BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eni Suratmi Ningsih, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

dokumen-dokumen yang mirip
A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alifa Milayanti, 2014 Pengaruh Pemahaman Siswa tentang Ṭahāraħ terhadap Pengamalannya pada Kehidupan Sehari Hari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. yang disesuaikan dengan al-qur`ān dan Terjemahnya Al-Hikmah Departemen Agama RI penerbit CV Diponegoro tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm. 42. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PEMBELAJARAN PAI PADA PROGRAM AKSELERASI DI SD AR-RAFI BALEENDAH

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Data. Setelah data hasil penelitian disajikan, dapat diuraikan sebagai sebagai. berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siti Alifah Bezlina,2013

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. terhadap perubahan ataupun kemajuan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. kompleks sehingga sulit dipelajari dengan tuntas. Oleh sebab itu masalah

2014 KAJIAN TENTANG PERILAKU SISWA DALAM SALAT JUMAT

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. menyadarkan manusia akan potensi-potensi yang dimilikinya untuk dikembangkan.

BAB II. TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), hlm

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. 1

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB V PEMBAHASAN. A. Bentuk-Bentuk Hukuman di Pondok Pesantren Al-Mursyid Ngetal

BAB I PENDAHULUAN. karena dari pendidikan menggambarkan betapa tingginya peradaban suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran,

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai belahan dunia terutama Negara-negara yang sedang berkembang banyak

2014 MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sementara seseorang seperti kelelhahan atau disebabkan obatobatan,

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1.

1988), 2 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), hlm.364.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendefinisian manusia dinyatakan Allah Swt. dalam Al-Qur an dengan

BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 10. PT Rineka Cipta, 2008), hlm Sinar Grafis, 2009) hlm.3

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Pengaruh globalisasi dapat mempengaruhi gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan agama anak di sekolah. Hal ini sesuai dengan pemikiran jalaluddin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini. ditegaskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. dan kontrol dalam kehidupan. Hal inilah yang membedakan manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini dipaparkan; a) Latar belakang masalah, b) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan tersebar hampir di seluruh nusantara. Amal usaha. perguruan tinggi yang berjumlah 172 buah 1.

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur'an Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalarn arti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. Qur an sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral,

Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti TPA di Madrasah Ibtidaiyah Al-Mashri Pangkalan Balai

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian,

BAB I PENDAHULUAN. sebuah masyarakat adalah aqidah, khususnya aqidah Islam. Maka tugas

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari. penyesuaian diri dengan pengalaman hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. * Seluruh Teks dan terjemah Al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari Microsoft Word Menu Add-Ins

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

DAFTAR TERJEMAH No Halaman BAB Terjemah

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas belajar sangat terkait dengan proses pencarian ilmu. Belajar

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB I PENDAHULUAN. Islam tersebut dinamakan orang mu min. Orang mu min adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan lingkungan non formal atau masyarakat. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULIAN. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna dan ciptaan yang terbaik. Ia dilengkapi dengan akal pikiran, yang membedakannya dengan makhluk lainnya. Menumbuhkan kesadaran diri manusia bahwa ia adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan sebagai insan yang mengabdi kepada- Nya. Hal ini seperti firman Allah SWT dalam Q.S Aż-Żāriyāt ayat 56: Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku.(q.s Aż-Żāriyāt [51] :56) Raya dan Mulia (2003:173) mengatakan bahwa syarī at Islam menghendaki agar manusia memiliki akhlāq yang baik sebagai buah dari ibadah yang dilakukannya. Semakin baik tingkat ibadah yang dilakukan oleh seseorang, maka semakin baik pula akhlāq yang dimilikinya. Dalam Al- Qur`ān, banyak dikaitkan antara ibadah-ibadah maḥḍaħ yang diperintahkan untuk berakhlakul karimah. Firman Allah SWT: Artinya: Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitāb (Al- Qur`ān) dan Dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ) Seluruh teks dan terjemah Al-Qur ān dalam skripsi ini dikutip dari Ms. word Add-Ins Al-Qur ān dan disesuaikan dengan Al-Qur ān dan terjemahnya. Tim Penerjemah Depag RI. (2002). Jakarta: CV Darus Sunnah.

2 ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S.Al- Ankabūt [29] :45) Ramayulis (2010: 13) mengatakan di dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlāq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Baharudin (2009: 111) mengatakan bahwa istilah remaja dalam bahasa Inggris dikenal dengan puberty yang berarti masa remaja/pubertas. Puberty sering diartikan sebagai masa tercapainya kematangan seksual ditinjau dari aspek biologisnya. Manusia tumbuh seiring berjalannya waktu, kesadaran beragama pun muncul sejak tahap anak-anak, remaja, dewasa, bahkan pada usia lanjut. Hal ini menunjukkan pada masa-masa tertentu, manusia mengalami perubahan dalam menjalankan agamanya. Dalam buku Psikologi Agama karya Jalaluddin (2011: 77) mengatakan bahwa perkembangan agama pada remaja dalam hal ibadah ada 2 macam, yakni: 1. Pandangan para remaja terhadap ajaran agama, ibadah, dan masalah doa sebagaimana yang dikumpulkan oleh Ross dan Oskar Kupky menunjukkan: a) 148 siswi dinyatakan bahwa 20 orang di antara mereka tidak pernah mempunyai pengalaman keagamaan sedangkan sisanya (128) mempunyai pengalaman keagamaan yang 68 di antaranya secara alami (tidak melalui pengajaran resmi). b) 31 orang di antara yang mendapat pengalaman keagamaan melalui proses alami mengungkapkan adanya perhatian mereka terhadap keajaiban yang menakjubkan di balik keindahan alam yang mereka nikmati. 2. Selanjutnya mengenai pandangan mereka tentang ibadah diungkapkan sebagai berikut: a) 42 % tidak pernah mengerjakan ibadah sama sekali. b) 30% mengatakan mereka sembahyang karena mereka yakin Tuhan mendengar dan akan mengabulkan doa mereka. c) 27% beranggapan bahwa sembahyang dapat menolong mereka meredakan kesusahan yang mereka derita. d) 18% mengatakan sembahyang menyebabkan mereka menjadi senang sesudah menunaikannya. e) 11% mengatakan bahwa sembahyang mengingatkan tanggung jawab dan tuntutan sebagai anggota masyarakat.

3 f) 4% mengatakan bahwa sembahyang merupakan kebiasaan yang mengandung arti penting. Jadi, hanya 17 % mengatakan bahwa sembahyang bermanfaat untuk berkomunikasi dengan Tuhan, sedangkan 26% di antaranya menganggap bahwa sembahyang hanyalah merupakan media untuk bermeditasi. Menurut Baharudin (2009: 97) masa remaja yang berlangsung saat individu menjadi matang secara seksual sampai usia 18 tahun usia kematangan yang resmi dibagi ke dalam masa awal remaja, yang berlangsung sampai usia 17 tahun, dan akhir masa remaja yang berlangsung sampai usia kematangan yang resmi. Tugas masa perkembangan remaja menurut Baharudin (2009: 82) adalah sebagai berikut: 1. Mencapai hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin. 2. Mencapai peran sosial sebagai laki-laki atau wanita. 3. Bergaul dengan teman sebaya di dalam pola pergaulan yang konstruktif. 4. Menyenangi tubuh sendiri dan mempergunakannya secara efektif. 5. Memperoleh jaminan kebebasan ekonomi. 6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan. 7. Mengembangkan kecakapan-kecapakan intelektual dan konsepkonsep yang perlu sebagai warga negara. 8. Mempersiapkan diri untuk perkawinan dan kehidupan berkeluarga. Syamsu Yusuf (2008: 67) mengatakan bahwa masa remaja sebagai segmen dari siklus kehidupan manusia, menurut agama merupakan masa starting point pemberlakuan hukum syar ī (wajib, sunnah, haram, makruh, mubah) bagi seorang insan yang sudah balīg (mukallaf). Syamsu Yusuf (2008: 69) mengatakan bahwa kemampuan remaja untuk mengaktualisasikan nilai-nilai agama di atas, sangatlah beragam. Keragaman itu dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu: 1. Remaja yang mampu mengamalkannya secara konsisten, 2. Remaja yang mengamalkannya secara insidental (kadang-kadang), 3. Remaja yang tidak mengamalkan ibadah maḥḍaħ, tetapi dapat berinteraksi sosial dengan orang lain (ḥablumminannās) secara baik, Untuk selanjutnya peneliti memperhatikan permasalahan dalam suatu sekolah yakni di SMKN 12 Bandung yang mana pada kenyataannya ada

4 sebagian siswa yang melalaikan tugasnya untuk beribadah kepada Allah. Syamsu Yusuf (2008: 71) mengemukakan bahwa terjadinya keragaman profil remaja dalam mengaktualisasikan nilai-nilai agama, mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: 1. Keragaman pendidikan agama yang diterima remaja dari orang tuanya, ada yang baik, kurang, dan bahkan tidak sama sekali, 2. Keragaman keluarga remaja dalam pengamalan nilai-nilai agama, ada yang taat, kurang taat, dan ada yang sama sekali tidak mempedulikan (melecehkan) nilai-nilai agama, 3. Keragaman kelompok teman bergaul, ada yang berakhlak baik, dan ada juga yang berakhlak buruk (perilakunya bertentangan dengan norma-norma agama). 4. Kondisi kejiwaan siswa yang masih labil, sehingga belum bisa untuk secara rutin melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Selain yang telah disebutkan di atas, menurut peneliti ada beberapa faktor lain yang berpengaruh, misalnya tempat beribadah/mesjid yang kurang besar, sehingga tidak dapat menampung jumlah siswa yang sangat banyak, latar belakang pendidikan agama siswa yang berbeda-beda, dan masih banyak yang lainnya. Setelah mengetahui beberapa faktor penyebabnya, salah satu diantara beberapa faktor tersebut adalah dari latar belakang pendidikan agama mereka yang berbeda-beda. Hal ini yang akan dikaji dalam penelitian ini antara ketaatan beribadah dihubungkan dengan latar belakang pendidikan agama siswa. Pengamatan sementara yang telah dilakukan oleh peneliti di SMKN 12 Bandung menunjukkan adanya perbedaan ketaatan beragama diantara para siswa. Latar belakang pendidikan agama pun dipandang sebagai salah satu penyebabnya. Setelah memperoleh data sementara di lapangan, ternyata di sekolah tersebut, rata-rata siswanya berasal dari Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang umum. Hanya sebagian yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Kemudian, dari data yang diperoleh juga menunjukkan bahwa kebanyakan dari siswa pernah mengikuti pengajian umum di masing-masing mesjid di sekitar lokasi rumah mereka. Ada yang mengikuti pengajian rutin setiap hari, seminggu sekali dan lain-lain. Di antara mereka juga ada yang

5 mengikuti pengajian di madrasah-madrasah. Namun ada juga yang hanya belajar dari orang tuanya saja di rumah. Ini membuktikan bahwa latar belakang pendidikan agama mereka sangat beragam. Sebagai contohnya, ketika azan berkumandang, masih banyak siswa yang acuh untuk segera melaksanakan ibadah salat. Itu semua dikarenakan pada jam istirahat banyak siswa yang menggunakan kesempatan tersebut untuk makan dan lain sebagainya. Namun, tidak semua siswa melalaikan untuk melaksanakan salat. Di antara siswa ada yang segera bergegas untuk mengambil air wuḍū dan menunaikan ibadah salat. Kemudian mesjid yang dirasa kurang besar untuk bisa menampung jumlah siswa di SMKN 12 Bandung, tidak memungkinkan untuk melaksanakan kegiatan salat berjamaah ketika salat Ẓuhur dan Aṣar. Ini juga harus di perhatikan oleh pihak sekolah. Situasi dan kondisi yang penuh dan berdesakan, membuat sebagian malas untuk melaksanakan salat dan memilih untuk diam di kelas atau ke kantin. Dari data sementara yang diperoleh oleh peneliti, ini menjadikan hal menarik bagi peneliti untuk mengadakan penelitian di SMKN 12 Bandung yang dipilih sebagai lokasi penelitian. Dalam penelitian ini, akan dibandingkan siswa yang berasal dari sekolah yang umum (SMP) dengan siswa yang berasal dari sekolah yang berlatar belakang agama (MTs) terhadap ketaatan beribadah mereka dalam kehidupan sehari-hari. Yunasril Ali (2012: 24) mengatakan bahwa: Ibadah yang dilakukan bukan untuk kepentingan Tuhan, melainkan demi manusia itu sendiri. Dengan ibadah, kita dapat menyempurnakan diri dan mencapai tingkat tertinggi di antara makhluk-makhluk Tuhan. Manusia beribadah agar ia tumbuh menjadi insan kamil, manusia paripurna yang pada dirinya terpancar citra Ilāhi secara utuh dan sempurna. Berangkat dari uraian di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian seberapa jauh kebenarannya di SMKN 12 Bandung dengan judul : Hubungan Antara Ketaatan Beribadah dengan Latar Belakang Pendidikan Agama Siswa di SMKN 12 Bandung (Studi Deskriptif Analisis di SMKN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013).

6 B. Rumusan Masalah Dari analisis permasalahan di atas, dapat dirumuskan pertanyaan pokok sebagai inti dari masalah penelitian ini, yaitu: Bagaimana hubungan antara ketaatan beribadah dengan latar belakang pendidikan agama siswa di SMKN 12 Bandung? Secara lebih khusus, permasalahan tersebut di atas dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Bagaiamana ketaatan beribadah siswa di SMKN 12 Bandung? b. Apakah ada perbedaan ketaatan beribadah berdasarkan kepada latar belakang pendidikan agama pada siswa di SMKN 12 Bandung? c. Bagaimana hubungan antara latar belakang pendidikan agama dengan ketaatan beribadah dengan siswa di SMKN 12 Bandung? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara ketaatan beribadah dengan latar belakang pendidikan agama siswa di SMKN 12 Bandung. Adapun secara khusus dan operasional, penelitian ini bertujuan sebagai berikut : a. Untuk mendeskripsikan ketaatan beribadah siswa di SMKN 12 Bandung. b. Untuk mendeskripsikan latar belakang pendidikan agama pada siswa di SMKN 12 Bandung. c. Untuk melihat adanya hubungan antara latar belakang pendidikan agama dengan ketaatan beribadah dengan siswa di SMKN 12 Bandung. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, manfaat dari penelitian ini agar dapat memberikan landasan-landasan empirik bagaimana ketaatan beribadah di sekolah

7 khususnya, dapat dikembangkan berdasarkan temuan-temuan nyata di lapangan dengan mempertimbangkan latar belakang pendidikan agama siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru 1) Dengan diperolehnya gambaran tentang ketaatan beribadah siswa yang dihubungkan dengan latar belakang pendidikan agama siswa, maka dapat direncanakan upaya peningkatan efektifitas pendidikan, khususnya pendidikan agama, baik di sekolah maupun di luar sekolah. 2) Untuk mengetahui kemampuan dasar para siswa sebelum pembelajaran, agar dalam proses pembelajaran, materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. b. Bagi Siswa 1) Untuk mendorong dan memotivasi siswa agar lebih taat dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. 2) Untuk meningkatkan kesadaran para siswa akan pentingnya melaksanakan ibadah, ketika pelaksanaan ibadah itu dilakukan secara rutin. c. Prodi IPAI Dengan adanya skripsi ini, sebagai karya ilmiah yang di persembahkan kepada Prodi IPAI dalam mengkaji hubungan antara ketaatan beribadah dengan latar belakang agama siswa di SMKN 12 Bandung tahun ajaran 2012/2013. d. Pengembang Kurikulum Pendidikan Agama Islam baik di pusat (direktorat pendidikan Agama Islam untuk sekolah, Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI). E. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

8 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat/Signifikansi Penelitian E. Struktur Organisasi Skripsi BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pendidikan Islam B. Pengertian Pendidikan Agama Islam C. Lembaga Pendidikan Islam D. Ketaatan beribadah BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian B. Desain Penelitian C. Metode Penelitian D. Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian F. Proses Pengembangan Instrumen G. Teknik Pengumpulan Data H. Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan Data BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA