BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PANDANGAN TOKOH AGAMA TERHADAP UTANG-PIUTANG BERSYARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. piutang dapat terjadi di dunia. Demikian juga dalam hal motivasi, tidak sedikit. piutang karena keterpaksaan dan himpitan hidup.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN PADA PNPM MP DI DESA IMA AN KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK STUDI ANALISIS KOMPILASI HUKUM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI LEGEN. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Praktek

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB I PENDAHULUAN. lain karena manusia merupakan makhluq sosial. Begitu juga dalam bekerja

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari bentuk kegiatan muamalah adalah utang-piutang untuk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. rizki guna memenuhi kebutuhan kehidupannya. Agama telah menganjarkan

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Arisan Bahan Pokok Untuk Resepsi Di Desa Bunut Seberang Kecamatan Way Ratay Kabupaten Pesawaran

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. antara orang lain agar mereka saling tolong-menolong dan tukar-menukar

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup

BAB IV ANALISIS PERSEPSI NASABAH RENTENIR TENTANG QARD} PADA PRAKTIK RENTENIR DI DESA BANDARAN KECAMATAN BANGKALAN

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia diciptakan di dunia ini sudah dilengkapi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Diantara larangan Allah yang tertulis di Al-Qur an adalah tentang larangan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah mempunyai arti menghambakan diri kepada

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI DALAM JUAL BELI ANAK BURUNG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

Hadits-hadits Shohih Tentang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG PENAMBAHAN UANG SEWA TAMBAK DI DESA GISIK CEMANDI KEC. SEDATI KAB.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB IV ANALISA UPAH PELACURAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

IBADAH UMROH. kapan saja di luar batas waktu haji (bulan-bulan haji).

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB 1V ANALISIS DATA. A. Analisis Sistem Pemberian Komisi Penjualan Kepada SPB (Sales Promotion Boy) Di Sumber Rizky Furniture Bandar Lampung

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

BAB IV ANALISIS SEWA MENYEWA TAMBAK YANG DIALIHKAN SEBELUM JATUH TEMPO MENURUT HUKUM ISLAM. A. Analisis Terhadap Akad Sewa Menyewa Tambak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan matematika dalam pembelajaran mampu meningkatkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ZAKAT PERDAGANGAN DENGAN MODAL HUTANG DI USAHA DAGANG LIMA LAPAN SAMPANG

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

ISLAM IS THE BEST CHOICE

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB IV GADAI TANAH PERTANIAN SEBAGAI BARANG GADAI DAN PEMANFAATANNYA OLEH PENERIMA GADAI DI DESA GUNUNGANYAR KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

Konsisten dalam kebaikan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

Transkripsi:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PANDANGAN TOKOH AGAMA TERHADAP UTANG-PIUTANG BERSYARAT Beberapa tokoh agama berbeda pandangan dalam menyikapi persoalan hukum tentang hutang-piutang bersyarat yang telah mentradisi dikalangan petani tambak di Desa Mengare Watu Agung Bungah Gresik. Ada yang mengatakan boleh dan ada yang mengatakan haram. Diferensiasi pandangan yang demikian tentu harus dianalisis lebih mendalam melalui analisis hukum Islam. Analisis ini penting untuk memberikan kepastian hukum terhadap praktek utang-piutang yang masih debatable dikalangan para tokoh agama setempat. Menurut Jamil, memberikan utang, pada dasarnya, merupakan ibadah karena semata-mata untuk tujuan tolong-menolong. Utang-piutang bersyarat yang terjadi di Desa Mengare Watu Agung bersifat konsumtif, artinya debitur berhutang kepada kreditur itu semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Jika debitur tergolong orang yang ekonominya lemah, dan mereka terdesak untuk mendapatkan pertolongan, maka kreditur berinisiatif memberi pertolongan kepada debitur, pertolongan dari kreditur merupakan refleksi dari firman Allah surat al- Ma> idah ayat 2 berikut: و ت ع او ن و ا ع لى ا لب ر و ال ت قو اى و لات ع او ن و ا ع لى الا ثم و ا لع د و ا ن. (الماي دة: 2) Artinya: "Dan tolong- menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa dan jangan tolong- menolong untuk berbuat dosa dan permusuhan. 1 1 Departemen Agama RI. Al-Qur an dan Terjemahnya. h. 157 67

68 Kreditur memberi hutangan kepada debitur hanya semata-mata untuk menolong debitur yang membutuhkan uluran tangan dan untuk mengembangkan usahanya. Artinya kreditur telah mempunyai para pelanggan yang banyak dan mengembangkan usahanya. Dengan cara inilah juragan (kreditur) mencari pelanggan dan mengembangkan usahanya. Menurut Jamil, apa yang dilakukan oleh juragan dengan cara mengikat debitur melalui pertolongan (uluran tangan) juragan tersebut diperbolehkan (dibenarkan) karena juragan hanya semata-mata untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan. Praktek utang-piutang bersyarat yang terjadi di desa Mengare Watu Agung Bungah Gresik merupakan hal yang dianggap baik oleh masyarakat setempat karena saling menguntungkan antara kreditur dan debitur. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa utang-piutang bersyarat yang dilakukan oleh masyarakat desa Mengare Watu Agung Bungah Gresik diperbolehkan (dibenarkan) karena juragan hanya untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan (uluran tangan) tersebut. Juragan memberikan pertolongan itu dengan cara memberi hutangan dan di dalam transaksi utang-piutang itu berlaku syarat yang harus dipenuhi oleh debitur. Sedangkan menurut Ghofur utang-piutang bersyarat yang terjadi di Desa Mengare Watu Agung sudah mengakar dan menjadi tradisi di desa tersebut, utangpiutang bersyarat ini tidak menyimpang dari hukum Islam, karena sudah mentradisi (kebiasaan) yang baik, karena untuk mencari pelanggan tetap dan mengembangkan

69 usahanya. Utang-piutang bersyarat ini tidak merupakan masalah. Bahkan karena antara kreditur dan debitur dapat dikatakan sama-sama mendapatkan keuntungan. Pihak debitur dapat menggunakan utang bersyarat tersebut untuk kebutuhan konsumtif maupun kebutuhan produktif dan pihak kreditur mendapat keuntungan dari hasil panennya pihak debitur. Kalau adat-istiadat dijadikan pegangan (pedoman) dan dilakukan oleh masyarakat luas, serta tidak bertentangan dengan hukum Islam maka adat-istiadat tersebut kemudian menjadi sebuah hukum yang dapat diberlakukan dalam masyarakat. Sebagaimana kaidah fikih yang dikemukakan Ghofur yang berikut. ك م ة ح م ا ل عا د ة Artinya: Adat kebiasaan adalah sesuatu yang dikuatkan 2 Begitu juga pandangan Jamil dan Ghofur tentang tradisi yang baik dan tidak bertentangan hukum Islam dapat diterima karena didasarkan pada hadis Nabi: م ار اه ا لم س ل م و ن ح س ن ا فه و ع ن د ا الله ح س ن Artinya: Apa yang dipandang baik kaum muslimin, maka menurut Allah pun digolongkan perkara yang baik. 3 H}adis ini baik dari segi ibarat maupun tujuannya bahwa setiap perkara yang sudah mentradisi dikalangan muslimin dan dipandang sebagai perkara yang baik, maka dihadapan Allah dipandang baik juga. Menentang tradisi yang telah dipandang baik oleh masyarakat akan menimbulkan kesulitan dan kesempitan. Sebagaimana dalam firman Allah SWT: 2 Abdul Wahab khalaf, Kaidah- Kaidah Hukum Islam, h. 132 3 Abu Zahrah, Usul Fiqih, h. 416

70 و م ا ج ع ل ع لي ك م ف ي الد ي ن م ن ح ر ج Artinya: Dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. 4 Oleh karena itu, hukum yang ditetapkan berdasarkan adat-istiadat yang baik ( urf yang s}ah}ih}) adalah benar. Dari kedua pendapat tokoh dan dalil-dalil di atas dapat disimpulkan bahwa praktek utang-piutang bersyarat yang terjadi di Desa Mengare Watu Agung Bunga Gresik yang telah disepakati dengan ketentuan harus menjual hasil panennya pada pihak kreditur merupakan tradisi yang merefleksikan hubungan tolong-menolong dan menguntungkan kedua belah pihak dan karenanya, dibenarkan dalam Islam. Alasan Jamil dan Ghofur memperbolehkan transaksi utang-piutang bersyarat pada masyarakat Desa Watu Agung diperkuat oleh maqashid syari ah bahwa: dalam kandungan maqashid syari ah atau tujuan hukum adalah kemaslahatan umat manusia, maka transaksi utang-piutang bersyarat yang dilakukan oleh masyarakat Mengare Watu Agung tigak bertentangan dengan hukum islam karena utang-piutang tersebut buat kemaslahatan masyarakat Desa Mengare Watu Agung. Selain pernyataan diatas, alasan Jamil dan Ghofur ditopang oleh pandangan Muhammad Abu Zahrah yang menagaskan bahwa tujuan hakiki hukum islam adalah kemaslahatan. Tak satupun hukum yang disyaratkan baik dalam al-qur an maupun sunnah melainkan dalamnya terdapat kemaslahatan umat manusia. Artinya kemaslahatan itu tidak hanya dalam arti teknis belaka, akan tetapi dalam upaya 4 Departemen Agama RI. Al-Qur an dan Terjemahnya. h. 523

71 dinamika dan pengembangan hukum dilihat sebagai sesuatu yang mengandung nilai filosofis dari hukum-hukum yang disyari atkan Tuhan terhadap umat manusianya. Penekanan maqashid syari ah yang dilakukan Jamil dan Ghofur secara umum bertitik tolak dari kandungan ayat-ayat al-qur an yang menunjukan bahwa hukumhukum Tuhan mengandung kemaslahatan, Jamil dan Ghofur mengutip Al-Syatibi bahwa: ه ذ ه ال شر ي ع ة و ض ع ت ل ت ح ق ي ق م قاص د ال شار ع ف ى ق ي ا م م ص ال ح ه م ف ى الد ي ن و ال دن ي ا م ع ا Artinya: Sesungguhnya syari at itu bertujuan mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat 5 Al-Syatibi juga menggungkapkan yang lain الا ح كام م ش ر و ع ة ل م ص ال ح ا لع ب ا د. Artinya: Hukum-hukum disyari atkan untuk kemaslahatan hamba 6 Berdasarkan hadis-hadis diatas, Jamil dan Ghofur mengatakan bahwa maqashid syari ah dalam arti kemaslahatan terdapat dalam aspek-aspek hukum secara keseluruhan. Artinya, apabila terdapat permasalahan-permasalahan hukum yang tidak ditemukan secara jelas dimensi kemaslahatan, dapat dianalisis melalui maqashid syari at yang dilihat dari ruh syari at dan tujuan umum dari agama islam yang hanif. Al-Qur an sebagai sumber ajaran agama islam memberikan pondasi yang penting yakni The principle governing the insterest of people (prinsip membentuk kemaslahatan manusia) terhadap syari at. 5 Asafri Jaya Bakri, Konsep maqashid syari ah, h. 64 6 Ibid, h. 64

72 Dalam utang-piutang bersyarat di Desa Mengare Jamil dan Ghofuf juga memaparkan hakikat maqashid syari ah bahwa dari segi substansi, maqashid syari ah adalah kamaslahatan. Kemaslahatan dalam taklif Tuhan dapat berwujud dalam dua bentuk yaitu: pertama bentuk hakiki, yakni manfaat langsung dalam arti kausalitas, kedua bentuk majazi, yakni bentuk yangmerupakan sebab yang membahwa kepada kemaslahatan. Jamil dan Ghofur melihat kemaslahatan itu dari 2 (dua) sudut pandang. 1.maqa>s}id al-syari (tujuan Tuhan) 2.maqa>s}id al-mukallaf (tujuan mukallaf). Dengan demikian utang-piutang bersyarat yang dilakukan masyarakat Desa Mengare Watu Agung Bungah Gresik tidak bertentangan dengan hukum islam karena mendatangkan kemaslahatan bagi masyarakat desa tersebut. Pandangan kedua tokoh diatas berbeda dengan pandangan tokoh agama yang lain. Marzuki mengatakan bahwa utang-piutang bersyarat yang dilakukan masyarakat Desa Mengare Watu Agung Bunga Gresik bertentangan dengan hukum Islam, karena pihak kreditur hanya untuk mengambil manfaat (keuntungan) dari utang-piutang bersyarat tersebut. Hal ini sangat tidak diperbolehkan karena sangat bertentangan dengan syariat Islam. Dalam hadis : ف ه و م ن ف ع ة ج ر ض ق ر كل و ج ه م ن و ج و ه الر با Artinya: Setiap pungutan yang menarik keuntungan (manfaat) maka itu adalah salah satu cara diantara cara- cara riba. 7 7 Muhammad Abu Bakar, Terjemahan Subulus Salam Jilid 2, hal 183

73 Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa haram bagi orang yang menghutangi, mengambil keuntungan dalam bentuk apapun baik berupa tambahan maupun manfaat yang merupakan syarat yang telah ditentukan dalam pengambilannya. Alasan penolakan Marzuki terhadap tradisi utang-piutang masyarakat petani diperkuat oleh contoh bahwa: tidak sah seseorang yang mengutamakan gandum kotor yang disyaratkan menggantinya dengan yang lebih baik, atau uang yang disyaratkan menggantinya dengan emas, namun apabila tidak dipersyaratkan sebelumnya dan debitur memberikan tambahan maka itu lebih baik (terpuji). 8 Selain contoh tersebut, alasan Marzuki juga ditopang oleh pandangan Imam Abu Ishak. Ia mengatakan bahwa tidak boleh utang-piutang yang bersifat menarik manfaat keuntungan seperti seseorang mengutangi dengan syarat orang itu harus menjual rumah kepadanya. 9 Artinya, suatu utang bersyarat yang bersifat mengambil keuntungan (manfaat) yang bisa mendatangkan kerugian pada salah satu pihak baik dari pihak kreditur ataupun debitur, maka menurutnya tidak diperbolehkan (tidak sah). Utang-piutang bersyarat yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Desa Mengare Watuagung Bunga Gresik yang disertai ketentuan-ketentuan tertentu, misalnya; keharusan menjual hasil panennya pada kreditur adalah tidak boleh, karena 8 Ali Fikri, al-mualamatul Jilid 1, h. 353 9 Abi Ishaq, Fi- Fiqih Madzbi Imam Asy-Syafi'i Jilid 1, h. 420

74 ketentuan yang demikian itu hanya menguntungkan pihak kreditur dan merugikan pihak debitur. Utang-piutang menjadi tidak sah (rusak), jika yang mengambil keuntungan itu kreditur seperti mengembalikan barang utang disertai persyaratan tambahan. Menurut Syafi i Antonio, dalam pinjam meminjam uang untuk memperoleh imbalan atau (keuntungan) dilarang. Pendapatan atau keuntungan hanya boleh diperoleh dengan bekerja atau melakukan kegiatan perniagaan yang tidak dilarang oleh Islam. Untuk menghindari pelanggaran terhadap batas-batas yang telah ditentukan oleh syariat Islam tersebut, keuangan yang diciptakan harus didukung oleh aktiva, proyek aktiva atau transaksi jual-beli yang melatarbelakangi (underlying transaction) secara halal. 10 Demikian juga, petunjuk agama yang menghendaki agar setiap muslim bekerja keras untuk menutupi kebutuhan hidup, dan janganlah terbiasa menutupi kebutuhan hidup ini dengan jalan berutang. Dari berbagai pandangan diatas, maka bagi penulis utang-piutang yang bersifat manfaat atau dalam artian untuk menolong orang yang membutuhkan bantuan, boleh dilakukan, selama tidak merugikan salah satu pihak\. Pihak kreditur dan debitur ada saling kepercayaan dari pihak debitur tidak ada permasalahan walaupun hasil panennya diberikan kepada pihak kreditur, maka dari hasil tersebut saya sependapat bahwasannya utang-piutang ini bersifat ini hanya saling tolong- 10 Muhammad Antonio Syafi'i, Bank Syari'ah, h. 188

75 menolong sesama muslim yang membutuhkan bantuan, dan orang muslim yang baik wajib hukumnya. Alasan-alasan saya yaitu alasan yang berupa dalil naqli dan aqli. Dalil naqli yang digunakan dasar adalah: 1. Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan takwa dan jangan tolong menolong untuk berbuat dosa dan permusuhan. 11 2. Barang siapa menghilangkan satu macam kesusahan dunia dari sesama muslim, maka Allah akan menghilangkan kesusahan di hari kiamat. Dan barang siapa yang mempermudah dia di dunia dan akhirat, dan Allah akan menolong hamba selagi hamba itu mau menolong saudaranya. (HR. Abu Daud dan At-Tirmizdi). Sedangkan argument pemikiran atau dalil aqli-nya adalah sebagai berikut: 1. Karena faktor ekonomi di desa tersebut banyak petani yang perekonomiannya lemah, maka jalan yang terbaik dari pihak yaitu mau tidak mau pinjam dari pihak kreditur dengan ketentuan yang ditentukan. 2. Karena peminjaman dari bank sangat dipersulit persyaratannya maka jalan terbaik masyarakat desa tersebut adalah meminjam dari pihak kreditur yaitu (juragan). Di samping itu transaksi utang-piutang bersyarat di Desa Mengare Watuagung tidak mengandung riba apapun baik riba nasi ah ataupun riba fadlh karena tidak merugikan kedua belah pihak. 11 Departemen Agama RI. Al-Qur an dan Terjemahnya, h. 157