BAB I PENDAHULUAN. melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD NEGERI TANGKIL III DI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebanyak 11,2 % anak usia 5-12 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak seimbang, mengkonsumsi

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu. faktor utama yang diperlukan dalam melaksanakan program

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, yaitu sehat, cerdas, dan memiliki fisik yang tangguh

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu keluarga, masyarakat maupun pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

STUDI TENTANG MANAJEMEN SISTEM PELAKSANAAN PENAPISAN GIZI BURUK DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Aria Novitasari, FKM UI, Universitas Universitas Indonesia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010, diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai masa strom and stress karena banyaknya. goncangan-goncangan dan perubahan yang cukup radikal dari masa

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. 2

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. mikro disebabkan karena kurangnya asupan vitamin dan mineral essensial

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, dan sekaligus menambah jumlah penduduk usia lanjut. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

Sikap ibu rumah tangga terhadap penyuluhan gizi dalam pemenuhan gizi balita di wilayah binaan puskesmas I Gatak kecamatan Gatak kabupaten Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan arah pembangunan nasional. Salah satunya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa yang menentukan keberhasilan bangsa. Balita harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa, salah satu ciri bangsa yang maju adalah

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal dasar dalam pembangunan bangsa. 1 Untuk memperoleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas telah dikembangkan visi pembangunan kesehatan yaitu Indonesia sehat 2010. diantaranya mengharapkan peningkatan perilaku yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia (SDM) antara lain faktor kesehatan dan faktor gizi, kedua faktor ini penting karena orang tidak dapat mengembangkan kapasitasnya secara maksimal apabila yang bersangkutan tidak memiliki status kesehatan dan gizi yang optimal. 2 1 Jus at, Idrus, dkk, Program Sibermas Multisenter Untuk Pemberdayaan Masyarakat Sekolah Dasar di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten, Laporan Program Sinegi Pemberdayaan Potensi Hlm. 1 (Tangerang, 2010) 2 Depkes RI, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, 2001

2 Berdasarkan hasil Riskesdas 2010 menunjukan status gizi anak sekolah kategori kurus terjadi pada 12,2 % (6-12 tahun) dan 10,1 % pada remaja (13-15 tahun), dan 8,9 %(16-18 tahun). 3 Gizi seimbang pada anak sekolah dapat berperan dalam pencapaian tujuan Millenium depelopment Goals (MDGs) diantaranya adalah menurunnya KEP pada kelompok usia 6-19 tahun meningkat dari 30,5% pada tahun 1995 menjadi 29 % pada tahun 1998. Menurut Susenas tahun 1999 8,10% usia anak sekolah atau sekitar 1,7 juta anak usia sekolah menderita KEP tingkat berat ( gizi buruk) (Susanto, 2004). Survey kesehatan Rumah Tangga Indonesia (2007) menemukan bahwa prevalensi gizi kurang untuk sebesar 22,5% dan gizi buruk sebesar 8,5%, sedangkan data susenas menunjukkan prevalensi gizi kurang 19,8% dan gizi buruk 6,3%. 4 Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor dan begitu kompleks. Asupan makanan yang kurang dan tingginya penyakit infeksi merupakan dua faktor penyebab langsung kurang gizi. Di samping itu, faktor lainnya seperti pengetahuan ibu yang kurang, pola asuh yang salah, sanitasi dan hygiene perorangan yang buruk, dan pelayanan kesehatan juga ikut berperan dalam masalah gizi. 5 3 Artikel tambah vitamin A di Migor, diakses 29 januari 2011; http://www.bataviase.co.id 4 Departemen Kesehatan RI, 2008 5 Pesan Umum Gizi Seimbang Text-1, diakses 9 November 2010; http://www.google.com.,

3 Sejak tahun 1950an, masyarakat kita telah mengenal slogan 4 sehat 5 sempurna, namun dalam perjalannya slogan ini sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang. Tahun 1990an, pemerintah telah meluncurkan dietary guideline yang dikenal dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), namun demikian pedoman ini tidak dikenal oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, sosialisasi PUGS yang lebih aplikatif perlu dilakukan ke berbagai kelompok masyarakat, termasuk ke sekolah-sekolah. Anak sekolah merupakan sasaran yang sangat strategis karena anak sekolah sebagai generasi penerus bangsa sekaligus aset pembangunan. Melalui institusi pendidikan, pemahaman tentang gizi seimbang diharapkan lebih efektif dan lestari sehingga meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) tentang gizi seimbang masyarakat sekolah yang pada gilirannya akan meningkatkan status gizi anak sekolah pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. 6 Pendidikan gizi di sekolah mempunyai beberapa keuntungan antara lain anak-anak mempunyai hasrat yang besar untuk ingin tahu dan mau mempelajari lebih jauh. Hal ini didukung oleh pemikiran yang terbuka dibandingkan orang dewasa. Pengenalan pendidikan gizi di sekolah berarti diawali dengan memberikan 6 Jus at, Idrus, dkk, op. cit.,

4 materi gizi secara formal di dalam kurikulum guru atau memberikan pendidikan tambahan kepada guru. 7 Dengan adanya pendidikan kesehatan diharapkan dapat menambah pengetahuan kesehatan yang diharapkan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. 8 Sama halnya seperti di Amerika, mereka melakukan berbagai cara dan melibatkan berbagai pihak dalam rangka mensosialisasikan Panduan untuk program kesehatan sekolah untuk mempromosikan Lifelong makanan sehat. Program berbasis sekolah dapat memainkan peranan penting dalam mempromosikan makanan sehat seumur hidup. 9 Anak usia sekolah dasar baik laki-laki maupun perempuan merupakan masa pertumbuhan sebagai modal dasar dan aset yang sangat berharga bagi pembangunan bangsa di masa depan sehingga anak tersebut masih sangat membutuhkan zat-zat gizi seperti energi, protein dan zat-zat gizi lainnya. Hasil pengukuran tinggi badan anak baru masuk sekolah dasar pada tahun 1998 di 7 Suhardjo. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. (Jakarta : Bumi Aksara, 1996) hal 91 8 Ibid hal 106 9 http:// www.cdc.gov : 29-1-2011

5 Indonesia menunjukkan terdapat 37,8% anak SD dan MI yang menderita Kurang Energi Protein (KEP). Sementara hasil penelitian Permaesih (2005) menemukan bahwa status gizi pada anak santri remaja ditemui 40% menderita kurang gizi dan 2,2% dengan status gizi lebih. Penyebab utama masalah gizi disebabkan oleh konsumsi dan penyakit infeksi. Dampak daripada Kurang Energi Protein berpengaruh terhadap konsentrasi dan prestasi belajar pada anak yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas sumber daya manusia di masa depan. 10 Disisi lain, penelitian yang dilakukan oleh Nur Muhamad pada tahun 2001 didapat data sebesar 54.1% siswa yang memiliki sikap positif tentang 13 PUGS, 44.9% siswa memilki sikap negatif tentang 13 PUGS, 44.9% siswa yang memiliki perilaku baik tentang PUGS dan 55.1% siswa yang memiliki perilaku buruk tentang 13 PUGS. 11 Sedangkan menurut hasil dari penelitian, Guilford (1976) menyatakan bahwa otak kanan pada laki-laki lebih berkembang baik dan sebaliknya otak kiri anak perempuan lebih berkembang baik namun dalam penerimaan pesan dimana anak perempuan lebih mudah dan cepat dibandingkan anak laki-laki. 12 10 Nuryanto, Studi Prevalensi Masalah Gizi Ganda Anak Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di Kota LubukLinggau, Diakses 11 Desember 2010; http://www.widyakarya nasional pangan dan gizi.htm 11 Muhammad, Nur. Hubungan Karakteristik Siswa dan Karakteristik Orang Tua dengan Perilaku Siswa Tentang 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang di SMU Negeri 26 dan 37 Tebet Jakarta Selatan. (Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, 2001) 12 http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cyberwomen/detail.aspx?x=motherandbaby&y=cyberwomen/0/0/8/1081. 2-02- 2011, 16:00

6 Dalam hal ini, peran ibu sangat penting dalam pemenuhan zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, karena anak merupakan konsumen pasif. Selain itu, Ibu merupakan orang yang memegang peranan secara langsung dalam menentukan pola makan. Pola makan yang diterapkan sejak kanak-kanak akan terbawa terus sampai dewasa 13 Menurut Soeharjo (1998) salah satu penyebab dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Ibu yang memiliki pengetahuan tentang gizi seimbang lebih pintar dalam memilih menu yang memenuhi syarat gizi untuk keluarganya. Dengan pola menu yang seimbang dan dan diberikan secara terus menerus tiap harinya maka secara tidak langsung akan membentuk kebiasaan makan yang baik pada anak. 14 Berdasarkan laporan kasus gizi buruk Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun 2009, ditemukan jumlah anak yang mengalami kasus gizi buruk sebanyak 15.582 anak. 5.964 anak sembuh, 9.750 anak masih dalam kondisi memprihatinkan dan 48 anak meninggal dunia. Kasus terbanyak ditemukan di Kecamatan Teluk naga (727 anak), sedangkan di Kota Tangerang ditemukan 64 anak mengalami gizi buruk. 15 13 Soetjiningsih, Tumbuh Kembang anak, Buku Kedokteran, Surabaya 1995 14 Anne Soegeng, Kesehatan dan Gizi, Rineka Cipta 1995 15 Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2009

7 Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti memutuskan untuk mencoba mengukur peningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku anak-anak sekolah, khususnya anak sekolah dasar dengan pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang. berdasarkan atas pertimbangan wilayah yang dijadikan tempat penelitian merupakan salah satu daerah IDT (Inpres Desa Tertinggal). Dimana pola hidup masyarakatnya masih sederhana dan terbelakang. Sehingga, dengan diberikan intervensi pendidikan gizi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswa dan orang tua tentang perilaku gizi seimbang. Disini peneliti mencoba, ingin mengetahui perubahan perilaku gizi seimbang anak sekolah dan faktor-faktor yang berhubungan dengan setelah diberikan intervensi pendidikan gizi di SDN Tegal angus, Teluk-Naga Tangerang Dalam hal ini peneliti memilih kelompok anak sekolah dasar kelas 4 dan 5, dengan pertimbangan anak-anak mempunyai pemikiran yang terbuka terhadap halhal baru, dan pengetahuan yang diterima dapat merupakan dasar bagi pembinaan kebiasaan makan. B. Identifikasi Masalah Upaya peningkatan perilaku hidup sehat terbentuk dari tingkat pengetahuan yang dimiliki. Tingkat pengetahuan gizi seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan.

8 Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor dan begitu kompleks. Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku gizi seimbang. Salah satu diantaranya adalah faktor penyebab tidak langsung kurang gizi pada anak yaitu rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi dan pola asuh yang salah. Untuk menanggulanginya dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku secara bertahap tentang gizi seimbang. Anak sekolah merupakan sasaran yang sangat strategis karena anak sekolah sebagai generasi penerus bangsa merupakan asset pembangunan. Melalui institusi pendidikan, pemahaman tentang gizi seimbang diharapkan lebih efektif sehingga akan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang gizi seimbang masyarakat sekolah yang pada gilirannya akan meningkatkan status gizi anak sekolah pada khusunya dan masyarakat pada umumnya. Sehingga, dalam penyusunan skripsi ini peneliti ingin mengetahui perubahan perilaku gizi seimbang anak sekolah dan faktor-faktor yang berhubungan setelah diberikan intervensi pendidikan gizi di SDN Tegal angus, Teluk-Naga Tangerang C. Pembatasan Masalah Agar tidak meluasnya objek dalam penelitian, dan dengan segala keterbatasan waktu serta biaya maka peneliti membatasi masalah penelitian ini hanya ingin mengetahui perubahan perilaku gizi seimbang anak sekolah dan faktor-faktor yang

9 berhubungan dengan setelah diberikan intervensi pendidikan gizi di SDN Tegal angus, Teluk-Naga Tangerang D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang didapat perumusan masalah, yaitu : Perubahan perilaku gizi seimbang anak sekolah dan faktor-faktor yang berhubungan dengan setelah diberikan intervensi pendidikan gizi di SDN Tegal angus, Teluk-Naga Tangerang E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis perubahan perilaku gizi seimbang anak sekolah dan faktor-faktor yang berhubungan dengan setelah diberikan intervensi pendidikan gizi di SDN Tegal angus, Teluk-Naga Tangerang 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik sampel (jenis kelamin, kelas, umur) dan pengetahuan gizi ibu. b. Menganalisis perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku gizi seimbang responden berdasarkan jenis kelamin sebelum dan setelah diberikan intervensi (before and after)

10 c. Menganalisis perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku gizi seimbang responden berdasarkan kelas sebelum dan setelah diberikan intervensi (before and after) d. Menganalisis perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku gizi seimbang responden berdasarkan pengetahuan gizi ibu sebelum dan setelah diberikan intervensi (before and after) F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Menambah wawasan dan pengetahuan dibidang penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku gizi seimbang anak SD kelas 4 dan 5. 2. Bagi Anak Kelas 4 dan 5 SDN Tegalangus dan Orang tua Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan dalam sumber informasi mengenai gizi seimbang. 3. Bagi FIKES Universitas Esa Unggul Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian yang pernah dilakukan dan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.