I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Keberadaan hutan di Indonesia mempunyai banyak fungsi dan

I. PENDAHULUAN. ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang

I. PENDAHULUAN. secara lestari sumber daya alam hayati dari ekosistemnya.

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

PENDAHULUAN Latar Belakang

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

SMP NEGERI 3 MENGGALA

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan memiliki prospek baik, potensi hutan alam yang menarik. memiliki potensi yang baik apabila digarap dan sungguh-sungguh

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

I. PENDAHULUAN. perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA. Penjelasan Umum, Manfaat dan Fungsi Hutan. kesinambungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya (Pamulardi,1994).

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. kekayaaan sumber daya dan keanekaragaman hayati berupa jenis-jenis satwa maupun

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. UMUM. Sejalan...

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB. I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB I PENDAHULUAN. daerah pegunungan, pantai, waduk, cagar alam, hutan maupun. dalam hayati maupun sosio kultural menjadikan daya tarik yang kuat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

2014 POTENSI EKOWISATA DI KAWASAN TAMAN BURU GUNUNG MASIGIT KAREUMBI

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SKRIPSI HERIYANTO NIM : B

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.38/Menhut-II/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA ACARA MEMPERINGATI HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

2 Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Keunikan Kawasan Gunung Merapi Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena adanya interaksi yang kuat antar berbagai komponen di dalamnya, yaitu sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan hidup. Di kawasan Merapi hubungan antara manusia dan alam begitu dekat dan lekatnya, yang ditandai dengan bebasnya masyarakat masuk keluar hutan dan padatnya permukiman penduduk yang berbatasan langsung dengan hutan Merapi. Merapi juga lekat dengan komponan ekonomi, dimana pariwisata dan aktifitas ekonomi masyarakat sangat pesat berkembang seperti kawasan Kaliurang, Selo, dan Kinahrejo. Merapi juga sangat kaya dengan kekayaan budaya dan kearifan tradisional masyarakat yang secara lestari dipergunakan sebagai prinsip dasar melestarikan Merapi, seperti upacara adat labuhan dan ruwatan mata air dan sebagainya. Komponen lingkungan hidup adalah Merapi sebagai kawasan yang terdiri atas hutan negara, hutan rakyat, sumber air, dan wilayah penyangga untuk mencegah erosi bagi kawasan di bawahnya (hilir). Komponen tersebut membentuk sebuah ekosistem Merapi yang khas serta saling mempengaruhi dan terkait satu sama lain, sehingga apabila salah satu komponen mengalami gangguan akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam ekosistem secara keseluruhan.

Dengan demikian, dalam mengelola kawasan Merapi haruslah memberikan perhatian terhadap berbagai komponen tersebut sebagai sebuah kawasan ekosistem yang tidak dibatasi oleh garis batas administratif politis dan sektor tertentu (Anonim, 2000). 1.1.2. Kawasan Hutan Wisata Hutan wisata adalah kawasan hutan yang yang diperuntukkan secara khusus untuk dibina dan dipelihara guna kepentingan pariwisata dan wisata buru, yaitu : 1. Hutan yang memiliki keindahan alam, baik keindahan nabati, hewani maupun keindahan alamnya, baik keindahan alamnya sendiri mempunyai corak khas untuk dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan kebudayaan disebut taman wisata. 2. Hutan yang didalamnya terdapat satwa buru yang memungkinkan diselenggarakan perburuan yang teratur bagi kepentingan rekreasi disebut taman buru ( Anonim, 1967 ). Pembinaan hutan wisata berada dibawah Unit unit Pelaksana Tekhnis (UPT) Departemen Kehutanan Dirjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam ( PHPA ) seperti Balai Konservasi Sumber Daya Alam ( BKSDA ) dan Taman Nasional. Namun pengelolaan juga diserahkan kepada Perum Perhutani sebagai salah satu dari BUMN Departemen Kehutanan.

Adapun sasaran dari hutan wisata adalah : 1. Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi masyarakat luas dengan menikmati keindahan, keunikan serta kenyamanan suasana lingkungan yang alamiah. 2. Menyediakan tempat bagi sarana pengembangan ilmu pengetahuan flora, fauna, ekologi hutan serta pembinaan rasa cinta alam bagi generasi muda. 3. Memperluas kesempatan berusaha untuk membantu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan. 4. Meningkatkan pendapatan perusahaan. 5. Menunjang usaha pemerintah dan memajukan pembangunan sektor pariwisata ( Simon, 1988 ). Hutan Wisata Kaliurang merupakan salah satu hutan wisata alam yang cukup potensial untuk dikembangkan. Hutan ini terletak dilereng selatan Gunung Merapi di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman Propinsi DIY kawasan Gunung Merapi pada areal seluas 8.702,83 hektar. 1.1.3. Flora dan Fauna di Kawasan Hutan Wisata Kaliurang Hutan wisata merupakan salah satu wisata alam yang cukup potensial untuk dikembangkan karena hutan wisata dapat menggabungkan fungsi ekonomis dan konservasi sumber daya air serta hutan. Potensi aneka ragam flora dan fauna

merupakan potensi alam yang cukup untuk memberikan daya tarik dan minat bagi wisatawan. Jenis - jenis flora dan fauna yang terdapat di kawasan hutan wisata Kaliurang meliputi: 1. Pohon - pohonan (31 jenis ) 2. Tanaman obat (21 jenis ) 3. Burung (24 jenis ) 4. Mamalia (1 jenis ) 5. Ikan ( 5 jenis ) 6. Reptil ( 25 jenis ) 7. Binatang buas ( harimau ). Pelestarian hutan dapat terjadi apabila manusia mampu menjaga ekosistem lingkungan antara lain perlindungan terhadap komunitas flora dan fauna. Untuk mempertahankan keanekaragaman jenis yang tinggi, pengelolaan hutan wisata harus baik (Anonim, 1994). 1.1.4. Masalah Lingkungan Dalam Pembangunan Hutan Wisata Pembangunan pariwisata memiliki masalah ekologi yang khusus. Sumber daya lingkungan yang di eksploitasi untuk pariwisata harus mempunyai daya tarik dan keindahan yang menonjol agar menarik banyak pengunjung. Dengan dimanfaatkan hutan wisata untuk kepentingan rekreasi, maka akibatnya hutan menjadi kurang terlindungi. Kepunahan spesies di Indonesia terutama disebabkan oleh degradasi habitat (deforestasi, perubahan peruntukan lahan),bencana (kebakaran), eksploitasi secara tidak bijaksana (perburuan/pemanenan

liar) dan masuknya spesies asing invasif serta perdagangan satwa liar (Anonim, 2003). Komunitas flora dan fauna di hutan wisata menjadi rentan terhadap gangguan manusia. Perkembangan objek wisata dapat mengalami penurunan atau fase kematian/kepunahan karena berbagai penyebab internal dan eksternal. Penyebab internal misalnya karena dibuka jalan bagi pengunjung yang dapat masuk dengan leluasa ke dalam hutan dan pembangunan sarana dan prasana yang tidak tepat guna dan ramah lingkungan. Penyebab eksternal misalnya karena gangguan keamanan, atau dibukanya tempat wisata lain yang lebih menarik minat wisatawan. Peningkatan pembangunan sarana secara intensif dilakukan untuk mengakomodasi jumlah kunjungan yang terus meningkat antara lain pendirian hotel - hotel, tempat - tempat peristirahatan, restoran - restoran, dll. Paling kritis dan menentukan, karena peningkatan jumlah wisatawan dan pembangunan fasilitas seringkali menyebabkan dampak-dampak sosial dan lingkungan yang negatif. Penebangan hutan untuk produksi kayu yang berlebihan. Kerusakan hutan dan penurunan sumber daya hutan akibat penebangan liar tidak hanya terjadi di kawasan hutan produksi tetapi sudah masuk ke dalam kawasan hutan lindung dan taman nasional serta kawasan konservasi lainnya (Anonim, 2006). Dengan demikian, pembangunan fasilitas untuk keperluan pariwisata membutuhkan perencanaan yang cermat dan tepat, jangan sampai pembangunan pariwisata meyebabakan kerusakan pada ekosistem ( Supardi, 2003 ).

1.1.5. Kawasan Konservasi Kawasan konservasi adalah suatu kawasan yang terdiri atas lahan di suatu tempat dengan luas tertentu, yang memiliki lahan dan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, yang perlu dilindungi, dan dimanfaatkan secara bijaksana. Salah satu bentuk kawasan hutan yang diperlukan secara khusus untuk dibina dan dipelihara guna kepentingan pariwisata (Anonim,1967). Kawasan konservasi dapat menguntungkan secara finansial bagi instansi ataupun masyarakat luas bila dikembangkan sebagai objek wisata. Misalnya, pemandangan alami yang khas di suatu daerah konservasi dengan flora dan fauna yang langka. Tentu saja ada batas batas terkendali dalam pemanfaatannya, misalnya pada kondisi lingkungan, sarana dan prasarana. Apabila keduanya, yakni konservasi dan pariwisata diatur dengan baik, maka akan memperoleh manfaat yang menguntungkan bagi kepedulian masyarakat terhadap pentingnya konservasi alam dan perlindungan margasatwa (Arief, 2001 ). Tujuan konservasi adalah sebagai berikut: 1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan 2. Pengawetan beranekaragam jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. 3. Pemanfaatan secara lestari sumber daya hayati dan ekosistemnya (Anonim, 1967).

1.1.6. Budidaya dan Manfaat Tanaman Bambu Karena mudah tumbuh dan banyak terdapat di mana-mana, bambu nyaris dianggap tanaman biasa saja. Dianggap tidak punya kelebihan apa-apa, selain untuk keperluan sehari-hari tadi. Padahal, di negara-negara lain, bambu telah dibudidayakan secara serius dan dijadikan sumber devisa yang sangat penting. Budidaya tanaman bambu benar-benar diperhatikan, serta pemanfaatannya dimaksimalkan, akan mampu mendongkrak nilai ekonomis bambu itu sendiri, sekaligus meningkatkan penghasilan masyarakat pengguna bambu. Misalnya, di Cina, bambu telah berhasil mencapai taraf tinggi di bidang sumber daya ekonomi, lingkungan, dan kebudayaan masyarakat luas. Tanaman bambu hidup merumpun, mempunyai ruas dan buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran jauh lebih kecil dibandingkan dengan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini tumbuh akar-akar sehingga pada bambu dimungkinkan untuk memperbanyak tanaman dari potongan - potongan ruasnya, disamping tunas-tunas rumpunnya. Bambu mempunyai perakaran yang kuat, oleh karena rimpangnya bercabang-cabang. Kesatuan akar atau rimpang ini sukar dipisahpisahkan. Oleh karena itu bila buluhnya habis dipotong, rimpang ini dibiarkan tinggal di dalam tanah (Maradjo dkk. 1976). Bambu memiliki fungsi ekologis yang sangat baik terutama dalam watershed management dan memiliki beberapa keunggulan dibanding kayu, yaitu mempunyai rasio penyusutan yang kecil serta dapat melengkung/elastis tahan terhadap tekanan dan memiliki daya rentang yang tinggi. Bambu juga berguna sebagai tumbuhan pengikat karbondioksida, kanopi bambu mampu meningkatkan kapasitas air tanah

dan dapat mencegah erosi, juga dapat menyaring udara, dan mempunyai pesona daya tarik wisata yang tinggi (Sumardja, 2000 ). Terdapat lebih dari 20 jenis alat-alat musik bambu yang dibagi dalam 3 kelompok sesuai dengan metode-metode yang digunakan untuk menghasilkan suarasuara antara lain idiophone (instrument pukul) dengan alat musiknya angklung, calung, gambang dll. Aerophone (instrument tiup), alat musiknya hatong, suling, taleot dll serta chordophones (instrument petik/tali) alat musiknya celempung dll. Species bambu yang digunakan untuk pembuatan alat musik ini adalah jenis bambu Schizostachyum blumei, Gigantochloa apus (Widjaja, 2000). Bertolak dari uraian diatas, dan begitu banyak manfaat dari tanaman bambu itu sendiri, maka kondisi hutan perlu dijaga dan pelestarian terhadap tanaman bambu khususnya tanaman bambu betung yang berada di kawasan Hutan Kaliurang perlu diadakan, oleh karena itu diadakan penelitian tentang pola distribusi dan ekologi tanaman bambu di kawasan Hutan Kaliurang. 1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana pola distribusi tanaman bambu betung (Dendrocalamus asper (Schult. f.) Backer ex Heyne di kawasan Hutan Wisata Kaliurang? 2. Bagaimana pengaruh faktor - faktor lingkungan terhadap distribusi tanaman bambu betung?

1.3 Tujuan Permasalahan 1. Untuk mengetahui pola distribusi tanaman bambu betung pola distribusi tanaman bambu betung (Dendrocalamus asper (Schult. f.) Backer ex Heyne di kawasan Hutan Wisata Kaliurang. 2. Untuk mengetahui faktor - faktor lingkungan yang mempengaruhi distribusi bambu betung. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memberikan informasi tentang tanaman bambu betung sehingga dapat dijadikan kajian untuk kepentingan konservasi dan dalam pengelolaan Hutan Wisata Kaliurang. 2. Masyarakat diharapkan dapat menjaga dan melestarikan keberadaan tanaman bambu betung yang terdapat di kawasan Hutan Wisata Kaliurang. 3. Memberikan informasi tentang distribusi dan manfaat bambu betung yang terdapat di kawasan Hutan Wisata Kaliurang.