BAB I JENIS-JENIS DAN FUNGSI KIMONO DALAM MASYARAKAT JEPANG. Interaksi manusia dengan sesamanya memunculkan suatu peradaban yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang dalam kesehariannya berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain tempat tinggal

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

KEHIDUPAN ORANG JEPANG. tertentu saja. Misalnya pada waktu sejin shiki (hari kedewasaan), kekkon shiki (hari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suryohadiprojo (1982: ), rakyat Jepang pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisi dan sopan serta memiliki berbagai kelebihan. Hal ini menimbulkan kesan

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KIMONO PADA MASYARAKAT JEPANG. Dulunya kimono adalah salah satu dari 2 jubah formal yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing. Seperti halnya pada pakaian tradisional kedua bangsa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua karya tulis seperti

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, melahirkan berbagai macam bentuk kebudayaan. manusia (ningen no seikatsu no itonami kata). Ienaga menjelaskan bahwa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

LAMPIRAN A. CARA PEMBUATAN KIRIGAMI BENTUK BINTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. yang di tayangkan oleh stasiun tv contohnya seperti film. pada luka-luka yang dialami Yesus dalam proses penyaliban.

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sedalam dalamnya melalui pengumpulan data sedalam dalamnya.riset ini

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul. Jepang adalah sebuah bangsa yang menyimpan keunikan pada hal

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pengaruh Regresi Tentang Budaya Bantengan Terhadap Perilaku Anak di Desa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Jepang bangga akan kebudayaan yang mereka miliki. Permainan-permainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

Semiotika, Tanda dan Makna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

Dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional, guru seni harus memiliki kemampuan menulis ilmiah (academic writing)

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

Transkripsi:

BAB I JENIS-JENIS DAN FUNGSI KIMONO DALAM MASYARAKAT JEPANG 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi satu sama lainnya. Interaksi manusia dengan sesamanya memunculkan suatu peradaban yang menghasilkan suatu budaya. Semenjak terciptanya peradaban dan seiring dengan terus berkembangnya peradaban tersebut, melahirkan berbagai macam bentuk kebudayaan dan kebudayaan itu menghasilkan suatu karya, dimana karya tersebut bertujuan membantu peradaban dalam hal kehidupan sosial, bekerja maupun dalam mempertahankan sesuatu. Kebudayaan menurut Chris Jenks (1993:xii) adalah perwujudan dari sebuah pertarungan dan perjuangan sejak awal kejadiannya dan dalam pemahaman orang tentangnya. Dimana kebudayaan itu sendiri mencakup perluasan potensi manusia. Maka dari itu kebudayaan ada bukan untuk diperlakukan asal-asalan; dengan artian kebudayaan tidak bisa dilepaskan begitu saja dalam sebuah generalisasi atau dilarutkan ke dalam sebuah mood relativisme post-modern. Sedangkan menurut Ienaga Saburo dalam Situmorang (2009:2-3) menerangkan kebudayaan dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas adalah seluruh cara hidup manusia (ningen no seikatsu no itonami kata). Ienaga menjelaskan bahwa kebudayaan ialah keseluruh hal yang bukan alamiah. Sedangkan dalam arti sempit kebudayaan adalah terdiri dari ilmu pengetahuan, 1

sistem kepercayaan dan seni, oleh karena itu Ienaga mengatakan kebudayaan dalam arti luas ialah segala sesuatu yang bersifat konkret yang diolah manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan kebudayaan dalam arti sempit ialah sama dengan budaya yang berisikan sesuatu yang tidak kentara atau yang bersifat semiotik. Kebudayaan selalu berubah dan menyesuaikan diri dengan masyarakat sesuai kebutuhan situasi pada zamannya. Budaya suatu bangsa dapat diidentifikasi dari ciri-ciri yang dimilikinya yaitu dari bahasa, pakaian, tradisi dan adat yang merupakan hasil dari peradabannya. Seperti halnya budaya bangsa Jepang dapat dikenali melalui pakaian yang digunakan yaitu Kimono. Pakaian membawa pesan yang mencerminkan masyarakat dan zaman. Seperti halnya bahasa, pakaian berpengaruh pada kondisi sosial dari penggabungan unsur yang baru, pergeseran bentuk, atau merentas gaya lama menjadi sesuatu yang unik. Kapasitas pakaian sebagai pembawa informasi sangat besar. Pesan itu secara diam-diam dan efisien memberitahukan kepada masyarakat lain, dimana semua dilengkapi oleh pengetahuan tentang kebudayaan untuk membaca semua simbol atau kode. Kimono adalah kode untuk pesan, tentang usia, jenis kelamin, musim, formalitas, dan kesempatan (maupun) kekayaan dan cita rasa (Liza Dalby, 2001:7) Kimono adalah pakaian tradisional bangsa Jepang untuk pria dan wanita yang sudah ada sejak jaman dahulu kala. Kemudian pada jaman Edo, kimono mengalami perubahan yang sampai sekarang masih dipertahankan, yaitu lengan kimono yang sedikit lebih panjang dan obi (sabuk lebar untuk mengencangkan kimono) yang semakin besar bagi wanita yang belum menikah. Kimono ( 着物 ) 2

berasal dari kata Ki ( 着 ) yang berarti mengenakan dan Mono ( 物 ) yang berarti pakaian. Jadi secara umum kimono adalah mengenakan pakaian. Kimono adalah salah satu dari produk budaya manusia Jepang yang sarat dengan nilai-nilai filosofis. Dengan adanya kimono sebagai identitas kultural yang melekat dalam masyarakat Jepang, menjadikan budaya sebagai proses organis yang hidup sesuai dengan perubahan zaman. Kimono tidak hanya sekedar menjadi identitas kultural tetapi juga mempunyai makna kearifan lokal yang ada dalam model pakaian kimono. Kimono mempunyai nama lain, gofuku (bahasa Jepang: 呉服 yang berarti pakaian dari zaman Go di Tiongkok ). Kimono yang dulunya sangatlah berat karena pengaruh dari baju tradisional Cina Han, yang sekarang dikenal hanfu atau dalam bahasa Jepang disebut kanfuku ( 漢服 ). Kimono Jepang yang berdasarkan pengertiannya berarti sesuatu untuk dipakai atau pakaian terbuat dari enam kain panjang. Jahit bersamaan enam potong dari kain tersebut secara simetris; kiri dan kanan, dan terbentuklah kimono. Disamping perbedaan-perbedaan kecil tergantung usia pemakainya, pada dasarnya kimono identik dalam bentuk untuk pria dan wanita di segala umur. Dan juga hanya ada satu ketentuan untuk memakai kimono; tarik kain kimono sisi kanan sampai ke dada sebelah kiri, kemudian timpa dengan menarik kain dari sebelah kiri ke sebelah kanan, lalu ikat dengan himo (sabuk) dan letakkan pada sebuah obi (selempang/ikat pinggang yang lebar). Dalaman dan luaran yang dipakai bersama kimono memiliki bentuk yang identik pula. Lapisan yang ringan, pembentuk bagian dalam dan luaran sangat cocok pada berbagai iklim dan variasi temperatur cuaca di Jepang. 3

Unsur yang menonjol pada kimono yaitu terdapatnya karakter dan corak dari kimono yang sangat unik. Unik jika dapat menggunakan pakaian tradisional Jepang tersebut. Pertama, teknik menggunakan atau memakai kimono yang tidak semua orang bisa memakainya. Kedua, sebagai simbol penghargaan terhadap kaum perempuan yang sangat menjaga adat ketimuran yaitu adat yang suka melihat perempuan berpakaian yang sopan dan pantas. Pemilihan jenis kimono yang tepat dibutuhkan pengetahuan tentang simbolisme dan isyarat atau kode terselubung yang dimiliki oleh berbagai jenis kimono. Filosofi kimono sendiri tidak sekeadar untuk menunjukkan identitas bangsa atau masyarakatnya, karena Jepang pada masa kini pun juga membawa pengaruh pada eksistensi kimono sebagai budaya. Pada perkembangan kimono, kini perlahan-lahan eksistensinya mulai tergeser oleh arus globalisasi dari budaya barat yang membuat kimono semakin lama kehilangan identitasnya. Untuk dimensi yang sangat menonjol dalam kimono dapat dilihat dari konsistensi bentuk, model dan karakter kimono yang tidak berubah. Walaupun pengaruh perkembangan busana modern begitu pesat di Jepang seperti harajuku, tapi tidak dapat menyamakan kimono yang mempunyai karakter sendiri. Dewasa ini, kimono mempunyai bentuk mengikuti abjad T, seperti mantel berlengan panjang dan berkerah. Kimono dibuat panjang hingga ke pergelangan kaki. Pada umumnya, kimono yang dipakai wanita berbentuk baju terusan. Sedangkan pada laki-laki, kimono berbentuk setelan. Kerah yang ada pada kimono harus berada dibawah kerah bagian kiri. Kemudian melilitkan sabuk kain yang disebut obi dibagian pinggang atau perut dan diikat di bagian punggung. 4

Pada masa sekarang, kimono lebih sering digunakan wanita pada waktuwaktu yang istimewa. Wanita yang belum menikah mengenakan sejenis kimono yang dinamakan furisode. Ciri khas dari furisode ini sendiri adalah lengan yang lebarnya hampir menyentuh lantai. Pria mengenakan kimono pada pesta atau perayaan formal seperti pada pesta pernikahan, upacara minum teh, dan acara formal lainnya. Pada anak-anak, kimono biasa dipakai ketika mengikuti perayaan Shichi-Go-San. Untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang fungsi dan spesifikasi kimono pada masyarakat Jepang penulis memfokuskan tulisan ini tentang Fungsi dan Jenis-Jenis Kimono pada Masyarakat Jepang sebagai skripsi. Dengan demikian penulis membuat judul skripsi ini Fungsi dan Jenis- Jenis Kimono pada Masyarakat Jepang. 1.2 Rumusan Masalah Kimono merupakan pakaian tradisional Jepang dimana ketika globalisasi barat mulai memperluas keberadaannya, kimono tetap menjadi pakaian yang mempunyai karakter dan ciri khas tersendiri bagi masyarakat Jepang. Kimono mempunyai banyak jenis dan masing-masing mempunyai fungsinya tersendiri. Tentang kapan, untuk apa dan apa saja jenis-jenis kimono. Serta hal-hal yang melengkapi kimono itu sendiri. Saat ini, kimono kebanyakan dipakai hanya pada saat acara atau perayaan besar dan formal. Misalnya seperti acara pesta pernikahan, acara upacara minum teh, dan acara formal yang mengharuskan memakai kimono. Kimono juga punya ketentuan dalam urutan pemakaian dan 5

penggunaannya. Dari hal tersebut dan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, ada 2 masalah yang akan dikaji dalam skripsi ini adalah : 1. Fungsi kimono bagi masyarakat Jepang 2. Jenis-jenis kimono pada masyarakat Jepang 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Untuk menghindari batasan yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis mencoba membatasi ruang lingkup penelitian pada kajian mengenai Fungsi dan Spesifikasi Kimono pada Masyarakat Jepang. Penulis sebelum memaparkan uraian pembahasan pada bab III akan menjelaskan terlebih dahulu tentang sejarah kimono, fungsi kimono, dan jenis-jenis kimono pada masyarakat Jepang. 1.4. Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka Kebudayaan adalah identitas bagi suatu bangsa yang dimiliki setiap orang dan diwarisi dari generasi ke generasi. Menurut Kroeber dan Kluckhohn (1952) mengumpulkan berpuluh-puluh defenisi yang dibuat ahli-ahli antropologi dan membaginya atas 6 golongan, yaitu : (1) depskriptif, yang menekankan unsurunsur kebudayaan, (2) Historis, yang menekankan bahwa kebudayaan itu diwarisi secara kemasyarakatan, (3) Normatif, yang menekankan hakekat kebudayaan sebagai aturan hidup dan tingkah laku, (4) Psikologis, yang menekankan kegunaaan kebudayaan dalam penyesuaian diri kepada lingkungan, pemecahan persoalan, dan belajar hidup, (5) Struktural, yang menekan sifat kebudayaan 6

sebagai suatu system yang berpola dan teratur, (6) Genetika, yang menekankan terjadinya kebudayaan sebagai hasil karya manusia (P.W.J.Nababan,1984 : 49). Herskovits dan Malinowski (http://id.wikipedia.org/wiki/budaya.html) mengemukakan, bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah ini disebut dengan Cultural-Determinism. Herskovist memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganik. Menurut Eppink ( http://id.wikipedia.org/wiki/budaya.html), Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan adat istiadat, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Dari berbagai defenisi tersebut, dapat diperoleh pengertian bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata. Sepanjang sejarahnya, Jepang banyak mengadaptasi budaya dari negaranegara lain seperti teknologi, adat istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang telah banyak mengembangkan budayanya yang unik mengintegrasikan masukan-masukan dari luar. Dewasa ini, gaya hidup orang Jepang sudah memadukan budaya tradisional di bawah pengaruh Asia dan budaya modern daerah Barat. 7

Seperti halnya banyak kebudayaan Jepang yang populer di negara-negara luar, pakaian tradisional Jepang juga salah satu daya tarik negara asing terhadap Jepang. Meskipun Jepang perlahan mengadaptasi sedikit budaya luar, tetapi Jepang tidak meninggalkan budaya asli itu sendiri. Sebagian besar dari kebudayaan Jepang juga merupakan percampuran unsure-unsur dari luar. Masyarakat Jepang sangat memberi perhatian pada kebudayaan, baik kebudayaan tradisional maupun kebudayaan baru. Beberapa diantaranya yaitu: Upacara minum teh Hari anak-anak Festival Hina Menikmati bunga sakura Dari banyaknya festival di atas, masyarakat Jepang biasanya mengenakan pakaian tradisional yaitu kimono. Penggunaan kimono pada masing-masing acara biasanya berbeda. Karena dalam penggunaan kimono memperhatikan beberapa hal diantaranya, usia, musim dan peristiwa itu sendiri. Sehubungan dengan perkembangan zaman, maka kimono juga mengalami perkembangan dari segi bentuk, jenis, dan fungsinya. 1.4.2. Kerangka Teori Menurut Nawawi (2001:39-40) setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. 8

Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disorot. Tidak mungkin melakukan penelitian tanpa teori dan tidak mungkin mengembangkan suatu teori tanpa adanya penelitian. Teori menyediakan konsep-konsep yang relevan, asumsi-asumsi dasar yang bisa digunakan, membantu dalam mengarahkan pertanyaan penelitian yang dapat diajukan dan membantu dalam memberikan makna terhadap data. Mengacu terhadap judul yang diangkat ada 2 teori yang akanu digunakan penulis yaitu teori Fungsionalisme Struktural dan teori Semiotik Pragmatik Arsitektur. Didalam pendekatan ini kita dapat melakukan penguraian data-data yang diperoleh secara kronologis. Teori Fungsionalisme Struktural yang mengutarakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari bagian dan struktur-struktur yang saling berkaitan dan saling membutuhkan keseimbangan, fungsionalisme struktural lebih mengacu pada keseimbangan (Robert K. Merton, 1937) (http://id.wikipedia.org/wiki/fungsionalisme_struktural.html). Teori ini menilai bahwa semua sistem yang ada di dalam masyarakat pada hakikatnya mempunyai fungsi tersendiri. Suatu struktur akan berfungsi dan berpengaruh terhadap struktur yang lain. Maka dari itu peristiwa mempunyai fungsi tersendiri yang dapat dihasilkan melalui suatu sebab dan akibat yang pada dasarnya dibutuhkan dalam masyarakat. Suatu benda kebudayaan tercipta tidak lepas dari kondisi sosial atau kehidupan di masyarakat. Demikian pula dengan adanya Kimono diantara 9

masyarakat Jepang yang kini menjadi salah satu identitas bagi negara Jepang sendiri yang erat kaitannya dengan masyarakat Jepang. Kimono sendiri mengalami perubahaan pemakaian oleh setiap orang tergantung zamannya dikarenakan politik, atau bahkan kebutuhan bagi masyarakat Jepang itu sendiri maka penelitian fungsi Kimono dapat dilakukan dengan teori Fungsionalisme Struktural. Semiotik pragmatik arsitektur menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan, dalam batas perilaku subyek. Dalam arsitektur, semiotik prakmatik merupakan tinjauan tentang pengaruh arsitektur (sebagai sistem tanda) terhadap manusia dalam menggunakan bangunan. Semiotik Pragmatik Arsitektur berpengaruh terhadap indera manusia dan perasaan pribadi (kesinambungan, posisi tubuh, otot dan persendian). Hasil karya arsitektur akan dimaknai sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya, hasil persepsi tersebut kemudian dapat mempengaruhi pengamat sebagai pemakai dalam menggunakan hasil karya arsitektur. Dengan kata lain, hasil karya arsitektur merupakan wujud yang dapat mempengaruhi pemakainya. Semiotik pragmatik arsitektur oleh Peirce dalam T.Christommy (2001:119) mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni sign (tanda), object (objek), dan interpretant (pengguna tanda). Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari 10

perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Benda hasil kebudayaan disamping dari segi fungsi tentu mempunyai makna bagi masyarakat. Kimono merupakan pakaian tradisional Jepang yang menjadi simbol bagi bangsa Jepang sendiri juga merupakan identitas bahwa salah satu budaya yang terdapat juga di dalam pakaian tradisional yang dikenakan masyarakat Jepang. Dari berbagai macam makna yang berevolusi tersebut maka penelitian akan jenis-jenis kimono dapat dilakukan menggunakan teori Semiotik Pragmatik Arsitektur. Untuk menganalisa masalah yang diangkat dalam skripsi ini dengan melihat fungsi dan jenis-jenis kimono pada masyarakat Jepang maka penulis menggunakan pendekatan Fungsionalisme Struktural dan Semiotik Pragmatik Arsitektur. 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan fungsi kimono pada masyarakat Jepang 2. Untuk mengetahui spesifikasi kimono pada masyarakat Jepang 11

1.5.2. Manfaat Penelitian 1. Penulisan ini diharapkan dapat menjadi referensi ataupun memberikan informasi bagi masyarakat secara umum maupun mahasiswa yang berminat terhadap kimono 2. Dengan adanya penulisan ini diharapkan Kimono dapat semakin dikenal oleh masyarakat luas sehingga membuat masyarakat luas tersebut tertarik mengetahui dan mempelajari hasil budaya Jepang khususnya tentang Kimono. 1.6. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian dalam menggunakan data. Metode memiliki peran yang sangat penting, metode merupakan syarat atau langkah-langkah yang dilakukan dalam sebuah penelitian (Djajasudarma, 1993:3). Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian fungsi dan spesifikasi kimono pada masyarakat Jepang adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif, bertujuan memperjelas secara tepat sifat-sifat individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekwensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala lain dalam masyarakat. Dalam hal ini sedikit banyaknya pengetahuan tentang masalah yang bersangkutan (Koentjraningrat,1991:29). Sedangkan menurut Hadari dan Mimi Martini (1994:176), penelitian yang bersifat kualitatif yaitu rangkaian kegiatan atau proses menjaring data atau informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi 12

aspek/bidang kehidupan tertentu pada objeknya. Penelitian ini tidak mempersoalkan sampel dan populasi sebagaimana dalam penelitian Kuantitatif. 13