BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN RETRIBUSI DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 93 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN PERFORASI KARCIS RETRIBUSI DAERAH

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN RETRIBUSI TERMINAL

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN TATA KOTA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PELAKSANAAN RETRIBUSI DAERAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI LAMANDAU PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

K O N S E P : 24 FEBR 201 4

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN PERTAMANAN

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL KABUPATEN PEMALANG I. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENDAFTARAN OBJEK PAJAK BARU HOTEL.

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN PEKERJAAN UMUM

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 29

BUPATI LAMANDAU PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 6 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 6 TAHUN 2011

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 42.B TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 15 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

GUBERNUR PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 7 TAHUN 2008 SERI C.1

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN KABUPATEN PEMALANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 34 Tahun 2014 Seri C Nomor 1 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI BELITUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR

BUPATI KAPUAS HULU. Menimbang

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 91 TAHUN 2015TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG

TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 88 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANDAAN DAN CETAK PETA DIBIDANG PERTAMBANGAN DAN ENERGI

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDIDIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 77 ayat (3), Pasal 78 ayat (2), Pasal 83 ayat (2), Pasal 85 ayat (7), Pasal 87 ayat (3), dan Pasal 88 ayat (4) Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum, ketentuan Pasal 54 ayat (3), Pasal 55 ayat (2), Pasal 60 ayat (2), Pasal 62 ayat (7), Pasal 64 ayat (3), dan Pasal 65 ayat (4) Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Usaha, ketentuan Pasal 46 ayat (3), Pasal 47 ayat (2), Pasal 52 ayat (2), Pasal 53 ayat (7), Pasal 55 ayat (3), dan Pasal 56 ayat (4) Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 3 Tahun 2012 tentang Retribusi Perizinan Tertentu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 3 Tahun 2012 tentang Retribusi Perizinan Tertentu, disebutkan bahwa peryaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran, pengurangan, keringanan, pembebasan, pengembalian kelebihan pembayaran, penghapusan piutang, pembukuan dan pelaporan diatur dengan Peraturan Bupati; b. bahwa dalam rangka untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan pengelolaan retribusi daerah, maka perlu dilakukan pengaturan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu diatur dengan Peraturan Bupati Semarang. Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; JDIH1 Bag. Hukum Setda Kab. Semarang

2. Undang-Undang Nomor 67 Tahun 1958 tentang Perubahan Batas-batas Wilayah Kotapraja Salatiga Dan Daerah Swatantra Tingkat II Semarang ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1652) ; 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355) ; 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400) ; 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5038); 8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5049); 9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas-batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3500); JDIH2 Bag. Hukum Setda Kab. Semarang

12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 14. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2008 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 13) ; 15. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Semarang (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2008 Nomor 18, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 14) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 10 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Semarang (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2013 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 10) ; 16. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2011 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 8); 17. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Usaha (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2012 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 1); 18. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomo3Nomor Tahun 2012 tentang Retribusi Perijinan Tertentu (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2012 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 2), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 12 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 3 Tahun 2012 tentang Retribusi Perizinan Tertentu (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2014 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 10); M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN RETRIBUSI DAERAH. JDIH3 Bag. Hukum Setda Kab. Semarang

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Semarang. 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelanggara pemerintah daerah. 4. Bupati Semarang yang selanjutnya disebut Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Semarang. 5. Kas Umum Daerah adalah tempat menyimpan uang daerah yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah. 6. Rekening Kas Umum Daerah yang selanjutnya disingkat RKUD adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Kepala Daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan. 7. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. 8. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. 9. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. 10. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah. 11. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disebut BUD adalah Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang bertindak dalam kapasitas sebagai Bendahara Umum Daerah Kabupaten Semarang. 12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 13. Piutang daerah adalah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan perturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah. JDIH4 Bag. Hukum Setda Kab. Semarang

14. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah dan/atau kewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah. 15. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD terkait adalah SKPD yang membidangi pengelolaan retribusi daerah. 16. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. 17. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi. 18. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari pemerintah daerah yang bersangkutan. 19. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data obyek dan subyek Retribusi, penentuan besarnya Retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan Retribusi kepada Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya. 20. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun Retribusi tersebut. 21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya di sebut SKRD adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok Retribusi yang terutang. 22. Surat Ketetapan Retribusi Lebih Bayar yang selanjutnya disebut SKRDLB adalah adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang. 23. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut STRD adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. 24. Dinas Pendapatan,Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang selanjutnya disebut DPPKAD adalah Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah. 25. Keadaan tidak normal adalah keadaan yang tidak diharapkan terjadi secara berulang, berada di luar kendali danmemiliki dampak merugikan. 26. Akuntan Publik adalah akuntan yang memperoleh izin dari Menteri Keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. 27. Keadaan pailit adalah keadaan tidak mampu membayar hutang dimana semua harta kekayaan wajib retribusi telah diambil oleh semua kreditornya. JDIH5 Bag. Hukum Setda Kab. Semarang

Pasal 2 Bupati memberikan kewenangan kepada Kepala SKPD yang membidangi dalam hal menerbitkan SKRD angsuran dan SKRDLB. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 3 Ruang lingkup Peraturan Bupati ini meliputi : a. angsuran dan penundaan pembayaran retribusi; b. pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi; c. pengembalian kelebihan pembayaran retribusi; d. penghapusan piutang retribusi kadaluwarsa; dan e. pembukuan dan pelaporan. BAB III ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN RETRIBUSI Bagian Kesatu Angsuran Pembayaran Retribusi Pasal 4 (1) Dalam hal wajib retribusi tidak dapat membayar retribusi secara tunai/ lunas, maka wajib retribusi dapat mengajukan permohonan untuk melakukan pembayaran secara angsuran sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. (2) Batas pembayaran angsuran dapat dilakukan paling banyak 2 (dua) kali dalam tahun anggaran berkenaan. (3) Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah retribusi yang ditetapkan 1 (satu) kali dalam satu tahun. (4) Permohonan pembayaran angsuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebabkan karena keadaan tidak normal yang tidak bisa diprediksi dan mengakibatkan kerugian; (5) Keadaan tidak normal sebagaimana dimaksud ayat (2) meliputi : a. bencana alam yang dinyatakan oleh Satuan Koordinasi Bencana Daerah. b. keadaan pailit yang dinyatakan oleh Pengadilan Negeri. (6) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis kepada Kepala SKPD yang membidangi dilampiri persyaratan sebagai berikut : a. fotocopy SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan; b. surat kuasa dari pemberi kuasa apabila dikuasakan; c. foto copy Kartu Tanda Penduduk ( KTP) atau identitas lain; dan d. surat keterangan dari pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a dan huruf b. JDIH6 Bag. Hukum Setda Kab. Semarang

(7) Dalam hal berkas permohonan dan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) telah lengkap dan benar maka petugas melakukan pencatatan dan pemberian tanda terima. (8) Dalam jangka waktu paling lama (15) hari kerja sejak berkas dinyatakan lengkap dan benar kepala SKPD yang membidangi harus memberikan rekomendasi menerima atau menolak. (9) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (8) tidak memberikan surat rekomendasi, maka permohonan dinyatakan diterima. (10) Dalam hal permohonan angsuran sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (9) diterima maka SKPD menerbitkan SKRD angsuran. Bagian Kedua Penundaan Pembayaran Retribusi Pasal 5 (1) Dalam hal wajib retribusi tidak dapat membayar retribusi secara tunai/ lunas, maka wajib retribusi dapat mengajukan permohonan untuk melakukan penundaan pembayaran sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan. (2) Batas penundaan pembayaran dapat dilakukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal jatuh tempo SKRD dalam tahun berkenaan. (3) Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah retribusi yang ditetapkan secara periodik kurang dari (1) satu tahun sekali. (4) Permohonan penundaan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebabkan karena keadaan tidak normal yang tidak bisa diprediksi dan mengakibatkan kerugian. (5) Persyaratan penundaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. keadaan tidak normal yang tidak bisa diprediksi dan mengakibatkan kerugian yang dinyatakan oleh SKPD yang membidangi; dan b. keadaan sakit permanen yang dinyatakan oleh dokter. (6) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis kepada Kepala SKPD yang membidangi dilampiri persyaratan sebagai berikut : a. fotocopy SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan; b. surat kuasa dari pemberi kuasa apabila dikuasakan; c. foto copy Kartu Tanda Penduduk ( KTP) atau identitas lain; dan d. surat keterangan dari pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a dan huruf b. (7) Dalam hal berkas permohonan dan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) telah lengkap dan benar maka petugas melakukan pencatatan dan pemberian tanda terima. (8) Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak berkas dinyatakan lengkap dan benar kepala SKPD yang membidangi harus memberikan rekomendasi yang menyatakan menerima atau menolak. (9) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana ayat (8) tidak memberikan surat rekomendasi maka permohonan dinyatakan diterima. JDIH7 Bag. Hukum Setda Kab. Semarang

BAB IV PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Bagian Kesatu Pengurangan dan Keringanan Retribusi JDIH8 Bag. Hukum Setda Kab. Semarang Pasal 6 (1) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan, keringanan retribusi kepada Bupati. (2) Persyaratan permohonan pengurangan, keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. keadaan tidak normal yang tidak bisa diprediksi dan mengakibatkan kerugian yang dinyatakan oleh SKPD yang membidangi; dan b. keadaan sakit permanen yang dinyatakan oleh dokter. (3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis kepada Bupati melaui Kepala SKPD yang membidangi dilampiri persyaratan sebagai berikut : a. fotocopy SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan; b. surat kuasa dari pemberi kuasa apabila dikuasakan; c. foto copy Kartu Tanda Penduduk ( KTP) atau identitas lain; d. surat keterangan dari pejabat yang berwenang memberikan alasan pengurangan dan keringanan. (4) Berdasarkan surat permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1) Kepala SKPD yang membidangi wajib membuat telaah, sebagai bahan pertimbangan kepada Bupati; (5) Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak berkas dinyatakan lengkap dan benar Bupati memberikan rekomendasi yang menyatakan menerima atau menolak. (6) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana diatur dalam ayat (5) tidak memberikan surat rekomendasi maka permohonan dinyatakan diterima. (7) Berdasarkan surat rekomendasi Bupati, SKPD yang membidangi bersama BUD melakukan rekonsiliasi atas terbitnya SKRD koreksi. Bagian Kedua Pembebasan Retribusi Pasal 7 (1) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pembebasan retribusi kepada Bupati. (2) Pembebasan Retribusi dapat diberikan apabila memehuhi persyaratan pengurangan dan keringanan sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (2) serta sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. (3) Kemampuan keuangan daerah sebagaimana dimaksud ayat (2) adalah kemampuan daerah untuk membiayai semua urusan wajib daerah dan/atau target PAD tahun berjalan minimal 15% (lima belas per seratus) dari target APBD. (4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis kepada Bupati melaui Kepala SKPD yang membidangi dilampiri persyaratan sebagai berikut :

a. foto copy SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan; b. surat kuasa dari pemberi kuasa apabila dikuasakan; c. foto copy Kartu Tanda Penduduk ( KTP) atau identitas lain; dan d. surat keterangan dari pejabat yang berwenang. (5) Berdasarkan surat permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1) Kepala SKPD yang membidangi wajib membuat telaah, sebagai bahan pertimbangan kepada Bupati. (6) Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak berkas dinyatakan lengkap dan benar Bupati memberikan rekomendasi yang menyatakan menerima atau menolak. (7) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana diatur dalam ayat (6) tidak memberikan surat rekomendasi maka permohonan dinyatakan diterima. (8) Berdasarkan surat rekomendasi Bupati, SKPD yang membidangi bersama BUD melakukan rekonsiliasi atas terbitnya SKRD koreksi. BAB V PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN RETRIBUSI Pasal 8 (1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan kepada Bupati melalui Kepala SKPD yang membidangi. (2) Kepala SKPD yang membidangi menerbitkan SKRDLB terhadap permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Untuk SKRDLB dalam tahun berkenaan diperhitungkan untuk pembayaran retribusi bulan/ periode berikutnya. (4) Dalam hal SKRDLB diajukan lewat tahun anggaran, SKPD yang membidangi mengajukan permohonan pembayaran retribusi lebih bayar dengan dilampiri SKRDLB kepada DPPKAD. (5) Berdasarkan surat permohonan pembayaran SKRDLB sebagaimana dimaksud ayat (4) Kepala DPPKAD selaku Kepala BUD menerbitkan SPP dan SPM dengan beban belanja tidak terduga. BAB VI PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI KADALUWARSA Pasal 9 (1) Piutang Retribusi yang tidak dapat ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan kadaluarsa maka dapat dihapuskan. (2) Piutang Retribusi yang kadaluarsa dapat dihapuskan setelah dilakukan 3 (tiga) kali teguran tertulis. (3) Jangka waktu teguran I (pertama) adalah 15 (lima belas ) hari sejak jatuh tempo SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (4) Teguran II (kedua) adalah 10 ( sepuluh ) hari sejak berakhirnya teguran I (pertama). (5) Teguran III (ketiga) adalah 5 (tujuh) hari sejak berakhirnya teguran II (kedua). JDIH9 Bag. Hukum Setda Kab. Semarang

(6) Kepala SKPD yang membidangi melakukan inventarisasi terhadap wajib retribusi yang kategori kadaluarsa dan selajutnya dimohonkan persetujuan penghapusan kepada Bupati. (7) Penghapusan piutang retribusi yang sudah kadaluwarsa ditetapkan dengan Keputusan Bupati; (8) Penghapusan bisa dilaksanakan secara sendiri maupun secara kolektif dengan dilampiri dokumen peryaratan penghapusan piutang per debitur; (9) Penghapusan yang ditetapkan oleh Bupati tidak menghilangkan hak penagihan; (10) Persyaratan penghapusan piutang sebagaimana dimaksud ayat (2) meliputi: a. resume berkas kasus piutang, yang berisikan informasi antara lain mengenai identitas penanggung hutang dan bidang usahanya, dasar hukum terjadinya piutang, rincian piutang, dan penjelasan upaya penyelesaian yang telah dilakukan; dan b. dokumen-dokumen pendukung yang membuktikan tentang adanya dan besarnya piutang, serta surat-menyurat yang berkaitan dengan upaya penyelesaian yang telah dilakukan. (11) Kepala SKPD yang membidangi berdasarkan surat ketetapan penghapusan piutang sebagaimana dimaksud ayat (7) akan menghapus pencatatan piutang pada neraca SKPD. BABVII PEMBUKUAN DAN PELAPORAN Pasal 10 (1) SKPD mencatat dan melaporkan besaran penetapan dan penyetoran retribusi dan dihimpun dalam buku jenis retribusi dan dibuat daftar penerimaan dan tunggakan per jenis retribusi. (2) Buku jenis retribusi yaitu buku yang digunakan untuk mencatat transaksi retribusi menurut jenis retribusi. (3) Berdasarkan daftar penerimaan dan tunggakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat laporan realisasi penerimaan dan tunggakan per jenis retribusi. (4) Sistem dan prosedur pembukuan dan pelaporan : a. kegiatan pembukuan dilaksanakan sesudah kegiatan penetapan dan sesudah kegiatan penyetoran oleh wajib retribusi; b. kegiatan pelaporan dilakukan setelah kegiatan pembukuan dan dilaksanakan setiap akhir periode bulanan, triwulan, semester atau tahunan; dan c. tujuan dari pembukuan dan pelaporan adalah untuk mengetahui dan melaporkan jumlah realisasi penerimaan serta tunggakan masingmasing jenis retribusi. (5) Buku dan Formulir yang dipergunakan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini meliputi : a. Register Penerimaan Per jenis Retribusi; b. Register Penerimaan; c. Wajib Retribusi; d. Buku Kas Umum Penerimaan dan Pengeluaran; JDIH1 0 Bag. Hukum Setda Kab. Semarang

e. Buku Laporan Realisasi dan Penyetoran Uang; dan f. Formulir SKRD. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 11 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Semarang. Diundangkan di Ungaran pada tanggal 09-06-2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SEMARANG, CAP TTD GUNAWAN WIBISONO Ditetapkan di Ungaran pada tanggal 09-06-2015 BUPATI SEMARANG, CAP TTD MUNDJIRIN BERITA DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 NOMOR 45 JDIH1 1 Bag. Hukum Setda Kab. Semarang

JENIS RETRIBUSI : AYAT RETRIBUSI : LAMPIRAN PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN RETRIBUSI DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG REGISTER PENERIMAAN PER JENIS RETRIBUSI TAHUN ANGGARAN NO. TANGGAL URAIAN JUMLAH SPJ KETERANGAN 1. 2. 3. 4. 5. Mengetahui, Pengguna Anggaran Ungaran,.Tahun BENDAHARA KHUSUS PENERIMA.. NIP.... NIP.. BUPATI SEMARANG, MUNDJIRIN JDIH1 2 Bag. Hukum Setda Kab. Semarang

LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN RETRIBUSI DAERAH SKPD : PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG BUKU REGISTER PENERIMAAN TAHUN ANGGARAN No. No. STS Tanggal Kode Rekening Uraian Jumlah Penyetor Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Mengetahui Pengguna Anggaran.. NIP.. Ungaran,..Tahun. BENDAHRAWAN KHUSUS PENERIMA.. NIP.. BUPATI SEMARANG, JDIH1 3 Bag. Hukum Setda Kab. Semarang MUNDJIRIN

LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN RETRIBUSI DAERAH SKPD : PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG BUKU WAJIB RETRIBUSI TAHUN ANGGARAN No. Tanggal No, Bukti Uraian KETETAPAN (Rp.) PENERIMAAN / PENGELUARAN JUMLAH SKRD SKRDLB TANGGAL No. Bukti KETERANGAN Pokok Denda Lebih Total Tunggakan Bayar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Jumlah Mengetahui Pengguna Anggaran Ungaran,..Tahun. BENDAHRAWAN KHUSUS PENERIMA.. NIP.... NIP.. JDIH1 4 Bag. Hukum Setda Kab. Semarang BUPATI SEMARANG, MUNDJIRIN

LAMPIRAN IV PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN RETRIBUSI DAERAH BUKU KAS UMUM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN TAHUN.. SKPD : Bulan : No. PENERIMAAN PENGELUARAN Tanggal No. Bukti Kode Rek Uraian Jumlah Tanggal No. STS Jumlah Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Kas di Bendahara Penerimaan : Rp. SaldoAwal : Jml. Penerimaan : Jml Yang Disetor : Saldo Akhir : Terdiri Atas : a. Tunai : b. Bank : c. Lainnya : KEPALA SKPD.. NIP.. Ungaran,..Tahun. BENDAHRAWAN KHUSUS PENERIMA BUPATI SEMARANG,.. NIP.. JDIH1 5 Bag. Hukum Setda Kab. Semarang MUNDJIRIN

JDIH1 6 Bag. Hukum Setda Kab. Semarang