Hubungan Perdarahan Postpartum dengan Paritas di RSUP Dr. M. Djamil Periode 1 Januari Desember 2012

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan Kejadian Perdarahan Postpartum dengan Faktor Risiko Karakteristik Ibu di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Januari April 2013

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat antara lain dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di bagian Rekam Medik RSUP dr. Kariadi

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

FAKTOR RISIKO IBU HAMIL KUNJUNGAN PERTAMA DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PAJANGAN KABUPATEN BANTUL Ayu Cahyaningtyas 1, Sujiyatini 2,Nur Djanah 3

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PERIODE Lestrina *, Eny **

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian maternal (maternal mortality) merupakan salah satu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RSUD Dr.H.Moch.ANSARI SALEH BANJARMASIN

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

Perdarahan Post Partum Akibat Anemia pada Ibu Hamil di RSUD Tugurejo Semarang

Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio Plasenta Eufrasia Zau, Endang BS Akbid Griya Husada Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

HUBUNGAN SEKSIO SESAREA DAN PARITAS DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD AHMAD YANI KOTA METRO

Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Perlengketan Plasenta (Retensio Placenta)

HUBUNGAN SEKSIO SESAREA DAN PARITAS DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD AHMAD YANI KOTA METRO

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER PADA IBU BERSALIN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL-DIY TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian ibu merupakan permasalahan global. Tingginya angka kematian ibu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

setiap tahun satu tiap 4 menit. Pendahuluan Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perdarahan postpartum merupakan kunci bagi kesehatan

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

HUBUNGAN PARTUS LAMA DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUANG VK BERSALIN RSUD. DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Jurnal Kebidanan 09 (02) Jurnal Kebidanan http : /

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Haemoragic Post Partum di Rumah Bersalin Wijaya Kusuma Tahun 2014

Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Pre-Eklampsia Berat di RSUP Dr. M. Djamil Padang

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN INDUKSI, PARTUS LAMA, DAN BERAT BAYI MAKROSOMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUMDI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Frekuensi Kunjungan ANC (Antenatal Care) Pada Ibu Hamil Trimester III

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

HUBUNGAN UMUR, PARITAS DAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA. Abstrak

FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KASUS PERSALINAN DI UGD RSUP Dr. KARIADI VINA EKA WULANDARI G2A PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PREEKLAMPSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS BATURADEN I BANYUMAS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2016

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN ATONIA UTERI PADA IBU BERSALIN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS KECAMATAN CURUG TANGERANG

HUBUNGAN USIA DAN ANEMIA TERHADAP KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD UNGARAN PADA BULAN MEI 2014 MEI 2015

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA BERAT PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

ISSN No Media Bina Ilmiah 29

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Popy Handayani, Fitria Primi Astuti, S.SiT., M.Kes, Cahyaningrum, S.SiT Program Studi DIII Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI DESA KONANG KECAMATAN KONANG KABUPATEN BANGKALAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI DESA KONANG KECAMATAN KONANG KABUPATEN BANGKALAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian ibu masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, hal ini

I. PENDAHULUAN. seorang wanita yang melahirkan bayi yang dapat hidup pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

HUBUNGAN FREKUENSI ANTENATAL CARE DENGAN PENGETAHUAN TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN. Endah Kusumawati, Rosina M Prodi D III Kebidanan ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Korelasi Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Perdarahan Post Partum pada Persalinan Spontan

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN YANG MENGALAMI PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN JUMLAH PERSALINAN DI WILAYAH PUSKESMAS MAMBURUNGAN KOTA TARAKAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil terhadap Berat Bayi Lahir di Kota Pariaman

Megasari, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau Tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE EKLAMPSIA PADA IBU BERSALIN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

Hubungan Umur dan Paritas Dengan Kejadian Abortus Di RSUD Kabupaten Rokan Hulu 2015

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DAN PARITAS DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN SPONTAN DI RSIA BUNDA ARIF PURWOKERTO TAHUN 2010

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Puskesmas Limba B Kota Selatan Tahun 2012.

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

DETERMINAN FAKTOR PENYEBAB KEJADIAN PERDARAHAN POST PARTUM KARENA ATONIA UTERI

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

Penyebab Terjadinya Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health

Hubungan Asupan Fe dan Vitamin A dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Air Dingin Kota Padang

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Relationship between Gestational Age and Incident of Macrosomia

Gambaran kejadian Hipertensi Gravidarum Berdasarkan Karakteristik di Bidan Ny. Y Kelurahan Sambongpari Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RSUD dr. H SOEWONDO KENDAL

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RSUD ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

Transkripsi:

765 Artikel Penelitian Hubungan Postpartum dengan Paritas di RSUP Dr. M. Djamil Periode 1 Januari 2010-31 Desember 2012 Nola Eriza 1, Defrin 2, Yuniar Lestari 3 Abstrak Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). postpartum merupakan penyebab tersering dari keseluruhan kematian akibat perdarahan obstetrik. Paritas merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya perdarahan postpartum. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan perdarahan postpartum dengan paritas di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian ini merupakan studi analitik menggunakan desain cross sectional study dengan cara mengambil data rekam medis pasien perdarahan postpartum di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2012, dengan jumlah 72 orang. Analisis statistik yang digunakan adalah uji chi-square dengan derajat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perdarahan postpartum terbanyak adalah perdarahan postpartum primer (69,4%), paritas terbanyak adalah paritas > 3 (37,5%). Pada uji statistik chi-square diperoleh p = 0,49 (p>0,05) yang berarti secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara perdarahan postpartum primer dan sekunder dengan paritas. Walaupun tidak bermakna secara statistik, perdarahan postpartum meningkat seiring dengan peningkatan paritas. Saran kepada ibu hamil dengan paritas tinggi untuk secara rutin memeriksakan kehamilannya kepada petugas kesehatan agar kesehatan ibu dapat dikontrol dalam upaya mencegah perdarahan postpartum. Kata kunci: perdarahan postpartum, paritas, kematian ibu Abstract The main causes of maternal mortality in Indonesia are hemorrhage (28%), eclampsia (24%) and infection (11%). Postpartum hemorrhage is a common cause of all deaths due to obstetric hemorrhage. Parity is one of the risk factors for the occurrence of postpartum hemorrhage. The objective of this study was to determine the relationship between postpartum hemorrhage and parity at RSUP Dr. M. Djamil Padang.This research was analytic study using cross sectional study design by taking 72 medical record of postpartum hemorrhage at RSUP Dr. M. Djamil Padang within the period 1 January 2010 until 31 December 2012. The statistical analysis used was chi-square test with a significance level of 0,05. The result showed that most of postpartum hemorrhage in this research is primary postpartum hemorrhage (69,4%), the most parity is parity > 3 (37,5%). Chi-square statistical test obtained p = 0,49 (p > 0,05) which means there is no significant statistically between primary and secondary postpartum hemorrhage with parity. Although it s not significant statistically, postpartum hemorrhage was increase along with the increased of parity. It is suggested to pregnant women with risk factors of high parity to regularly check her pregnancy to health providers so that maternal health can be controlled in order to prevent primary postpartum hemorrhage. Keywords: postpartum hemorrahage, parity, maternal mortality Affiliasi penulis: 1. Pendidikan Dokter FK UNAND (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. Bagian Kebidanan FK UNAND/RSUP Dr. M Djamil Padang, 3. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UNAND. Korespondensi: Nola Eriza, E-mail: Nola_aquariusgirl@yahoo.com, Telp: 085274066962 PENDAHULUAN Derajat kesehatan masyarakat dapat dinilai dengan menggunakan beberapa indikator. Indikatorindikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi mortalitas, morbiditas, dan status gizi. Derajat

766 kesehatan masyarakat di Indonesia digambarkan salah satunya melalui Angka Kematian Ibu (AKI). 1 Angka Kematian Ibu di Indonesia menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 1997 dan 2002 sebesar 334 dan 307 per 100.000 kelahiran hidup. 2 Angka ini masih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara yang rata-rata 5-142 per 100.000 kelahiran hidup. 3 Di Provinsi Sumatera Barat, AKI dalam 6 tahun terakhir cenderung menunjukkan penurunan, dari 240 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2005 hingga 206 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010. 4 Walaupun sudah mengalami penurunan AKI masih jauh dari target MDG s tahun 2015 yaitu untuk AKI 102 per 100.000 kelahiran hidup. 5 postpartum merupakan penyebab tersering dari keseluruhan kematian akibat perdarahan obstetrik. 6 postpartum adalah perdarahan yang terjadi segera setelah partus (melahirkan), perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir pada persalinan per vaginam dan melebihi 1000 ml pada seksio sesarea, atau perdarahan yang lebih dari normal dan telah menyebabkan perubahan tanda vital (pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, sistolik < 90 mmhg, nadi> 100x/menit, kadar Hb<8 g%). 6-9 postpartum diklasifikasikan berdasarkan waktu terjadinya yaitu perdarahan postpartum primer perdarahan apabila terjadi dalam waktu 24 jam setelah persalinan dan perdarahan postpartum sekunder apabila terjadi dalam waktu lebih dari 24 jam setelah persalinan. 10,11 Kematian maternal lebih banyak terjadi dalam 24 jam pertama postpartum yang sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. 12 Banyak faktor yang mempunyai arti penting dalam menimbulkan perdarahan postpartum, paritas merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya perdarahan postpartum. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim/umur kehamilan 28 minggu. Wanita dengan paritas tinggi beresiko mengalami atonia uteri, yang apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan perdarahan postpartum. 6 Penelitian tentang hubungan paritas dengan perdarahan postpartum primer pernah dilakukan Milaraswati tahun 2008 di Kediri dengan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan perdarahan postpartum primer. 13 Menurut penelitian Miswarti tahun 2007 di Padang dengan hasil ada hubungan perdarahan postpartum dini dengan paritas. 3 Kepustakaan terbaru tentang hubungan tersebut di RSUP Dr. M. Djamil Padang belum ditemukan, oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perdarahan postpartum dengan paritas di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode 1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2012. METODE Penelitian dilaksanakan di RSUP Dr. M. Djamil Padang dari Januari 2013 sampai Maret 2013. Subjek penelitian adalah data rekam medik seluruh ibu bersalin di RSUP Dr. M. Djamil Padang yang mengalami perdarahan postpartum periode 1 Januari 2010 31 Desember 2012. Kriteria inklusi adalah data rekam medik seluruh ibu bersalin yang mengalami perdarahan postpartum. Kriteria eksklusi adalah data rekam medik pasien yang tidak lengkap sehubungan dengan data yang akan diambil, antara lain waktu perdarahan dan jumlah paritas yang tidak diketahui, pasien dengan penyakit kelainan pembekuan darah. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross sectional dengan mengumpulkan data kejadian masa lalu. Data dianalisis dengan aplikasi komputer. Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel untuk menghasilkan distribusi frekuensi dari masingmasing variabel tersebut. Analisis bivariat yang digunakan adalah chi-square dengan derajat kemaknaan 0,05. Bila nilai p α (0,05) berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan). HASIL Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada perdarahan postpartum primer dan perdarahan postpartum sekunder, paling banyak adalah penderita yang berumur 20-35 tahun yaitu 41 (82%) pada perdarahan postpartum primer dan 14 (63,6%) pada perdarahan postpartum sekunder.

767 Tabel 1. Distribusi frekuensi umur penderita dengan perdarahan postpartum Umur Postpartum Primer Postpartum Sekunder f % f % < 20 1 2 2 9,1 20-35 41 82 14 63,6 >35 8 16 6 27,3 Jumlah 50 100 22 100 Postpartum Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa perdarahan postpartum partum yang paling banyak diderita adalah perdarahan postpartum primer yaitu sebanyak 50 orang (69, 4%). Tabel 2. Distribusi frekuensi penderita perdarahan postpartum f % Postpartum Primer 50 69,4 Sekunder 22 30,6 Jumlah 72 100 Paritas Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa paritas penderita perdarahan postpartum terbanyak adalah paritas > 3 yaitu 27 (37,5%) dengan rata-rata paritas penderita perdarahan postpartum adalah 2,97 ± 1,98, paritas terendah 1 dan tertinggi 10. Tabel 3. Distribusi frekuensi perdarahan postpartum berdasarkan paritas Paritas f % Rerata SD 1 22 30,6 2-3 23 31,9 2, 97 1,98 >3 27 37,5 Jumlah 72 100 Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa paritas terbanyak pada perdarahan postpartum primer adalah paritas > 3 (42%), sedangkan paritas terbanyak pada perdarahan postpartum sekunder adalah paritas 1, 2 dan 3 (36,4%). Tabel 4. Distribusi frekuensi perdarahan postpartum berdasarkan jumlah paritas Paritas Postpartum Postpartum Primer Sekunder f % f % 1 14 28 8 36,4 2-3 15 30 8 36,4 > 3 21 42 6 27,3 Jumlah 50 100 22 100 Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa persentase perdarahan postpartum primer lebih besar pada paritas > 3 dibandingkan paritas 1 dan 2-3. Sedangkan persentase perdarahan postpartum sekunder lebih besar pada paritas 1 dibandingkan paritas 2-3 dan > 3. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square, diperoleh nilai p = 0,49 (p > 0,05), artinya secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara perdarahan postpartum primer dan sekunder dengan paritas. Tabel 5. Hubungan perdarahan postpartum dengan paritas Postpartum Total Paritas Primer Sekunder p f % f % f % 1 14 63,6 8 36,4 22 100 2-3 15 65,2 8 34,8 23 100 >3 21 77,8 6 22,2 27 100 0,49 Jumlah 50 22 72 PEMBAHASAN Postpartum Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa persentase perdarahan postpartum primer lebih besar dari perdarahan postpartum sekunder(69,4% : 30,6 %). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sulistiyani tahun 2010 di RS Panti Wilasa Dr.Cipto Semarang yang menunjukkan bahwa persentase perdarahan postpartum primer lebih besar dari perdarahan postpartum sekunder (58,8% : 41, 2%). 14 Penelitian

768 Rukmini tahun 2007 di RSUD Pesisir Selatan, RSUD Padang Pariaman, RSUD Sikka, RSUD Larantuka dan RSUD Serang yang menunjukkan bahwa perbandingan persentase perdarahan postpartum primer dan perdarahan postpartum sekunder ( 83,3% : 16,7%). 15 postpartum primer dapat disebabkan oleh atonia uteri yang mengakibatkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir sehingga terjadi perdarahan postpartum primer. Kemudian plasenta yang tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir juga dapat mengakibatkan perdarahan postpartum primer, penyebab lain adalah robekan jalan lahir dan gangguan pembekuan darah. 16 Penanganan retensio plasenta sebagai penyebab perdarahan postpartum primer yang tidak tuntas, seperti tidak memeriksa kelengkapan plasenta yang dikeluarkan dapat mengakibatkan perdarahan postpartum sekunder. Hal ini disebabkan oleh adanya sisa plasenta di dalam uterus. Biasanya bagian plasenta yang tertinggal mengalami nekrosis tanpa deposit fibrin dan pada akhirnya membentuk polip plasenta. Apabila serpihan polip plasenta terlepas dari miometrium, perdarahan dapat terjadi. 6 Selain itu luka robekan jalan lahir yang terbuka kembali juga dapat menyebabkan perdarahan postpartum sekunder. 11 Penanganan terbaik perdarahan postpartum adalah pencegahan. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak wanita hamil dengan antenatal care yang baik. Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkahlangkah dalam pertolongan persalinannya. Kunjungan pelayanan antenatal bagi ibu hamil paling sedikit 4 kali kunjungan dengan distribusi sekali pada trimester I, sekali trimester II, dan dua kali pada trimester III. 18 Hasil penelitian di RSUP M. Djamil Padang ini menunjukkan perdarahan postpartum primer lebih banyak terjadi daripada perdarahan postpartum sekunder dan tidak ditemukan perdarahan postpartum sekunder sebagai akibat dari penanganan perdarahan postpartum primer yang tidak tuntas. Kemungkinan penanganan perdarahan postpartum primer sudah baik, sehingga perdarahan postpartum sekunder dapat dihindari. Paritas Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa paritas penderita perdarahan postpartum terbanyak adalah > 3 yaitu 37,5%. Hal ini sesuai dengan penelitian Miswarti pada tahun 2007 bahwa angka kejadian paritas 1 sebanyak 11,54%, paritas 2-3 sebanyak 40% sedangkan paritas besar sama empat lebih tinggi dibandingkan paritas 2-3 yaitu sebanyak 48,46%. 3 Paritas adalah jumlah persalinan yang melahirkan bayi dengan usia kehamilan mencapai 28 minggu atau lebih. Paritas diklasifikasikan menjadi nullipara, primipara (paritas 1), multipara (paritas 2 dan 3), dan grandemultipara (paritas>3). 8 Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa paritas terbanyak pada perdarahan postpartum primer adalah paritas > 3 (42%), hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Cunningham pada tahun 2005 bahwa wanita dengan paritas tinggi ( 4) menghadapi resiko perdarahan akibat atonia uteri yang semakin meningkat sehingga dapat menyebabkan perdarahan postpartum primer. 6 Paritas penderita perdarahan postpartum sekunder terbanyak terjadi pada paritas 1, 2, dan 3 (36,4%). Hal ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan Karkata pada tahun 2008 bahwa paritas tinggi dapat memicu tertinggalnya sebagian jaringan plasenta di uterus dan dapat menyebabkan perdarahan postpartum sekunder. 16 Tingginya persentase perdarahan postpartum sekunder pada paritas 1, 2, dan 3 kemungkinan dipengaruhi oleh faktor lain seperti umur, jarak antar kelahiran yang pendek, riwayat persalinan buruk sebelumnya, dan anemia. Hubungan Postpartum dengan Paritas Pada Tabel 5 didapatkan nilai p = 0,49 yaitu p > α (α =0.05), berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan paritas tidak signifikan mempengaruhi perdarahan postpartum. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Lubis tahun 2011 di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan yang menyatakan bahwa paritas tidak signifikan mempengaruhi perdarahan postpartum primer. 19 Hasil penelitian Badriyah et al tahun 2011 di

769 RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan menyatakan tidak ada pengaruh paritas terhadap terjadinya perdarahan postpartum. 20 Kemudian penelitian Pardosi tahun 2006 di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Medan juga menunjukkan paritas tidak bermakna mempengaruhi perdarahan postpartum. 21 Pada penelitian di RSUP Dr. M. Djamil tahun 2013 ini, menunjukkan bahwa persentase paritas ibu yang mengalami perdarahan postpartum dengan paritas 1 sebesar 30,6%, paritas 2 dan 3 sebesar 31,9%, dan paritas >3 sebesar 37,5%. Hal ini menunjukkan meskipun tidak bermakna secara statistik, perdarahan postpartum meningkat seiring dengan peningkatan paritas dan sesuai dengan yang dikemukakan Cunningham pada tahun 2005 bahwa paritas tinggi merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya perdarahan postpartum. 6 Paritas tinggi mempengaruhi keadaan uterus ibu, karena semakin sering ibu melahirkan maka uterus cenderung bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan sehingga menimbulkan kegagalan kompresi pada tempat implantasi plasenta akibatnya terjadi perdarahan postpartum primer. 6 Selain itu, paritas tinggi dapat memicu tertinggalnya sebagian jaringan plasenta di uterus dan dapat menyebabkan perdarahan postpartum sekunder. 16 Penelitian di RSUP Dr. M. Djamil tahun 2013 ini berbeda dengan penelitian Sulistiyani pada tahun 2010 di Rumah Sakit Panti Wilasa Dr Cipto Yakkum Cabang Semarang yang menunjukkan ada hubungan antara paritas dengan perdarahan postpartum. 14 Hasil penelitian Milaraswati tahun 2008 di RSUD Gambiran Kota Kediri, Miswarti tahun 2007 di RSUP Dr. M. Djamil Padang, dan Herianto tahun 2003 di RS Sardjito Yogyakarta menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan perdarahan postpartum primer. 3,13,22 Paritas tidak bermakna secara statistik mempengaruhi perdarahan postpartum kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, pertama faktor ibu yang sudah menerapkan antenatal care secara baik selama kehamilan, sehingga dapat diketahui kondisi kesehatan ibu dan dapat dipersiapkan langkahlangkah dalam pertolongan persalinan yang aman dari perdarahan postpartum walaupun terhadap ibu dengan paritas tinggi. Kedua, Menurut Karkata pada tahun 2008 apabila dalam pertolongan persalinan diberikan uterotonika segera setelah persalinan bayi sehingga persalinan plasenta lebih cepat dan terjadi kontraksi uterus, maka perdarahan postpartum tidak akan terjadi. 16 Ketiga, perdarahan postpartum dapat dipengaruhi oleh lebih dari 1 faktor. Selain paritas, perdarahan postpartum dapat dipengaruhi oleh umur, jarak kehamilan yang pendek, riwayat persalinan buruk sebelumnya, dan anemia. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 72 data perdarahan postpartum didapatkan kelompok umur terbanyak adalah 20-35 (59,7%) dengan rata-rata umur 31 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan yang diungkapkan Wiknjosastro pada tahun 2005 bahwa wanita yang melahirkan pada usia di bawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Pada usia di bawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun terjadi kemunduran yang progresif dari endometrium, hal ini berpengaruh terhadap kekuatan kontraksi pada saat persalinan dan setelah persalinan. 23 Hasil penelitian di RSUP Dr. M. Djamil Padang ini berbeda dengan penelitian Suryani pada tahun 2008 di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dan Sulistiyani pada tahun 2010 di Rumah sakit Panti Wilasa Dr Cipto Yakkum Cabang Semarang yang menyatakan bahwa risiko untuk mengalami perdarahan postpartum pada kelompok umur < 20 tahun dan > 35 tahun lebih besar dibandingkan dengan kelompok umur antara 20-35 tahun. 14,18 Perbedaan ini dapat terjadi apabila ada faktor lain yang menyebabkan perdarahan postpartum walaupun umur ibu berada pada umur yang dikategorikan aman dari segi terjadinya perdarahan postpartum. Selain itu, jumlah persalinan terbanyak terjadi pada umur 20-35 tahun (usia reproduktif) sehingga kemungkinan terjadi perdarahan postpartum juga paling banyak pada umur tersebut. KESIMPULAN Distribusi frekuensi penderita perdarahan postpartum terbanyak adalah perdarahan postpartum

770 primer. Distribusi frekuensi paritas penderita perdarahan postpartum terbanyak adalah paritas>3 (grandemultipara). Distribusi frekuensi paritas perdarahan postpartum primer terbanyak adalah paritas > 3 sedangkan pada perdarahan postpartum sekunder adalah paritas 1 (primipara) dan 2-3 (multipara). Berdasarkan analisis bivariat paritas tidak signifikan mempengaruhi perdarahan postpartum. Meskipun tidak bermakna secara statistik, perdarahan postpartum meningkat seiring dengan peningkatan paritas. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2011. 2. PP dan KPA (Pemberdayaan Perempuan dan Komisi Perlindungan Anak). Angka kematian ibu melahirkan. 2010 (diunduh 21 Februari 2012). Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://www. menegpp.go.id 3. Miswarti. Hubungan kejadian perdarahan postpartum dini dengan paritas di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2005. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2(1):133-5. 4. Dinkes Provinsi Sumatera Barat. Profil kesehatan Provinsi Sumatera Barat 2009. Padang. 2010. 5. Kemenkes RI. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010-2014. Jakarta. 2010. 6. Cunningham FG. Obstetri Williams. Edisi ke-21. Jakarta: EGC; 2005. 7. Dorland WA, Newman. Kamus kedokteran Dorland. Edisi ke-29. Jakarta: EGC; 2002. 8. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008. 9. Saifuddin AB. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Edisi ke-1. Jakarta: Yayasan BINA Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002. 10. Llewellyn J. Dasar-dasar obstetri & ginekologi. Edisi ke-6. Jakarta: Hipokrates; 2001. 11. Coker A, Oliver R. Definition and classifications. Dalam: Lynch B, Christopher, Louis G, Keith. Andre B. Lalonde, Mahantesh K, editor (penyunting). A textbook Of Postpartum Hemorrhage. UK; 2006. hlm. 11-2. 12. Halimah, Rahmadhani R. Konsep perdarahan postpartum. 2012 (diunduh 11 Februari 2013). Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://ilmu kebidananstikeskendedesmalang.blogspot.com/20 12/11/01/paritas.html 13. Milaraswati D. Hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan postpartum primer di kamar bersalin RSUD Gambiran Kota Kediri periode 1 Januari - 31 Desember 2007. Malang: Karya Tulis ilmiah Politeknik Kesehatan Depkes Malang; 2008. 14. Sulistiyani CN. Hubungan antara paritas dan umur ibu dengan kejadian postpartum di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Yakkum Cabang Semarang. J. Keperawatan dan Kebidanan (JIKK). 2010;2(1): 94-102. 15. Rukmini WLK. Gambaran penyebab kematian maternal di rumah sakit (Studi di RSUD Pesisir Selatan, RSUD Padang Pariaman, RSUD Sikka, RSUD Larantuka dan RSUD Serang 2005). CKD. 2007;(34)5:158. 16. Karkata MK. postpartum (PPP). Dalam: Saifuddin, Abdul B, Trijatmo R, Gulardi H, Wiknjosastro, editor (penyunting) Edisi ke-4, Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008. 17. Norwitz ER, Schorge JO. At a glance obstetri & ginekologi. Jakarta: Erlangga; 2007. 18. Suryani. Hubungan karakteristik ibu bersalin dan antenatal care dengan perdarahan pasca persalinan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi tahun 2007 (tesis). Medan: Universitas Sumatera Utara; 2008. 19. Lubis IK. Pengaruh paritas terhadap perdarahan postpartum primer di RSUD Dr. Pirngadi Medan 2007-2010 (skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara; 2011. 20. Badriyah, Sulastri, Rahardjo S. Pengaruh faktor resiko terhadap perdarahan ibu postpartum di RS Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. 2011:II(1): 32-6. 21. Pardosi M. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perdarahan pasca persalinan dan upaya penurunannya di wilayah kerja Puskesmas Kota

771 Medan tahun 2005. Jurnal Ilmiah PANNMED. 2006:1(1): 29-37. 22. Herianto AB. Analisis faktor yang mempengaruhi perdarahan postpartum dini di RS Sardjito Yogyakarta (tesis). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada; 2003. 23. Wiknjosastro H. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005.