BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. terbitnya. Keberagaman suatu majalah tersebut ditentukan berdasarkan target

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

Media massa berperon dalam menanamkan false consciousness,

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Mutia Rahmi Pratiwi Pengantar Sosiologi Program Studi Ilmu Komunikasi. Pendekatan Sosiologi terhadap Masalah Sosial di Masyarakat dan Media Massa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya

BAB I PENDAHULUAN. system komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam menciptakan brand identity, position, dan image yang kuat

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam hal ini lembaga pendidikan merupakan institusi yang dipandang paling

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tayangan 86 merupakan sebuah program televisi dengan genre reality show yang tayang di NET TV setiap

Interpretasi Pembaca Terhadap Materi Pornografi dalam. Komik Hentai Virgin Na Kankei

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, terutama media televisi yang selalu menayangkan berbagai acara seperti,

Sesi 8: Pemberitaan tentang Masalah Gender

42, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 arah dan tujuan lembaga tersebut. Konsep bersistem ini biasa disebut dengan ideologi. Salah satu ideologi yang ser

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat

CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

SUAMI IBU, SUAMI SAYA FIKSI PATRIARKIS DJENAR MAESA AYU OLEH: MARIA ULFAH NIM: A1B102019

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB IV PENUTUP. menggunakan analisis semiotik John Fiske tentang representasi asimilasi etnis

JURNALISME BERPERSPEKTIF GENDER

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan

I. PENDAHULUAN. penelitian dari penelitian mengenai citra perempuan dalam novel Bidadari-

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN IKLAN

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda. Penggolongan manusia tersebut disebut dengan ras

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, media massa sudah menjadi kebutuhan penting bagi khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media massa adalah perpanjangan alat indra. Dengan media massa khalayak memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang tidak kita alami secara langsung. Media massa datang menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan politik, sehingga tak heran apabila media massa menjadi satu kebutuhan bagi manusia. Dibalik fungsinya sebagai perpanjangan alat indra dan tempat informasi, media massa juga dapat menjadi realitas tangan-kedua (second hand reality) atau dalam artian realitas yang ditampilkan oleh media adalah realitas yang sudah diseleksi. Sehingga khalayak yang menggunakan media massa dapat membentuk citra tentang lingkungan sosial berdasarkan realitas kedua yang ditampilkan oleh media massa (Rakhmat,2008:224). Ditengah maraknya media massa yang terus berkembang, saat ini khalayak haruslah cermat dalam menentukan media massa yang terbaik, dan sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini dikarenakan sebuah media massa dapat mempengaruhi khalayak melalui isinya. Terlebih lagi, tidak semua media massa mampu memberikan sebuah realitas yang akan berdampak positif bagi khalayaknya, karena seringkali sebuah media massa secara terus-menerus menyajikan sebuah realitas yang keliru atau negatif. 1

Menurut Van Den Haag (dalam Rakmat, 2008: 226) media massa bukan saja menyajikan realitas kedua, tetapi karena distorsi, media massa juga menipu khalayak, memberikan citra dunia yang keliru. Pengaruh media massa terasa lebih kuat, karena pada masyarakat modern seringkali mereka memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa, dan pada saat yang sama, sulit untuk mengecek kebenaran yang disajikan oleh media itu sendiri. Stuart Hall juga berpendapat bahwa, media massa adalah instrument kekuasaan kelompok elite, dan media berfungsi menyampaikan pemikiran kelompok yang mendominasi masyarakat, terlepas apakah pemikiran itu efektif atau tidak (Morissan,2013:535). Oleh karenanya, tak heran apabila orang-orang atau kelompok yang berkuasa tetap memiliki kekuasaan, sementara yang kurang berkuasa menerima mentah-mentah apa yang telah disajikan oleh media itu sendiri. Hal inilah yang sering terlihat pada masyarakat Indonesia, dimana khalayak seringkali menerima apapun yang disajikan oleh media massa secara mentah-mentah tanpa menyaringnya terlebih dahulu, sehingga apapun yang disajikan oleh media massa seringkali dianggap benar oleh khalayaknya. Menurut buku Communication Theories, karya John R. Baldwin, Stephen D. Perry dan Marry Anne Moffitt (2004), khalayak dapat memahami isi berbagai media yang mereka konsumsi melalui interpretasi tanda dan struktur isi dari media itu sendiri. Oleh karena itu, sangatlah berbahaya apabila sebuah media secara terus-menerus menampilkan sebuah realita yang negative, karena dikhawatirkan dapat mempengaruhi khalayak yang mengkonsumsinya. 2

Tak hanya itu saja, karena media massa dapat melaporkan dunia nyata secara selektif, sudah tentu dampak dari media massa itu sendiri juga dapat mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang timpang, bias, dan tidak cermat. Hal inilah yang disebut dengan stereotip. Stereotip adalah gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi, atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise, dan seringkali timpang dan tidak benar. Seperti misalnya, di sejumlah media massa Indonesia, khususnya televisi, perempuan seringkali ditampilkan sebagai mahkluk cengeng, senang kemewahan, dan cerewet. Penampilan seperti inilah yang bila dilakukan terusmenerus, akan menciptakan stereotip pada diri khalayak media massa tentang orang, objek atau lembaga (Rakmat,2008: 226). Media yang menghasilkan stereotip memiliki peran besar terhadap pengabdian diskriminasi, gangguan, kekerasan terhadap kelompok tertentu, dan penggambaran gender dalam dunia nyata (Mufid,2009: 262). Bahaya dari stereotip yang ditimbulkan oleh media tentu saja dapat membawa ketidakadilan sosial bagi mereka yang menjadi korban. Seperti misalnya penggambaran perempuan yang sering tampil sebagai perayu, penindas, dan bahkan sebagai pecundang dalam berbagai media massa saat ini. Terjadinya ketidakadilan gender dalam pemberitaan perempuan di media massa tidak terlepas dari posisi perempuan dalam masyarakat. Masyarakat Indonesia seringkali memegang stereotip bahwa laki-laki berada di wilayah kiri (aktif, beradab, rasional dan cerdas) sedangkan perempuan di wilayah kanan (pasif, dekat dengan alam, emosional, kurang cerdas) (Mufid, 2009: 281). 3

Dalam kehidupan sosial, pada hubungan perempuan dan laki-laki, posisi perempuan selalu ditempatkan pada posisi wengking, orang belakang, subordinasi perempuan selalu yang kalah, namun sebagai pemuas pria, pelengkap dunia laki-laki. Hal-hal inilah yang direkonstruksi dalam media massa. Keindahan perempuan menempatkan perempuan dalam stereotip perempuan dan membawa mereka ke sifat-sifat di sekitar keindahan itu, seperti perempuan harus tampil menawan, pandai mengurus rumah tangga, memasak, tampil prima, untuk menyenangkan suami dan pantas diajak ke berbagai acara, cerdas serta sumber pengetahuan dan moral keluarga. Stereotip ini menjadi ide dan citra sekaligus sumber eksploitasi perempuan di berbagai media (Bungin,2009: 356). Keindahan perempuan dan kekaguman lelaki terhadap perempuan adalah cerita klasik dalam sejarah umat manusia. Hal ini lah yang seringkali menjadi dominan dalam inspirasi banyak pekerja seni dari masa ke masa. Menurut Bungin, dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi Masyarakat, mengatakan bahwa ketika perempuan menjadi simbol dalam seni-seni komersial, maka kekaguman-kekaguman terhadap perempuan itu menjadi diskriminatif, tendesius, dan bahkan menjadi subordinasi dari simbol-simbol kekuatan lakilaki, dan terkadang mengesankan perempuan menjadi simbol-simbol kelas sosial, dan kehadirannya dalam kelas tersebut hanya karena kerelaan yang dibutuhkan laki-laki (Bungin,2009:355). Tidak dapat dipungkiri bahwa ketidakadilan gender terhadap perempuan yang terjadi di berbagai media massa saat ini adalah rekonstruksi terhadap dunia realitas perempuan itu sendiri. Sehingga, akan berbahaya 4

apabila ketidakadilan gender yang dialami oleh perempuan ini dieksploitasi secara terus-menerus melalui media massa. Persoalan gender memang sangat merugikan perempuan yang tidak hanya dalam tayangan televisi, media cetak seperti novel fiksi juga kerap kali menjadi alat untuk mendobrak ketidakadilan gender itu sendiri. Padahal, novel atau buku merupakan jendela informasi dunia, khususnya untuk kaum perempuan. Sehingga sangat disayangkan apabila sebuah novel atau buku tidak dapat menyajikan sebuah perspektif dalam gender yang adil. Demikian misalnya di dalam novel Cinta 24 Jam karya Andrei Aksana, yang menggambarkan seorang tokoh perempuan bernama Giana, dengan status sebagai janda yang pernah menikah tiga kali. Giana juga digambarkan sebagai seorang pembantu, yang kemudian berubah menjadi seorang artis terkenal, dengan menggunakan tubuhnya untuk mendapatkan sebuah peran. Tokoh Giana juga digambarkan sebagai perempuan yang dengan mudah dapat melepaskan kehormatannya untuk seorang laki-laki yang baru saja dikenalnya. Selain tokoh Giana, tokoh Minar yang merupakan ibu dari Giana dalam novel ini, digambarkan sebagai penjual jamu dan hamil di luar nikah dengan hubungan gelap bersama pelanggan tetap jamunya. Novel Cinta 24 Jam adalah Novel Bestseller karya Andrei Aksana pada tahun 2004 hingga mengalami cetakan ketiga, yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Meskipun ada sebagian yang memuji novel karya Andrei Aksana ini, novel yang juga dikemas dengan diselingi beberapa bait puisi tersebut juga memperoleh reaksi dari para pembacanya yang tidak setuju dengan novel tersebut. Seperti yang diutarakan oleh pembaca novel tersebut di 5

sebuah situs blog, bahwa novel tersebut tidak jauh berbeda dengan ceritacerita di Koran kuning, yang hanya menjual sensualitas. Pengarang novel sering kali mencoba menggiring pembacanya pada suatu tafsiran yang ia inginkan. Namun, di dalam novel Cinta 24 Jam, Andrei Aksana sering kali menggambarkan tokoh perempuannya sebagai sosok yang tidak berdaya dan mudah takluk terhadap pria. Hal ini tentu sangat berbahaya, karena dapat semakin memperluas ketidakadilan gender yang telah terjadi di kehidupan masyarakat sebenarnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana bentuk-bentuk ketidakadilan gender perempuan yang digambarkan pada tokoh Giana dan Minar dalam novel Cinta 24 Jam. Tidak hanya itu, salah satu alasan peneliti memilih novel sebagai bahan penelitian adalah karena novel memiliki kekuatan sebagai suatu media massa yang dapat dikonsumsi berulang-ulang dan tidak terbatas oleh waktu, sehingga bentuk ketidakadilan gender tersebut akan dapat lebih mudah mempengaruhi khalayak yang mengkonsumsinya, apabila dibandingkan dengan media massa lainnya yang hanya dapat tayang atau dikonsumsi sekali saja. Sehingga diharapkan penelitian ini dapat mengkritisi dan mengurangi ketidakadilan gender perempuan yang sering terjadi di dalam kehidupan suatu masyarakat, khususnya untuk masyarakat Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk-bentuk ketidakadilan gender 6

perempuan dikonstruksikan pada tokoh Giana dan Minar dalam novel Cinta 24 Jam karya Andrei Aksana? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui bagaimana ketidakadilan gender perempuan dikonstruksikan melalui para tokohnya yaitu Giana dan Minar dalam novel Cinta 24 Jam karya Andrei Aksana. 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan studi analisis semiotika. 2. Kegunaan Praktis Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi penelitian selanjutnya. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi khalayak untuk bisa bersikap melek media, dan juga untuk media massa agar bisa menyajikan konten yang inspiratif dan bermanfaat bagi khalayak, serta dapat mengurangi penggambaran stereotipe dan ketidaksetaraan gender yang sering terjadi di media massa. 7