Industri Pengolahan 0.281 0.283 0.286 0.284 0.282 0.283 Listrik Gas Dan Air Bersih 1.080 1.124 1.142 1.161 1.181 1.138 Bangunan 0.456 0.483 0.506 0.524 0.533 0.500 Perdagangan Hotel Dan 1.555 1.546 1.503 1.484 1.467 1.511 Restoran Pengangkutan Dan 0.545 0.508 0.493 0.478 0.473 0.499 Komunikasi Keuangan Persewaan Dan Jasa Perusahaan 0.836 0.832 0.838 0.834 0.832 0.835 Jasa-Jasa 1.538 1.548 1.576 1.615 1.652 1.586 Total 7.722 7.755 7.802 7.859 7.901 7.808 Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014 Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui nilai sektor basis dan sektor non basis di Kota Batu. Kota Batu memiliki empat sektor basis, yaitu sektor pertanian, sektor listrik gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor yang non basis ada lima yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan. Analisis shift share Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis shift share, yang pertama untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Batu (national growth effect). Yang kedua untuk mengetahui perubahan relatif kinerja dari sektor-sektor yang ada di Kota Batu terhadap sektor-sektor yang sama di Jawa Timur (proporsional shift). Yang ketiga untuk mengetahui keunggulan kompetitif sektor-sektor di Kota Batu terhadap sektor-sektor yang sama di Jawa Timur (differentsial shift).

Tabel 5 : Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur terhadap Perekonomian Kota Batu tahun 2008-2012 (juta rupiah) Sektor Pertanian Pertambangan Dan Pengalian Industri Pengolahan Listrik Gas Dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Hotel Dan Restoran Pengangkutan Dan Komunikasi Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Total Sumber : Analisis data sekunder, 2014 Nij 75.204,83 825,73 26.766,75 5.390,27 5.298,33 166.150,57 12.919,20 16.237,12 50.292,15 359.084,93 Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi yang paling besar yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai sebesar 166.150,57 juta rupiah. Dan yang paling kecil pengaruh pertumbuhannya yaitu sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai sebesar 825,73 juta rupiah. ini menjadikan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Batu merupakan sektor dengan proporsi besaran terbesar yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Hal ini karena sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Batu memiliki kontribusi yang cukup besar diantara delapan sektor yang ada di Kota Batu. Sedangkan untuk melihat perubahan relatif kinerja dari sektor-sektor yang ada di Kota Batu terhadap sektor yang sama di Jawa Timur dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini. Tabel 6 : Nilai Proporsional Shift Sektor-sektor di Kota Batu tahun 2008-2012 (juta rupiah) Sektor Pertanian Pertambangan Dan Pengalian Industri Pengolahan Listrik Gas Dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Hotel Dan Restoran Pengangkutan Dan Komunikasi Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Mij -42.022,35-69,14-7.317,56-1.023,04 188,20 71.234,06 10.353,23 1.767,42-12.244,41 Total 20.866,39 Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014

Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai nilai mij paling besar yaitu 71.234,06 juta rupiah. Hal ini berarti sektor perdagangan, hotel dan restoran mengarah pada perekonomian yang tumbuh relatif cepat dibandingkan sektor yang sama di Jawa Timur. Sehingga pengaruh bauran industri/sektoral terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran Kota Batu memiliki nilai positif. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa cepatnya pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan, hotel dan restoran di Jawa Timur berpengaruh positif terhadap sektor yang sama di Kota Batu. Sedangkan untuk melihat daya saing atau keunggulan kompetitif dari sektor-sektor di Kota Batu terhadap sektor-sektor yang sama di Jawa Timur dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini. Tabel 7 : Nilai Competitiveness Sektor-sektor di Kota Batu tahun 2008-2012 (juta rupiah) Sektor Pertanian Pertambangan Dan Pengalian Industri Pengolahan Listrik Gas Dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Hotel Dan Restoran Pengangkutan Dan Komunikasi Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Total Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014 Cij 25.678,55-27,36 5.357,35 3.261,63 5.249,30-12.407,15-6.479,92 2.830,71 25.630,57 49.093,67 Berdasarkan tabel 7 terlihat bahwa sektor-sektor yang memiliki keunggulan kompetitif di Kota Batu ada enam sektor yaitu pertanian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan, keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa. Sedangkan sektor yang kurang mempunyai keunggulan kompetitif di Kota Batu ada tiga sektor yaitu pertambangan dan penggalian, perdagangan hotel dan restoran dan pengangkutan dan komunikasi. Sektor pertanian di Kota Batu mendominasi keunggulan kompetitif dengan nilai sebesar 25.678,55 juta rupiah. Hal ini didukung karena Kota Batu mempunyai karakteristik pertanian yang unik dan patut dipertimbangkan. Sehingga daya saing sektor pertanian di Kota Batu menunjukkan betapa pentingnya sektor ini untuk di kembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kota Batu. Kemudian nilai terbesar kedua yang memiliki keunggulan kompetitif yaitu sektor jasa-jasa dengan nilai sebesar 25.630,57 juta rupiah. Yang ketiga yaitu sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar 5.357,35 juta rupiah. Yang ke empat yaitu sektor bangunan dengan nilai sebesar 5.249,30 juta rupiah. sektor yang ke lima yaitu sektor listrik gas dan air bersih dengan nilai sebesar 3.261,63 juta rupiah. Dan yang ke enam yaitu sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan dengan nilai sebesar 2.830,71 juta rupiah.

Tabel 8 : Posisi Relatif Sektor Berdasarkan Pendekatan PS Dan DS differential shift (DS) propotional shift (PS) Negatif (-) Posiif (+) Kuadran IV 1. Pertanian 2. Industri pengolahan 3. Listrik gas dan air bersih 4. Jasa-jasa Kuadran I 1. Bangunan 2. Keuangan persewaan dan jasa perusahaan positif (+) negatif (-) Kuadran III 1. Pertambangan dan penggalian Kuadran II 1. Perdagangan hotel dan restoran 2. Pengangkutan dan komunikasi Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014 Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa sektor yang pertumbuhan sangat pesat di Kota Batu dalam kuadran I ada dua yaitu bangunan dan keuangan persewaan dan jasa perusahan. Hasil ini diperoleh dari propotional shift yang bernilai positif dan juga differential shift yang bernilai positif. Artinya sektor tersebut dalam kurun waktu tertentu tumbuh dengan pesat yang berarti pengaruh sektor yang sama di Jawa Timur memberi dampak positif terhadap sektor yang sama di Kota Batu. Hal ini dikarenakan cepatnya pembangunan fisik dan infrastruktur di Kota Batu sebagai Kota Baru. Sehingga peningkatan sektor bangunan di Kota Batu tumbuh dengan pesat. Analisis MRP (RPs dan RPr) 1. Analisis RPs Hasil perhitungan Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) Kota Batu selama lima tahun yaitu dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9 : Hasil Perhitungan Analisis RPs Kota Batu SEKTOR HASIL RPs KET Pertanian 1.77 + Pertambangan Dan Penggalian 0.96 - Industri Pengolahan 1.28 + Listrik Gas Dan Air Bersih 1.75 + Bangunan 1.96 + Perdagangan Hotel Dan Restoran 0.95 - Pengangkutan Dan Komunikasi 0.72 - Keuangan Persewaan Dan Jasa Perusahaan 1.16 + Jasa-Jasa 1.67 + Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014

Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui sektor-sektor ekonomi di Kota Batu yang memiliki laju pertumbuhan lebih tinggi dan lebih rendah di banding laju pertumbuhan sektor yang sama di Jawa Timur. Dari Sembilan sektor tersebut, sektor yang tumbuh lebih tinggi di Kota Batu ada enam. Sektor pertama yaitu sektor bangunan dengan nilai RPs sebesar 1,96. Sektor kedua yaitu sektor pertanian dengan nilai RPs sebesar 1,77. Sektor ketiga yaitu sektor listrik, gas dan air minum dengan nilai RPs sebesar 1,75. Sektor keempat yaitu sektor jasa-jasa dengan nilai RPs sebesar 1,67. Sektor kelima yaitu sektor industri pengolahan dengan nilai RPs sebesar 1.28.sektor keenam yaitu sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan dengan nilai RPs sebesar 1,16. 2. Analisis RPr Hasil perhitungan Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) Profinsi Jawa Timur selama lima tahun yaitu dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini. Tabel 10 : Hasil Perhitungan Analisis RPr Kota Batu SEKTOR HASIL RPr KET Pertanian 0.44 - Pertambangan Dan Penggalian 0.92 - Industri Pengolahan 0.73 - Listrik Gas Dan Air Bersih 0.81 - Bangunan 1.04 + Perdagangan Hotel Dan Restoran 1.43 + Pengangkutan Dan Komunikasi 1.80 + Keuangan Persewaan Dan Jasa Perusahaan 1.11 + Jasa-Jasa 0.76 - Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014 Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui sektor-sektor ekonomi yang memiliki laju pertumbuhan lebih tinggi di Jawa Timur ada empat. Sektor pertama yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi dengan nilai RPr sebesar 1,80. Sektor kedua yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai RPr sebesar 1,43. Sektor ketiga yaitu sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan dengan nilai RPr sebesar 1,11. Sektor ke empat yaitu sektor bangunan dengan nilai RPr sebesar 1,04. Analisis tipologi klassen Data yang digunakan dalam analisis tipologi klassen adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK tahun 2008-2012. Hasil klasifikasi sektoral berdasarkan tipologi klassen dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini. Tabel 11 : Klasifikasi Sektoral Berdasarkan Tipologi Klassen KUADRAN I Sektor maju dan tumbuh pesat RPs > RPr, LQ > 1 Sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor listrik gas dan air bersih KUADRAN III Sektor Potensial RPs > RPr, LQ < 1 Sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan dan keuangan persewaan dan jasa perusahaan Sumber : Analisis Data sekunder, 2014 KUADRAN II Sektor maju tapi tertekan RPs < RPr, LQ > 1 Sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran KUADRAN IV Sektor relatif tertinggal RPs < RPr, LQ < 1 sektor pengangkutan dan komunikasi

Pada tabel 11, hasil analisis tipologi klassen menunjukkan bahwa sektor yang termasuk dalam kuadran I terdapat tiga sektor yaitu sektor pertanian, sektor jasa-jasadan sektor listrik gas dan air bersih. Artinya, bahwa selama periode penelitian kedua sektor tersebut maju dan tumbuh pesat. Selanjutnya, sektor yang termasuk dalam kuadran II terdapat dua sektor yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Artinya, bahwa selama periode penelitian kedua sektor tersebut dapat dikatakan sedang mengalami kejenuhan yaitu tertekan. Kemudian, sektor yang termasuk dalam kuadran III terdapat tiga sektor yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan dan keuangan persewaan dan jasa perusahaan. Artinya, bahwa selama periode penelitian ketiga sektor tersebut termasuk sektor potensial di Kota Batu. Yang terakhir, sektor yang termasuk dalam kuadran IV terdapat dua sektor yaitu sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Artinya, sektor ini relatif tertinggal. Hasil ini diperoleh dari nilai RPs lebih kecil dari nilai RPr dan nilai LQ lebih kecil dari satu. Untuk sektor pertanian termasuk pada kuadran I yang tergolong sektor maju dan tumbuh pesat meskipun nilai kontribusinya terhadap pertumbuhan Kota Batu semakin menurun akibat dari berkurangnya lahan pertanian di Kota Batu dengan adanya peningkatan pertumbuhan pariwisata di Kota Batu. Tetapi dalam hal ini sektor pertanian di Kota Batu masih tergolong sektor andalan yang tumbuh pesat dikarenakan penurunan kontribusi pertanian di Jawa Timur lebih tinggi nilainya daripada Kota Batu. Dan juga adanya kebijakan pemerintah Kota Batu yang lebih menekankan pada sentra pertanian organik sehingga menyebabkan sektor pertanian di Kota Batu masih menjadi salah satu sektor andalan di Kota Batu. Ringkasan hasil analisis tiap sektor di Kota Batu Dari semua hasil analisis yang telah di lakukan terhadap sektor-sektor di Kota Batu tahun 2008-2012 akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai posisi tiap sektor dan dapat dilihat dari tingkat perkembangan, daya saing, keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif serta pengaruh pertumbuhannya terhadap sektor yang sama di daerah yang lebih luas. Tabel 12 : Ringkasan Hasil Analisis Sektor-sektor Ekonomi di Kota Batu dan Propinsi Jawa Timur Tahun 2008-2012 (dilihat dari nilai rata-rata) No. Sektor LQ RPs RPr Kontribusi sektoral (Kota Batu) Tipologi klassen 1 Pertanian 1.354 1.77 0.44 20.19% Kuadran I 2 Pertambangan Dan Kuadran III 0.101 Penggalian 0.96 0.92 0.22% 3 Industri Pengolahan 0.283 1.28 0.73 7.25% Kuadran II 4 Listrik Gas Dan Air Kuadran I 1.138 Bersih 1.75 0.81 1.54% 5 Bangunan 0.500 1.96 1.04 1.62% Kuadran III 6 Perdagangan Hotel Kuadran II 1.511 Dan Restoran 0.95 1.43 46.84% 7 Pengangkutan Dan Kuadran IV 0.499 Komunikasi 0.72 1.80 3.63% 8 Keuangan Persewaan Kuadran III 0.835 Dan Jasa Perusahaan 1.16 1.11 4.56% 9 Jasa-Jasa 1.586 1.67 0.76 14.15% Kuadran I Sumber : Analisis Data Sekunder, 2014 Berdasarkan tabel 12, terlihat bahwa dari berbagai analisis dapat di ringkas untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai posisi dari kesembilan sektor yang terdapat pada Kota Batu untuk diketahui nilai daya saing, kontribusi terhadap perekonomian dan tingkat perkembangannya setiap tahunnya. Dari empat analisis yang telah dilakukan pada empat analisis sebelumnya, telah diketahui bahwa sektor-sektor ekonomi yang berada pada Kota Batu yang memiliki kontribusi terhadap perekonomian, memiliki daya saing juga memiliki perkembangan yang cukup pesat yaitu terdapat pada sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor listrik gas dan air bersih. Nilai sektor

pertanian ini di dapat pada tabel 12 yaitu dengan nilai LQ lebih dari satu yaitu sebesar 1,354, dan nilai rasio pertumbuhan Kota Batu lebih tinggi dari rasio pertumbuhan Jawa Timur serta kontribusi sektoralnya mencapai 20,19% dan kriteria ini dikatakan sudah dapat memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi pasarnya sendiri, dan dapat berbasis ekspor ke daerah lain sehingga nilai sektor pertanian berada pada kuadran I menurut analisis tipologi klassen yang artinya sektor tersebut di katakan sektor maju dan tumbuh dengan pesat sehingga sektor pertanian di Kota Batu memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi di Kota Batu. Selanjutnya sektor yang relatif tertinggal menurut analisis tipologi klassen di Kota Batu yaitu ada satu, sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor tersebut sulit untuk berkembang pesat mengingat nilai kontribusi yang di hasilkan oleh sektor tersebut di bawah rata-rata yaitu nilai LQ hanya mencapai 0,499 dan rasio pertumbuhannya lebih rendah dari pada rasio pertumbuhan referensinya. Menurut Kota Batu Dalam Angka (BDA), Sektor pertanian merupakan sektor yang unik dan mempunyai ciri khas tersendiri dalam struktur perekonomian. Sektor ini relatif merupakan sektor yang mendapat perhatian serius dalam aksi pembangunan. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satupun yang menguntungkan. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk Kota Batu tergantung padanya. Secara umum kontribusi sektor pertanian Kota Batu dalam menyusun Produk Domestik Regional Bruto tidaklah sebesar sektor Perdagangan, hotel dan restauran. Akan tetapi menilai sektor ini hanya dari sisi makro tersebut akan menjerumuskan pada penilaian yang salah pada struktur ekonomi Kota Batu secara umum. Hal ini mengingat besarnya tenaga kerja yang ditampung oleh sektor ini juga fungsi strategis dan besarnya sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk menyokong pembangunan. Keuntungan tersebut yang harus digali untuk meningkatkan peran sektor pertanian pada pendapatan regional namun disisi lain kepentingan petani sebagai produsen juga diperhatikan. Tetapi secara keseluruhan keberhasilan pertumbuhan ekonomi Kota Batu yang tiap tahunnya selalu meningkat di sebabkan oleh kontribusi kesembilan sektor yang cukup andil dalam menggerakan roda perekonomian pada Kota Batu dengan di unggulkan oleh keadaan sumber daya alam dan manusia yang baik Kota ini berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menstabilkan perekonomian melalui sektor-sektor yang ada di Kota Batu. Hal seperti ini lah yang selalu memberikan dampak positif terhadap perekonomian Kota Batu untuk di kembangkan dimasa yang akan datang. E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan analisis location quotient sektor basis yang ada di Kota Batu yaitu sektor pertanian, sektor listrik gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta keuangan persewaan dan jasa perusahaan. Karena ke empat sektor tersebut memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif di Kota Batu. Artinya ke empat sektor tersebut dapat memenuhi kebutuhan di daerah tersebut dan dapat di ekspor ke luar daerah baik barang atau jasa. 2. Sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor listrik gas dan air bersih merupakan sektor penopang pertumbuhan ekonomi berdasarkan kriteria pertumbuhan (kompetitif) dan kontribusi pertumbuhan (komperatif) di Kota Batu. Karena memang ketiga sektor tersebut di Kota Batu saat ini lebih baik pertumbuhannya daripada ketiga sektor yang berada di Provinsi Jawa Timur. 3. Pemerintah Kota Batu menjadikan pertanian sebagai prioritas pembangunan pada tahun 2012 sampai dengan 2017 melalui pengembangan pertanian organik dan perdagangan hasil pertanian organik

Saran Adapun saran yang diajukan penulis atas yang sudah di bahas pada bab sebelumnya adalah: 1. Penetapan kebijakan pembangunan dan pengembangan sektoral perekonomian daerah hendaknya lebih memprioritaskan pada sektor yang berpotensi menjadi basis dan berpengaruh besar terhadap kontribusi PDRB Kota Batu. 2. Sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor listrik gas dan air bersih merupakan sektor penopang pertumbuhan ekonomi di Kota Batu. Oleh karena itu, ketiga sektor tersebut harus tetap dikembangkan agar perekonomian di Kota Batu tetap stabil. 3. Memperbarui informasi potensi yang dimiliki daerah demi analisis kebijakan pembangunan ekonomi daerah yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Amin. 2009. Analisis Sektor-sektor Ekonomi dalam kerangka kebijakan Pembangunan Ekonomi Kota Blitar. Jurnal ekonomi studi Pembangunan, Vol. 1, (No.3) : 190-203 Arsyad, Lincolin. 1995. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta. BPFE. Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta. BPFE. Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima. UPP STIE YKPN, Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. 2013. Kota Batu Dalam Angka. Kota Batu: BPS. Badan Pusat Statistik. 2013. Produk Domestik Regional Bruto Kota Batu 2008-2012. Kota Batu: BPS. Badan Pusat Statistik. 2013. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Timur 2008-2012. Surabaya: BPS Bappeda. 2013. Batu Dalam Angka 2012. Badan perencnaan pembangunan daerah kota batu. Basri, F. 2013. Kumpulan Abstraksi dan Landasan Teori Penelitian. http://abstraksiekonomi.blogspot.com/ diakses pada agustus 2013. Bayu. 2009. Makalah Pertumbuhan Ekonomi. http://cafe-ekonomi.blogspot.com/ diakses pada mei 2009. Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Cetakan ke satu. Jakarta. LP3ES. Glasson, Jhon.1990. Pengantar Perencanaan Regional. LPFE UI. Jakarta Hasani, Akrom. 2010. Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Provinsi Jawa Tengah. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Jhingan, ML. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Mukhlis, Irawan. 2011. Analisis Potensi Perekonomian unuk Mengkaji Pertumbuhan Ekonomi Daerah. Jurnal Ekonomi Studi Pembangunan, Vol.3, (No.1) : 91-98.

Philia, Ratih S. 2007. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor-sektor Unggulan Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Malang. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Prishardoyo, Bambang. 2008. Analisis Tingkat Perumbuhan Ekonomi dan Potensi Ekonomi Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pati Tahun 2000-2005. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan, Vol.1, (No.1) :1-8. Purba, Adearman. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Simalungun. Tesis Universitas Sumatera Utara Medan. Putra, Aditya N. 2013. Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2012-2017. Kota Batu: Bappeda Kota Batu. Richardson, Harry W. 1977. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional. Fakultas Ekonomi Indonesia. Singarimbun, M. 1982. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta Soepono, Prasetyo. 1993. Analisis Shift-share : Perkembangan dan Penerapan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.8, (No.1). Yogyakarta. Fakultas Ekonomi UGM. Tarigan, R. 1994. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta. Bumi Askara Wibowo, Triono. 2014. Analisis Stabilitas dan Peran Sektor Pertanian terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.