BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lastri Rahayu, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSISDIKNAS)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENGARUH PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MUATAN NILAI SAINS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Guna mewujudkan itu semua, nilai-nilai demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2014 KORELASI PENGUASAAN KONSEP SISTEM SARAF DAN SIKAP SISWA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA MELALUI PEMBELAJARAN BERMUATAN NILAI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada pengertian pendidikan menurut Undang-Undang No 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI Nomor 20 Tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asep Sutiawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus sebagai ujung tombak berdirinya nilai-nilai atau norma. mengembangkan akal manusia, mengingat fungsi pendidikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

Arif Widiyatmoko Jurusan IPA Terpadu, FMIPA Universitas Negeri Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

I. PENDAHULUAN. Media dalam pendidikan digunakan untuk membantu dalam menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa Indonesia kini menjadi sorotan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai nilai kesopanan, sehingga dikenal sebagai bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan alat utama yang berfungsi untuk membentuk dan. membangun karakter bangsa. Karena, pendidikan adalah wahana untuk

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang cerdas dan berkarakter. Demikian pula dengan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Berdasarkan definisi pendidikan tersebut terlihat bahwa peserta didik secara aktif dituntut untuk mengembangkan potensi dirinya melalui nilai-nilai yang terkandung dalam setiap proses pembelajaran. Tujuan dari pendidikan itu sendiri yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Ketentuan undangundang tersebut dapat dimaknai bahwa pendidikan nasional mendorong terwujudnya generasi penerus bangsa yang memiliki karakter religius, berakhlak mulia, cendekia, mandiri, dan demokratis (Zuchdi, et.al. 2010). Menurut Rohimin, et.al. (2008) pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of culture and transfer of religius yang diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia. Hal itu pun menandakan bahwa pendidikan terhadap peserta didik tidak hanya meliputi aspek kognitif saja tetapi berbagai aspek lain pun sangat diperhatikan, terutama aspek sikap (afektif). Seperti yang dikemukakan oleh Aeni (2010) bahwa dalam setiap pengajaran seharusnya bukan hanya memberikan pengetahuan demi pemenuhan ranah kognitif (cognitve) saja, tetapi yang paling penting adalah pemenuhan terhadap

2 aspek afeksi (affective) berupa nilai yang sangat dibutuhkan dan berpengaruh terhadap penentuan perilaku dan kepribadian seseorang. Di masa kini, kebanyakan siswa hanya berlomba-lomba untuk dapat memperoleh nilai yang tinggi secara kognitif tetapi mengesampingkan aspek afektifnya. Hal itu terlihat melalui munculnya banyak perbuatan yang tidak terpuji, seperti perilaku anarkhisme, ketidakjujuran marak di kalangan peserta didik, tawuran, menyontek, plagiarisme, perkelahian massal, penyalahgunaan narkoba, seks bebas, banyaknya siswa yang sudah tidak hormat lagi kepada orang tua dan guru, semakin banyaknya siswa-siswa yang tidak peka terhadap lingkungan dengan buang sampah sembarangan, dan perilaku-perilaku lainnya yang menunjukkan adanya kemerosotan nilai. Oleh sebab itulah pendidikan karakter atau pendidikan nilai sangat diperlukan pada masa kini. Zuchdi, et.al. (2010) memberikan definisi bahwa: Secara praktis, pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilainilai kebaikan kepada warga sekolah atau kampus yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik dalam berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa (YME), sesama manusia, lingkungan, maupun nusa dan bangsa sehingga menjadi manusia paripurna (insan kamil). Pendidikan nilai merupakan upaya pembinaan nilai siswa di sekolah yang bisa diwujudkan melalui pembelajaran berbasis nilai pada setiap materi pelajaran yang diajarkan di sekolah. Ketika mengajarkan mengenai salah satu konsep dalam setiap mata pelajaran, seorang guru dapat memberikan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap konsep yang diajarkannya. Mulyana (2011:119) mengungkapkan bahwa secara umum, pendidikan nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Menurut Aeni (2010) pendidikan nilai dalam konteks formal memiliki dua dimensi, yaitu: (1) upaya dalam pemberian muatan kurikulum tertulis (written curiculum) dengan sejumlah bidang kajian tertentu yang bersifat normatif dan akademik, (2) upaya dalam pemberian muatan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) atas inisiatif dan komitmen pendidik. Bagi setiap guru membaca the

3 hidden curriculum sungguh sangat penting. Sebab pengajaran harus bermula (take off) dari potret afektif anak dan kehidupan tersebut menuju target nilai yang diharapkan. Tidak setiap anak berada pada posisi nilai yang sama. Biologi sebagai salah satu cabang mata pelajaran sains yang mencakup pembelajaran mengenai kehidupan dan hidupnya suatu organisme secara lahiriah perlu diintegrasikan dengan pendidikan nilai. Menurut Permendiknas (dalam Subiantoro, 2010) pendidikan berorientasi nilai mengintegrasikan seluruh potensi kemampuan subjek didik sehingga pembelajaran tersebut menjadi bermakna bagi kehidupannya. Pembelajaran berorientasi nilai merupakan salah satu tujuan dari pendidikan IPA untuk SMA/MA. Menurut Yudianto (2012:3) pendidikan atau pengajaran sains yang holistik adalah mengajarkan sains bukan hanya materinya saja, akan tetapi juga mengajarkan sistem nilai-nilai dan moralnya dengan cara mengambil perumpamaan-perumpamaan dari bahan ajar. Tumbuhan berbiji (Spermatophyta) merupakan salah satu subkonsep dari konsep Dunia Tumbuhan yang dipelajari dalam Biologi. Tumbuhan berbiji yang ada di dunia ini menunjukkan berbagai macam variasi, baik dari segi ukuran, bentuk, struktur, fungsi, cara hidup, dan sifat-sifat lainnya. Tumbuhan berbiji memiliki manfaat yang sangat banyak bagi kelangsungan hidup manusia di bumi ini sehingga sangat penting untuk menjaga kelestariannya. Oleh karena itu, guru harus dapat memberikan pemahaman mengenai hal ini terhadap siswa melalui pembelajaran Biologi berbasis nilai. Dengan begitu, diharapkan dapat meningkatkan sikap siswa ke arah yang lebih baik dan penguasaan konsepnya pun semakin meningkat. Menurut Yudianto (2008:12) salah satu cara untuk menanamkan sikap peduli untuk melestarikan tumbuhan berbiji yaitu melalui pembelajaran Biologi berbasis nilai. Implementasi pembelajaran berdasarkan pendekatan nilai selalu berpijak pada nilai praktis atau konsep utama dari bahan ajar. Adanya kemampuan mengembangkan nilai-nilai sains tentu diawali dengan pemahaman konsep yang kuat. Informasi-informasi yang diperoleh dari konsep Biologi tersebut akan menjadi suatu kepercayaan. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari

4 objek tertentu (Azwar, 2012:25). Kepercayaan seseorang merupakan komponen kognitif yang memberikan kontribusi dalam pembentukan sikap. Oleh karena itu, melalui pembelajaran berbasis nilai-nilai diharapkan pengetahuan siswa yang terbentuk nantinya tidak hanya sekedar menjadi kognitif saja melainkan juga menjadi sikap (afektif) yang didasari nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat, keluarga, dan utamanya di dalam Al-Qur an. Untuk itu, penulis mengambil judul Penerapan Pembelajaran Biologi Berbasis Nilai pada Subkonsep Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta) terhadap Penguasaan Konsep dan Sikap Siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah : Bagaimana Penerapan Pembelajaran Biologi Berbasis Nilai pada Subkonsep Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta) terhadap Penguasaan Konsep dan Sikap Siswa?. Untuk lebih memperjelas rumusan masalah tersebut maka dimunculkanlah pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum melaksanakan pembelajaran Biologi berbasis nilai pada subkonsep 2. Bagaimana penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah melaksanakan pembelajaran Biologi berbasis nilai pada subkonsep 3. Bagaimana sikap siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum melaksanakan pembelajaran Biologi berbasis nilai pada subkonsep 4. Bagaimana sikap siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah melaksanakan pembelajaran Biologi berbasis nilai pada subkonsep 5. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran Biologi berbasis nilai pada subkonsep

5 6. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran Biologi berbasis nilai pada subkonsep C. Batasan Masalah Untuk menghindari terjadinya kesalahan penafsiran dalam penelitian ini maka masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut : 1. Nilai-nilai yang dimuat dalam pembelajaran dibatasi pada nilai praktis yang dikembangkan menjadi nilai intelektual, nilai sosial-politik, nilai pendidikan, dan nilai religi yang terkandung dalam subkonsep Spermatophyta (Yudianto, 2008). 2. Sikap yang dimaksud adalah sikap siswa terhadap nilai praktis yang dikembangkan menjadi nilai intelektual, nilai sosial-politik, nilai pendidikan, dan nilai religi yang diukur dengan menggunakan angket skala sikap model Likert empat alternatif jawaban. D. Tujuan 1. Tujuan Umum Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan umum yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pembelajaran Biologi berbasis nilai pada subkonsep Spermatophyta terhadap penguasaan konsep dan sikap siswa. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini di antaranya : a. Untuk mengetahui penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum melaksanakan pembelajaran Biologi berbasis nilai pada subkonsep Spermatophyta. b. Untuk mengetahui penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah melaksanakan pembelajaran Biologi berbasis nilai pada subkonsep Spermatophyta.

6 c. Untuk mengetahui sikap siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum melaksanakan pembelajaran Biologi berbasis nilai pada subkonsep Spermatophyta. d. Untuk mengetahui sikap siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah melaksanakan pembelajaran Biologi berbasis nilai pada subkonsep Spermatophyta. e. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Biologi berbasis nilai pada subkonsep Spermatophyta. f. Untuk mengetahui respon siswa mengenai pembelajaran Biologi berbasis nilai pada subkonsep Spermatophyta. E. Manfaat Manfaat dari penelitian ini di antaranya adalah : 1. Bagi siswa Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat bagi siswa. Siswa mendapatkan pengalaman belajar berbasis nilai sehingga bisa meningkatkan penguasaan konsepnya dan berkembang sikapnya. 2. Bagi Guru a. Guru memperoleh alternatif dalam pembelajaran Biologi untuk meningkatkan pencapaian aspek kognitif (penguasaan konsep) dan aspek afektif (sikap) siswa. b. Memiliki contoh implementasi untuk dikembangkan pada topik lain. F. Asumsi 1. Metode pembelajaran bernuansa pendidikan nilai (nilai intelektual, nilai sosiopolitik, nilai pendidikan, dan nilai religi) selalu berpijak kepada pengetahuan dasarnya atau pengetahuan konsepnya, yang disebut nilai praktis (Yudianto, 2008:12).

7 2. Pemberian informasi dan analogi tentang kandungan nilai-nilai suatu bahan ajar dengan sistem nilai dan moral yang berlaku dalam masyarakat dapat mengubah sikap seseorang siswa yang belajar (Yudianto, 2008:30). 3. Sikap bisa diukur dengan menggunakan angket skala sikap model Likert (Rustaman, 2003:189). 4. Penguasaan konsep bisa diukur dengan cara tes objektif berupa pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban (Rustaman, 2003:182). G. Hipotesis Berdasarkan asumsi di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu : Pembelajaran Biologi berbasis nilai pada subkonsep Spermatophyta dapat meningkatkan penguasaan konsep dan sikap siswa.