KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 1983 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 20/2000, BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1994 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1994 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT PENGENDALIAN PEMERINTAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1989 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 6/1992, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA BIRO PUSAT STATISTIK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1997 TENTANG PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TAHUN 1995 TENTANG BADAN URUSAN LOGISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1992 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNANORGANISASI, DAN TATA KERJA BIRO PUSAT STATISTIK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 5 TAHUN 2000 (5/2000) TENTANG BADAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN MOBILITAS PENDUDUK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1991 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1991 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PUSAT STATISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANI-SASI, DAN TATA KERJA MENTERI MUDA.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 182 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PEMBINA BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2000 TENTANG PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 1998 TENTANG BADAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

KEPPRES 52/1997, SEKRETARIAT BADAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK *47366 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 52 TAHUN 1997 (52/1997)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152 TAHUN 1999 TENTANG BADAN KESEJAHTERAAN SOSIAL NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.110,2012

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2006 TENTANG BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

KEPPRES 152/1999, BADAN KESEJAHTERAAN SOSIAL NASIONAL *49252 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 152 TAHUN 1999 (152/1999)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PUSAT STATISTIK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2 Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Neg

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1991 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1994 (13/1994) TENTANG ORGANISASI SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 111 TAHUN 2000 (111/2000) TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1985 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

*51289 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 83 TAHUN 2003 (83/2003) TENTANG SEKRETARIAT PENGADILAN PAJAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 1999 TENTANG BADAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KESENIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PENGELOLA BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2006 TENTANG BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2006 TENTANG BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG BADAN URUSAN LOGISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disebut LAN adalah lembaga pemerintah nonke

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2001 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945; 2.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang : Mengingat :

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BADAN EKONOMI KREATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional sebagai bagian integral dari pembangunan nasional perlu terus dilaksanakan dengan lebih memperluas pemanfaatan sumberdaya yang tersedia; b. bahwa untuk mempercepat terwujudnya keluarga kecil bahagia dan sejahtera, dipandang perlu untuk lebih meningkatkan peran serta semua pihak, pemerintah dan masyarakat, secara terkoordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dalam gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional; c. bahwa untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, dipandang perlu untuk menyempurnakan Keputusan Presiden tentang Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional; Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera; 3. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Menteri Negara; MEMUTUSKAN: Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI

Pasal 1 (1) Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, dalam Keputusan ini disingkat BKKBN, adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang kedudukannya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. (2) BKKBN dipimpin oleh seorang Kepala. Pasal 2 BKKBN mempunyai tugas pokok melanjutkan dan memantapkan kegiatan-kegiatan gerakan keluarga berencana nasional, merumuskan kebijaksanaan umum pengelolaan gerakan pembangunan keluarga sejahtera nasional dan mengkoordinasikan pelaksanaannya, mengembangkan dan memantapkan peran serta masyarakat dan institusi masyarakat, serta menyelenggarakan pelaksanaan kebijaksanaan kependudukan secara terpadu bersama instansi terkait. Pasal 3 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, BKKBN menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijaksanaan umum pengelolaan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional secara menyeluruh dan terpadu; b. koordinasi dan penyelenggara administrasi umum gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional yang meliputi pengelolaan kepegawaian dan ketenagaan program, keuangan, perlengkapan dan perbekalan, penelahaan dan penyiapan perumusan peraturan perundang-undangan, pengelolaan organisasi dan tata laksana, serta pelayanan dan pembinaan administrasi di lingkungan BKKBN; c. koordinasi dan penyelenggara perencanaan dan analisis program gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional, yang meliputi perencanaan, pelaporan dan statistik, pengolahan dan sistem data, analisis dan evaluasi program, serta jaringan informasi dan dokumentasi; d. koordinasi dan penyelenggara pembinaan gerakan keluarga berencana nasional, yang meliputi penerangan dan motivasi, pelayanan kontrasepsi, serta peningkatan peran serta masyarakat dan institusi masyarakat; e. koordinasi dan penyelenggara pembinaan gerakan pembangunan keluarga

sejahtera nasional dan pengembangan pelaksanaan kebijaksanaan kependudukan, yang meliputi pembinaan ketahanan fisik keluarga sejahtera, pembinaan ketahanan non fisik keluarga sejahtera, dan pengembangan pelaksanaan kebijaksanaan kependudukan; f. koordinasi dan penyelenggara pelatihan dan pengembangan program gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional, yang meliputi pelatihan kependudukan dan keluarga berencana internasional, pendidikan dan pelatihan pegawai dan tenaga program, penelitian dan pengembangan biomedis dan reproduksi manusia, penelitian dan pengembangan kependudukan dan keluarga berencana, serta penelitian dan pengembangan keluarga sejahtera; g. koordinasi dan penyelenggara pengawasan pengelolaan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional, yang meliputi pengawasan program, kepegawaian, ketenagaan dan administrasi umum, keuangan, serta perlengkapan dan perbekalan. Susunan Organisasi BKKBN terdiri dari: BAB II ORGANISASI Bagian Pertama Susunan Organisasi Pasal 4 a. Kepala; b. Wakil Kepala; c. Deputi Bidang Umum; d. Deputi Bidang Perencanaan dan Analisis Program; e. Deputi Bidang Keluarga Berencana; f. Deputi Bidang Keluarga Sejahtera; g. Deputi Bidang Pelatihan dan Pengembangan Program; h. Deputi Bidang Pengawasan; i. BKKBN di Wilayah. Bagian Kedua Kepala dan Wakil Kepala Pasal 5

Kepala mempunyai tugas memimpin BKKBN sesuai dengan tugas pokok yang telah ditetapkan Pemerintah dan membina organisasi BKKBN agar efektif dan efisien, merumuskan kebijaksanaan umum pengelolaan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional secara menyeluruh dan terpadu, membina dan melaksanakan kerja sama dengan Departemen, Instansi dan Organisasi formal maupun informal lainnya, serta mengembangkan pelaksanaan kebijaksanaan kependudukan dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. Pasal 6 (1) Untuk melaksanakan tugasnya, Kepala dibantu oleh seorang Wakil Kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala. (2) Apabila Kepala berhalangan, maka Wakil Kepala bertindak mewakili Kepala. Bagian Ketiga Deputi Bidang Umum Pasal 7 Deputi Bidang Umum adalah unsur pelaksana dari sebagian tugas pokok dan fungsi BKKBN, yang kedudukannya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala. Pasal 8 Deputi Bidang Umum mempunyai tugas menyiapkan kebijaksanaan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan administrasi umum gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional, yang meliputi pengelolaan kepegawaian dan ketenagaan program, keuangan, perlengkapan dan perbekalan, menelaah dan menyiapkan perumusan peraturan perundang-undangan, pengelolaan organisasi dan tatalaksana, serta memberikan pelayanan dan pembinaan administrasi di lingkungan BKKBN. Pasal 9 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Deputi Bidang Umum mempunyai fungsi: a. penyiapan kebijaksanaan dan pembinaan pengelolaan administrasi umum gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional;

b. penyelenggara pengelolaan kepegawaian dan ketenagaan program gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional; c. penyelenggara pengelolaan keuangan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional; d. penyelenggara pengelolaan perlengkapan dan perbekalan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional; e. penelaahan dan penyiapan perumusan peraturan perundang-undangan serta pengelolaan organisasi dan tata laksana gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional; f. penyelenggara pengelolaan pelayanan administrasi di lingkungan BKKBN. Deputi Bidang Umum, membawahkan : Pasal 10 a. Biro Kepegawaian dan Ketenagaan Program; b. Biro Keuangan; c. Biro Perlengkapan dan Perbekalan; d. Biro Hukum, Organisasi, dan Tata laksana; e. Biro Tata Usaha. Bagian Keempat Deputi Bidang Perencanaan dan Analisis Program Pasal 11 Deputi Bidang Perencanaan dan Analisis Program adalah unsur pelaksana dari sebagian tugas pokok dan fungsi BKKBN, yang kedudukannya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala. Pasal 12 Deputi Bidang Perencanaan dan Analisis Program mempunyai tugas menyiapkan kebijaksanaan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan perencanaan dan analisis program gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional, yang meliputi perencanaan, pelaporan dan statistik, pengolahan dan sistem data,

analisis dan evaluasi program, serta jaringan informasi dan dokumentasi. Pasal 13 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Deputi Bidang Perencanaan dan Analisis Program mempunyai fungsi : a. penyiapan kebijaksanaan dan pembinaan pengelolaan perencanaan dan analisis program gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional; b. penyelenggara perencanaan secara regional maupun sektoral termasuk melakukan penyesuaian dan penyempurnaan yang diperlukan, serta penyusunan pedoman pelaksanaan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional; c. penyelenggara pengelolaan pelaporan dan statistik gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional; d. penyelenggara pengelolaan pengolahan dan sistem data gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional; e. penyelenggara pengelolaan analisis dan evaluasi program gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional; f. penyelenggara pengelolaan jaringan informasi dan dokumentasi gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional. Pasal 14 Deputi Bidang Perencanaan dan Analisis Program membawahkan : a. Biro Perencanaan; b. Biro Pelaporan dan Statistik; c. Biro Pengolahan dan Sistem Data; d. Biro Analisis dan Evaluasi Program; e. Biro Jaringan Informasi dan Dokumentasi. Bagian Kelima Deputi Bidang Keluarga Berencana

Pasal 15 Deputi Bidang Keluarga Berencana adalah unsur pelaksana dari sebagian tugas pokok dan fungsi BKKBN, yang kedudukannya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala. Pasal 16 Deputi Bidang Keluarga Berencana mempunyai tugas menyiapkan kebijaksanaan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan pembinaan gerakan keluarga berencana nasional, yang meliputi penerangan dan motivasi, pelayanan kontrasepsi, serta peningkatan peran serta masyarakat dan institusi masyarakat. Pasal 17 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 16, Deputi Bidang Keluarga Berencana mempunyai fungsi : a. penyiapan kebijaksanaan dan pembinaan pengelolaan gerakan keluarga berencana nasional; b. penyelenggara pengelolaan penerangan dan motivasi gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional; c. penyelenggara pengelolaan pelayanan kontrasepsi gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional; d. penyelenggara pengelolaan upaya-upaya peningkatan peran serta masyarakat dan institusi masyarakat dalam gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional. Pasal 18 Deputi Bidangan Keluarga Berencana, membawahkan : a. Biro Penerangan dan Motivasi; b. Biro Kontrasepsi; c. Biro Peningkatan Institusi Masyarakat. Bagian Keenam Deputi Bidang Keluarga Sejahtera

Pasal 19 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera adalah unsur pelaksana dari sebagian tugas pokok dan fungsi BKKBN, yang kedudukannya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala. Pasal 20 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera mempunyai tugas menyiapkan kebijaksanaan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan pembinaan gerakan pembangunan keluarga sejahtera nasional dan pengembangan kebijaksanaan kependudukan, yang meliputi pembinaan ketahanan fisik keluarga sejahtera, pembinaan ketahanan non fisik keluarga sejahtera, dan pengembangan pelaksanaan kebijaksanaan kependudukan. Pasal 21 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera mempunyai fungsi : a. penyiapan kebijaksanaan dan pembinaan pengelolaan gerakan keluarga sejahtera nasional; b. penyelenggara pengelolaan pengembangan ketahanan fisik keluarga sejahtera; c. penyelenggara pengelolaan pengembangan ketahanan non fisik keluarga sejahtera; d. penyelenggara pengelolaan pengembangan pelaksanaan kebijaksanaan kependudukan. Pasal 22 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera, membawahkan : a. Biro Ketahanan Fisik Keluarga Sejahtera; b. Biro Ketahanan Non Fisik Keluarga Sejahtera; c. Biro Pengembangan Kependudukan. Bagian Ketujuh Deputi Bidang Pelatihan dan Pengembangan Program

Pasal 23 Deputi Bidang Pelatihan dan Pengembangan Program adalah unsur pelaksana dari sebagian tugas pokok dan fungsi BKKBN, yang kedudukannya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala. Pasal 24 Deputi Bidang Pelatihan dan Pengembangan Program mempunyai tugas menyiapkan kebijaksanaan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan pelatihan dan pengembangan program gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional, yang meliputi pelatihan kependudukan dan keluarga berencana internasional, pendidikan dan pelatihan pegawai dan tenaga program, peneliti dan pengembangan bio medis dan reproduksi manusia, penelitian dan pengembangan kependudukan dan keluarga berencana, serta penelitian dan pengembangan keluarga sejahtera. Pasal 25 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Deputi Bidang Pelatihan dan Pengembangan Program mempunyai fungsi : a. Penyiapan kebijaksanaan dan pembinaan pengelolaan pelatihan dan pengembangan program gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional; b. penyelenggara pengelolaan pelatihan kependudukan dan keluarga berencana internasional dalam rangka peningkatan kerja sama internasional di bidang kependudukan dan keluarga berencana; c. penyelenggara pengelolaan pendidikan dan pelatihan pegawai dan tenaga program gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional; d. penyelenggara pengelolaan penelitian dan pengembangan bio medis dan reproduksi manusia dalam rangka perumusan kebijaksanaan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional. e. penyelenggara pengelolaan penelitian dan pengembangan kependudukan dan keluarga berencana dalam rangka perumusan kebijaksanaan kependudukan dan gerakan keluarga berencana nasional;

f. penyelenggara pengelolaan penelitian dan pengembangan keluarga sejahtera dalam rangka perumusan kebijaksanaan gerakan pembangunan keluarga sejahtera nasional. Pasal 26 Deputi Bidang Pelatihan dan Pengembangan Program membawahkan : a. Pusat Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana Internasional; b. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai dan Tenaga Program; c. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bio Medis dan Reproduksi Manusia; d. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan dan Keluarga Berencana; e. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keluarga Sejahtera. Bagian Kedelapan Deputi Bidang Pengawasan Pasal 27 Deputi Bidang Pengawasan adalah unsur pelaksana dari sebagian tugas pokok dan fungsi BKKBN, yang kedudukannya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala. Pasal 28 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai tugas menyiapkan kebijaksanaan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan pengawasan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional, yang meliputi pengawasan program, kepegawaian, ketenagaan dan administrasi umum, keuangan, serta perlengkapan dan perbekalan. Pasal 29 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Deputi Bidang Pengawasan mempunyai fungsi : a. penyiapan kebijaksanaan dan pembinaan pengelolaan pengawasan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional;

b. penyelenggara pengelolaan pengawasan program gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional; c. penyelenggara pengelolaan pengawasan kepegawaian, ketenagaan dan administrasi umum gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional; d. penyelenggara pengelolaan pengawasan keuangan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional. e. penyelenggara pengelolaan pengawasan perlengkapan dan perbekalan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional. Pasal 30 Deputi Bidang Pengawasan, membawahkan : a. Inspektur Program; b. Inspektur Kepegawaian, Ketenagaan, dan Administrasi Umum; c. Inspektur Keuangan; d. Inspektur Perlengkapan dan Perbekalan. Bagian Kesembilan BKKBN di Wilayah Pasal 31 (1) BKKBN di Wilayah adalah Instansi vertikal dari BKKBN, yang kedudukannya berada pada tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kotamadya. (2) BKKBN Propinsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipimpin oleh seorang Kepala BKKBN Propinsi yang kedudukannya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala BKKBN. (3) BKKBN Kabupaten/Kotamadya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipimpin oleh seorang Kepala BKKBN Kabupaten/Kotamadya yang kedudukannya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala BKKBN Propinsi. BAB III GERAKAN KELUARGA BERENCANA DAN

PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA NASIONAL SERTA UNIT PELAKSANA DAN PELAKSANA Pasal 32 (1) Dalam Keputusan Presiden ini, yang dimaksud dengan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional adalah pengembangan kualitas keluarga melalui upaya keluarga berencana dalam rangka membudayakan norma keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. (2) Gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan program gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera secara menyeluruh dan terpadu dengan program pembangunan lainnya. Pasal 33 (1) Dalam penyelenggaraan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional, koordinasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan dilakukan oleh BKKBN, sedangkan pelaksanaan kegiatan-kegiatan dilakukan oleh Unit-unit Pelaksana, dan Pelaksana. (2) Unit-unit Pelaksana, dan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), adalah : a. Departemen/Instansi Pemerintah Pusat maupun Daerah yang atas dasar fungsional mengadakan usaha-usaha dan mengambil bagian dalam penyelenggaraan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional; b. Perkumpulan/organisasi Masyarakat formal maupun informal dan Pelaksana-pelaksana lainnya yang atas dasar sukarela dan kemampuan sendiri mengadakan usaha-usaha dan mengambil bagian dalam penyelenggaraan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional. BAB IV TATA KERJA Pasal 34 (1). Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala beserta pejabat pimpinan lainnya wajib

menerapkan secara intensip prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi, di lingkungan BKKBN maupun dalam melaksanakan kerja sama dengan berbagai pihak yang berkaitan. (2) BKKBN wajib mengikuti secara teratur dan terus menerus pelaksanaan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional yang dilakukan oleh Unit-unit Pelaksana dan Pelaksana; (3) Unit Pelaksana wajib menyampaikan laporan tertulis secara berkala dan sewaktu-waktu kepada Kepala BKKBN mengenai kegiatan-kegiatan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional yang dilaksanakannya. (4) Dalam penyelenggaraan gerakan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera nasional, Kepala BKKBN dapat berkonsultasi dengan Menteri, Pimpinan Instansi Pemerintah, dan Pimpinan Lembaga lainnya. BAB V KEPANGKATAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI Pasal 35 (1) Kepala dan Wakil Kepala adalah jabatan eselon Ia; (2) Deputi adalah jabatan eselon Ib; (3) Kepala Biro, Kepala Pusat, dan Inspektur, adalah jabatan eselon IIa; (4) Kepala BKKBN Propinsi adalah jabatan eselon IIa atau IIb; (5) Kepala BKKBN Kabupaten/Kotamadya adalah jabatan eselon IIIa atau IIIb. Pasal 36 (1) Kepala dan Wakil Kepala diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. (2) Para Deputi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Kepala. (3) Pejabat eselon II, III, IV, dan V di lingkungan BKKBN diangkat dan diberhentikan oleh Kepala BKKBN. BAB VI PEMBIAYAAN pasal 37

Seluruh biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas BKKBN dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 38 Semua Keputusan Kepala BKKBN yang merupakan pelaksanaan dari Keputusan Presiden Nomor 64 tahun 1983 tentang Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional tetap berlaku sepanjang belum diubah atau diganti berdasarkan Keputusan Presiden ini. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 39 Rincian tugas, fungsi, dan susunan organisasi di lingkungan BKKBN serta pembentukan BKKBN di Wilayah ditetapkan oleh Kepala BKKBN setelah terlebih dahulu memperoleh persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Negara Sekretaris Negara. Pasal 40 Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini, maka Keputusan Presiden Nomor 64 Tahun 1983 tentang Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 41 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Nopember 1993 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SOEHARTO

Sumber: LN 1993/92