BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan kamus Webster (2007), etos didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ini tercermin dari penetapan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bermental baik, berwibawa, berdaya guna dan berhasil guna,berkualitas. peranan pegawai negeri adalah unsur aparatur negara untuk

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan banyak aspek, sulit, berbahaya dan stressfull (Lutfiyah,

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk

negara dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bertugas sebagai abdi masyarakat harus menyelenggarakan pelayanan secara adil kepada

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN;

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai lebih dibandingkan dengan organisasi lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan dan peranan Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur Negara

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kelancaran penyelengaraan tugas pemerintah dan pembangunan

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang.

BAB II PROFIL INSTANSI. satu provinsi dengan gubernurnya waktu itu Mr. Tengku Moch. Hasan. Yahya, yang kedudukannya masih berada dibawah gubernur.

PENGARUH KOMITMEN DAN ETOS KERJA TERHADAP KUALITAS KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA ABSTRAK. Oleh HENDRO HARYOKO

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEGAWAI NEGERI SIPIL. kepada masyarakat yang berorientasi kerja, yang memandang kerja adalah sesuatu

PROFIL KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BARUT

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

PENINGKATAN KINERJA MELALUI PENYEMPURNAAN PEDOMAN ANALISIS JABATAN PADA SUBDIT ANJAB BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB II PROFIL INSTANSI Sejarah Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum setiap perusahaan akan berusaha untuk memperoleh laba

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting untuk memajukan suatu

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu faktor untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB III TINJAUAN UMUM. 3.1 Sejarah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomo

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang

BAB I P E N D A H U L U A N. Pembukaan UUD 1945, perwujudannya berupa pembangunan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Galih Septian, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul ANALISIS HUBUNGAN ETOS KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kepadanya dengan baik dan benar sesuai peraturan yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB IV ANALISAS ETOS KERJA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesionalisme merupakan kompetensi yang harus ada pada setiap pelaku

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perusahaan maka akan dapat diketahui kesalahan-kesalahan dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MALUKU TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

BAB V PEMBAHASAN. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja karyawan.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut Undang- Undang Nomor 43 tahun 1999), adalah suatu landasan hukum untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan kamus Webster (2007), etos didefinisikan sebagai keyakinan. secara khas dalam perilaku kerja mereka (Sinamo, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam ilmu pengetahuan, sosial budaya, ekonomi, dan politik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan nasional sangat

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 37 TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Liqa Yasifa, 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang dalam bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah

BAB I PENDAHULUAN. bawahannya. Pengelolaan aktivitas setiap organisasi harus benar-benar tepat. manusia terutama yang memiliki etos kerja yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. Protokol Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Lampung adalah Pegawai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. 4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang bedasarkan kemerdekaan,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial, untuk itu kita perlu lebih

BAB I PENDAHULUAN. organisasi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan asset utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan salah satu upaya renovasi yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. ada di daerahnya. Pembangunan daerah sebagai pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan nilai-nilai luhur dan prinsip tata kelola dalam mewujudkan

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 677 TAHUN 2016 TENTANG DISIPLIN KEHADIRAN APARATUR SIPIL NEGARA

I. PENDAHULUAN. rangka meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing di

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 06. PR. 07.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

B U P A T I T A N A H L A U T

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tidak bermakna (Tjutju Yuniarsih, 2008:62-63). Sumber Daya Manusia adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan modal penting yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan zaman telah membawa konsepsi negara hukum, berkembang pesat menjadi negara hukum modern. Hal ini mengakibatkan

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1179/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Dosen Universitas Sumatera

BERITA NEGARA. Disiplin Kerja. Pegawai Negeri Sipil. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. 1945, negara dan pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintahan dan. strategis dalam mengemban tugas pemerintahan dan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah peletak dasar pelaksana sistem

NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang mempunyai

2015 PENGARUH MOTIVASI INTRINSIK DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Secanggih apapun peralatan dan perangkat

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global (GBHN, 1999). Tujuannya yaitu mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi (Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian). Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembangunan nasional adalah faktor sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya iptek. Diantara faktor-faktor diatas, faktor sumber daya manusia merupakan faktor terpenting. Banyak negara yang berkeinginan untuk melakukan pembangunan nasional melalui pembangunan ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya, namun namun ada beberapa negara seperti Indonesia yang mengalami kegagalan walaupun memiliki sumber daya alam yang melimpah. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya alam yang melimpah tidak menjamin kemajuan pembangunan suatu bangsa, melainkan tergantung dari mutu dan jumlah sumber daya manusia yang mengelola sumber daya alam tersebut (Prawirosentono, 1994). 1

Sumber daya manusia dalam hal ini harus siap, mau dan mampu memberikan sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan organisasional. Organisasi dalam defenisi ini tidak hanya organisasi dalam industri atau perusahaan saja, tetapi juga organisasi dalam berbagai bidang lain seperti politik, pemerintahan, hukum, sosial, budaya, lingkungan, dan sebagainya (Ndraha, 1999). Negara, ditinjau dari defenisi ini juga dapat dikategorikan sebagai sebuah organisasi, karena ada suatu usaha yang dilakukan oleh penduduk untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Sebagai sebuah organisasi, negara memerlukan pelaku-pelaku organisasi untuk menjalankan organisasinya. Salah satu pelaku organisasi ini adalah Pegawai Negeri Sipil. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pegawai Negeri terdiri dari; Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pegawai Negeri Sipil terdiri dari; Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah. Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu unsur aparatur negara yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyelenggarakan tugas-tugas pemerinthan dan pembangunan nasional. Oleh karena itu diperlukan adanya 2

Pegewai Negeri yang penuh dedikasi, berkualitas, sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Irmayani, 1996). Dengan kata lain diperlukan Pengawai Negeri Sipil yang memiliki etos kerja yang baik. Menurut Batubara (dalam Yoana, 2004), salah satu kunci kemajuan dan keberhasilan pembangunan nasional adalah etos kerja. Jadi, jika Indonesia ingin mencapai pembangunan nasional yang baik maka yang harus dilakukan adalah membenahi etos kerja manusianya. Etos kerja merupakan komponen primer yang harus dimiliki oleh sumber daya manusia yang berkualitas (Sinamo, 2002). Terdapat banyak definisi tentang etos kerja, salah satunya seperti yang dikemukakan oleh Hill (1999) yang mendefinisikan etos kerja sebagai suatu norma budaya yang mendukung seseorang untuk melakukan dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya berdasarkan keyakinan bahwa pekerjaan tersebut memiliki nilai instrinsik. Selanjutnya Harsono dan Santoso (2006) mendefinisikan etos kerja sebagai semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Petty (1993) menyatakan etos kerja adalah karakteristik yang harus dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. Keahlian interpersonal berkaitan dengan bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain di lingkungan kerjanya. Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak langsung merasa puas dengan kinerja yang biasa. Sedangkan dapat diandalkan adalah aspek 3

yang berhubungan dengan adanya harapan terhadap hasil kerja seorang pekerja dan merupakan suatu perjanjian implisit pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalam kerja. Secara umum etos kerja bangsa Indonesia mesih cenderung rendah. Hal ini dapat dilihat dalam hal ketidaktepatan waktu. Seringkali terjadi keterlambatan memulai suatu acara, keterlambatan jam masuk kerja, keterlambatan jadwal pemberangkatan alat transportasi atau keterlambatan-keterlambatan lain yang disebabkan ketidak disiplinan akan waktu. Disiplin kerja luntur, berakibat pula pada hal lain, yaitu adanya penyalahgunaan wewenang dan penyelewengan uang negara (korupsi) (Fitri, 2006) Hal senada juga dikatakan oleh Anoraga (2001) namun lebih dispesifikkan kepada Pegawai Negeri Sipil. Anoraga (2001) menyatakan etos kerja Pegawai Negeri Sipil di Indonesia masih rendah. Hal ini dapat dilihat dalam penentuan dan pelaksanaan jam kerja untuk instansi pemerintah. Secara resmi badan-badan pemerintah, kecuali beberapa bank dan BUMN, mempunyai jam kerja untuk hari Senin hingga hari Kamis dari pukul 07.00 hingga pukul 14.00, untuk hari Jum at mulai pukul 07.00 hingga pukul 11.00, sedangkan untuk hari Sabtu dari pukul 07.00 hingga pukul 13.00. Seluruhnya ada 38 jam per minggu. Namun dalam prakteknya 38 jam itu tidak tercapai. Hal ini karena kebanyakan anggota kantor tidak hadir tepat pada waktu kerja seperti yang telah ditetapkan diatas. Mereka baru mulai bekerja pada pukul 07.30 dan sudah meninggalkan tempat bekerjanya sekitar pukul 13.30, dan pada hari Sabtu bahkan sudah tidak ada di tempat pada 4

pukul 12.30. Maka dalam praktek kantor-kantor pemerintah, jam kerja hanya berfungsi sekitar 33 jam dalam seminggu. Kondisi di atas juga terjadi di Sumaterea Utara. Pada lingkungan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, masih banyak Pegawai Negeri Sipil yang tidak mengikuiti apel pagi. Hal ini terlihat dari beberapa inspeksi mendadak yang dilakukan oleh para pimpinan Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara. Seperti pada inspeksi mendadak yang dilakukan oleh Gubernur Sumateta Utara H Samsul Arifin, SE pada 30 juni 2008 ke Dinas Pendidikan Sumut. Tercatat hanya 100 Pegawai Negeri Sipil yang hadir dari 400 PNS yang ada di lingkungan tersebut ((dalam Gubsu Sidak ke Disdik Sumut ). Kemudian juga dari hasil inspeksi mendadak Sekdapropsu RE Nainggolan pada apel pagi tanggal 2 Juli 2008 ke Dinas Kesehatan yang menemukan hanya beberapa puluh orang dari ratusan Pegawai Negeri Sipil Dinkessu yang hadir (dalam Sekdapropsu Sidak ke Dinkes Propsu ). Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian Negara per 31 Desember 2007, jumlah Pegawai Negeri Sipil Indonesia adalah 4.067.201 jiwa. Mayoritas dari Pegawai Negeri Sipil tersebut adalah beragama Islam, yaitu mencapai 3.348.072 jiwa atau 82,32%. Melihat data diatas, Pegawai Negeri Sipil yang beragama Islam (muslim) merupakan unsur aparatur negara yang penting dan strategis serta memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan nasional. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki departemen pemerntah yang khusus mengangani masalah kehidupan beragama, yaitu Departemen Agama. Visinya yaitu terwujudnya masyarakat agamais yang berakhlak mulia, 5

rukun dan damai. Adapun misinya: 1) Meningkatkan bimbingan dan pelayanan kehidupan beragama; 2) Meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan dan pengembangan nilai-nilai agama; 3) Memperkokoh kerukunan umat beragama; 4.) Mengembangkan lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan; 5). Meningkatkan kualitas pendidikan agama pada sekolah umum dan madrasah; 6) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji. Berdasarkan visi dan misi diatas terlihat bahwa tugas yang diemban Depag adalah khusus mengurusi masalah-masalah keagamaan. Urusan yang terkait dengan Agama Islam adalah tugas yang paling banyak diemban oleh depag. Tugas tersebut antara lain pembinaan dan bimbingan keislaman kepada masyarakat, penyelenggaraan Haji dan Umrah, mengurusi Madrasah, pondok pesantran dan pemberdayaan masjid, zakat dan wakaf, dan lain-lain. Menurut Analis Kepegawaian kantor Departemen Agama kota Medan, bapak Yazib Bustami, jumlah Pegawai Negeri Sipil muslim yang bekerja di Kantor Departemen Agama kota Medan dan pada 21 Kantor Urusan Agama di Kota Medan (seluruhnya beragama Islam) sebanyak yaitu sebanyak 180 orang dari 188 orang, atau sekitar 95,74%. Berdasarkan tugas yang diemban dan jumlahnya peranan Pegawai Negeri Sipil muslim di Departemen agama menjadi sangat penting untuk mencapai visi dan misinya. Sehingga diharapkan Pegawai Negeri Sipil yang beragama Islam memiliki etos kerja yang baik. Etos kerja sangat erat kaitannya dengan nilai yang dianut oleh seseorang. Hal ini sebagaimana defenisi etos kerja seperti yang dikemukakan oleh Harsono 6

dan Santoso (2006) yang menyatakan etos kerja sebagai semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Salah satu nilai dan norma adalah agama. Islam sebagai sebuah agama memandang masalah kerja sebagai hal yang penting. Salah satu bagian dari syari at Islam adalah kewajiban bekerja, dan keharaman berpangku tangan serta bermalas-malasan bagi orang yang berkemampuan untuk bekerja. Firman Allah SWT dalam Qur an surat At-Taubah: 105: Dan katakanlah, Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang yang mu min, dan kamu akan dikembalikan kepada [Allah] Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. Bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, fikir dan, dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (Tasmara, 1995). Islam juga mengajarkan kepada umatnya agar selalu bekerja keras dan memiliki etos kerja yang tinggi. Allah SWT berfirman: Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. (Qur an surat Al-Insyirah : 7-8). Berdasarkan ayat diatas, terlihat bahwa Islam mengajarkan kepada umatnya untuk bekerja keras di dalam setiap pekerjaan. Hal ini sesuai dengan 7

salah satu aspek etos kerja yang dikemukakan oleh Petty (1993), yaitu keahlian interpersonal. Keahlian interpersonal berkaitan dengan bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain di lingkungan kerjanya. Salah satu sifat yang dapat menggambarkan keahlian interpersonal adalah kerja keras. Hal ini menunjukkan bahwa Islam mengejarkan umatnya untuk memiliki etos kerja yang baik. Menurut Tasmara (1995) etos kerja muslim di definisikan sebagai cara pandang yang diyakini oleh seorang muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur. Terdapat beberapa ciri etos kerja muslim, yaitu: memiliki jiwa kepemimpinan, selalu berhitung, menghargai waktu, tidak pernah merasa puas berbuat kebaikan, hidup berhemat dan efisien, memiliki jiwa wiraswasta, memiliki insting bertanding dan bersaing, keinginan untuk mandiri, haus untuk memiliki sifat keilmuan, berwawasan makro-universal, memperhatikan kesehatan dan gizi, ulet dan pantang menyerah, berorientasi pada produktivitas dan memperkaya jaringan silaturrahmi. Sebagai seorang muslim seharusnya Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama dapat mengetahui dan mengamalkan etos kerja diatas. Hal ini karena mereka memiliki pengetahuan yang lebih tentang agama Islam oleh karena pekerjaan mereka berhubungan langsung dengan agama Islam. Salah satu kerakteristik etos kerja yang harus dimiliki oleh pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal ialah mengikuti peraturan dan tepat 8

waktu (Petty, 1993). Peraturan merupakan rambu-rambu yang mengatur Pegawai Negeri Sipil agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan memperoleh hasil kerja yang diharapkan. Salah satu peraturan yang ada di setiap kantor pemerintahan ialah tentang jam kerja. Pada kenyataannya, masih banyak dijumpai Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan yang tidak memperhatikan tentang jam kerja. Berdasarkan observasi peneliti pada salah satu Kantor Urusan Agama di kota Medan, terlihat bahwa pegawai di kantor tersebut baru datang pada pukul 10.00 wib. Padahal berdasarkan surat keputusan Kepala Kantor Departemen Agama kota Medan, jadwal masuk kantor yang seharusnya yaitu pukul 07.45-16.00 wib untuk hari senin-kamis dan pukul 07.45-15.30 wib untuk hari jum at. Kemudian, dari 6 pegawai (seluruhnya muslim) yang bertugas di kantor tersebut, hanya 2 pegawai yang hadir. Menurut ibu B, salah satu Pegawai Negeri Sipil muslim di kantor tersebut, masalah keterlambatan datang ke kantor merupakan hal yang biasa dan sering terjadi di kantor tersebut. Jadwal masuk seharusnya sih memang jam 07.45. Tapi jarang yang datang tepat jam segitu. Apalagi hujan seperti ini (Komunikasi personal, Agustus 2008). Hal ini juga terjadi pada Kantor Urusan agama yang lain. Pada Kantor Urusan Agama Medan Deli dijumpai sampai pukul 9 wib terlihat baru satu orang yang datang dari lima orang pegawainya. Pada Kantor Departemen Agama Kota Medan keterlambatan ini dapat dilihat pada saat apel pagi setiap harinya. Banyak ditemui PNS muslim yang terlambat. Kemudian juga pada waktu istirahat. Waktu 9

istirahat siang adalah jam 12.00-13.00 wib. Namun pada kenyataannya banyak PNS muslim yang baru balik kekantor diatas jam 13.00 wib, masih berada di kantin atau gobrol-ngobrol di ruang lain. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melihat bagaimana sebenarnya gambaran etos kerja Pegawai Negeri Muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan dan Kantor Urusan Agama di kota Medan disamping masih sedikitnya penelitian tentang etos kerja pada Pegewai Negeri Sipil muslim. I. B. Perumusan Masalah Masalah utama dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran umum etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan. 2. Bagaimana gambaran etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan berdasarkan aspek-aspek etos kerja. Masalah tambahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan ditinjau dari usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, dan lama bekerja. I. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim bekerja pada Kantor Departemen Agama Kota Medan. 10

I. D. Manfaat Penelitian I. D. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dalam memberikan informasi dan perluasan teori dibidang psikologi industri dan organisasi, yaitu mengenai etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan. Selain itu juga, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber kepustakaan di bidang psikologi industri dan organisasi sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penunjang untuk bahan penelitian lebih lanjut. I. D. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini akan memberikan gambaran yang sebenarnya tentang etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan sebagai salah satu data untuk melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan peningkatan etos kerja dikalangan Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama kota Medan. I. E. Sistematika Penulisan berikut : Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai 11

Bab I : Pendahuluan Berisikan mengenai latar belakang masalah yang hendak dibahas, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Berisikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian, yang meliputi landasan teori dari etos kerja. Bab III: Metode Penelitian Berisikan mengenai metode-metode dalam penelitian yaitu identifikasi variabel, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian, instrumen dan alat ukur yang digunakan, metode pengambilan sampel, uji daya beda item dan metode analisis data. Bab IV: Analisa Data dan Interpretasi Berisikan uraian hasil penelitian dan analisa data. Bab V : Kesimpulan, Diskusi dan Saran Membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi dan saran yang berkaitan dengan hasil penelitian yang diperoleh. 12