8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan September 009 sampai Januari 010. Bahan dan Alat Bahan tanam yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari tujuh genotipe dengan lima pembanding dari varietas komersial. Genotipe tersebut adalah B11-16/Mr15, CA0010-BBB/Mr15, E54--BBB/Mr15, N153/Mr15, N6/Mr15, (161/Nei9008-)/Mr15, dan (161/Nei9008-1)/Mr15. Genotipe ini adalah genotipe hibrida hasil pemuliaan BALITSEREAL, Maros, Sulawesi Selatan. Pembandingnya adalah Bima-, Bima-3 dan Bima-5 yang berasal dari BALITSEREAL, serta Bisi-16 dan P1 yang berasal dari perusahaan swasta. Selain itu bahan yang digunakan adalah pupuk kandang, urea, KCl, SP-36, dan pestisida. Pemenuhan kebutuhan nutrisi tanaman dengan pemberian pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang kambing sedangkan pupuk anorganik yang digunakan adalah Urea, SP-36, dan KCl. Dosis pupuk kandang 500 karung/ha, Urea 300 kg/ha dengan dua kali aplikasi, SP-36 100 kg/ha, dan KCl 50 kg/ha. Pestisida yang digunakan adalah Carbofuran 3G dengan dosis 8-16 kg/ha sekitar empat butir tiap lubang. Alat yang digunakan adalah alat pertanian, seed moisture tester, meteran kayu panjang, meteran plastik, penggaris, jangka sorong, timbangan digital, kamera digital, dan alat tulis.
9 Metode Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan faktor tunggal, yaitu genotipe tanaman. Percobaan ini terdiri dari empat kelompok dan masing-masing kelompok menyatakan ulangan. Setiap kelompok terdiri dari 1 genotipe yang ditempatkan secara acak sehingga dalam percobaan ini terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat 100 individu tanaman yang ditanam dalam empat baris sehingga keseluruhan percobaan terdiri dari 4 800 individu tanaman. Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut : Y ij = µ + α i + β j + ε ij i = 1,, 3,...,1 dan j = 1,, 3, 4 Y ij = respon pengamatan dari satuan percobaan genotipe ke-i µ = nilai tengah populasi α i β j ε ij = pengaruh genotipe ke-i = pengaruh kelompok ke-j = pengaruh galat percobaan genotipe ke-i dan kelompok ke-j Perbedaan genotipe yang dievaluasi diuji dengan uji F, bila hasil uji perlakuan berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Dunnet pada taraf nyata 5 %. Pelaksanaan Penelitian Persiapan lahan Jarak tanam yang digunakan adalah 70 cm 0 cm dan ukuran petakan 3 m 5 m. Jarak antar ulangan 80 cm sehingga lahan yang diperlukan 835. m. Pengolahan tanah menggunakan cangkul dengan menggunakan metode pengolahan tanah minimal. Lahan dibagi menjadi empat petakan besar dengan masing-masing petak menyatakan ulangan. Jarak antar ulangan berfungsi untuk memudahkan pengamatan.
10 Penanaman Penanaman dilakukan pada lubang tanam yang dibuat dengan tugal sedalam ± 3 cm dan masing-masing lubang ditanami benih. Setiap lubang diberikan Carbofuran 3G untuk mencegah serangan lalat bibit. Pemupukan Pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang yang diaplikasikan seluruhnya setelah pengolahan tanah. Urea diaplikasikan setengah dosis pada saat tanam sedangkan SP-36 dan KCl diaplikasikan seluruhnya pada saat penanaman. Aplikasi urea setengah sisanya pada 4 minggu setelah tanam (MST). Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyiangan gulma, penjarangan, pembumbunan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman. Penjarangan dan pembumbunan dilakukan pada umur 4 MST bersamaan dengan pemupukan urea kedua. Pengairan dilakukan dengan penyiraman yang intensif setelah penanaman karena musim kemarau sedangkan fase pertumbuhan awal sangat membutuhkan air untuk tumbuhnya benih. Pengamatan Karakter yang diamati meliputi : A. Data Tanaman Pengamatan dilakukan pada lima tanaman dari dua baris yang berada di tengah petakan. Jadi, total pengamatan setiap genotipe adalah 10 tanaman. a. Umur anthesis (hari) Umur anthesis dihitung bukan pada saat tassel muncul tetapi pada saat setelah diproduksinya serbuk sari (pollen) 50 % dari populasi dua baris tengah pada plot. b. Umur reseptif (hari) Umur reseptif dihitung ketika rambut telah keluar (silking) sepanjang > cm 50 % dari populasi dua baris tengah pada plot.
11 c. Umur masak fisiologis (hari) Umur masak fisiologis dihitung ketika terbentuk black layer pada biji jagung dengan melihat warna kelobot yang telah berubah menjadi warna kuning kecoklatan seperti terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Warna Kelobot pada Saat Jagung Mencapai Masak Fisiologis d. Tinggi tanaman (cm) Tanaman jagung tidak akan bertambah tinggi setelah stadia pembungaan. Pengukuran dapat dilakukan pada saat menjelang panen. Pengukurannya dari dasar tanaman di permukaan tanah sampai pangkal terakhir bunga jantan (daun bendera) seperti terlihat pada gambar. Gambar. Cara Pengukuran Tinggi Tanaman e. Tinggi kedudukan tongkol (cm) Pengukurannya bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman. Pengukuran dari permukaan tanah sampai dasar kedudukan tongkol seperti terlihat pada Gambar 3. Bila tanaman mempunyai dua tongkol, maka diambil tongkol yang teratas atau tongkol yang lebih normal perkembangannya.
1 Gambar 3. Cara Pengukuran Tinggi Tongkol f. Lingkar batang (cm) Pengukurannya dilakukan pada ruas batang 10 cm di atas permukaan tanah setelah tassel muncul. Sebelum dilakukan pengukuran kelobot daun yang menempel dilepaskan terlebih dahulu seperti pada Gambar 4.. Gambar 4. Cara Pengukuran Diameter Batang B. Data Tongkol a. Jumlah tongkol yang dipanen Seluruh tongkol yang dipanen pada dua baris tengah kecuali tongkol-tongkol yang sangat kecil dan hanya mempunyai beberapa biji tidak dihitung. b. Bobot tongkol basah Menimbang bobot tongkol yang dipanen pada dua baris bagian tengah atau sebanyak 50 tanaman tanpa kelobot. Setelah ditimbang bobot kotor tongkol diambil 10 tongkol tanaman sampel per petak kemudian dipipil bijinya dua baris. Setelah itu biji yang dipipil dicampurkan dan diukur kadar air dengan alat ukur Seed Moisture Tester. Pengukuran data kadar air (KA) air biji waktu
13 panen harus dilakukan pada hari yang sama dengan pengukuran Bobot Tongkol Kupasan. c. Bobot tongkol kering Menimbang bobot tongkol yang sudah dijemur pada dua baris bagian tengah kemudian dilakukan pengukuran kadar air yang kedua untuk faktor konversi menjadi bobot kering pada kadar air 15 %. d. Bobot per tongkol Bobot per tongkol diukur pada 10 tongkol contoh dari dua baris tengah setiap petak. e. Panjang tongkol (cm) Panjang tongkol diukur pada pangkal munculnya biji sampai dengan ujung tongkol setelah dikeringkan pada tongkol contoh. f. Diameter tongkol Diameter tongkol diukur pada tiga bagian, yaitu pangkal, tengah, dan ujung tongkol setelah dikeringkan pada tongkol contoh. g. Jumlah baris biji per tongkol Jumlah baris dalam tongkol dohitung dengan melihat baris yang mendekati penuh satu baris atau setengahnya. Jumlah baris jagung selalu genap. h. Jumlah biji per tongkol Jumlah biji dihitung dengan mengalikan jumlah biji dalam satu baris dan jumlah baris dalam tongkol. i. Bobot 1000 biji dalam kadar air 15 % Menghitung ini tidak harus menunggu pengukuran KA 15 %. Biji yang telah dipipil sejumlah 1000 butir dapat langsung ditimbang dan diukur KA biji pada saat ditimbang kemudian dikonversi pada KA 15 %. j. Bobot biji pipilan kering Penghitungan bobot biji pipilan kering dilakukan pada dua baris tanaman bagian tengah per plot. k. Bobot biji per tongkol Bobot biji per tongkol didapatkan dari 10 tongkol contoh dari dua baris tengah.
14 Analisis Data 1. Analisis data diawali dengan melakukan uji normalitas terhadap data. Data yang diolah adalah data rata-rata dari 10 contoh setiap satuan percobaan dalam setiap ulangan.. Langkah berikutnya adalah melakukan analisis sidik ragam dengan uji F pada data yang menyebar normal dan homogen (Tabel 1). Tabel 1. Sidik Ragam dan Komponen Pendugaan Ragam (Poespodarsono, 1988) Sumber Keragaman Derajat bebas Kuadrat Tengah (KT) E (KT) Genotipe a 1 KT g σ e + b σ g Ulangan b 1 KT u σ e + a σ u Error (a 1)(b 1) KT e σ e b = jumlah ulangan, a = jumlah perlakuan (genotipe), σ g = ragam genotipe, σ u = ragam ulangan, σ e = ragam lingkungan 3. Jika analisis ragam menunjukkan nilai berbeda nyata maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji lanjut Dunnet pada taraf 5 %. 4. Heritabilitas pada tanaman yang dihitung adalah heritabilitas dalam arti luas yaitu perbandingan antara ragam genotipe dan fenotipe. h G P V ( G) V ( P) G = ragam genotipe P = ragam fenotipe (Weber and Wrickle, 1986) 5. Cara menghitung ragam genotipe dan fenotipe menurut Liu (1998) KTg KT e G ; E KTe ; b E P G b b = jumlah ulangan
6. Koefisien Keragaman Genetik (KKG) dihitung dengan rumus (Sings dan Chaudhary, 1977) sebagai berikut. KKG KKG X g 100% = koefisien keragaman genetik g = ragam genetik X = nilai tengah populasi 7. Koefisien korelasi Pearson dihitung dengan rumus (Sings dan Chaudhary, 1977) : r xy Cov( x, y) V ( x) * V (( y) 15 r xy = koefisien korelasi peubah x dan y Cov ( x, y) = peragam antara sifat x dan y V (x) = ragam sifat x V ((y) = ragam sifat y