II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni dan Merak. kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan. Pelabuhan Bakauheni

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa melalui sarana laut.

: Jl Raya Pelabuhan Merak, Gerem, Pulo Merak Cilegon-Banten. Kode Pos : Telp : (0254) , ,

TINJAUAN PENURUNAN EMISI DARI KEGIATAN KAPAL FERRY PADA PELABUHAN MERAK BAKAUHENI

MASALAH PENJADWALAN DAN PENENTUAN JUMLAH KAPAL: STUDI KASUS DI PELABUHAN MERAK DAN BAKAUHENI DAVID HENDRAYAN

2015 RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI PERAMALAN JUMLAH MUATAN KAPAL RO-RO DENGAN METODE WINTER S TIGA PARAMETER

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN PELABUHAN MERAK

ANALISIS WAKTU BONGKAR MUAT KENDARAAN DI PELABUHAN MERAK

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN DERMAGA DI PELABUHAN GILIMANUK, PROVINSI BALI

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA

ANALISA KINERJA LINTASAN PENYEBERANGAN LEMBAR PADANGBAI

PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENYEBERANGAN SELAT SUNDA DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN PROYEK

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB I PENDAHULUAN. lautan 38% : 62%, memiliki pulau, dimana 6000 di antaranya telah

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN PELABUHAN MERAK

ANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Studi Evaluasi Perparkiran di Dermaga I Sampai V Akibat Penambahan Dermaga VI di Pelabuhan Bakauheni Lampung Selatan

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL ABSTRAK

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

OPTIMASI KINERJA PELABUHAN PENYEBERANGAN KETAPANG GILIMANUK

PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT KAPAL RO-RO PT ASDP INDONESIA FERRY

Analisis Manajemen Waktu dan Biaya Rute Penyeberangan Baru

yang turut membantu dalam rangka pengumpulan data maupun kelancaran dalam pelaksanaan studi ini. Bandung, November 2012 PT. Atrya Swascipta Rekayasa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KETAPANG dan BUPATI KETAPANG MEMUTUSKAN :

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perencanaan Pelabuhan Penyeberangan Desa Buton, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

MELAYANI DENGAN HATI

FAKTOR PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PELABUHAN PENYEBERANGAN ULEE LHEUE

KAJIAN MANAJEMEN OPERASIONAL PELABUHAN PENYEBERANGAN PADA PELABUHAN KETAPANG BANYUWANGI

- Term inal adalah tempat alat-alat pengangkutan dapat. - Terminal adalah tempat berhenti, tempat kedudukan, tempat

III. METODOLOGI PENELITIAN. tahap-tahap dalam melakukan sebuah penelitian yang output akhirnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Industri pelayaran merupakan salah satu industri padat modal (capital

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS KINERJA PELAYANAN DAN TANGGAPAN PENUMPANG TERHADAP PELAYANAN PELABUHAN PENYEBERANGAN JANGKAR DI KABUPATEN SITUBONDO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki letak geografis sangat strategis, dimana posisi Labuan Bajo berada di

Kata kunci: Pelabuhan Padangbai-Bali, Karakteristik Parkir, Kebutuhan Ruang Parkir.

KAJIAN POTENSI PENGGUNA JEMBATAN SELAT SUNDA MENGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

BAB II PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN MELALUI LAUT

ANALISIS PENAMBAHAN DERMAGA BARU DALAM UPAYA MENGURAI KEPADATAN KENDARAAN DI PELABUHAN MERAK. *1) Dosen Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Analisis Perbandingan Keekonomian Rute Merak-Bakauheni dengan Rute Cigading-Kiluan

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2720); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lemb

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap Terminal Leuwi Panjang Bandung seperti yang telah diuraikan Time headway dan waktu tunggu rerata (Wtr).

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ABSTRAK. Kata kunci: Pantai Sanur, Dermaga, Marina, Speedboat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

BAB I PENDAHULUAN. di bidang ekonomi ini membutuhkan adanya sarana dan prasarana yang baik

BAB III OBJEK PENELITIAN. PT ASDP Indonesian Ferry (Persero) Cabang Merak merupakan salah satu pelabuhan

MODEL PERMINTAAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN BAJOE-KOLAKA

DESAIN TERMINAL ANGKUTAN ( Studi Kasus Terminal Ponorogo, Jawa Timur ) TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik-karakteristik parkir seperti kebutuhan parkir, volume parkir, durasi

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE SEBAGAI PELABUHAN FERRY INTERNASIONAL DI BANDA ACEH

Angkutan Jalan a) Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

NOMOR PM 103 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN PENGENDALIAN KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

RANCANGAN SISTEM KARTU ANTRIAN KENDARAAN PADA PELABUHAN FERRY (RoRo) AIR PUTIH BENGKALIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data dari PT. ASDP Ketapang Gilimanuk tahun 2012,

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni dan Merak Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni adalah pelabuhan yang terletak di kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan. Pelabuhan Bakauheni menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa melalui via laut. Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni memiliki luas 452.458 m 2 (Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Kementrian Perhubungan, November 2010). Adapun batas-batas fisik kewilayahan Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni sebagai berikut : a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ketapang b. Sebelah timur berbatasan dengan Selat Sunda c. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kalianda d. Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda Pelabuhan penyeberangan Merak yang terletak di Provinsi Banten adalah pelabuhan umum yang melayani penyeberangan antara Pulau Jawa dan Sumatera (Andriani, 2011). Pelabuhan Penyebarangan Merak memiliki Luas 150.615 m 2. Pelabuhan Penyeberangan Merak memiliki 5 dermaga dan dilengkapi dengan Moveable Bridge.

6 Penyeberangan Bakauheni Merak ini dilayani oleh kapal feri ro-ro. Setiap harinya, ratusan trip feri melayani arus penumpang dan kendaraan dari dan ke Pulau Sumatra melalui Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni di Lampung. Rata-rata durasi perjalanan yang diperlukan antara Merak - Bakauheni atau sebaliknya dengan feri ini adalah sekitar 120 menit. Gambar 1. Layout Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni B. Fasilitas Pelabuhan Bakauheni Untuk mendukung kelancaran pelayanan Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni ada beberapa fasilitas yang diberikan oleh pihak PT. ASDP Indonesia Ferry selaku pengelola pelabuhan tersebut adalah : 1. Dermaga Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang (Triatmojo, 1996). Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan

7 bertambat pada dermaga tersebut (Solossa, 2013). Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni memiliki dermaga dengan tipe Qual Wall, Dolphin dan Jetty. Pelabuhan Penyeberangan Bakuheni pada saat ini memiliki lima dermaga yang beroperasi yaitu dermaga I,II, II, IV dan V yang digunakan untuk bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang. Dermaga-dermaga tersebut memiliki spesifikasi sebagai berikut: a. Dermaga I Dermaga I di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni di bangun pada tahun 1981 dan mulai dioperasikan tahun 1987. Mempunyai panjang dermaga 172,8 M dan kedalaman kolam sandar 10 12 M Dermaga I di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni merupakan dermaga dengan tipe Quay Wall. Untuk lebih jelasnya dibawah ini adalah spesifiksi dari Dermaga I. Tabel 1. Spesifikasi Dermaga I No Uraian Spesifikasi 1 Panjang Dermaga 172,8 M 2 Kolam L = 50 M d = 10-12 M 3 Dolphin 12 buah 4 Gang Way L = 2 M P = 14 M Kapasitas = 1 T 5 Moveable Bridge L = 11,6 M P= 16 M Kapasitas = 50 T 6 Side Ramp L= 2,8 M P= 16 M Kapasitas = 20 T 7 Kapasitas Dermaga 6000 GRT 8 Luas Areal Parkir 11237 M2 (Sumber: Profil dan Kinerja Kantor OPP Merak, 2014)

8 b. Dermaga II Dermaga II di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni di bangun pada tahun 1988 dan mulai dioperasikan tahun 1991. Mempunyai panjang dermaga 134,66 M dan kedalaman kolam sandar 8 10 M Dermaga II di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni merupakan dermaga dengan tipe Quay Wall. Untuk lebih jelasnya dibawah ini adalah spesifiksi dari Dermaga II. Tabel 2. Spesifikasi Dermaga II No Uraian Spesifikasi 1 Panjang Dermaga 134,66 M 2 Kolam L = 20 M d = 8-10 M 3 Dolphin 12 buah 4 Gang Way L = 1,5 M P = 14 M Kapasitas = 1 T 5 Moveable Bridge L = 9 M P= 16 M Kapasitas = 50 T 6 Side Ramp L= 3 M P= 17 M Kapasitas = 20 T 7 Kapasitas Dermaga 6000 GRT 8 Luas Areal Parkir 9.594 M2 (Sumber: Profil dan Kinerja Kantor OPP Merak, 2014) c. Dermaga III Dermaga III di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni di bangun pada tahun 2001 dan mulai dioperasikan tahun 2001. Mempunyai panjang dermaga 166,83 M dan kedalaman kolam sandar 10 12 M Dermaga II di Pelabuhan Penyeberangan

9 Bakauheni merupakan dermaga dengan tipe Quay Wall. Untuk lebih jelasnya dibawah ini adalah spesifiksi dari Dermaga III. Tabel 3. Spesifikasi Dermaga III No Uraian Spesifikasi 1 Panjang Dermaga 166,83 M 2 Kolam L = 25 M d = 10-12 M 3 Dolphin 12 buah 4 Gang Way L = 1,8 M P= 16 M Kapasitas = 1,5 T 5 Moveable Bridge L = 10 M P= 16 M Kapasitas = 45 T 6 Side Ramp L= 2.8 M P= 21 M Kapasitas = 2 T 7 Kapasitas Dermaga 12000 GRT 8 Luas Areal Parkir 13.965 M2 (Sumber: Profil dan Kinerja Kantor OPP Merak, 2014) d. Dermaga IV Dermaga IV di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni dibangun tahun 1998 dan mulai dioperasikan tahun 2001. Mempunyai panjang dermaga 57,69 M dan kedalaman kolam sandar 10 12 M Dermaga IV di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni merupakan dermaga dengan tipe Dolphin. Dermaga ini adalah dermaga milik swasta yaitu milik KSO. PT. Infinity Indosakti. Untuk lebih jelasnya dibawah ini adalah spesifiksi dari Dermaga IV.

10 Tabel 4. Spesifikasi Dermaga IV No Uraian Spesifikasi 1 Panjang Dermaga 57,69 M 2 Kolam L = 20 M d = 10-12 M 3 Dolphin 3 buah 4 Moveable Bridge L = 7,9 M P= 17,82 M Kapasitas = 60 T 5 Kapasitas Dermaga 6000 GRT 6 Luas Areal Parkir 10.519 M2 7 Mooring Dolphin 2 buah (Sumber: Profil dan Kinerja Kantor OPP Merak, 2014) e. Dermaga V Dermaga V di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni di bangun pada tahun 2009 dan mulai dioperasikan tahun 2012. Mempunyai panjang dermaga 125 M dan kedalaman kolam sandar 10 12 M Dermaga II di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni merupakan dermaga dengan tipe Dolphin dan Jetty. Untuk lebih jelasnya dibawah ini adalah spesifiksi dari Dermaga V. Tabel 5. Spesifikasi Dermaga V No Uraian Spesifikasi 1 Panjang Dermaga 125 M 2 Kolam L = 20 M d = 10-12 M 3 Dolphin 5 buah 4 Moveable Bridge L = 7,8 M P= 17,8 M Kapasitas = 80 T 5 Kapasitas Dermaga 12000 GRT 6 Luas Areal Parkir 13.464 M2 7 Mooring Dolphin 4 buah (Sumber: Profil dan Kinerja Kantor OPP Merak, 2014)

11 2. Kapal yang beroperasi Jenis kapal yang digunakan untuk menyeberang dari Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni ke Pelabuhan Penyeberangan Merak adalah kapal Ro-Ro ( Roll on Roll off). Kapal Ro-Ro ( Roll on Roll off) adalah kapal yang bisa memuat kendaraan yang berjalan masuk ke dalam kapal. Kapal ini dilengkapi dengan pintu rampa yang dihubungkan dengan moveble bridge atau dermaga apung ke dermaga. Kapal Ro-Ro selain digunakan untuk angkutan truk juga digunakan untuk mengangkut mobil penumpang, sepeda motor dan pejalan kaki. Tabel 6. Daftar Kapal Ro-Ro Lintas Bakauheni-Merak No Nama Kapal Perusahaan Tahun GRT Kapasitas Kendaraan roda 4 1 KMP. Jatra I 1980 3,871 70 2 KMP. Jatra II 1980 3,902 70 3 KMP. Jatra III 1985 3,123 70 4 KMP. Portlink 1979 12,517 172 PT. ASDP 5 KMP. Portlink 3 1986 15,351 262 Indonesia Ferry 6 KMP. Portlink 5 2011 4,028 68 7 KMP. Sebuku 2012 5,330 202 8 KMP. Legundi 2012 5,330 202 9 KMP. Batu Mandi 2012 5,330 202 10 KMP. Menggala 1987 4,330 138 11 KMP. Duta Banten 1979 8,011 162 12 KMP. Jagantara 1984 9,956 212 PT. JL Ferry 13 KMP. Rajakarta 1989 8,886 227 14 KMP. Virgo 18 1990 9,989 252 15 KMP. Mufidah 1973 5,584 94 16 KMP. Titian Murni 1982 3,614 100 17 KMP. Nusa Dharma 1973 3,282 58 18 KMP. Nusa Bahagia PT. Putera 1979 3,555 68 19 KMP. Nusa Mulia Master Sarana 1979 5,873 132 20 KMP. Nusa Agung Penyeberangan 1986 5,730 127 21 KMP. Nusa Jaya 1987 4,564 148 22 KMP. Nusa Setia 1988 4,678 140

12 23 KMP. Prima Nusantara 1990 2,773 46 PT. Jembatan KMP. Panorama Nusantara 24 Nusantara 1995 8,915 172 25 KMP. Mitra Nusantara 1994 5,813 118 26 KMP. Royal Nusantara PT. Prima 1992 6,034 112 27 KMP. Farina Nusantara Eksekutif 1994 5,002 88 28 KMP. Safira Nusantara 1995 6,345 122 29 KMP. Mustika Kencana 1992 4,183 88 30 KMP. Dharma Kencana IX PT. Dharma 1988 2,627 46 31 KMP. Dharma Rucitra 1 Lautan Utama 1990 11,479 247 32 KMP. Kirana II 1989 6,370 152 33 KMP. Windu Karsa Pratama PT. Windu 1985 3,123 88 34 KMP. Windu Karsa Dwitya Karsa 1997 2,553 83 KMP. SMS 35 Kartanegara 1975 4,449 76 PT. Sekawan KMP. SMS Maju Sekawan 36 Mulawarman 1988 3,388 56 37 KMP. SMS Sagita 1988 5,373 180 38 KMP. HM Baruna I PT. Hasta Mitra Baruna 1985 4,432 103 39 KMP. Rajabasa 1 PT. GMP 1987 4,611 93 40 KMP. Tribuana 1 PT. Tribuana Antar Nusa 1984 6,186 182 41 KMP. Bahuga Pratama 1993 3,531 63 42 KMP. Mutiara Persada 1 PT. Atosim Lampung 1996 9,081 187 43 KMP. Mutiara Persada 2 Pelayaran 1994 3,965 46 44 KMP. Shalem PT. Surya 1989 3,964 66 45 KMP. Salvatore Timur Line 1996 9,131 182 46 KMP. Caitlyn 1986 2,905 83 47 KMP. Munic 1 PT. Munic Line 1987 2,640 46 48 KMP. Elysia 1986 4,823 103 49 KMP. Rosmala 1990 4,377 48 PT. BPR 50 KMP. Suki 2 1993 4,330 128 PT. Trisakti 51 KMP. Trimas Laila Lautan Mas 1994 3,006 96 52 KMP. Raputra Jaya 888 PT. Raputra Jaya 2013 5,110 156 53 KMP. BSP 1 PT. Tri Sumaja Lines 1973 5,057 115

13 54 KMP. BSP 2 PT. Budi 1983 5,227 120 55 KMP. BSP 3 Samudera 1973 12,498 210 56 KMP. Victorius Perkasa 1990 4,280 115 57 KMP. Sakura PT. BMNL 1989 3,681 50 (Sumber : PT. ASDP, 2015) Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni memiliki 57 kapal yang tersedia dilintasan Bakauheni Merak dengan kapal yang beroperasi setiap harinya sebanyak 24 kapal. Kapal kapal yang beroperasi di lintasan Bakauheni Merak telah memiliki jadwal operasi dan formasi kapal yan bersandar pada masing-masing dermaga yang ada di Pelabuhan Bakauheni. 3. Lapangan Parkir Lapangan parker berfungsi sebagai tempat kendaraan yang menunggu untuk dapat dilayani masuk kedalam kapal. Di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni terdapat lapangan parkir untuk mendukung kelancaran arus bongkar muat penumpang dan kendaraan bermotor dari dan ke dalam kapal sebagai berikut : Dermaga I : 1. Parkir A = 360 Bus dan Pribadi 2. Parkir B = 360 Bus dan Pribadi Dermaga II : 1. Parkir C = 260 Bus dan Pribadi 2. Parkir D = 380 Bus dan Pribadi Dermaga III : 1. Parkir E, F, dan G = 1200 Bus dan Pribadi

14 Dermaga IV dan V : 1. Parkir H = 440 Bus dan Pribadi Total keseluruhan = 2940 Kendaraan Campuran 4. Fasilitas Loket Penumpang dan Fasilitas Terminal Bus Di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni ini ada dua jenis loket, yaitu loket untuk penumpang dan loket untuk kendaraan. Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni mempunyai 9 loket untuk penumpang (tanpa kendaraan). Pada loket penumpang yang menggunakan kendaraan terdapat 8 loket yaitu terdiri dari satu loket untuk sepeda motor, tiga loket untuk kendaraan pribadi dan pick-up, satu loket untuk bus dan tiga loket untuk truk. Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni juga memiliki terminal bus untuk penumpang pejalan kaki. Sebagian besar bus - bus yang ada di terminal tersebut merupakan angkutan dalam propinsi dimana berfungsi untuk membawa penumpang pejalan kaki yang akan menuju Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni maupun yang akan meninggalkan Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni. 5. Fasilitas Penunjang lainnya Fasilitas penunjang lainnya yang ada di Pelabuhan Penyebrerangan Bakauheni yaitu ruang tunggu penumpang, CCTV di sebagian titik pelabuhan, dan toilet. Dalam pelayanannya, Pelabuhan Bakauheni Penyeberangan merupakan pelabuhan yang beroperasi 24 jam dalam sehari.

15 C. Klasifikasi Rute Penyeberangan Pelabuhan Klasifikasi rute penyeberangan dapat diklasifikasikan menurut beberapa kriteria (Nasution, 2003 ) yaitu : 1. Berdasarkan Karakter Fungsional a. National route National route adalah rute yang menghubungkan dua ibu kota provinsi. b. Regional trunk route Regional trunk route adalah rute yang menghubungkan dua tempat dimana salah satunya ibu kota provinsi. c. Regional route Regional route adalah rute yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan ibu kota provinsi. Berdasarkan karakter fungsional Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni termasuk kedalam National Route. 2. Berdasarkan Karakter Geografi a. Inter-regional route Inter-regional rute adalah rute yang menghubungkan dua ibu kota provinsi. b. Inter-islan route Inter-islan rute adalah rute yang menghubungkan pulau-pulau dalam satu region.

16 c. Island route Island route adalah rute yang menghubungkan lokasi-lokasi di dalam suatu daratan, misalnya : penyeberangan danau dan penyeberangan sungai. d. Short-cut-route Short-cut-route adalah rute yang merupakan perpendekan dari angkutan jalan raya. Berdasarkan karakter geografi Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni termasuk kedalam Inter-regional route. 3. Berdasarkan Besarnya Demand a. High demand route High demand route adalah rute dengan 6 trips/hari dalam satuan kapal 300-500 GRT. b. Medium demand route Medium demand route adalah rute yang 2-6 trip/hari dalam satuan kapal 300-500 GRT. c. Law demand route Law demand route adalah rute lebih kecil dari dua trip/hari dalam satuan kapal 300-500 GRT. 4. Berdasarkan Jarak Perjalanan a. Sangat pendek : < 10 mil b. Pendek : 11 50 mil c. Jauh : 51 100 mil d. Sangat jauh : > 100 mil

17 Berdasarkan Jarak Perjalanan Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni termasuk kedalam jarak pendek. D. Sistem Angkutan Penyeberangan dan Rencana Operasi 1. Sistem Angkutan Penyeberangan Sistem angkutan penyeberangan meliputi alur pelayaran, ukuran dan tipe kapal, jadwal waktu pelayaran, dan dampak lingkungan. a. Alur Penyeberangan Ditentukan berdasarkan kondisi perairannya, orientasi permintaan, penyebaran permintaan, jarak dan waktu tempuh. b. Ukuran dan tipe kapal Untuk menentukan ukuran kapal yang dibutuhkan didekati dengan dua besaran. Pertama, berdasarkan tuntutan keselamatan dan keamanan pelayaran yang merupakan fungsi dari kondisi perairan sepanjang alur pelayaran. Tipe kapal didekati dari karakter permintaan (penumpang dan barang) yang akan dilayani. c. Jadwal dan pelayaran Untuk menentukan jadwal pelayaran didasarkan pola distribusi waktu dan justifikasi konsultan. Justifikasi ini berdasarkan pada kebutuhan pokok, serta kegiatan bahari. Dari sisi bahan pokok, maka dengan kondisi geografis yang dibatasi oleh perairan, harus dapat dijamin ketersediaan bahan pokok tersebut setiap waktunya.

18 Dengan demikian, dari pendekatan kapasitas penumpukan dan pendistribusian dapat diketahui jadwal pengirimannya. d. Dampak lingkungan Dampak lingkungan yang umumnya terjadi pada pengembangan pelabuhan adalah dampak sosial, pada umumnya adalah dampak sosial, pada saat proses pembebasan tanah, dan karena terjadinya perubahan fungsi kawasan. 2. Rencana Pola Operasi Pola operasi adalah penetapan jumlah kapal dan jumlah frekuensi yang diperlukan pada tiap lintasan sesuai dengan jenis kapal dan jarak lintasan. Untuk menghitung jumlah kapal yang diperlukan pada suatu lintasan digunakan formula sebagai berikut : JK = Tc / Hw (1) JK = jumlah kapal Tc = waktu sirkulasi ( cycle time) Hw = Head way Untuk menghitung waktu siklus kapal, dapat digunakan rumus (2) perhitungan terhadap waktu siklus kapal berikut : Tc = 2 ( Ts + Tm + Tp ) (2) Dimana : Tc = waktu siklus kapal ( cycle time ) Tp = waktu berlabuh ( port time ) Tm = waktu manuver kapal (manuver time)

19 Ts = waktu berlayar (sailing time) Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung waktu berlabuh kapal (port time) atau Tp dapat digunakan dengan rumus (3) perhitungan waktu berlabuh kapal berikut : Tp = tb + tm (3) Dimana Tp = waktu bersandar kapal yang terdiri dari waktu bongkar muat (tm) kendaraan dalam satuan menit. tb = rata-rata waktu menurunkan kendaraan (menit/kendaraan) tm = rata-rata waktu menaikkan kendaraan (menit/kendaraan) untuk menghitung rata-rata waktu manuver kapal dapat menggunakan rumus (4) berikut : Tm = X (4) N Dimana : Tm = waktu manuver kapal ( manuver time ) X = waktu pengamatan masing masing manuver kapal N = jumlah pengamatan Untuk menghitung rata-rata waktu menaikkan barang dapat menggunakan rumusan 5 berikut : tm = tm (5) N

20 Dimana : tm = rata-rata waktu menaikkan kendaraan tm = total waktu menaikkan kendaraan dari masing masing kapal N = jumlah kendaraan Untuk menghitung rata-rata waktu menurunkan barang dapat menggunakan rumusan 6 berikut : tb = tb (6) N tb = rata-rata waktu menurunkan kendaraan tb = total waktu menurunkan kendaraan dari masingmasing kapal N = jumlah kendaraan Kapal akan beroperasi dengan headway waktu keberangkatan yang merata, untuk menghitung headway masing-masing dermaga dapat menggunakan persamaan 7 berikut : Hw = tb + tm + Tm (7) Dimana : Hw = headway keberangkatan kapal tb = rata rata waktu menurunkan kendaraan tm = rata-rata waktu menaikkan kendaraan TP = waktu bersandar (berlabuh) kapal Frekuensi pelayaran yang dibutuhkan ditentukan berdasarkan permintaan penumpang dan barang. Untuk kepentingan perencanaan

21 digunakan frekuensi pelayanan yang terbesar di antara dua metode. Metode perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Berdasarkan jumlah permintaan barang b. Berdasarkan Sistem Penyediaan Dermaga E. Strategi Penyediaan Dermaga Untuk meningkatkan sistem angkutan antar pulau perlu dilakukan pengembangan sistem transportasi laut yang telah ada. Pengembangan transportasi laut yang dilakukan dapat berupa penambahan jalur pelayaran/penyeberangan baru pada daerah yang dianggap berpotensi untuk dikembangkan dan penambahan atau peningkatan sarana angkut (kapal) yang sesuai untuk melayani suatu rute. Penambahan jumlah kapal tidak berarti harus menambah jumlah dermaga, namun bisa juga menggunakan dermaga yang ada atau yang telah tersedia. Untuk pembangunan dermaga baru ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan yaitu sebagai berikut : Tidak tersedia dermaga di daerah rencana lokasi. Dermaga yang tidak cocok (tidak sesuai) dengan kapal yang akan dioperasikan. Misalnya, pelabuhan untuk kapal jenis non-ro-ro tidak dapat dipergunakan secara optimal oleh kapal jenis RO-RO. Dermaga yang sudah ada tidak mencukupi kebutuhan bongkar muat arus barang dan penumpang. Dermaga yang sudah ada rusak dan tidak dapat dimanfaatkan lagi atau membahayakan kapal yang sandar di dermaga.

22 Hal yang diperhatikan dalam pembangunan suatu dermaga adalah : 1. Kemampuan Dermaga 2. Analisis Keterpaduan 3. Kriteria Desain Dermaga 4. Fasilitas Sandar Dermaga F. Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni Pelabuhan penyeberangan Bakauheni merupakan pelabuhan penyeberangan yang menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Pelabuhan ini ramai dilalui kendaraan angkutan penumpang dan angkutan barang yang menuju kota yang ada di Pulau Sumatera, karena Pelabuhan Bakauheni merupakan pintu gerbang utama bagi kendaraan yang akan menuju Pulau Sumatera. Seiring dengan meningkatnya kegiatan penyeberangan membuat Pelabuhan Bakauheni memiliki 5 dermaga dan dilengkapi dengan moveable bridge. Waktu tempuh normal kapal yang akan menyeberang dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa saat ini adalah sekitar 120 menit. Perkembangan pada saat ini menunjukan peningkatan perjalanan sehingga di masa yang akan datang dibutuhkan peningkatan pelayanan di Pelabuhan Bakauheni. Peningkatan pelayanan yang ada dapat berupa peningkatan inftastrukur pelabuhan dan penambahan jumlah kapal yang beroperasi. Kemungkinan-kemungkinan pengembangan dan review terkait rencana induk yang ada perlu dilakukan agar pembangunan fasilitas pelabuhan penyeberangan di masa yang akan datang dapat dilakukan secara sistematis dan terencana.

23 Pedoman Teknis Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni merupakan suatu arahan nasional terkait pembangunan pelabuhan penyeberangan dengan jangkauan penggunaan jangka panjang (10-20 tahun) dan dapat ditinjau ulang stiap 5 tahun. Pedoman Teknis Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni ini, nantinya akan digunakan untuk mengetahui pola pengembangan pelabuhan, arah pengembangan pelabuhan, kebutuhan dan penyediaan kapasitas pelabuhan penyeberangan serta sebagai dasar krbijakan strategi dan tahapan implementasi pembangunan pelabuhan penyeberangan bakauheni. 1. Kondisi Eksisting Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni Kondisi Eksisting Pelabuhan Penyeberangan bakauheni dapat dilihat dari kinerja Pelabuhan bakauheni pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 jumlah kendaraan yang melintasi Pelabuhan Bakauheni sebanyak 1.898.938 kendaraan. Arus puncak terjadi pada hari raya idul fitri dengan jumlah kendaraan yang melintasi Pelabuhan Bakauheni sebanyak 110.086 kendaraan campuran. Gambar 2. Kondisi Eksisting Pelabuhan Penyeberangan Merak dan Bakauheni

24 G. Penelitian Terdahulu Tumangger (2013), telah melakukan penelitian di Pelabuhan Bakauheni Merak. Penelitian tersebut dilakukan untuk memberi optimalisasi yang dilakukan untuk memberi gambaran optimalisasi yang dilakukan guna meningkatkan kinerja Pelabuhan Bakauheni - Merak. Optimalisasi yang dilakukan dengan menganalisis kinerja Pelabuhan Bakauheni kondisi sekarang, menganalisis kinerja pelabuhan Bakauheni apabila dermaga VI dibangun dan apabila kapal yang beroperasi menggunakan kecepatan 15 knot. Hasil yang didapat yaitu kinerja Pelabuhan Bakauheni Merak dengan menambah dermaga VI akan mampu melayani 23.923 kendaraan campuran perhari dan kinerja Pelabuhan Bakauheni Merak apabila menambah kecepatan kapal yang beroperasi 15 knot akan mampu melayani 34.560 campuran perhari.