Oleh: Joko Purwanto FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap atau perilaku siswa

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH PERKEMBANGAN BELAJAR MOTORIK

KONSEP BELAJAR GERAK. Oleh: Joko Purwanto FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

2015 MOD IFIKASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI D ALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang A Wahid Hasyim, 2014 Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Motivasi Siswa Dalam Aktivitas Pembelajaran Renang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KISI-KISI SOAL UKG TAHUN 2015 PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN JENJANG SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

KISI-KISI SOAL UKG TAHUN 2015 PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN Jenjang SMA

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang dapat ditandai dengan perubahan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

KISI KISI PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

KISI-KISI SOAL UKG TAHUN 2015 PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN Jenjang SD

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

YUSRA FAUZA, 2015 PENGARUH KIDS ATHLETICS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR SISWA SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN VARIASI GERAK DASAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN ROUNDERS MELALUI PERMAINAN TARGET

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian siswa, yakni saat remaja menguasai pola-pola perilaku yang khas

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BIMBINGAN DAN KONSELING ADALAH STRATEGI UNTUK MENEMUKAN KEHIDUPAN DAN BELAJAR YANG EFEKTIF DAN PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. normal, namun anak anak yang memiliki keterbelakangan mental juga

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

Oleh: Joko Purwanto FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

EMOSI DAN SUASANA HATI

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Modul 1. Overview Materi Pembahasan

PERUBAHAN DALAM TAHAPAN HARGA DIRI Harga diri itu adalah sangat tinggi selama masa awal kanak-kanak kanak. Kemudian jatuh pada tahun pertama dari seko

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Shinta Rizki N, 2013

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR

1. PENDAHULUAN. pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan. pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang masih melaksanakan

1.5 Mengidentifikasi potensi peserta Mengidentifikasi potensi kognitif peserta didik sekolah menengah pertama dalam

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP KERJASAMA SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi. aspek kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan

BAB II KAJIAN TEORI. pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Hal ini didukung oleh Suryabrata,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

The Social Learning Theory of Julian B. Rotter

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jaringan intraseluler. Sedangkan yang dimaksud dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. wajib dilaksanakan di lingkungan persekolahan formal seperti di SD, SMP, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai bagian dari. Pendidikan Nasional, memiliki peranan sangat penting, yaitu

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMK PGRI 2 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan terdapat nilai-nilai yang baik, luhur, dan pantas untuk dikembangkan

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

USULAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS MODEL EVALUASI KEBUGARAN JASMANI BAGI ANAK TAMAN KANAK-KANAK. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, SMK menjadi alternatif untuk melanjutkan pendidikan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, nilai dan norma kepada manusia yang dapat di harapkan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat di puaskan satu persatu, karena memiliki standard masing masing.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deni Pazriansyah, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

Transkripsi:

Oleh: Joko Purwanto FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Sukses akuisisi informasi atau keterampilan baru tergantung pada tingkat kesiapan individu. Kesiapan dapat didefinisikan dalam hal faktor fisiologis dan psikologis yang mempengaruhi kemampuan dan kemauan individu untuk belajar.

Kesiapan fisiologis yang diperlukan dalam perkembangan anak-anak adalah kekuatan, fleksibilitas, dan daya tahan, serta pengembangan berbagai sistem organ, ke suatu tingkat bahwa anakanak dapat mengontrol tubuh mereka dalam kegiatan jasmani.

Kesiapan psikologis peserta didik mengacu pada keadaan pikiran, perasaan atau sikap terhadap belajar keterampilan tertentu. Dengan kata lain keinginan dan kemauan untuk belajar, akan mempengaruhi seseorang memperoleh keterampilan tertentu. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif guru harus ingat kesiapan fisiologis dan psikologis individu.

Guru di dalam merencanakan kegiatan belajar harus menyadari adanya karakteristik kognitif, afektif, dan jasmani individu serta pengalaman masa lalu individu. Pengetahuan ini akan membantu guru merencanakan suasana kondusif untuk belajar. Guru harus menyusun pengalaman belajar sehingga individu berhasil daripada frustrasi yang mungkin datang dari belajar suatu tugas yang terlalu sulit atau di luar kemampuan individu pada saat itu.

Guru mungkin perlu memodifikasi tugas untuk membuatnya lebih mudah atau lebih menantang. Sebagai contoh, banyak tim bisbol Little League sudah mulai membiarkan anakanak muda memukul bola dari sebuah batting tee. Penyesuaian ini dilakukan karena menyadari bahwa anak-anak yang lebih muda mengalami kesulitan melacak dan memukul objek bergerak.

Dengan membiarkan anak-anak untuk memukul bola diam - di atas batting tee - anak-anak dapat melatih keterampilan menyerang, atau memukul, dan pengalaman sukses dalam usaha mereka. Tentu saja memukul bola dari tee lebih memuaskan anak-anak daripada lemparan bola dan luput.

Menyesuaikan tugas ajar kemampuan individu memerlukan pertimbangan kesiapan fisiologis individu. Perencanaan pengalaman belajar yang berhasil akan meningkatkan kesiapan psikologis individu untuk belajar.

Piaget menyatakan bahwa belajar berlangsung paling cepat bila pengalaman belajar dirancang untuk kemampuan jasmani dan intelektual individu. Guru pendidikan jasmani seyogyanya mengikuti saran ini dan mencocokkan pengalaman belajar dengan tingkat perkembangan individu. Guru harus mengerti perkembangan intelektual, afektif, dan motorik.

Perkembangan motorik adalah studi tentang asal-usul dan perubahan perilaku gerak semua usia. Perkembangan motorik meliputi studi biologi dan pengaruh lingkungan pada perilaku gerak dari masa kanak-kanak ke usia tua. Melibatkan pemahaman bagaimana perilaku gerak dipengaruhi oleh integrasi psikologis, sosiologis, kognitif, biologis, dan faktor mekanis.

Sebagai bidang studi dalam pendidikan jasmani, perkembangan motorik jejak akarnya kembali pada tahun 1930-an. Pada saat ini para peneliti awal seperti Bayley, Gesell dan Thompson, McGraw, dan Shirley mempelajari rangkaian perkembangan motorik pada anak-anak, dimulai pada masa bayi. Pekerjaan mereka menuju pemahaman yang lebih baik dari urutan pembangunan pola gerakan dewasa. Para peneliti menemukan bahwa anak-anak memperoleh keterampilan yang bervariasi, urutan belajar anak-anak itu relatif konstan, yaitu urutan pembelajaran adalah sama. Kontributor terkemuka lain pada akhir tahun 1940-an Anna Espenshade, Ruth Glassow, dan G. Lawrence Rarick, berusaha untuk melukiskan hubungan pertumbuhan dan perkembangan penampilan manusia. Perkembangan motorik sebagian besar dianggap berkaitan erat dengan proses pematangan manusia.

Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti mempelajari perkembangan motorik menganut pendekatan yang lebih komprehensif yang terbaik tercermin dalam dua tren utama terlihat dalam bidang ini: Pertama, perkembangan motorik adalah proses berkelanjutan dan bahwa hal itu harus dipelajari di usia. Pendekatan tradisional terfokus pada perkembangan motorik selama tahun-tahun awal kehidupan. Para peneliti mencoba untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan motorik anak-anak saat mereka tumbuh dari masa kanak-kanak sampai masa remaja dan memahami proses yang terlibat dalam gerak dari rendah ke tinggi tingkat kompetensi keterampilan. Peneliti mengenali pentingnya mempelajari perkembangan, termasuk perkembangan motorik,

Kedua, studi tentang perkembangan motorik hari ini menekankan pertimbangan dari berbagai faktor yang mempengaruhi semua aspek perkembangan. Perkembangan adalah proses yang sangat saling berkaitan. Gallahue menjelaskan, "perkembangan mempelajari dalam hal domain (kognitif, afektif, psikomotorik), perilaku yang berkaitan dengan usia (bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, usia menengah, usia tua), dan bias dari lingkungan atau biologis". Ketika mempelajari perkembangan motorik, seseorang harus mempertimbangkan interaksi biologis, lingkungan, kognitif, dan afektif pengaruhnya pada perilaku gerak individu dalam periode usia tertentu. Jadi profesional harus mempertimbangkan individu dalam perencanaan perkembangan total pengajaran dalam aktivitas jasmani. Gallahue menunjukkan, adanya pemisahan perilaku menjadi tiga domain - kognitif, afektif, dan psikomotorik - dapat mengakibatkan studi masing-masing sebagai entitas yang terpisah dari pembangunan manusia dan belajar. Profesional tidak boleh kehilangan pandangan tentang keterkaitan perkembangan manusia. Seperti pernyataan Nichols dalam buku tentang dasar pendidikan jasmani, kita tidak boleh lupa bahwa kita

Pengetahuan tentang perkembangan motorik dan kemampuan untuk secara akurat menilai masing-masing tingkat perkembangan yang penting dalam merencanakan pengalamanpengalaman yang tepat untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan motorik bagi orang-orang dari segala usia. Faktor lain yang memiliki pengaruh kuat adalah motivasi belajar.

Motivasi adalah faktor dasar dalam belajar. Istilah motivasi mengacu kepada suatu kondisi dalam diri individu yang memulai aktivitas diarahkan ke arah tujuan. Studi tentang motivasi terfokus pada penyebab perilaku, khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi inisiasi, pemeliharaan, dan intensitas perilaku.

Kebutuhan dan dorongan membentuk kerangka dasar untuk motivasi. Ketika kebutuhan individu tidak dipenuhi, mereka tergerak untuk melakukan sesuatu tentang hal itu. Keinginan ini mendorong orang untuk mencari solusi untuk kebutuhan yang dikenali melalui jalur tindakan yang tepat. Hal ini mungkin memerlukan tindakan praktik, usaha, penguasaan ilmu, atau tindakan lain untuk sukses. Sebagai contoh, seorang individu yang lapar menjadi termotivasi untuk mencari makanan, sedangkan pada tingkat kognitif individu yang ingin lulus ujian berkeinginan untuk memperoleh pengetahuan yang diperlukan.

Motivasi mengacu pada hasrat individu untuk bertindak. Mungkin dianggap sebagai keinginan atau dorongan seseorang untuk mencapai tujuan & untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Kebutuhan bisa fisiologis atau psikologis. Istilah drive mengacu pada konsep stimulus untuk bertindak. Motivasi, misalnya, dapat dikaitkan dengan dorongan berlatih untuk memenuhi kebutuhan menjaga tubuh sehat. Faktor yang memotivasi mungkin internal, yang dihasilkan dari keinginan individu itu sendiri untuk menjadi bugar, atau mungkin hasil dari beberapa kekuatan luar, seperti tekanan rekan.

Meskipun motif internal di alam, mungkin dipengaruhi oleh pengaruh eksternal. Motif yang menyebabkan seorang individu untuk berpartisipasi dalam olahraga, misalnya, dapat bersifat internal atau eksternal. Motif seperti keinginan untuk mengembangkan tubuh, untuk bersenang-senang, untuk menguji batas-batas seseorang adalah contoh motif internal untuk belajar. Keinginan untuk memenangkan penghargaan, untuk meredakan tekanan untuk partisipasi dari orang tua, atau untuk memenangkan uang adalah contoh motif eksternal untuk berpartisipasi. Seorang karyawan mungkin memutuskan untuk berpartisipasi dalam program fitness, seorang karyawan karena keinginan untuk meningkatkan status kesehatannya (motivasi internal), di sisi lain, karyawan dapat berpartisipasi karena dia ditekan untuk melakukannya oleh bos (motivasi eksternal). Motivasi internal lebih kondusif untuk belajar dan penampilan positif dan partisipasi berkelanjutan daripada motivasi eksternal. Nilai kegiatan seharusnya menjadi bujukan untuk belajar dan partisipasi bukan hadiah atau hukuman. Dalam program pendidikan jasmani, motif sebgai keinginan untuk mengembangkan tubuh, keinginan untuk belajar keterampilanketerampilan gerak dasar dan akhirnya mengembangkan keterampilan lebih maju untuk permainan khusus, atau keinginan untuk melakukan yang terbaik adalah wajar dan harus didorong.

Guru pendidikan jasmani harus mengetahui motif untuk partisipasi individu dalam program pendidikan jasmani. Motif individu untuk belajar dan partisipasi mungkin sangat berbeda, jadi mempertimbangkan perbedaan individu adalah penting. Sebagai contoh, beberapa peserta dalam program fitness, seorang karyawan dapat termotivasi untuk bergabung (internal), yang lain kehadirannya disarankan oleh majikan mereka, mungkin termotivasi secara eksternal dan bahkan mungkin enggan untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Selama program, motivasi eksternal peserta dapat mengembangkan motivasi internal. Perubahan ini dapat terjadi karena guru pendidikan jasmani membuat program yang menantang, bermakna, dan memuaskan kepada karyawan.

Tindakan guru pendidikan jasmani sering memiliki dampak positif pada motivasi individu. Dalam program pendidikan jasmani tidak semua individu akan termotivasi untuk tingkat yang sama untuk mempelajari keterampilan baru, bahkan, beberapa individu mungkin tidak termotivasi untuk belajar sama sekali. Guru dapat meningkatkan motivasi individu untuk belajar melalui penetapan tujuan yaitu menantang, dapat dicapai, merupakan tujuan bagi individu. Motivasi juga dapat ditingkatkan dengan penataan lingkungan belajar untuk keberhasilan dan dengan membuat pengalaman belajar yang positif dan menyenangkan. Tingkat motivasi individu juga dapat ditingkatkan melalui penguatan.

Guru pendidikan jasmani harus cermat terhadap kebutuhan untuk memberikan penguatan keterampilan belajar dan perilaku mereka ketika penampilan yang dikehendaki terjadi. Penguatan adalah menggunakan peristiwa, tindakan, dan perilaku untuk meningkatkan kemungkinan respon tertentu (misalnya, keahlian atau perilaku) berulang. Mungkin penguatan positif atau negatif. Penguatan dianggap positif bila diberikan berikut respon yang diinginkan, dan dipandang negatif bila tidak diikuti berikut respon yang dikehendaki. Memberikan dorongan, pujian, atau "tepukan di punggung" keberhasilan pelaksanaan sebuah keterampilan adalah contoh positif. Pengakuan keberhasilan seorang individu tidak hanya akan berfungsi untuk memperkuat keterampilan memperbaiki penampilan tetapi juga akan memotivasi individu cenderung untuk melanjutkan atau dalam usahanya untuk menguasai keterampilan. Jika guru pendidikan jasmani melecehkan individu yang gagal untuk melakukan keterampilan, guru pendidikan

Ada dua jenis penguatan yang nyata dan tidak berwujud. penguatan nyata adalah barang-barang seperti medali atau uang. Penguatan berwujud termasuk pujian lisan, sebuah "tepukan di punggung", atau anggukan persetujuan ". Penelitian menunjukkan bahwa penguatan ini lebih efektif bila diberikan segera setelah respons daripada tertunda. Penguatan acak cenderung lebih efektif daripada penguatan terus-menerus. Penguatan yang efektif harus bermakna, penting, atau yang dikehendaki oleh penerima. Penguatan, motivasi, kesiapan, dan pengembangan kekuatan penting dalam belajar. Pertimbangan penting lainnya dalam perencanaan untuk pembelajaran adalah perbedaan individu.

Dalam setiap situasi belajar, baik itu dengan anak-anak atau orang dewasa, guru harus memberikan perbedaan individual di antara para peserta didik. Pentingnya perbedaan individu dalam perkembangan motorik, kesiapan, motivasi, dan penguatan telah dibahas. Guru juga harus mempertimbangkan faktor-faktor lain ketika merencanakan untuk belajar.

Perbedaan dalam latar belakang sosial dan ekonomi harus dipertimbangkan - beberapa individu berasal dari keluarga kelas menengah sementara yang lain dari kelas bawah. Faktor-faktor ini sangat mempengaruhi pengalaman individu terbawa ke situasi belajar. Seperti perbedaan dalam kemampuan jasmani antara individu dalam situasi belajar. Perbedaan dalam kecerdasan dan gaya belajar lebih berimplikasi pada cara di mana keterampilan harus diajarkan. Perbedaan-perbedaan kepribadian juga harus dipertimbangkan. Beberapa individu pemberani, sementara yang lain pemalu dan menarik diri. Beberapa individu sangat ingin mencoba keterampilan baru, sementara yang lain enggan atau terintimidasi oleh prospek mempelajari sesuatu yang baru.

Merancang pengalaman belajar untuk mengakomodasi perbedaan individu memerlukan perencanaan yang cermat dan komitmen pada pihak guru pendidikan jasmani. Ini bukan tugas yang mudah untuk merancang pengalaman belajar untuk beragam kemampuan, tetapi bukan tidak mungkin. Guru pendidikan jasmani harus berusaha untuk membantu setiap individu untuk menjadi yang terbaik.