BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN KEARSIPAN DINAMIS BADAN NARKOTIKA NASIONAL

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BNN NOMOR 7 TAHUN 2014 TANGGAL 28 MARET 2014 BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2011 TANGGAL : 30 Juni 2011

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN KEMENTERIAN KEHUTANAN

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Ta

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN KEMENTERIAN KEHUTANAN

2016, No Kehutanan tentang Pedoman Tata Kearsipan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Retensi. Arsip. Keuangan.

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 93 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS PEMERINTAH DAERAH

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN

2017, No d. kearsipan untuk mendukung tata kelola organisasi yang baik; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huru

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektron

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 31 B 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 31 B TAHUN 2010 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5286); 3

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG

pemerintah maupun hak-hak keperdataan masyarakat maka penyelenggaraan kearsipan di lingkungan Kota Pangkalpinang harus dikelola secara komprehensif, d

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN

WALI KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG,

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOGOR dan BUPATI BOGOR

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS KOMISI PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS

2 Tahun 1999 Nomor 167; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tent

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU, Arsip. Retendi. Jadwal

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.724, 2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kearsipan. Penyelenggaraan. Pedoman.

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN NASIONAL SADAR TERTIB ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); 3. Undang-Undang Nomor 8

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 54 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP URUSAN KEARSIPAN

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM

PROVINSI JAWA BARAT KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNURNUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ' KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP FASILITATIF NON KEUANGAN DAN NON KEPEGAWAIAN

BAB III PENGURUSAN ARSIP

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG TATA KEARSIPAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Rep

NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2014 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN UNIT KEARSIPAN PADA LEMBAGA NEGARA

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

KATA PENGANTAR. Sekretaris Dewan Pertimbangan Presiden, Garibaldi Sujatmiko

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 667, 2014 ANRI. Retensi Arsip Polhukam. Pertahanan. Pedoman.

2 menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan tentang Jadwal Retensi Arsip Fasilitatif Bidang Keuangan di Kementerian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ANRI. Retensi Arsip. Perekonomian. Lingkungan Hidup. Pedoman.

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENETAPAN JADWAL RETENSI ARSIP

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN UNIT KEARSIPAN PADA LEMBAGA NEGARA

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan L

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KLASIFIKASI ARSIP BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Kementerian sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh at

BAB II LANDASAN TEORI

Arsip Nasional Republik Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2006 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PENYELENGGARAAN KEARSIPAN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN 47 HLM, LD Nomor 3 TAHUN 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan tentang Jadwal Retensi Arsip Fasilitatif Kepegawaian Aparatur Sipil Neg

SISTEMATIKA JADWAL RETENSI ARSIP DI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.505, 2014 BNN. Kearsipan. Dinamis. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN KEARSIPAN DINAMIS BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta optimalisasi kinerja Badan Narkotika Nasional dalam mewujudkan layanan informasi yang efektif diperlukan pengelolaan kearsipan dinamis; b. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional tentang Pedoman Kearsipan Dinamis Badan Narkotika Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5071);

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5286); 4. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 5. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 246); 6. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 4 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi, Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 247); 7. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 15 Tahun 2011 tentang Tata Naskah Dinas Badan Narkotika Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 253); 8. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 5 Tahun 2013 tentang Jadwal Retensi Arsip Non Keuangan dan Non-Kepegawaian di Lingkungan Badan Narkotika Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1372); 9. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 6 Tahun 2013 tentang Tata Naskah Dinas Elektronik di Lingkungan Badan Narkotika Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1373); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL TENTANG PEDOMAN KEARSIPAN DINAMIS BADAN NARKOTIKA NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala ini, yang dimaksud dengan: 1. Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya disingkat BNN adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada presiden.

3 2. Kearsipan adalah hal-hal yang berkenaan dengan arsip BNN. 3. Tata kearsipan adalah kegiatan pengelolaan arsip sejak diterima, diproses, disimpan, sampai dengan disusutkan. 4. Penyelenggaraan kearsipan BNN adalah keseluruhan kegiatan meliputi kebijakan, pembinaan kearsipan, dan pengelolaan arsip dalam sistem kearsipan BNN, yang didukung oleh sumber daya manusia, prasarana dan sarana, serta sumber daya lainnya. 5. Arsip BNN yang selanjutnya disebut arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh BNN dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 6. Arsip dinamis adalah arsip yang digunakan secara langsung dalam kegiatan BNN dan disimpan selama jangka waktu tertentu. 7. Arsip aktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya tinggi dan/atau terus menerus dan berada di Unit Pengolah. 8. Arsip inaktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya telah menurun dan disimpan di Unit Kearsipan. 9. Arsip vital adalah arsip yang keberadaannya merupakan persyaratan dasar bagi kelangsungan operasional BNN, tidak dapat diperbaharui dan tidak tergantikan apabila rusak atau hilang. 10. Sentralisasi dalam kebijakan adalah kewenangan mengatur dan menetapkan pembakuan sistem, pengaturan organisasi kearsipan, penyelenggaraan tata kearsipan, pembinaan kearsipan, sosialisasi kearsipan, pelindungan dan penyelamatan arsip, konsultasi kearsipan, kerjasama, standardisasi prasarana sarana dan pengawasan pelaksanaan tata kearsipan BNN. 11. Desentralisasi dalam pelaksanaan adalah kegiatan kearsipan dari unit kerja lingkup BNN untuk melaksanakan kegiatan kearsipan meliputi pengurusan dan pengendalian naskah dinas, penyimpanan arsip, dan pemeliharaan arsip. 12. Klasifikasi arsip adalah pengelompokan arsip yang disusun secara logis dan sistematis berdasarkan kesamaan urusan kegiatan organisasi serta berfungsi sebagai pedoman pemberkasan dan penemuan kembali. 13. Jadwal Retensi Arsip yang selanjutnya disingkat JRA adalah daftar yang berisi sekurang kurangnya jangka waktu penyimpanan atau retensi, jenis arsip dan keterangan yang berisi rekomendasi tentang penetapan suatu jenis arsip dimusnahkan, dinilai kembali, atau dipermanenkan yang dipergunakan sebagai pedoman penyusutan dan penyelamatan arsip.

4 14. Agenda adalah sarana untuk mencatat naskah dinas masuk dan naskah dinas keluar. 15. Lembar disposisi adalah lembar isian/formulir untuk memberikan petunjuk/instruksi dan berfungsi sebagai sarana pengendalian perkembangan naskah dinas. 16. Jaringan informasi kearsipan BNN adalah sistem jaringan informasi dan sarana pelayanan arsip yang dikelola oleh BNN. 17. Penyusutan arsip adalah kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara pemindahan arsip inaktif dari Unit Pengolah ke Unit Kearsipan, pemusnahan arsip yang tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsip statis kepada Arsip Nasional Republik Indonesia. 18. Autentikasi adalah proses validasi untuk pengesahan suatu arsip. 19. Pengurusan dan pengendalian naskah dinas adalah proses penanganan naskah dinas yang meliputi kegiatan penerimaan, pengarahan dan pencatatan oleh bagian tata usaha sampai diterima di unit pengolah satuan kerja, dan sejak naskah dinas selesai diproses/ditandatangani Pimpinan Unit Pengolah sampai dikirim oleh Unit Kearsipan. 20. Tata Usaha Pengolah adalah unit ketatausahaan di masing-masing Unit Pengolah. 21. Unit Pengolah adalah satuan kerja pada BNN yang mempunyai tugas dan tanggung jawab mengolah semua arsip yang berkaitan dengan kegiatan penciptaan arsip di lingkungannya. 22. Buku eskpedisi adalah buku yang digunakan sebagai sarana pengiriman dan bukti penerimaan naskah dinas. 23. Kode klasifikasi adalah tanda pengenal urusan suatu arsip dari klasifikasi yang telah ditetapkan. 24. Indeks adalah tanda pengenal utama suatu arsip untuk membedakan antara berkas satu dengan lainnya dalam suatu kode/masalah yang berfungsi sebagai penemuan kembali arsip. 25. Berkas adalah himpunan arsip yang disusun berdasarkan kesamaan jenis (seri), kesamaan masalah (rubrik) atau kesamaan urusan/ kegiatan (dosir). 26. Penataan berkas adalah cara atau metode menata, mengatur, dan menyimpan arsip dalam berkas dan mengatur berkas dalam susunan yang sistematis dan logis dengan menggunakan klasifikasi, indeks, dan kartu tunjuk silang. 27. Kartu tunjuk silang adalah kartu pelengkap indeks yang berfungsi untuk mempertemukan keterangan yang berbeda tetapi sama artinya dan/atau yang berbeda tetapi saling berkaitan.

5 28. Penemuan kembali adalah suatu cara untuk memudahkan menemukan kembali arsip yang dibutuhkan dengan cepat, tepat, dan akurat. 29. Guide adalah sekat untuk petunjuk dan pemisah antara kelompok masalah yang satu dengan yang lain berdasarkan klasifikasi arsip. 30. Daftar arsip adalah daftar yang berisi susunan teratur butir-butir berkas sesuai dengan seri arsip yang harus disimpan sementara, dimusnahkan, atau diserahkan ke Arsip Nasional Republik Indonesia sebagai arsip statis. 31. Penilaian arsip adalah proses kegiatan evaluasi arsip dari aspek substansi informasi, fungsi dan karakteristik fisik serta menentukan waktu kapan suatu arsip harus disusutkan berdasarkan nilai guna. 32. Unit Kearsipan Pusat BNN yang selanjutnya disebut UK Pusat adalah satuan kerja pada BNN yang mempunyai tugas dan fungsi menyusun kebijakan dan pembinaan di bidang kearsipan. 33. Unit Kearsipan II yang selanjutnya disebut UK II adalah satuan kerja pada tingkat pusat dan daerah yang mempunyai tugas dan tanggung jawab melakukan pembinaan kearsipan di lingkungannya dan pengelolaan arsip inaktif yang retensinya di bawah 5 (lima) tahun. Pasal 2 (1) Pedoman kearsipan dinamis BNN dimaksudkan untuk keseragaman dan kelancaran pelaksanaan kegiatan kearsipan di seluruh satuan kerja di lingkungan BNN. (2) Tujuan pedoman kearsipan dinamis BNN untuk menjamin: a. terciptanya arsip dari kegiatan yang dilakukan oleh satuan kerja di lingkungan BNN; b. ketersediaan arsip yang autentik dan terpercaya sebagai alat bukti yang sah; c. terwujudnya pengelolaan arsip yang andal dan pemanfaatan arsip sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan d. terwujudnya penyelenggaaraan kearsipan sebagai suatu sistem yang terpadu. Pasal 3 Sasaran pedoman kearsipan dinamis BNN, meliputi: a. tercapainya kesamaan pengertian bahasa dan penafsiran serta penyelenggaraan kearsipan dinamis; b. terwujudnya keterpaduan pengelolaan kearsipan dinamis dengan unsur lainnya dalam lingkup administrasi umum;

6 c. terwujudnya kelancaran komunikasi kedinasan serta kemudahan dalam pengendalian; dan d. tercapainya dayaguna dan hasilguna penyelenggaraan kearsipan dinamis. BAB II TATA KEARSIPAN Pasal 4 Kearsipan dinamis BNN menganut asas: a. sentralisasi dalam kebijakan; dan b. desentralisasi dalam pelaksanaan. Pasal 5 (1) Sentralisasi dalam kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, mencakup: a. pembakuan sistem kearsipan; b. organisasi kearsipan; c. pembinaan kearsipan; d. sosialisasi kearsipan; e. pelindungan dan penyelamatan arsip; f. konsultasi kearsipan; g. kerjasama kegiatan kearsipan; h. standardisasi prasarana dan sarana; dan i. pengawasan pelaksanaan tata kearsipan. (2) Desentralisasi dalam pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, mencakup: a. pengurusan dan pengendalian naskah dinas; b. penyimpanan arsip; c. pemeliharaan arsip; dan d. penyusutan arsip yang retensinya di bawah 5 (lima) tahun. Pasal 6 Pembakuan sistem kearsipan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a terdiri dari: a. penyelenggaraan tata kearsipan; b. klasifikasi arsip;

7 c. jadwal retensi arsip; dan d. klasifikasi keamanan dan akses arsip. Pasal 7 (1) Tata kearsipan BNN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, meliputi pengurusan dan pengendalian naskah dinas, pemberkasan arsip aktif, penataan arsip inaktif, penyimpanan arsip, penemuan kembali dan layanan arsip, serta penyusutan arsip. (2) Tata kearsipan dilaksanakan dengan menggunakan: a. agenda, lembar disposisi, lembar pengantar, dan jaringan informasi kearsipan BNN sebagai sarana pengurusan dan pengendalian naskah dinas; b. klasifikasi arsip sebagai sarana pemberkasan; c. jadwal retensi arsip sebagai sarana penyusutan arsip; dan d. klasifikasi keamanan dan akses arsip sebagai sarana layanan dan akses arsip. Pasal 8 (1) Pengelolaan arsip dinamis meliputi: a. arsip vital; b. arsip aktif; dan c. arsip inaktif. (2) Akses terhadap informasi arsip dinamis dapat ditutup untuk kepentingan umum, apabila: a. menghambat proses penegakan hukum; b. mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat; c. membahayakan pertahanan dan keamanan negara; d. merugikan ketahanan ekonomi nasional; e. merugikan kepentingan politik luar negeri; f. mengungkapkan isi akta autentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat seseorang kecuali kepada yang berhak secara hukum; g. mengungkapkan rahasia atau data pribadi; dan h. mengungkapkan memorandum atau surat-surat yang menurut sifatnya perlu dirahasiakan.

8 Pasal 9 Klasifikasi arsip BNN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, disusun berdasarkan pengelompokan masalah yang dikelola oleh satuan kerja di lingkungan BNN. Pasal 10 Jadwal retensi arsip BNN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c dipergunakan sebagai pedoman penyusutan arsip. Pasal 11 (1) Tata kearsipan BNN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a dan huruf b tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. (2) Tata kearsipan BNN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c dan huruf d diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala BNN. BAB III ORGANISASI KEARSIPAN Pasal 12 (1) Organisasi Kearsipan BNN meliputi Pusat dan Daerah. (2) Organisasi Kearsipan BNN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. unit pengolah; dan b. unit kearsipan. (3) Organisasi Kearsipan BNN tingkat pusat meliputi: a. Unit Pengolah satuan kerja terdiri dari Eselon I, II, dan III; b. UK Pusat adalah Bagian Tata Usaha Biro Umum Sekretariat Utama; dan c. UK II adalah bagian tata usaha dan sub bagian tata usaha pada satuan kerja setingkat Eselon II dan Eselon III tertentu. (4) Satuan kerja setingkat Eselon II dan Eselon III tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c meliputi: a. satuan kerja setingkat Eselon II terdiri dari Pusat Penelitian, Data, dan Informasi dan Balai Besar Rehabilitasi Lido; dan b. satuan kerja setingkat Eselon III terdiri dari Balai Diklat dan Balai Laboratorium. (5) Organisasi Kearsipan BNN Provinsi dan BNN Kabupaten/Kota terdiri dari:

9 a. Unit Pengolah satuan kerja terdiri dari Eselon II dan III; b. Unit Kearsipan Provinsi adalah Bagian Tata Usaha; dan c. Unit Kearsipan Kabupaten/Kota adalah Sub Bagian Tata Usaha. (6) Pada Unit Kearsipan Pusat maupun Daerah ditempatkan arsiparis dan/atau pengelola arsip sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. (1) Unit Pengolah mempunyai tugas: Pasal 13 a. mengolah naskah dinas berdasarkan tugas dan fungsi yang menjadi kewenangannya; b. memberkaskan, menyimpan, memelihara dan mengamankan arsip aktif; dan c. memindahkan arsip inaktif ke Unit Kearsipan. (2) UK Pusat mempunyai tugas: a. mengolah dan menyajikan arsip menjadi informasi; b. menerima, menyimpan, dan mengamankan arsip inaktif yang berasal dari Unit Pengolah di tingkat BNN Pusat, BNN Provinsi dan BNN Kabupaten/Kota; c. melakukan penataan sistem kearsipan; d. pelayanan dan penyuluhan kearsipan; e. perawatan arsip dan pelacakan arsip; f. pengembangan teknologi dan prasarana dan sarana kearsipan; g. penilaian arsip; h. preservasi, penyelamatan dan pengamanan arsip dinamis; i. merencanakan dan melaksanakan program arsip vital; j. melakukan pemusnahan arsip dan penyerahan arsip statis ke Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI); k. pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Kearsipan; dan l. pengawasan pelaksanaan kearsipan di lingkungan BNN. (3) Unit Kearsipan Provinsi dan Kabupaten/Kota mempunyai tugas: a. mengolah dan menyajikan arsip menjadi informasi; b. menerima, menyimpan, dan mengamankan arsip inaktif yang berasal dari Unit Pengolah di lingkungannya; c. melakukan pembinaan kearsipan di lingkungannya; dan d. melakukan pemindahan arsip inaktif yang retensinya di atas 5 (lima) tahun ke UK Pusat.

10 BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 14 (1) Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tata kearsipan di lingkungan BNN dilaksanakan oleh UK Pusat. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk: a. bimbingan dan konsultasi; b. bimbingan teknis; c. sosialisasi/workshop/seminar; d. supervisi penyelenggaraan kearsipan; dan e. lain-lain. Pasal 15 BNN melakukan pengembangan prasarana dan sarana kearsipan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan kaidah kearsipan. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 16 Peraturan Kepala BNN ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala BNN ini dengan penempatan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Maret 2014 KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, ANANG ISKANDAR Diundangkan di Jakarta pada tanggal 17 April 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN

BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 11 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BNN NOMOR 7 TAHUN 2014 TANGGAL 28 Maret 2014 I. PENGURUSAN DAN PENGENDALIAN NASKAH DINAS BNN A. Naskah Dinas Masuk 1. Pada Unit Pengolah Bagian Tata Usaha Settama BNN. a. Penerimaan Naskah Dinas Masuk. 1) Menerima naskah dinas masuk dari caraka/petugas pengirim. 2) Meneliti kebenaran alamat pada sampul naskah dinas dan mengembalikan naskah dinas yang salah alamat kepada petugas pengirim. 3) Membubuhkan paraf, nama lengkap dan tanggal pada lembar pengantar/bukti tanda terima dan memberikan kembali kepada petugas pengirim. (Contoh 1) 4) Mengelompokan naskah dinas masuk antara naskah dinas rahasia, naskah dinas terbuka sesuai dengan alamat/tujuan naskah dinas. 5) Menyampaikan naskah dinas terbuka dan naskah dinas rahasia kepada pengarah. b. Pengarahan Naskah Dinas Masuk. 1) Mengarahkan naskah dinas masuk. a) Naskah dinas penting yang berdasarkan isi/informasinya perlu diajukan kepada Kepala BNN, atau diteruskan kepada Sestama, Kepala Biro Umum dengan lembar disposisi. (Contoh 2) b) Naskah dinas biasa yang berdasarkan isi/informasinya dapat diteruskan dan diarahkan oleh Kabag Tata Usaha ke satuan kerja/unit pengolah terkait dengan diberikan lembar disposisi. 2) Memberi tanda hasil pengarahan naskah dinas masuk dengan pensil di sudut kanan bawah dengan memberi tanda P untuk naskah dinas Penting, tanda B untuk naskah dinas Biasa. 3) Memberikan kode klasifikasi dengan pensil di sudut kanan atas. 4) Menyampaikan hasil pengarahan naskah dinas masuk kepada petugas pencatat. c. Pencatatan Naskah Dinas Masuk.

12 1) Mencatat naskah dinas masuk yang ditujukan kepada Kepala BNN pada buku agenda surat masuk (contoh 3) dan diberikan lembar disposisi Kepala BNN. 2) Menyampaikan naskah dinas masuk kepada Kepala BNN. 3) Mencatat naskah dinas masuk biasa pada buku agenda masuk dan diberi lembar disposisi. 4) Menyampaikan naskah dinas masuk biasa beserta lembar disposisi Unit Pengolah yang dituju. 2. Pada Tata Usaha Pimpinan (Kepala BNN, Sestama BNN dan Eselon I). a. Menerima naskah dinas masuk biasa dari Unit Pengolah Bagian Tata Usaha Biro Umum Sestama BNN. b. Membubuhkan paraf dan tanggal pada buku ekspedisi (contoh 4) dan mengembalikan buku ekspedisi kepada Bagian Tata Usaha Biro Umum Sekretariat Utama BNN. c. Memeriksa berkas naskah dinas masuk biasa dan rahasia yang diterima dan memberi lembar disposisi Kepala BNN, Sestama atau Pejabat Eselon I. d. Mencatat isi disposisi dari Kepala BNN atau Sestama BNN pada agenda surat masuk berdasarkan batas waktu tanggal penyelesaian di lembar disposisi (untuk tata usaha pimpinan Eselon I). e. Menyampaikan naskah dinas masuk beserta lembar disposisi kepada Kepala BNN. f. Menyampaikan naskah dinas masuk beserta lembar disposisi kepada Eselon I pada satuan kerja yang dituju. g. Menyampaikan naskah dinas masuk beserta lembar disposisi kepada tata usaha unit pengolah untuk diteruskan kepada unit pengolah Eselon I atau satuan kerja yang dituju sesuai disposisi Kepala BNN atau Sestama BNN dan paraf pada buku ekspedisi sebagai bukti disposisi telah diterima. 3. Pada Unit Pengolah Eselon II a. Menerima naskah masuk beserta lembar disposisi dari Tata Usaha Eselon I. b. Memberi paraf pada buku espedisi sebagai bukti naskah dinas masuk sudah diterima. c. Mencatat naskah dinas masuk pada buku agenda surat masuk Eselon II. d. Menyampaikan naskah dinas masuk beserta lembar disposisi kepada Eselon II.

13 e. Mencatat disposisi di lembar disposisi Eselon II pada agenda surat masuk. f. Menyampaikan berkas naskah dinas masuk kepada unit pengolah yang ditunjuk (Eselon III) untuk ditindak lanjuti. g. Menyampaikan dan memberkaskan naskah dinas masuk berdasarkan pola klasifikasi unit kearsipan Eselon II jika tidak ditindak lanjuti. 4. Pada Unit Pengolah Eselon III a. Menerima naskah dinas masuk beserta disposisi dari Eselon II. b. Mencatat naskah dinas masuk beserta disposisi pada buku agenda surat masuk. c. Menyampaikan naskah dinas masuk beserta lembar disposisi kepada Eselon III. d. Menelaah dan mengolah naskah dinas masuk sesuai petunjuk/disposisi pimpinan dan atau memberi disposisi kepada pejabat Eselon IV untuk mengolah, menindak lanjuti petunjuk/ disposisi dari Eselon II/III. e. Menyimpan dan memberkaskan naskah dinas masuk berdasarkan pola klasifikasi unit kearsipan Eselon III jika tidak ditindaklanjuti. 5. Pada Unit Pengelolah Eselon IV a. Menerima naskah dinas masuk beserta disposisi dari Eselon III dan memberi paraf buku ekspedisi sebagai bukti naskah dinas sudah diterima. b. Mencatat naskah dinas masuk beserta disposisi pada buku agenda surat masuk. c. Menyampaikan naskah dinas masuk beserta lembar disposisi kepada Eselon IV. d. Menelaah dan mengolah naskah dinas masuk sesuai petunjuk/disposisi Eselon III. e. Menyimpan dan memberkaskan naskah dinas masuk berdasarkan pola klasifikasi. B. Naskah Dinas Keluar 1. Pada Unit Pengolah Eselon I. a. Menyiapkan konsep naskah dinas keluar beserta lembar paraf koordinasi. (contoh 5) b. Menyiapkan nota dinas pengantar (contoh 6) pejabat Eselon I kepada Kepala BNN untuk memintakan tandatangan.

14 c. Menyampaikan dan meminta paraf dan tanggal pada lembar paraf koordinasi naskah dinas keluar pada pejabat terkait (Kasubbag TU pimpinan satuan kerja, Pejabat Eselon I, Kabag Tata Usaha Biro Umum, Karo Umum, Sestama BNN). d. Meminta paraf dan tandatangan Kepala BNN, naskah dinas keluar setelah lembar paraf koordinasi telah disetujui beserta nota dinas pengantar kepada Kepala BNN. e. Meminta nomor surat kepada unit pengolah bagian Tata Usaha Biro Umum dengan menunjukan lembar paraf koordinasi yang telah disetujui setelah naskah dinas keluar ditandatangani oleh Kepala BNN. f. Menerima kembali lembar koordinasi pertinggal dan naskah dinas keluar yang telah mendapat nomor surat. g. Menyimpan dan memberkaskan pertinggal naskah dinas keluar beserta naskah dinas masuk yang berkaitan berdasarkan pola klasifikasi pada unit pengolah. 2. Pada Unit Pengolah Eselon II a. Menyiapkan konsep naskah dinas keluar dan lembar paraf koordinasi. b. Menyiapkan nota dinas pengantar pejabat Eselon II ke pejabat Eselon I. c. Menyampaikan dan meminta paraf pada lembar koordinasi naskah dinas keluar pada pejabat terkait (Kasubbag TU pimpinan satuan kerja, Pejabat Eselon II, Kabag TU Biro Umum). d. Meminta paraf dan tandatangan naskah dinas keluar kepada pimpinan satuan kerja setelah lembar koordinasi disetujui beserta nota dinas pengantar. e. Meminta nomor surat kepada bagian Tata Usaha Biro Umum dengan menunjukan lembar koordinasi yang telah disetujui setelah naskah dinas keluar ditandatangani oleh pimpinan satuan kerja. 3. Pada Unit Pengolah Eselon III a. Menyiapkan konsep naskah dinas keluar dan lembar koordinasi. b. Menyiapkan nota dinas pengantar (contoh 6) kepada pejabat Eselon II, untuk surat yang ditandatangani Eselon II atas nama Eselon I. c. Menyampaikan dan meminta paraf pada lembar koordinasi naskah dinas keluar pada pejabat terkait. d. Menyampaikan naskah dinas keluar dan meminta tandatangan Eselon II, setelah lembar koordinasi disetujui.

15 e. Meminta nomor surat kepada bagian Tata Usaha Biro Umum dengan menunjukan lembar koordinasi setelah naskah dinas keluar ditandatangani. f. Menerima lembar paraf koordinasi pertinggal dan naskah dinas keluar yang telah mendapat nomor surat. g. Menyimpan dan memberkaskan pertinggal naskah dinas keluar beserta naskah dinas masuk berdasarkan pola klasifikasi pada unit pengolah Eselon III. 4. Pada Unit Pengolah Eselon IV a. Menyiapkan konsep naskah dinas keluar dan lembar paraf koordinasi. b. Meminta paraf dan tandatangan naskah dinas keluar kepada pejabat terkait setelah lembar koordinasi disetujui. c. Meminta nomor surat kepada bagian Tata Usaha Biro Umum. d. dengan menunjukan lembar koordinasi. e. Menerima kembali lembar paraf koordinasi pertinggal dan naskah dinas keluar. f. Menyimpan dan memberkaskan pertinggal naskah dinas keluar beserta naskah dinas masuk berdasarkan pola klasifikasi pada unit pengolah. 5. Unit Kearsipan a. Unit Kearsipan Pusat 1) Menerima dan memeriksa kelengkapan berkas naskah dinas keluar yang telah disetujui dan ditandatangani. 2) Memberi nomor dan mencatat berkas naskah dinas keluar dan naskah dinas masuk sesuai kode klasifikasi pada daftar arsip di unit kearsipan. b. Unit Kearsipan II 1) Menerima dan memeriksa kelengkapan berkas naskah dinas keluar yang telah disetujui dan ditandatangani. 2) Mencatat berkas naskah dinas keluar dan naskah dinas masuk yang berkaitan sesuai klasifikasi pada daftar arsip di unit kearsipan. 3) Menyimpan dan memberkaskan naskah dinas keluar beserta naskah dinas masuk berdasarkan klasifikasi. 4) Khusus untuk Unit Kearsipan II di provinsi dan kabupaten/kota memberikan nomor naskah dinas keluar.

16 C. Naskah Dinas Rahasia 1. Naskah Dinas Rahasia Masuk a. Pada Unit Bagian Tata Usaha Unit Kearsipan 1) Penerimaan Naskah Dinas Rahasia. a) Petugas tata persuratan menerima naskah dinas rahasia dari caraka/petugas pengirim. b) Meneliti kebenaran alamat pada sampul naskah dinas masuk rahasia dan mengembalikan naskah dinas rahasia yang salah alamat kepada pengirim. c) Membubuhkan paraf, nama lengkap dan tanggal pada lembar pengantar rahasia naskah dinas rahasia/bukti tanda terima. 2) Pencatatan Naskah Dinas Rahasia. a) Naskah dinas rahasia diterima oleh petugas khusus tata persuratan. b) Petugas khusus tata persuratan mencatat naskah dinas masuk rahasia pada lembar pengantar naskah dinas rahasia. (contoh 7) c) Menyampaikan naskah dinas rahasia beserta lembar pengantar naskah dinas masuk rahasia kepada pimpinan tata usaha untuk dimintakan arahan, paraf pada lembar pengantar di sudut kanan bawah. d) Menerima lembar pengantar naskah dinas masuk rahasia dari pimpinan tata usaha. e) Menyimpan lembar pengantar naskah dinas masuk rahasia berdasarkan urutan tanggal penerimaan. b. Pada Unit Pengolah 1) Tata Usaha Pimpinan. a) Menerima naskah dinas masuk rahasia beserta lembar pengantar naskah dinas rahasia dari caraka bagian tata usaha biro umum settama BNN. b) Meneliti kebenaran alamat/tujuan naskah dinas rahasia. c) Membubuhkan paraf dan tanggal pada lembar pengantar naskah dinas masuk rahasia. d) Mengembalikan lembar pengantar naskah dinas masuk rahasia kepada caraka bagian tata usaha unit kearsipan. e) Naskah dinas masuk rahasia dicatat kedalam buku agenda oleh petugas khusus.

17 f) Petugas khusus naskah dinas masuk rahasia menyampaikan naskah dinas masuk rahasia ke pimpinan beserta lembar disposisi. g) Menerima, menyimpan atau meneruskan naskah dinas masuk rahasia sesuai disposisi pimpinan oleh petugas khusus naskah dinas masuk rahasia. h) Menyimpan lembar disposisi lembar ke-2 sebagai bukti tanda terima dan disusun berdasarkan urutan tanggal pada sarana penyimpanan/tickler file. 2) Unit Pengolah a) Petugas khusus naskah dinas masuk rahasia menerima naskah dinas masuk rahasia beserta lembar disposisi sebagaimana dari tata usaha pimpinan. b) Meneliti kelengkapan lampiran. c) Membutuhkan paraf pada buku dan mengembalikan kepada tata usaha pimpinan. d) Memproses naskah dinas masuk rahasia sesuai petunjuka pimpinan. e) Menyimpan dan memberkaskan naskah dinas masuk rahasia berdasarkan seri berkas. 2. Naskah Dinas Keluar Rahasia a. Pada Unit Pengolah. 1) Petugas khusus naskah dinas keluar rahasia menyiapkan net konsep naskah dinas keluar rahasia dan lembar pengantar. 2) Membubuhkan tanda tangan pada nota dinas pengantar naskah dinas keluar rahasia. 3) Menyampaikan berkas net konsep naskah dinas keluar rahasia kepada Kasubbag Tata usaha Pimpinan beserta lembar pengantar naskah dinas keluar rahasia dan beberapa pejabat terkait untuk dimintakan paraf koordinasi sebagai pertinggal. 4) Menerima kembali net konsep naskah dinas keluar yang telah dimintakan paraf koordinasi sebagai bukti net konsep naskah dinas keluar sudah dikoreksi. 5) Menyampaikan naskah dinas keluar rahasia beserta lembar pengantar kepada tata usaha pimpinan untuk meminta tandatangan naskah dinas keluar. 6) Menerima naskah dinas keluar yang telah ditandatangani pimpinan beserta lembar pengantar.

18 7) Mengirimkan naskah dinas keluar rahasia yang sudah di tandatangani dan diberik nomor surat sesuai tujuan yang dimaksud. 8) Menyimpan dan memberkaskan naskah dinas keluar rahasia beserta naskah dinas masuk rahasia berdasarkan pola klasifikasi. b. Tata Usaha Pimpinan. 1) Menerima net konsep naskah dinas keluar rahasia beserta lembar pengantar naskah dinas keluar rahasia dari unit pengolah. 2) Meneliti kebenaran alamat/tujuan naskah dinas keluar rahasia. 3) Membubuhkan paraf dan tanggal pada lembar pengantar naskah dinas keluar rahasia. 4) Mengembalikan lembar pengantar naskah dinas keluar rahasia kepada unit pengolah. 5) Memintakan tanda tangan pimpinan satuan kerja berkas net konsep naskah dinas beserta lembar pengantar naskah dinas keluar. 6) Menerima naskah dinas keluar rahasia yang telah ditandatangai pimpinan. 7) Menyampaikan naskah dinas keluar rahasia beserta lembar pengantar naskah dinas keluar rahasia yang telah ditandatangani pimpinan kepada unit pengolah. c. Bagian Tata Usaha Unit Kearsipan. 1) Petugas tata usaha unit kearsipan menerima naskah dinas keluar rahasia dari unit pengolah dan memberikan nomor dan tanggal naskah dinas keluar rahasia. 2) Menyampaikan berkas naskah dinas keluar rahasia kepada unit pengolah yang telah diberi nomnor dan tanggal naskah dinas keluar. II. PENATAAN BERKAS, PENEMUAN KEMBALI, DAN PENYUSUTAN ARSIP A. Penataan Berkas Kegiatan penataan berkas adalah cara atau metode menata, mengatur dan menyimpan arsip aktif dalam susunan yang sistematis dan logis dengan menggunakan klasifikasi, indeks, dan kartu tunjuk silang. 1. Tujuan a. Untuk mempermudah penemuan kembali arsip secara cepat dan tepat.

19 b. Sebagai sarana penunjang kelancaran pelaksanaan penyusutan arsip secara berhasil guna dan berdaya guna. 2. Asas a. Arsip aktif ditata, diatur dan disimpan pada unit pengolah masingmasing dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Tata usaha unit pengolah: menata, mengatur, dan menyimpan arsip aktif menurut indeks dan kode klasifikasi. 2) Arsip disusun dalam folder (contoh 8) atau map gantung (contoh 9) dan disimpan dalam filling kabinet atau lemari arsip. 3) Penyimpanan arsip yang mempunyai keterangan yang berbeda tetapi sama artinya dan arsip yang berbeda tetapi berkaitan menggunakan kartu tunjuk silang (contoh 10). 4) Membuat daftar arsip aktif (contoh 11) dan daftar isi berkas yang disimpan (contoh 12). b. Arsip inaktif ditata, diatur dan disimpan di unit kearsipan pusat dan unit kearsipan II dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Arsip inaktif disusun di dalam folder atau map gantung menurut prinsip asal usul dan prinsip aturan asli. 2) Memasukan data arsip ke dalam jaringan informasi kearsipan BNN. 3) Folder atau map gantung dimasukan dalam boks arsip (contoh 13) dan disusun secara vertikal. 4) Boks arsip disimpan/ditempatkan pada Roll O pact (contoh 14), atau lemari arsip (contoh 15). 5) Membuat daftar arsip inaktif yang disimpan (contoh 16). 6) Melakukan perawatan dan pemeliharaan arsip inaktif. B. Penemuan Kembali Penemuan kembali ialah kegiatan menemukan kembali arsip yang dibutuhkan dengan cepat, tepat dan akurat. 1. Penemuan kembali arsip aktif di unit pengolah dengan menggunakan daftar arsip aktif atau daftar isi berkas dan jaringan informasi kearsipan. 2. Penemuan kembali arsip inaktif di unit kearsipan Pusat dan unit kearsipan II dengan menggunakan daftar arsip inaktif dan jaringan informasi kearsipan BNN. 3. Peminjaman arsip aktif dan/atau inaktif dilakukan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada unit pengolah dan/atau unit kearsipan dan mengisi lembar peminjaman arsip. (contoh 17) 4. Peminjam mengisi tanda bukti peminjaman arsip rangkap 3 (tiga) dengan peruntukan :

20 a. Lembar ke 1 disimpan dalam file sebagai pengganti arsip yang dipinjam. b. Lembar ke 2 disertakan pada arsip yang dipinjam. c. Lembar ke 3 disimpan sebagai sarana kontrol. 5. Tanda bukti peminjaman ditandatangi oleh peminjam, petugas yang melayani peminjaman dan diketahui oleh kepala unit pengolah dan/atau kepala unit kearsipan. 6. Peminjam wajib mengembalikan arsip sesuai batas waktu yang ditentukan dan dapat diperpanjang lagi apabila arsip masih diperlukan. 7. Petugas wajib meminta kembali arsip yang belum dikembalikan dalam batas waktu yang ditentukan. C. Penyusutan Arsip 1. Pemindahan Arsip a. Unit Pengolah 1) Paling lama 6 (enam) bulan sekali melakukan seleksi dan penilaian arsip yang berdasarkan JRA. 2) Menata arsip dan membuat daftar arsip inaktif yang akan dipindahkan (contoh 18) serta berita acara pemindahan arsip inaktif yang akan dipindahkan (contoh 19). 3) Memindahkan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan II dengan dilengkapi daftar arsip inaktif dan berita acara pemindahan arsip inaktif yang ditandatangani oleh pimpinan unit pengolah dan pimpinan unit kearsipan II rangkap 2 (dua). b. Unit kearsipan II 1) Memeriksa dan menerima arsip inaktif beserta daftar arsip dan berita acara pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah, mengolah dan menyimpan arsip inaktif yang dipindahkan dari unit pengolah. 2) Paling lama 6 (enam) bulan sekali melakukan seleksi dan penilaian arsip inaktif yang masih perlu disimpan dan arsip yang harus dipindahkan ke Unit Kearsipan Pusat berdasarkan JRA. 3) Menata arsip dan membuat daftar arsip yang akan dipindahkan ke Unit Kearsipan Pusat. 4) Memindahkan arsip inaktif yang telah habis retensinya dari Unit Kearsipan II ke Unit Kearsipan Pusat dilengkapi daftar arsip inaktif serta berita acara pemindahan arsip inaktif rangkap 2 (dua) yang ditandatangani oleh pimpinan Unit Kearsipan II dan pimpinan Unit Kearsipan Pusat.

21 c. Unit kearsipan pusat 1) Memeriksa dan menerima arsip inaktif beserta daftar arsip inaktif dan berita acara pemindahan arsip inaktif dari Unit Kearsipan II, mengolah dan menyimpan arsip inaktif. 2) Paling lama 6 (enam) bulan sekali melakukan seleksi dan penilaian arsip inaktif yang masih perlu disimpan, arsip yang dapat dimusnahkan dan arsip yang harus dipindahkan ke unit kearsipan pusat berdasarkan JRA. 3) Menata arsip inaktif dan membuat daftar arsip yang akan diusulkan musnah dan usul serah. 2. Pemusnahan arsip a. Unit Kearsipan Pusat 1) Paling lama 6 (enam) bulan sekali melakukan seleksi dan penilaian arsip inaktif berdasarkan JRA. 2) Membuat daftar arsip yang akan diusulkan musnah (contoh 20). 3) Mengajukan surat permohonan usul musnah kepada Kepala BNN dengan melampirkan daftar arsip yang akan diusulkan musnah. 4) Membentuk panitia pemusnahan arsip yang terdiri dari : a) Pimpinan Unit Pengolah b) Pimpinan Unit Kearsipan c) Arsiparis 5) Mengajukan permohonan pemusnahan kepada Kepala ANRI disertai dengan daftar arsip inaktif yang diusulkan musnah. 6) Pemusnahan arsip inaktif dilakukan setelah diterbitkan Keputusan Kepala BNN tentang Pemusnahan Arsip. 7) Pemusnahan arsip inaktif dilakukan dengan cara dicacah atau dilebur sehingga tidak dapat dikenali bentuk dan informasinya, dan disaksikan oleh 2 (dua) orang pejabat bidang hukum dan/atau pengawasan serta pimpinan Unit Kearsipan Pusat. 8) Pelaksanaan pemusnahan arsip inaktif dibuat daftar arsip yang akan dimusnahkan (contoh 21) dan berita acara pemusnahan arsip (contoh 22) rangkap 3 (tiga) dengan tembusan Kepala ANRI. a) Lembar ke 1 untuk tata usaha pengolah b) Lembar ke 2 untuk Unit Kearsipan II c) Lembar ke 3 untuk Unit Kearsipan Pusat 9) Berita acara pemusnahan dan daftar arsip serta rekomendasi panitia pemusnahan arsip dan pendukung lainnya disimpan di Unit Kearsipan Pusat sebagai arsip vital.

22 3. Penyerahan arsip a. Unit kearsipan pusat secara teratur setiap 1 (satu) tahun melakukan seleksi dan penilaian arsip yang berdasarkan JRA dinilai sebagai arsip statis untuk diserahkan ke ANRI. b. Menata dan membuat daftar arsip statis yang akan diserahkan ke ANRI (contoh 23). c. Penyerahan arsip statis ke ANRI dilengkapi dengan daftar arsip statis yang akan diserahkan dan berita acara penyerahan (contoh 24) yang ditandatangani oleh Kepala BNN atau Sestama dan Kepala ANRI/ Pejabat ANRI. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 28 Maret 2014 KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL ANANG ISKANDAR

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46