BAB V PEMBAHASAN. Laporan Tugas Akhir

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN LENTUR KOMPOSIT RESIN BERPENGUAT SERBUK KAYU

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian tentang pengaruh jumlah volume filler wt% terhadap kekuatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c) (d) Gambar 4.1 Tampak Visual Hasil Rheomix Formula : (a) 1, (b) 2, (c) 3, (d) 4

METALURGI SERBUK. By : Nurun Nayiroh

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember 2

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR DAN WAKTU POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK KOMPOSIT POLYESTER PARTIKEL HOLLOW GLASS MICROSPHERES

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR CURING DAN POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TEKAN KOMPOSIT EPOXY - HOLLOW GLASS MICROSPHERES IM30K

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR BIDANG TEKNIK PRODUKSI PEMBENTUKAN DAN MATERIAL

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

Fajar Nugroho Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, Yogyakarta. Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL

PENGARUH KONSENTRASI SERAT RAMI TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER SERAT ALAM SKRIPSI

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

Kevin Yoga Pradana Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA

Sifat Sifat Material

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa radiasi berbahaya karena dapat mengionisasi bahan yang dilaluinya,

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Analisis Serat Pelepah Batang Pisang Kepok Material Fiber Komposit Matriks Recycled Polypropylene (RPP) Terhadap Sifat Mekanik dan SEM

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Komposit adalah kombinasi dari satu atau lebih material yang menghasilkan

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Mohammad Bagus E. H. 1, Hari Arbiantara 2, Dedi Dwilaksana 2. Abstrak. Abstract. Pendahuluan

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

Pengaruh Kadar Selulosa Pelepah Sawit Terhadap Sifat dan Morfologi Wood Plastic Composite (WPC)

Gambar 4.1 Grafik dari hasil pengujian tarik.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

KOMPOSIT BERBASIS POLYMER DENGAN MATRIK EPOXY YANG DIPERKUAT SERBUK ALUMINA

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur dan Waktu Terhadap Karakteristik Bending Komposit Polyester - Partikel Hollow Glass Microspheres

Laporan Awal Praktikum Karakterisasi Material 1 PENGUJIAN TARIK. Rahmawan Setiaji Kelompok 9

Pengaruh Penambahan Prosentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrid Sandwich Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di empat tempat, yaitu sebagai berikut : Laboratorium Material Universitas Lampung.

VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TEHADAP DENSITAS DAN KEKERASAN PADA KOMPOSIT

BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Kata kunci : Unsaturated polyester, clay, serat glas, komposit hibrid dan kekuatan tarik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN. densitas ; pengujian densitas sesaat setelah dikeluarkan dari cetakan (initial

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

BAB III METODELOGI PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH KOMPOSISI PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOSIT POLIPROPILENA-SERBUK KAYU SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisis

Analisis Fraksi Volume Serat Pelepah Batang Pisang Bermatriks Unsaturated Resin Polyester (UPR) Terhadap Kekuatan Tarik dan SEM

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB III METODE PENELITIAN

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin,

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN KOMPOSIT (RESIN POLIESTER SERBUK GERGAJI KAYU SENGON)

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT KENAF - POLYPROPYLENE

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Analisis Sifat Mekanis Komposit Resin Epoksi Serbuk Kayu Bayam

11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon :

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.1, No.1, 31-34, Juni 2017

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

PENGARUH CAMPURAN 50% POLYPROPYLENE, 30% POLYETHYLENE, 20% POLYSTYRENE TERHADAP VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES INJECTION MOLDING TIPE TEFORMA RN 350

FAJAR TAUFIK NIM : JURUSAN TEKNIK MESIN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI ADISUTJIPTO YOGYAKARTA

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

Kata kunci : Dental bridge, nanokomposit Mg-Al-Si-Zr, teknik solgel, geopolimer, alkali aktivator, cotton fiber

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada bab ini akan disajikan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan.

STUDI SIFAT MEKANIK DAN MORFOLOGI KOMPOSIT SERAT DAUN NANAS-EPOXY DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DENGAN ORIENTASI SERAT ACAK

BAB III METODE PENELITIAN

Kekuatan Tarik Komposit Poliester Berpenguat Partikel Kayu Jati, Merawan dan Meranti Merah

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI PAPAN KOMPOSIT DENGAN VARIASI PANJANG SERAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisa data dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut: Pada fraksi volume filler 0% memiliki kekuatan tarik paling rendah dikarenakan tidak adanya filler sebagai penguat yang berfungsi untuk meningkatkan kekuatan mekanik. Kekuatan mekanik terbaik pada fraksi volume 20% serbuk kayu ulin. Pada penggunaan 20% serbuk kayu terjadi interaksi antara partikel dengan matriks, dimana distribusi partikel memegang peranan penting dalam interaksi ini, dengan adanya filler maka pada daerah polyethylene akan terisi oleh filler, sehingga pada saat terjadi interlamellar streching, deformasi yang terjadi pada bagian rantai-rantai polimer yang tidak teratur dapat diminimalisir oleh filler. Mekanisme penguatannya adalah dengan adanya filler maka jarak antara bagian polimer yang strukturnya kristalin (berbentuk seperti lempengan/lamellar) akan diperpendek adanya filler tadi. Adanya filler dalam matriks maka deformasi yang terjadi dapat berkurang (dapat dilihat dari elongation yang menurun dengan penambahan filler pada Polyethylene), beban yang sebelumnya diterima sendiri oleh matriks akan diteruskan dan ditanggung juga oleh filler. Mekanisme penguatan sangat di tentukan oleh ikatan antara permukaan filler dengan matriks. Apabila ikatan yang terjadi cukup kuat, maka mekanisme penguatan seperti tersebut diatas dapat terjadi. Tetapi apabila ikatan antar permukaan partikel dengan matriks tidak bagus, maka yang terjadi adalah filler hanya sebagai bahan impurities, dimana filler hanya terjebak dalam matriks tanpa memiliki ikatan dengan matriksnya dan hanya akan mengurangi kekuatan dari matriks itu sendiri. Interface antara filler dengan matriks dapat dilihat pada hasil Scanning Electron Microscope (SEM) Gambar 4.6. Ikatan antar 59

60 permukaan filler dan matriks yang terjadi, pada awalnya merupakan gaya adhesi yang bisa ditimbulkan karena : 1. Kekasaran bentuk permukaan, yang memungkinkan terjadinya interlocking antar muka. 2. Gaya elektrostatik yaitu gaya tarik menarik antara atom bermuatan ion. 3. Ikatan van der wals karena adanya dipole antara filler dengan matriks. Pada pengujian tensile yang telah di lakukan di peroleh hasil bahwa jenis kayu pada komposit PE/Serbuk kayu mempengaruhi besarnya kekuatan tarik, kekuatan tarik naik dengan naiknya massa jenis dari kayu, hal ini di sebabkan karena semakin besar massa jenis kayu yang di gunakan sebagai filler maka ikatan antar atom dalam kayu tersebut semakin padat dan rapat, sehingga pada saat mengalami tarik, filler yang tersebar dalam matriks tersebut dapat menahan beban yang diberikan sampai batas tertentu. Berdasarkan harga sifat mekanik dari filler di peroleh data bahwa kayu Ulin mempunyai kekuatan tarik yang paling tinggi dibandingkan dengan kayu Merbau dan Kamper, hal ini yang menyebabkan harga kekuatan tarik dari komposit PE/serbuk kayu yang menggunakan kayu Ulin mempunyai harga kekuatan tarik yang paling tinggi. Pada pengamatan pada tensile modulus di peroleh data sama seperti pada harga kekuatan tarik yang mana kayu Ulin mempunyai harga kekuatan tarik yang lebih besar daripada kayu yang lain, hal ini di sebabkan juga karena massa jenis dari kayu yang berbeda-beda dan harga modulus elastisitas dari kayu yang berbeda-beda, kayu Ulin mempunyai modulus elastisitas yang paling tinggi di bandingkan dengan kayu merbau dan kayu kamper. Pengamatan pada tensile modulus memperlihatkan bahwa semakin besar massa jenis dan modulus elastisitas dari kayu maka dapat menaikkan tensile modulus dari komposit sehingga membutuhkan energi yang besar untuk komposit untuk berdeformasi. Pada pengamatan dengan elongation diperoleh data bahwa Polyethylene murni mempunyai harga elongation paling tinggi hal ini disebabkan karena pada

61 Polyethylene mempunyai sifat yang ulet yang tinggi tapi mempunyai kekatan tarik, dan rigiditas yang rendah. Penambahan serbuk kayu pada pada matriks menyebabkan harga elongation dari matriks menjadi berkurang hal ini di sebabkan karena filler mempunyai sifat yang rigiditas yang tinggi di bandingkan dengan matriks tapi mempunyai elongation yang rendah, sehingga dengan penambahan serbuk kayu tersebut terjadi penurunan elongation tetapi menaikkan sifat rigiditas dari matriks tersebut, serta dengan adanya penambahan serbuk kayu akan terjadi interaksi antara interface filler-matriks dan menyebabkan terjadinya retakan-retakan matriks yang berpindah dari satu filler ke filler lainnya. Penggunaan serbuk kayu yang berbeda-beda sebagai filler dapat menyebabkan harga elongation dari komposit dapat berubah-ubah. Kayu Ulin yang mempunyai elongation yang paling rendah di bandingkan dengan kayu Kamper dan Merbau, sangat mempengaruhi elongation dari matriks hal ini di sebabkan karena kayu ulin sangat rigid sehingga dapat menurunkan elongation dari matriks, lain halnya dengan kayu Kamper yang mempunyai harga elongation lebih tinggi dari kayu Ulin, akan menurunkan elongation dari matriks hanya berapa persen saja, dari hasil ini dapat di katakan bahwa harga elongation sangat berpengaruh terhadap elongation dari matriks. Pada pengujian dengan menggunakan flexural di peroleh hasil bahwa dengan penambahan filler pada matriks maka akan menaikkan flexural strength dan flexural modulus. Hasil yang serupa juga diperoleh dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Behzad (2004) yang menggunakan Polyethylene dan serbuk kayu sebagai filler, dimana dengan adanya penambahan filler maka akan menaikkan flexural strength dan flexural modulus. Kayu ulin yang digunakan sebagai filler pada pengujian yang telah dilakukan mempunyai flexural strength dan flexural modulus yang paling tinggi di bandingkan dengan kayu kamper maupun kayu merbau, hal ini sama dengan pada pengujian tensile yang mana kekuatan tarik dan tensile modulus paling tinggi adalah kayu ulin, hal ini disebabkan karena massa jenis yang berbeda-

62 beda dari kayu dan kekuatan lentur dari kayu yang berbeda-beda pula, maka pada saat komposit mengalami pembebanan, interaksi antara filler dengan matriks makin besar terhadap pembebanan dari luar. Hal ini juga sesuai dengan Tabel 2.2 bahwa massa jenis sangat mempengaruhi kekuatan atau kelenturan suatu kayu. Penelitian ini ditunjang juga dengan simulasi dengan software komputer untuk melihat perilaku dari suatu spesimen komposit ketika diberi pembebanan dari luar. Selain itu untuk menganalisa kekuatan tarik dan lentur maksimum dari spesimen yang diperoleh dari hasil terbaik yaitu Polyethylene/serbuk kayu Ulin. Pada spesimen tensile distribusi tegangan tertinggi terjadi pada daerah gage length, hal ini ditunjukkan oleh warna merah pada spesimen, warna ini sesuai pada keadaan sebenarnya, dimana failure spesimen tensile terjadi pada daerah gage length. Sedangkan distribusi tegangan terendah terjadi pada daerah tepi grip, hal ini ditunjukkan oleh warna biru pada spesimen yang mana failure spesimen tidak terjadi pada daerah tersebut. Pada keadaan sebenarnya daerah grip merupakan daerah untuk menjepit spesimen oleh penjepit mesin uji. Pada spesimen flexural (three point bending), distribusi tegangan tertinggi terjadi pada daerah berdekatan dengan span dari daerah pembebanan (tengah spesimen). Ini seperti pada pengujian yang telah dilakukan, dimana banyak spesimen flexural (three point bending) terjadi failure pada daerah tersebut. Sedangkan distribusi terendah terjadi pada daerah tepi dari spesimen, karena dapat dianggap bahwa daerah tepi tersebut tidak mengalami pembebanan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa akibat distribusi partikel serbuk kayu yang tidak merata pada spesimen dan adanya void yang terbentuk akibat penuangan lelehan komposit pada cetakan, adanya void pada spesimen dapat dibuktikan pada Gambar 4.6 hasil foto SEM (Scanning Electron Microscope), maka tegangan maksimum yang terjadi bukan didaerah pembebanan melainkan didaerah yang berdekatan dengan span ( penahan spesimen ).

Void yang terdapat di dalam komposit bisa terjadi karena adanya udara yang terjebak dalam komposit pada saat proses pemanasan. Void juga bisa terjadi selama proses pembuatan yaitu karena temperatur yang terlalu tinggi, pengadukan yang kurang baik, proses pencetakan yang kurang tepat, bahkan juga saat preparasi bahan dan peralatan. Menurut Munsell dari RhenShape Solution, void pada komposit bisa juga disebabkan karena moisture contamination, dimana sebelum proses dilakukan, ada kemungkinan terjadi penyerapan air, baik itu dari bahannya maupun dari peralatan itu sendiri, sehingga dengan adanya kandungan void didalam komposit maka dapat menurunkan kekuatan tarik dan kekuatan bending dari komposit. 63