LANDASAN TEORI Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya.

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Orde Baru terjadi kegoncangan ekonomi dan politik. Perusahaan

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini setiap Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) serta

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah

BMT merupakan pelaku ekonomi baru dalam kegiatan perekonomian nasional yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah. BMT melakukan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonominya. Untuk meningkatkan perekonomian, fokus pemerintah. Indonesia salah satunya pada sektor keuangan dan sektor riil.

BAB I PENDAHULUAN. BMT-BMT di seluruh Indonesia. BMT-BMT ini ternyata memberikan manfaat

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BAB 1 PENDAHULUAN. tukar tereskalasi menjadi krisis multi dimensi yang dimulai akhir tahun 1997.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). saat ini para pelaku UKM masih kesulitan dalam mengakses modal.

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. koperasi di indonesia merupakan bagian dari bagian usaha nasional secara keseluruhan. Koperasi

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia,

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BMT UMS DENGAN METODE CAMEL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan perekonomian nasional yang dihadapi dunia usaha saat ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan lahiriyah dan batiniyah saja tetapi juga keseimbangan,

BAB II KAJIAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. membantu masyarakat dalam pengembangan usahanya. Menurut Undangundang

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang telah berkembang pesat dalam perekonomian dunia maupun di

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

shahibul maal yang menyediakan seluruh modalnya, sedangkan pihak kedua

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesejahteraan ekonomi dari masyarakat juga berkembang.pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. melalui paket-paket kebijakan untuk mendorong kehidupan sektor usaha

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 250 miliar dollar AS, tumbuh rata-rata lebih dari 15 persen per

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

12 LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia Lembaga perbankan Islam mengalami perkembangan yang amat pesat dengan lahirnya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975 yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan social bagi negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya. Pesatnya perkembangan lembaga perbankan Islam ini karena Bank Islam memiliki keistimewaan, salah satu yang utama adalah berorientasi pada kebersamaan. Orientasi kebersamaan inilah yang menjadikan bank Islam mampu tampil sebagai alternative pengganti sistem bunga yang selama ini hukumnya (halal atau haram) masih diragukan oleh masyarakat Muslim. Paradigma baru yang berkembang pada masa krisis ekonomi tahun 1997 dan 1998 adalah perlu dikembangkannya ekonomi kerakyatan, dimana pertumbuhan ekonomi didorong dari bawah. Hal ini berarti diperlukannya alokasi sumber daya untuk membangkitkan golongan ekonomi lemah dan koperasi. Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan usaha ekonomi produktif milik perorangan dan / atau badan usaha perorangan yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan. Usaha ini begitu banyak berkembang bahkan terbukti sanggup melewati masa krisis ekonomi yang terjadi di haun 1998 sekaligus menyerap banyak tenaga kerja.

13 Tingkat bunga yang sangat tinggi pada masa krisis jelas tidak mendukung berkembangnya ekonomi kerakyatan. Oleh karena itu, diperlukan perangkat lembaga keuangan baru yang tentunya bukan berupa bunga. Selama terjadinya krisis, bank syariah, yang baru diakui berdirinya pada tahun 1992 menyusul diundangkannya UU No.7 tahun 1992 yang kemudian direvisi dengan UU No.10 tahun 1998 berhasil melewati masa masa krisis tersebut dan dinilai sehat sementara banyak bank konvensional yang berguguran. Sejak saat itu,perkembangan bank syariah dan lembaga keuangan non bank tumbuh secara pesat seiring dengan pencanangan Gerakan Ekonomi Syariah Nasional oleh Majelis Ulama Indonesia yang diikuti oleh Gerakan Ekonomi Syariah Daerah di seluruh provinsi. Perkembangan perbankan di Indonesia sangatlah pesat apalagi semenjak diberlakukannya peraturan yang menjamin keleluasaan dan kemudahan mendirikan jasa perbankan dengan dikeluarkannya Paket Oktober 1998 walaupun krisis ekonomi dan moneter yang terjadi pada tahun 1998 berakibat pada banyaknya lembaga perbankan yang gulung tikar. Fakta lain menunjukkan bahwa industry kecil di Indonesia mencapai 90,36% dan dari jumlah tersebut hanya sedikit yang mampu ditangani oleh bank. Pemenuhan modal mereka berasal dari sumber lain termasuk rentenir dan perorangan lainnya dengan bunga yang cukup besar. Menghadapi situasi tersebut, jelas dibutuhkan sistem keuangan alternative yang dapat melayani kebutuhan mereka, sistem keuangan tersebut sebenarnya sudah ada dan berkembang di masyarakat tetapi selama ini posisinya berada diluar sistem yang telah ada sebelumnya, sistem keuangan tersebut adalah keuangan

14 mikro. Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok besar, yaitu : 1. Lembaga keuangan mikro perbankan, mengacu dan diatur dalam UU Perbankan No.10 tahun 1998. LKM ini seperti BRI Unit atau BPRS 2. Lembaga keuangan mikro koperasi, mengacu dan diatur dalam UU No.17 tahun 2012. 3. Lembaga keuangan mikro bukan perbankan dan koperasi, mengacu dan diatur dalam UU No.1 tahun 2013 Dalam UU No.1 tahun 2013 disebutkan bahwa lembaga keuangan mikro merupakan lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata mata mencari keuntungan. Oleh karena itu, lembaga lembaga tersebut perlu dikembangkan karena telah banyak membantu peningkatan perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah. Lembaga keuangan skala mikro ini memang hanya difokuskan kepada usaha usaha masyarakat yang bersifat mikro berdasarkan semangat UUD 1945 Pasal 33 ayat 1 yang menegaskan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan ayat 4 yang menyatakan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas asas demokrasi ekonomi

15 dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Sehingga lembaga keuangan mikro berasas : 1. Keadilan 2. Kebersamaan 3. Kemandirian 4. Kemudahan 5. Keterbukaan 6. Pemerataan 7. Keberlanjutan 8. Kedayagunaan dan kehasilgunaan Keberadaan LKM pada prinsipnya sebagai lembaga keuangan yang menyediakan jasa simpanan dan pembiayaan skala mikro kepada masyarakat, memperluas lapangan kerja dan dapat berperan sebagai instrument pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah. Tujuan dari pendirian LKM adalah : 1. Meningkatkan akses pendanaan skala mikro bagi masyarakat 2. Membantu peningkatan pemberdayaan ekonomi dan produktivitas masyarakat 3. Membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah.

16 2.2. Baitul Mal Wattamwil BMT singkatan dari Baitul mal wattamwil. BMT terdiri dari dua istilah yaitu baitul mal dan baitul tamwil. Dalam Bahasa Indonesia berarti rumah uang dan rumah pembiayaan. Baitul mal lebih mengarah pada usaha usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit. Baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. BMT merupakan salah satu lembaga keuangan mikro syariah yang memiliki cirri : 1. Modal awal antara 5-10 juta 2. Memberikan pembiayaan pada anggota relative lebih kecil tergantung besar modal 3. Menerima titipan zakat, infak dan sodakoh dari Bazis 4. Calon pengelola atau manajer dipilih yang berakidah, komitmen tinggi pada pengembangan ekonomi umat, amanah dan jujur 5. Dalam operasi menggiatkan dan menjemput berbagai jenis simpanan demikian juga terhadap nasabah, pembiayaan dan tidak hanya menunggu 6. Manajemennya professional dan islami Ciri BMT dilihat dari ciri operasional baitul maal dan baitul tamwil adalah : 1. Ciri dari baitul maal a. Visi misi social b. Memiliki gungsi sebagai mediator antara pembayar zakat c. Tidak boleh mengambil profit apapun dari operasinya d. Pembiayaan operasi diambil dari 12,5% (1/8) dari total zakat yang diterima

17 2. Ciri dari baitul tamwil a. Visi dan misi komersial b. Dijalankan dengan prinsip ekonomi islam c. Memiliki fungsi sebagai mediator antara pemilik kelebihan dana dengan pihak yang kekeurangan dana d. Pembiayaan operasional berasal dari asset sendiri atau dari keuntungan e. Merupakan wajib zakat Usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia memiliki peran strategis. Pada akhir tahun 2012, jumlah UMKM di Indonesia 56,53 juta unit dengan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 107 juta orang. Pada tahun 2012, sekitar 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi kecil, kecil menjadi menengah, maupun menengah menjadi komersial atau di luar UMKM. Salah satu kendala utama bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) adalah ketersediaan modal. Modal yang kurang mencukupi akan membuat pelaku usaha tidak leluasa dalam menjalankan bisnisnya. Umumnya, para pelaku UMKM memiliki dua jalan untuk menambah modal mereka. Yang pertama, melakukan peminjaman pada individu tanpa kontrak yang jelas berdasarkan perkenalan atau kepercayaan yang biasanya cenderung merugikan karena dikenakan bunga yang sangat tinggi dan yang kedua melakukan peminjaman ke lembaga keuangan baik

18 bank maupun non bank. Namun, dengan segala peran strategisnya itu, hanya 20% dari total UMKM yang sudah terakses kredit bank. Koperasi syariah merupakan badan usaha koperasi yang menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip prinsip syariah. Apabila koperasi memiliki usaha produktif simpan pinjam maka seluruh produk dan operasionalnya harus dilaksanakan mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Dari segi legalitas, koperasi syariah belum tercantum dalam UU No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Untuk sementara, keberadaan koperasi syariah didasarkan pada Keputusan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) selanjutnya diterbitkan instrument Pedoman Standar Operasional Manajemen KJKS/UJKS Koperasi, Pedoman Penilaian Kesehatan KJKS/UJKS Koperasi dan Pedoman Pengawasan KJKS/UJKS Koperasi. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) merupakan koperasi yang bergerak di bidang pembiayaan, investasi dan simpanan dengan pola syariah. BMT adalah sebutan ringkas dari Baitul Maal wat Tamwil, padanannya Balai usaha Mandiri Terpadu. BMT merupakan system intermediasi keuangan di tingkat mikro yang dalam operasionalnya dijalankan dengan menerapkan prinsip prinsip syari ah. Kegiatan Baitul Maal wat Tamwil mengembangkan usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil

19 dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan fasilitas pembiayaan guna menunjang usaha ekonominya. Dalam perkembangannya, koperasi menjadi sebuah lembaga yang kemudian diterapkan untuk BMT. Hal ini didasarkan pada latar belakang kedua lembaga ini sama sama memperjuangkan kepentingan rakyat golongan bawah, kedua lembaga ini selain bergerak di bidang bisnis tetapi tidak meninggalkan aspek social, kedua lembaga ini berusaha untuk mensejahterakan anggotanya terutama bagi golongan masyarakat kecil dalam rangka mengentaskan kemiskinan bagi perbaikan ekonomi rakyat, kedua lembaga ini sebagai motor penggerak perekonomian dengan mengembangkan dan membangun potensi serta kemampuan masyarakat lapisan bawah untuk mencapai perekonomian yang lebih baik, kedua lembaga ini diusahakan untuk bergerak disektor jasa keuangan melalui usaha simpan pinjam serta kedua lembaga ini dalam alat kelengkapan organisasinya sama sama memiliki Dewan Pengawas yang bertugas untuk mengendalikan dan mengawasi di dalam pengelolaannya. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Tamwil merupakan system intermediasi keuangan tingkat mikro yang berbadan hukum koperasi dimana di dalamnya terdapat Baitul Tamwil yang dalam operasionalnya dijalankan dengan menerapkan prinsip prinsip syariah. Sehingga, KJKS Baitul Tamwil dalam operasinya harus menjalankan prinsip prinsip koperasi dan segala peraturan yang mengatur tentang perkoperasian. Selain itu, dalam segala aspek operasionalnya juga harus tunduk dan tidak boleh keluar dari tatanan syariah.

20 Secara umum, sumber dana koperasi dikelompokkan dalam simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela dan investasi pihak lain. Simpanan pokok merupakan modal awal anggota yang disetorkan dimana nilai besarnya simpanan semua anggota sama. Simpanan wajib merupakan simpanan yang dilakukan secara continue setiap bulan selama menjadi anggota koperasi. Simpanan sukarela merupakan simpanan anggota yang jumlah dan waktunya tidak ditentukan,biasanya berasal dari anggota yang kelebihan dana kemudiannya menyimpannya di koperasi. Investasi pihak lain diperlukan untuk mengembangkan usaha secara maksimal dikarenakan modal yang berasal dari simpanan anggota sedikit dan terbatas jumlahnya. Investasi ini dapat dilakukan salah satunya dengan menjalin kerjasama dengan Bank syariah. Sumber dana yang diperoleh koperasi harus disalurkan kepada anggotanya. Dalam penyalurannya dapat menggunakan bagi hasil, jual beli, bahkan ada juga yang bersifat jasa umum seperti pengalihan piutang, sewa menyewa atau pemberian manfaat berupa pendidikan dan sebagainya. Dalam Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah dijelaskan bahwa KJKS bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola syariah. Kegiatan usaha jasa keuangan syariah pada KJKS meliputi kegiatan penarikan/penghimpunan dana dan penyaluran kembali dana tersebut dalam bentuk pembiayaan/piutang.

21 2.3. Usaha Mikro Kecil Menengah Krisis telah mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sector ekonomi berubah. Usaha besar satu per satu pailit karena bahan baku impor meningkat secara drastis, biaya cicilan utang meningkat sebagai akibat dari nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menurun dan berfluktuasi. Sector perbankan juga ikut terpuruk, memperparah sector industry dari sisi permodalan. Banyak perusahaan yang tidak mampu meneruskan usaha karena dari tingkat bunga yang tinggi. Berbeda dengan UMKM yang sebagian besar tetap bertahan bahkan cenderung bertambah. Kelompok yang termasuk dalam kelompok usaha mikro dan usaha kecil adalah perusahaan yang memiliki modal atau kekayaan bersih tidak lebih dari 25 juta dimana modalnya dapat berupa uang atau tenaga. Sedangkan untuk usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki kekayaan bersih tidak lebih dari 40 juta dimana dalam kekayaan tersebut tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati dan nilai penjualan output rata rata setiap bulannya tidak lebih dari 10 juta. Profil pengusaha kecil Indonesia dari sisi manajemen, yaitu : 1. Pemilik sebagai pengelola 2. Berkembang dari usaha kecil kecilan sehingga kepercayaan diri berlebihan 3. Tidak membuat perencanaan tertulis 4. Kurang melakukan pencatatan/pembukuan secara tertib

22 5. Pendelegasian wewenang secara lisan 6. Kurang mampu mempertahankan mutu 7. Sangat tergantung pada pelanggan dan pemasok sekitar usahanya 8. Kurang membina saluran informasi 9. Kurang mampu membina hubungan perbankan Profil pengusaha kecil Indonesia dari sisi keuangan, yaitu : 1. Memulai usaha kecil kecilan, bermodal sedikit dana dan ketrampilan pemiliknya 2. Terbatas sumber dana dari perbankan 3. Kemampuan memperoleh pinjaman bank relative rendah/kurang mampu menyediakan jaminan atau membuat proposal kredit 4. Kurang akurat perencanaan anggaran kas 5. Tidak memiliki catatan harga pokok produksi, perhitungan sangat kasar 6. Kurang memahami tetntang perlunya pencatatan keuangan/akuntansi 7. Kurang paham tentang prinsip penyajian laporan keuangan dan kemapuan analisisnya 8. Kurang mampu memilih informasi yang berguna bagi usahanya Alasan UMKM bisa bertahan dan cenderung meningkat jumlahnya pada masa krisis adalah : 1. Sebagian besar UMKM memproduksi barang konsumsi dan jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan rendah, maka tingkat pendapatan rata rata masyarakat tidak banyak berpengaruh terhadap

23 permintaan barang yang dihasilkan, sebaliknya kenaikan tingkat pendapatan juga tidak berpengaruh pada permintaan 2. Sebagian besar UMKM tidak mendapat modal dari Bank sehingga keterpurukan sector perbankan dan naiknya suku bunga tidak banyak mempengaruhi sector ini. 3. Dengan krisis yang berkepanjangan menyebabkan sector formal banyak memberhentikan pekerjanya sehingga banyak pengangguran dan para penganggur tersebut memasuki sector informal, melkukan kegiatan usaha yang umumnya berskala kecil, akibatnya UMKM meningkat. Pada masa krisis UMKM dapat bertahan dan mempunyai potensi untuk berkembang. Dengan demikian, UMKM dapat dijadikan andalan untuk masa yang akan dating dan harus didukung dengan kebijakan kebijakan yang kondusif serta persoalan yang menghambat usaha pemberdayaan UMKM harus dihilangkan. Dengan adanya pembinaan UMKM diharapkan mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM sehingga memperkokoh ketahanan perekonomian dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas. Strategi pengembangan UMKM antara lain kemitraan dan bantuan keuangan. 2.4. Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota,calon anggota, koperasi lain, dan atau anggotanya, yang mewajibkan penerima pembiayaaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad disertai dengan

24 pembayaran sejumlah bagi hasil dari pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau penggunaan dana pembiayaan tersebut. Pembiayaan Musyarakah adalah akad kerjasama yang didasarkan atas bagi hasil, dimana para mitra berkontribusi dalam modal maupun kerja. Keuntungan dari usaha akan dibagi kepada para mitra sesuai nisbah kesepakatan yang disepakati pada saat akad, sedangkan kerugian akan ditanggung oleh para mitra sesuai dengan proporsi modal. Aspek pembiayaan pada BMT terdiri dari : 1. Aman Keyakinan bahwa dana dalam pembiayaan yang telah diberikan dapat ditarik kembali sesuai dengan wktu yang telah disepakati. Untuk menciptakan pembiayaan, BMT terlebih dahulu akan melakukan survey sesuai dengan usaha untuk memastikan bahwa usaha yang dibiayai layak dan bukan factor kasihan. 2. Lancar. Keyakinan bahwa dana BMT dapat berputar dengan lancar dan cepat. Semakin cepat perputaran danaya, maka pengembangan BMT akan semakin baik. Untuk itu BMT harus membidik segmen pasar yang perputarannya harian atau mingguan. 3. Menguntungkan Perhitungan dan proyeksi yang tepat untuk memastikan bahwa dana yang diberikan akan menghasilkan pendapatan. Semakin tepat dalam memproyeksikan usaha, kemungkinan gagal dapat diminimalisasi.

25 Kepastian pendapatan akan berpengaruh besar bagi kelangsungan BMT dan anggotanya karena semakin besar pendapatan semakin besar pula bagi hasil yang didapat anggota Jenis akad musyarakah menurut Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan : 1. Musyarakah permanen Adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad 2. Musyarakah menurun Adalah musyarakah dengan ketentuan badian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad, mitra lainnya tersbut akan menjadi pemilik penuh usaha musyarakah tersebut.