Elsa Martini Jurusan PWK Universitas Esa Unggul, Jakarta Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk Jakarta

dokumen-dokumen yang mirip
ADITYA PERDANA Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA.

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

POLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman *

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. yang tentu saja akan banyak dan bervariasi, sampah, limbah dan kotoran yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan jumlah penduduk di Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PENINGKATAN PELAYANAN OPERASIONAL PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA BANDA ACEH TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI LINGKUNGAN PERUMAHAN STUDI KASUS : KAMPUNG BANJAR SARI KELURAHAN CILANDAK BARAT, JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas kehidupan masyarakat di perkotaan, menyebabkan bertambahnya volume

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Implementasi Perda No 02 Tahun 2011 Di Kota Samarinda (Ghea)

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

BAB I PENDAHULUAN. yang datang ke Yogyakarta untuk tujuan wisata, pendidikan, ataupun tinggal dan

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN,

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR, TAHUN 2014 TENTANG MASTER PLAN PERSAMPAHAN KOTA MOJOKERTO WALIKOTA MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Optimisasi pengalokasian sampah wilayah ke tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Surakarta dengan model integer linear programming

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Permukiman Sehat Yang Bersih Dari Sampah

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia menuntut Pemerintah Daerah untuk

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

'., 1 "i~' ,} '/' ~%~.' ~.-,...~~.~.'*''? ._~l. «:,J:;;:f?Ij~ .-, /J><:,.::' 'h'l.,:,.(/' vr:~ -..-:>~ "'~J",. 8J~PJ>~Pl5~ ~ d"kkh~

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk dan laju ekonomi yang semakin meningkat serta

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PENGARUH LOKASI TPS SAMPAH DI BAWAH JEMBATAN TERHADAP KEGIATAN MASYARAKAT DENGAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN UU RI & PERDA YANG TERKAIT DIDALAMNYA (STUDI KASUS KELURAHAN TANJUNG DUREN SELATAN) Elsa Martini Jurusan PWK Universitas Esa Unggul, Jakarta Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk Jakarta 11510 elsa.riza@esaunggul.ac.id Abstrak Penumpukan sampah dan pengaturan sampah yang tidak terkoordinasi dengan baik masih merupakan fenomena yang sering terjadi di beberapa kota di Indonesia terutama DKI Jakarta yang memiliki jumlah penduduk lebih dari sepuluh juta jiwa. Urbanisasi, tata letak penentuan lokasi tempat penampungan sementara (TPS), sistem persampahan yang belum sempurna terkoordinasi merupakan penyebab terjadinya kegagalan dalam penanggulangan masalah sampah. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh lokasi TPS Dipo terhadap kegiatan masyarakat dengan implementasi kebijakan UU RI dan PERDA yang terkait didalamnya. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanjung Duren Selatan, dimana wilayah Kelurahan Tanjung Duren Selatan memiliki 7 RW dan 91 RT dengan jumlah penduduk 28.231 jiwa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lokasi TPS Dipo bawah jembatan Tanjung Duren terhadap kegiatan masyarakat dengan implementasi kebijakan UU RI yang terkait didalamnya. Hasil dari analisis menunjukan bahwa masyarakat Kelurahan Tanjung Duren Selatan merasakan dampak yang nyata dari keberadaan TPS Dipo dibawah jembatan Tanjung Duren berupa adanya kemacetan, dampak bagi kesehatan lingkungan berupa polusi udara, polusi air dan polusi suara dan lain-lain. Sedangkan hasil dari implementasi kebijakan UU RI dan PERDA masih belum berpengaruh dengan kondisi saat ini. Kata kunci: lokasi TPS sampah, kegiatan masyarakat, implementasi kebijakan Pendahuluan Penumpukan sampah dan pengaturan sampah yang tidak terkoordinasi dengan baik masih merupakan fenomena yang sering terjadi di beberapa kota di Indonesia terutama DKI Jakarta yang memiliki jumlah penduduk lebih dari sepuluh juta jiwa. Urbanisasi, tata letak penentuan lokasi tempat penampungan sementara (TPS), sistem persampahan yang belum sempurna terkoordinasi merupakan penyebab terjadinya kegagalan dalam penanggulangan masalah sampah. Masalah ini antara lain meluasnya pemukiman kumuh, menumpuknya sampah, terbatasnya fasilitas umum seperti prasarana air minum dan ruang terbuka hijau, pedagang kaki lima, transportasi, pencemaran udara, meningkatnya kriminalitas dan berbagai masalah kependudukan yang lain. Salah satu masalah pelik yang sulit dipecahkan adalah masalah Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 219

sampah, mengingat volume sampah yang cenderung terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pemukiman serta keterbatasan lahan untuk pembuangan akhir. Permasalahan pengelolaan persampahan menjadi sangat serius di perkotaan akibat kompleksnya permasalahan yang dihadapi dan kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga pengelolaan persampahan sering diprioritaskan penanganannya di daerah perkotaan (Moersid, 2004). Permasalahan dalam pengelolaan sampah sering terjadi antara lain perilaku dan pola hidup masyarakat masih cenderung mengarah pada peningkatan laju timbulan sampah yang sangat membebani pengelola kebersihan, keterbatasan sumber daya, anggaran, kendaraan personil sehingga pengelola kebersihan belum mampu melayani seluruh sampah yang dihasilkan.sehingga diperlukan sistem pengelolaan persampahan yang memadai. Pelaksanaan pengelolaan persampahan sangat dipengaruhi komponen komponen yang mendukung yaitu aspek teknis, kelembagaan, hukum atau peraturan, pembiayaan maupun peran serta masyarakat. Berbagai sumber sampah yang memberikan kontribusi terhadap timbulan sampah kota Jakarta berasal dari antara lain permukiman, perkotaan, pasar, layanan kesehatan, fasilitas umum. Sampah kota sekitar 60 80 % berasal dari permukiman atau rumah tangga. Dengan adanya kepadatan penduduk serta penduduk yang ilegal yang berada pada bantaran kali dan dekat dengan tempat penampungan sementara (TPS) tersebut, menyebabkan penumpukan sampah dan pengaturan sampah yang tidak terkoordinasi dengan baik. Hal ini dapat terlihat pada beberapa wilayah di DKI Jakarta terutama wilayah Jakarta Barat, Kebun Jeruk, jalan Arjuna Utara. Adanya penumpukan sampah di jalan dan di bawah jembatan dikarenakan tempat penampungan sementara (TPS) berada tepat di bawah jembatan tersebut. Penumpukan sampah ini dapat menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat setempat seperti pencemaran lingkungan, kemacetan jalan, bahaya kebakaran, polusi udara dikarenakan bau yang menyengat, kebisingan, sampah yang berserakan, debu dan binatang binatang pembawa penyakit seperti tikus dan lalat. Adapun ancaman bahaya yang tidak terlihat oleh mata seperti lindi / leachet yang merupakan polutancair hasilpembusukan sampah bila masuk ke badan air dapat mencemari lingkungan sehingga berdampak pada penurunan mutu lingkungan hidup di sekitarnya dan apabila dikonsumsi oleh masyarakat bisa menimbulkan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Lebih lanjut, sampah juga dapat menimbulkan konflik sosial dengan masyarakat yang ada di sekitarnya akibat penguasaan lahan oleh kelompok orang yang hidup dari pemulungan. Pada pasal 1 ayat 5 dalam UU RI no.18 tahun 2008 yaitu pengelolaan sampah adalah setiap orang dan / atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah. Pada pasal 1 ayat 6 dalam UU RI no.18 tahun 2008 yaitu tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah di angkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan / atau tempat pengolahan sampah terpadu. UU no.23 tahun 1999 tentang pengelolaan lingkungan hidup telah disebutkan hak, kewajiban dan peran serta, pada Bab III pasal 5, 6 dan 7 yaitu: 1. Pasal 5 membahas mengenai hak setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup. Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 220

Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Pasal 6 membahas mengenai kewajiban Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. 3. Pasal 7 membahas mengenai peran serta Masyarakat mempunayi kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pelaksanaan ketentuan pada ayat (1), dilakukan dengan cara: 1. Meningkatkan kemandirian, keberadaan masyarakat dan kemitraan. 2. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat. 3. Menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan social. 4. Memberikan saran pendapat. 5. Menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan laporan. PERDA no. 6 tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi DKI Jakarta 2010 menyebutkan bahwa: 1. Lokasi Sanitary Landfill untuk bagian Barat dan Selatan. 2. Pengembangan stasiun peralihan antara. 3. Pengembangan penggunaan incinerator. 4. Perluasan penggunaan teknik composting dan alternative teknologi lain dalam pengelolaan pembangunan recycle plant. 5. Peningkatan peran serta masyarakat melalui konsep 3R (Recycle, Reuse dan Reduce). 6. Perluasan penggunaan metode pemilahan sampah disumber, didalam proses pengangkutan dan di TPA. Ruang Lingkup Spasial Lingkup wilayah studi adalah Kelurahan Tanjung Duren Selatan. Kelurahan Tanjung Duren Selatan memiliki luas wilayah sekitar 176.90 Ha yang terdiri dari 7 RW dan 91 RT. Kelurahan Tanjung Duren Selatan sesuai dengan arahan RTRW Jakarta Barat tahun 2010, mempunyai fungsi sebagai kawasan permukiman dan perdagangan. Metode Penelitian Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan mengenai penentuan lokasi TPS sampah terhadap persepsi masyarakat, akan dilakukan memlaui penyebaran kuesioner untuk disampaikan kepada responden yaitu masyarakat yang bertempat tinggal pada kawsan sekitar TPS sampah yang berada di Kelurahan Tanjung Duren Selatan. Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel atau teknik sampling dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Sampel diambil dari sejumlah populasi secara random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak terhadap kelompok masyarakat yaitu yang merupakan anggota keluarga yang sudah cukup umur (dewasa), berperan utama dalam keluarga dan cukup mengerti terhadap persoalan yang ada mengenai latar belakangnya di dalam bermukim di sekitar lokasi TPS sampah, sehingga setiap Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 221

responden yang dipilih dianggap mewakili sejumlah kk yang ada di Kelurahan Tanjung Duren Selatan. Populasi yang menjadi sasaran penelitian adalah kelompok masyarakat (anggota keluarga) yang dipilih berdasarkan criteria criteria yang telah ditentukan sebagai sasaran populasi yaitu kelompok masyarakat Kelurahan Tanjung Duren Selatan yang lokasi permukimannya dekat dengan TPS sampah. Populasi untuk data primer dalam penelitian ini adalah Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Jakarta Barat yang berjumlah 28.231 jjiwa. Untuk memperoleh deskripsi pendapat (opini) populasi dan jumlah sampel maka penulis menggunakan teknik sampling, metode yang digunakan adalah teknik stratified random sampling (sampel stratafikasi)) ciri utamanya ialah setiap unsure dari keseluruhan populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Dengan menggunakan rumus slovin dalam menentukan jumlah sampel yang akan digunakan dalam studi ini. n> N ----------- 1+Ne2 Keterangan: n : ukuran sampel minimum yang akan diambil N : ukuran populasi e : persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan yang masih dapat ditolerir. Perhitungan jumlah sampel berdasarkan rumus slovin: n> N -------------- 1+ Ne2 n> 28231 -------------- 1+ 28231x0,12 n> 28231 -------------- 28232x0,01 n> 28231 -------------- 282.32 n> 99,99 Dari hasil perhitungan diperoleh besar sampel adalah 99,99 lalu dibulatkan menjadi 100 untuk memudahkan perhitungan dalam bentuk persentasenya. Pada studi ini survey dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada kelompok masyarakat yang mengacu terhadap KK yang ada di wilayah yang telah ditetapkan sebagai sampel. Didalam menyebarkan kuesioner penyaji akan mendatangi responden. Kuesioner diisi oleh responden dengan panduan penyaji. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yang bersifat deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu situasi kondisi, ataupun suatu peristiwa yang bertujuan untuk membuat suatu gambaran, deskripsi secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta fakta, sifat sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 222

Analisis Pada bab ini penulis akan memaparkan dan mengemukakan hasil penelitian mengenai identifikasi factor yang mempengaruhi penentuan lokasi TPS sampah pada Kelurahan Tanjung Duren Selatan dengan jumlah responden 99 orang. Data yang dikumpulkan meliputi data primer yang diperoleh dengan melakukan penelitian secara langsung dengan metode survey terhadap responden di Kelurahan Tanjung Duren Selatan. Dilengkapi dengan data sekunder yang diperoleh dari perpustakaan, BPS, kantor Kelurahan Tanjung Duren Selatan, kantor Suku Dinas Persampahan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan kuesioner sebagaimana telah disebutkan pada bab sebelumnya. Dari data yang dikumpulkan menunjukan adanya distribusi frekuensi yang signifikan terhadap identifikasi factor yang mempengaruhi penentuan lokasi TPS sampah pada wilayah tersebut. Pengolahan data yang dipakai penulis untuk mengetahui factor yang mempengaruhi penentuan lokasi TPS sampah menggunakan metode distribusi frekuensi dengan alat bantu program SPSS. Tanggapan Responden Mengenai Lokasi TPS Dipo Dibawah ini adalah data mengenai tanggapan responden mengenai lokasi TPS yang sekarang. Hasil pengolahan data primer di bawah ini dibagi kedalam 5 kategori yaitu sebagai berikut: Tabel 1 Tanggapan Responden mengenai lokasi TPS Dipo No. Kriteria Frekuensi Persentase 1. Sangat tidak 2. Tidak 36 36,4% 52 52,5% 3. Setuju 11 11,1% 4. Sangat 5. Sangat sekali 0 0 0 0 Jumlah 99 100% Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sebagian responden yang menjawab lokasi TPS yang sekarang tidak layak adalah 36,4% dan 52,5%. Sedangkan responden yang menjawab lokasi TPS sekarang sudah layak lokasinya adalah 11,1%. Dominannya responden yang memilih jawaban tidak (52,5%) dan sangat tidak (36,4%) lebih besar ketimbang responden yang memilih jawaban (11,1%) lebih kecil ketimbang responden yang memilih jawaban (52,5%). Tanggapan Responden Mengenai Prasarana dan Sarana TPS Dipo Berikut ini adalah data mengenai tanggapan responden mengenai prasarana dan sarana TPS Dipo. Hasil pengolahan data primer di bawah ini dibagi kedalam 5 kategori yaitu sebagai berikut: Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 223

Tabel 2 Tanggapan Responden Mengenai prasarana dan sarana TPS Dipo No. Kriteria Frekuensi Persentase 1. Sangat tidak 2. Tidak 2 2% 57 57,6% 3. Setuju 35 35,4% 4. Sangat 5. Sangat sekali 5 5,1% 0 0 99 100% Data di atas menunjukan 57,6% masyarakat yang memilih pilihan responden jawaban tidak, mengindikasikan bahwa prasarana dan sarana TPS Dipo tidak memadai. Sedangkan 35,4% responden mengatakan prasarana dan sarana TPS Dipo sudah memadai. Tanggapan Responden Mengenai Lokasi TPS Dipo terhadap Dampak Kesehatan Lingkungan Sekitar. Berikut ini adalah data mengenai tanggapan responden mengenai lokasi TPS Dipo dengan dampak kesehatan lingkungan sekitar. Tabel 3 Tanggapan responden mengenai lokasi TPS Dipo dengan dampak kesehatan lingkungan No. Kriteria Frekuensi Persentase 1. Ya 60 60,6% 2. Tidak 39 39,4% Jumlah 99 100% Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 224

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar responden di Kelurahan Tanjung Duren Selatan yaitu sebesar 60,6% mengetahui dampak buruk mengenai kesehatan lingkungan sekitar TPS yang dapat mempengaruhi kualitas air tanah, udara dan lain-lain. Ini mengindikasikan bahwa pengetahuan responden tentang kesehatan lingkungan sudah cukup baik, banyak responden sudah mengerti bahaya laten yang diakibatkan oleh keberadaan TPS yang dekat dengan permukiman diantaranya debu penyakit, hewan vector pembawa penyakit, pencemaran lingkungan, bahaya kebakaran, polusi udara, kebisingan, ceceran sampah, bau, dan bahaya yang tidak kasat mata seperti lindi yang mencemari badan air dan apabila dikonsumsi oleh masyarakat bisa menimbulkan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Sedangkan responden yang lain sebesar 39,4% masih belum menyadari dampak buruknya. Tanggapan Responden Mengenai keadaan lalu lintas pada Lokasi TPS Dipo terhadap kawasan sekitarnya. Berikut ini adalah data tanggapan responden mengenai keadaan lalu lintas pada lokasi TPS Dipo terhadap kawasan sekitarnya. Hasil pengolahan data primer dibawah ini di bagi dalam 5 kategori yaitu sebagai berikut Tabel 4 Tanggapan Responden mengenai keadaan lalu lintas pada lokasi TPS Dipo terhadap kawasan sekitarnya. No. Kriteria Frekuensi Persentase 1. Ya 82 82,6% 2. Tidak 17 17,4% Jumlah 99 100% Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar responden di Kelurahan Tanjung Duren Selatan yaitu sebesar 82,6% merasakan dampak kemacetan yang terjadi di ruas jalan sekitar lokasi TPS Dipo pada pagi hari dan siang hari sampai sore hari. Sedangkan responden yang lain sebesar 17,4% tidak terlalu merasakan dampak kemacetan yang disebabkan oleh adanya TPS Dipo bawah jembatan ini. Tabel 5 Tanggapan Responden Mengenai Sistem Keorganisasian yang ada (petugas yang mendukung). No. Kriteria Frekuensi Persentase 1. Sangat tidak 0 0 2. Tidak 24 24,2% 3. Setuju 74 74,7% 4. Sangat 1 1% 5. Sangat 0 0 sekali Jumlah 99 100% Bila melihat angka pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa 74,7% responden menjawab, tingginya angka tanggapan responden yang menyatakan bahwa system keorganisasian sudah baik tetapi perlu adanya penambahan Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 225

petugas di lapangan agar jadwal pengangkutan lebih fleksibel. Implementasi Kebijakan UU RI no.18 tahun 2008 Pada pasal 1 ayat 5 dalam UU RI no.18 tahun 2008 yaitu pengelolaan sampah adalah setiap orang dan / atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah. Pada pasal 1 ayat 6 dalam UU RI no.18 tahun 2008 yaitu tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah di angkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan / atau tempat pengolahan sampah terpadu. Pada pasal 22 ayat 1 dalam UU RI no.18 tahun 2008 yaitu tentang penanganan sampah 1. Kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada pasal 19 huruf b meliputi a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan sampah dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan/atau sifat sampah. b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ketempat pembuangan sementara atau tempat pengolahan pengolahan sampah terpadu. c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir. d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah; dan /atau e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Pada Implementasi kebijakan di atas masih belum begitu terlihat pada system kebersihan di Kelurahan Tanjung Duren Selatan dikarenakan masalah SDM dengan jumlah tenaga PNS unsur staf dan tenaga lapangan kurang memadai. Mengenai lokasi TPS Dipo sendiri masih kurang layak dikarenakan keterbatasan lahan, status / kepemilikan lahan, adanya penolakan dari masyarakat bila TPS dilokasikan dekat perumahan dan permukiman. Dilihat dari sarana dan prasarana dinas kebersihan masih kurang dikarenakan jumlah armada/truk sampah sebagian besar sudah berusia tua, jumlah alat berat/shouvel loader masih kurang, bertambahnya tupoksi Dinas Kebersihan untuk menangani sampah saluran PHB dan Taman. UU no.23 tahun 1999 tentang pengelolaan lingkungan hidup telah disebutkan hak, kewajiban dan peran serta, pada Bab III pasal 5, 6 dan 7 yaitu: 1. Pasal 5 membahas mengenai hak setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup. orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Pasal 6 membahas mengenai kewajiban Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. 3. Pasal 7 membahas mengenai peran serta Masyarakat mempunayi kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 226

berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pelaksanaan ketentuan pada ayat (1), dilakukan dengan cara: 4. Meningkatkan kemandirian, keberadaan masyarakat dan kemitraan. 5. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat. 6. Menumbuh kembangkan ketanggap segeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan social. 7. Memberikan saran pendapat. 8. Menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan laporan. Pada Implementasi kebijakan dengan kondisi yang ada masih kurang adanya partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan sekitar khususnya TPS Dipo ini dikarenakan pada penanganan di sumber rumah tangga sebagian besar sampah rumah tangga belum terpilah, pengangkutan sampah masih menggunakan gerobak sampah konvensional tanpa penutup, pilah sampah masih parsial dan penanganan 3R belum terkoordinasi maksimal. PERDA no. 6 tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi DKI Jakarta 2010 menyebutkan bahwa: 1. Lokasi Sanitary Landfill untuk bagian Barat dan Selatan. 2. Pengembangan stasiun peralihan antara. 3. Pengembangan penggunaan incinerator. 4. Perluasan penggunaan teknik composting dan alternative teknologi lain dalam pengelolaan pembangunan recycle plant. 5. Peningkatan peran serta masyarakat melalui konsep 3R (Recycle, Reuse dan Reduce). 6. Perluasan penggunaan metode pemilahan sampah disumber, didalam proses pengangkutan dan di TPA. Pada Implementasi kebijakan dengan kondisi di Kelurahan Tanjung Duren Selatan, dalam pemberdayaan masyarakat masih kurang ini terlihat dari rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan sekitar TPS Dipo dikarenakan lokasi yang relative tidak dekat dengan perumahan dan permukiman warga Kelurahan Tanjung Duren Selatan. Peningkatan peran serta masyarakat melalui konsep 3R belum terkoordinasi secara maksimal. Kesimpulan Dari hasil analisis pengolahan data primer diketahui kondisi lokasi TPS Dipo yang berada di bawah jembatan masih belum memadai, hal ini dapat diketahui melalui proses pengamatan serta pengolahan data primer, masyarakat yang menyatakan bahwa kondisi lokasi TPS Dipo tidak memadai yaitu 86,9%. Ini dikarenakan keterbatasan lahan milik Pemerintah Daerah, status/kepemilikan lahan yang sebagian besar adalah milik masyarakat sehingga masyarakat walaupun sadar bahwa lokasi TPS Dipo tersebut belum memadai tetapi mereka juga menolak bila lokasi TPS Dipo dipindahkan dekat dengan perumahan dan permukiman. Sarana dan prasarana TPS Dipo sudah memadai, hal ini dapat diketahui melalui proses pengamatan serta pengolahan data primer, masyarakat yang menyatakan sudah memadai yaitu 57,6 %. Masyarakat berpendapat bahwa sarana dan prasarana sudah memadai hanya saja perlu adanya pemeliharaan alat-alat pengangkutan oleh pihak swasta dalam hal ini pihak yang mengelola serta peran dari Pemerintah Daerah yang seharusnya memantau. Dari hasil analisis pengolahan data primer diketahui dampak kesehatan lingkungan di sekitar TPS Dipo sangat Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 227

memprihatinkan, ini dapat dilihat melalui proses pengamatan serta pengolahan data primer, masyarakat yang menyatakan kondisi memprihatinkan yaitu 60,6 %. Walaupun perumahan dan permukiman masyarakat relative tidka dekat dengan lokasi TPS Dipo tetapi masyarakat juga terkena dampak polusi yang diakibatkan oleh timbulan sampah yang berceceran keluar TPS Dipo sehingga mengakibatkan bau yang menyengat, banyaknya binatang vector yang membawa penyakit contohnya lalat, tikus dan lain-lain. System Keorganisasian dinas kebersihan mendapatkan hasil melalui pengolahan data primer dan pengamatan yaitu 74,7% masyarakat menyatakan system keorganisasian dinas kebersihan sudah baik, hanya perlu adanya penambahan tenaga lapangan untuk menunjang pengangkutan dari sumber rumah tangga ke TPS Dipo. Pada implementasi kebijakan UU RI dan PERDA maka dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya implementasi tersebut dengan kondisi sekarang. Harus ada keseriusan antara pemerintah daerah dengan masyarakat dalam melaksanakan peraturan dari UU RI dan PERDA tersebut sehingga keberhasilan dalam pengelolaan sampah dan pengelolaan lingkungan hidup dapat terlaksana dengan baik. Pengaruh lokasi TPS Dipo Sangat tidak Tabel 6 Kesimpulan Hasil Penelitian Tidak Distribusi frekuensi Setuju Sangat Sangat sekali Kesimpulan Lokasi TPS Dipo 36,4 52,5 11,1 Merupakan factor pengaruh tinggi Sarana dan prasarana TPS Dipo Lokasi TPS Dipo terhadap dampak kesehatan lingkungan Keadaan lalu lintas pada lokasi TPS Dipo terhadap kawasan sekitar System Keorganisasian 2 57,6 35,4 5,1 Merupakan factor pengaruh rendah 60,6 39,4 Merupakan factor pengaruh tinggi 62,6 17,4 Merupakan factor pengaruh tinggi 24,2 74,7 1 Merupakan factor pengaruh rendah Sumber hasil analisis Daftar Pustaka Azwar, A, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Yayasan Mutiara, Jakarta, 1990 Hadiwijoto, S, Penanganan dan Pemanfaatan Sampah, Yayasan Idayu, Jakarta, 1983 Murtadho, D dan S.E. Gumbira, Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Padat, PT. Melton Putra, Jakarta, 1988 Suriawiria, U, Mikrobiologi Air dan Dasar dasar Pengolahan Buangan Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 228

Secara Biologis, Alumni, Bandung, 1996 Soemarwoto, Otto, Ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan. Santosa, Achmad dan Arimbi Horoepoetri, Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah, Jakarta, 1998 Undang-undang RI no.18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah Undang undang RI no.23 tahun 1999 tentang pengelolaan lingkungan hidup Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 229