BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

zekerheid atau cautie mencakup secara umum cara-cara kreditur menjamin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ia kekurangan dana, maka salah satu alternatifnya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

Lex Crimen Vol. VI/No. 10/Des/201. HAK-HAK KEBENDAAN YANG BERSIFAT JAMINAN DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERDATA 1 Oleh: Andhika Mopeng 2

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda overeenkomst dan verbintenis.

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. jaminan demi keamanan pemberian kredit tersebut. 1

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN. Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu zekerheid atau cautie.

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. terwujud dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan adanya tujuan dan

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDITUR DAN DEBITUR. Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

BAB II FIDUSIA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK LEMBAGA JAMINAN KEBENDAAN. Fidusia manurut asal katanya berasal dari fides yang berarti

II.1 Tinjauan Teoritis Gadai dalam Jaminan Kebendaan II.1.1 Pengertian Jaminan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GADAI. mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

BAB II KARAKTERISTIK PINJAM PAKAI PADA PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA

BAB II PENGATURAN GADAI DEPOSITO DALAM KERANGKA HUKUM JAMINAN. mungkin akan terhindar dari itikad tidak baik debitur pemberi jaminan kebendaan

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN, PERJANJIAN GADAI DAN PEGADAIAN. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

HJ-3 MACAM-MACAM JAMINAN. Oleh Herlindah, SH, M.Kn

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

BAB II SEGI HUKUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB 2 PROSEDUR PELAKSANAAN JAMINAN RESI GUDANG SERTA PERANAN NOTARIS DALAM PROSES TERSEBUT 2.1 LEMBAGA JAMINAN DAN RESI GUDANG SEBAGAI JAMINAN

BAB III TINJAUAN TEORITIS. ataulebih. Syarat syahnya Perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata :

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

PELAKSANAAN PENAHANAN BENDA GADAI ATAU HAK RETENSI TERHADAP BENDA MILIK DEBITUR OLEH PERUM PEGADAIAN APABILA DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUH PERDATA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian,

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

TANGGUNG JAWAB KREDITOR ATAS HILANGNYA BARANG GADAI

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

GADAI DAN HAK KEBENDAAN TINJAUAN YURIDIS GADAI SEBAGAI HAK KEBENDAAN UNTUK JAMINAN KREDIT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat secara sah yaitu berdasarkan syarat sahnya perjanjian, berlaku sebagai undang-undang

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH

BAB II LAHIRNYA HAK KEBENDAAN PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI OBYEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan pelaku usaha atau perseorangan untuk menggerakan perekonomiannya,

BAB III KERANGKA TEORI. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB II PERJANJIAN JAMINAN DALAM HUKUM POSITIF. Istilah jaminan dalam peraturan perundang-undangan dapat dijumpai

Transkripsi:

25 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI 2.1 Pengertian Gadai Salah satu lembaga jaminan yang obyeknya benda bergerak adalah lembaga gadai yang diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 KUHPerdata. Menurut Pasal 1150 KUHPerdata pengertian tentang gadai adalah sebagai berikut : Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang orang berpiutang lainnya ; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya biaya mana harus didahulukan. Dari perumusan Pasal 1150 KUHPerdata di atas dapat diketahui, bahwa gadai merupakan suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang diberikan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya, untuk menjamin suatu hutang dan yang memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mendapat pelunasan dari barang tersebut lebih dulu dari kreditur-kreditur lainnya, kecuali biaya-biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk benda itu, biaya-biaya mana harus didahulukan. Selain itu, gadai dalam pengertian hukum islam dapat dinyatakan sebagai berikut:

26 Gadai adalah menjadikan barang atau benda berharga sebagai jaminan utang dan akan dijadikan alat pembayaran utangnya apabila utang tersebut tidak dapat dibayar sampai batas waktu yang telah ditentukan. Adapaun barang yang dijadikan jaminan biasanya barang yang berharga atau yang mempunyai nilai ekonomis serta dapat disimpan/ bertahan lama. Misalnya emas, tanah, rumah, kendaraan, binatang dan lain lain. 20 Menurut H. Salim H S, gadai adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh kreditur dengan debitur, dimana debitur menyerahkan benda bergerak kepada kreditur, untuk menjamin pelunasan suatu hutang gadai, ketika debitur lalai prestasinya. 21 Pegadaian adalah lembaga keuangan nonbank yang merupakan salah satu bentuk lembaga pembiayaan yang diperuntukkan untuk masyarakat luas berpenghasilan rendah yang membutuhkan dana dalam waktu segera. Dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan tertentu terutama yang sangat mendesak, misalnya biaya pendidikan anak pada awal tahun ajaran, biaya pulang mengunjungi keluarga yang terkena musibah, biaya pengobatan, dan lain-lain. Lembaga pembiayaan pegadaian dibentuk oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan. 22 20 Schacht, Joseph. 2010. Pengantar Hukum Islam. Nuansa, Bandung. hal. 205. 21 Salim, 2011, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, hal 34 22 Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, op.cit, hal. 105.

27 Untuk meningkatkan efektivitas dan produktifitas, maka sejak april 1990 status hukum perusahaan dialihkan menjadi perusahaan jawatan (perjan) menjadi perusahaan umum (perum) melalui peraturan pemerintah nomor : 10 tahun 1990 (lembaran Negara tahun 1990 nomor :14), kemudian diubah lagi menjadi Perseroan Terbatas (PT) Pegadaian (Persero) dalam PP no, 55 tahun 2011. Adapun kegiatan usaha Pegadaian pada umumnya meliputi 2 hal yaitu : a. Penghimpunan dana (funding product) b. Penggunaan dana. 23 Perjanjian Gadai Suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata yang merumuskan bahwa suatu perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Terjadinya gadai didalam suatu PT. Pegadaian ( Persero ) yaitu apabila barang gadai diserahkan kepada PT. Pegadaian ( Persero ) dan selanjutnya melaksanakan penandatanganan SBK ( Surat Bukti Kredit ). Penyerahan barang tersebut terjadi pada saat yang bersamaan dengan penandatangan SBK.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa saat terjadinya gadai adalah pada saat SBK ditandatangani. Dalam perjanjian kredit di PT. Pegadaian ( Persero ), apabila telah terjadi persetujuan atau ada kesepakatan antara kedua belah pihak, maka pihak 23 Susilo Y. Sri, Sigit Traindaru dan A. Totok Budi Santoso, 2000, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta, hal. 181.

28 debitur menyerahkan barang jaminan dan barang jaminan ada dalam kekuasaan kreditur dan sebagai imbalannya kreditur memberikan pinjaman uang dan memberikan Surat Bukti Kredit ( SBK ) sebagai bukti adanya perjanjian gadai dan sebagai alat bukti untuk mengambil barang jaminan apabila hutang debitur telah dilunasi. Gadai merupakan perjanjian riil, yaitu perjanjian yang disamping kata sepakat, diperlukan suatu perbuatan nyata (penyerahan kekuasaan atas barang gadai). Dalam hal ini yang bertindak sebagai kreditur adalah pegadaian. Di dalam perjanjian tersebut, akan ditentukan beberapa klausul-klausul yang memuat kesepakatan mengenai hutang piutang antara debitur dan kreditur. Apabila pinjaman tersebut tidak dapat dilunasi tepat waktu, maka penerima atau pemegang gadai yang bertindak sebagai kreditur berhak untuk menjual barang gadai sebagai pelunasan dari pinjaman kredit tersebut. 24 Gadai diperjanjikan dengan maksud untuk memberikan jaminan atas suatu kewajiban prestasi tertentu, yang pada umumnya tidak selalu merupakan perjanjian utang piutang dan karenanya dikatakan, bahwa perjanjian gadai mengabdi kepada perjanjian pokoknya atau ia merupakan perjanjian yang 24 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2001, Seri Hukum Bisnis Jaminan Fidusia, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.88.

29 bersifat accesoir. 25 Perjanjian accesoir adalah perjanjian yang bersifat tambahan dan dikaitkan dengan perjanjian pokok. 26 2.2 Syarat Sahnya Perjanjian Gadai Sebagaimana diketahui bahwa hak gadai timbul sebagai akibat dari perjanjian kredit atau pinjam uang sehingga sebagai suatu perjanjian hak gadai juga harus memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian yang ditentukan oleh undangundang yaitu dalam Pasal 1320 KUH Perdata, antara lain : 1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak Maksud dari pada syarat ini yaitu adanya kesepakatan atau persesuaian kemauan masing-masing pihak yang membuat perjanjian mengenai hal-hal pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Dan saling menghargai segala hak dan kewajiban masing-masing pihak sehingga terlaksana perjanjian yang sah dan adil. Didalam perjanjian gadai, para pihak dalam perjanjian gadai tersebut harus sepakat mengenai apa yang diperjanjian atau disetujui mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang dibuat. Jadi kedua belah pihak menghendaki sesuatu secara timbal balik dimana pihak pemberi gadai agar mendapatkan pinjaman uang senilai dengan nilai benda jaminannya sedangkan pihak penerima gadai menghendaki di dalam pelaksanaannya akan menerima benda jaminan sebagai jaminan dari hutang pemberi gadai. 25 Rachmadi Usman, 2009, Hukum Jaminan Keperdataan, sinar grafika, Jakarta, hal. 106. 26 H. Salim HS, op.cit, hal.30.

30 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian Dalam hubungannya membuat suatu perjanjian, seseorang dikatakan cakap apabila berdasarkan ketentuan undang-undang ia dianggap mampu membuat sendiri perjanjian dengan adanya hubungan hukum yang pada asasnya setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum. Sedangkan dalam Pasal 1330 KUHPerdata dikatakan bahwa tidak cakap membuat perjanjian ialah orang yang belum dewasa, orang yang dibawah pengampuan dan perempuan yang bersuami. Mereka ini apabila melakukan perbuatan hukum harus diwakili oleh wali mereka dan bagi istri setelah mendapat ijin dari suaminya. 3. Adanya suatu hal tertentu Suatu hal tertentu merupakan prestasi yang perlu dipenuhi dalam suatu perjanjian. Prestasi itu harus tertentu atu sekurang-kurangnya dapat ditentukan. Apa yang diperjanjikan harus cukup jelas, ditentukan jenisnya, jumlahnya boleh tidak disebutkan asal dapat dihitung atau ditetapkan. Di dalam mengadakan perjanjian gadai haruslah suatu hal tertentu artinya benda yang diperjanjikan dalam perjanjian tersebut dapat ditentukan jenisnya. Hal ini akan berhubungan dengan hak-hak dan kewajiban serta tanggung jawab dari para pihak dan lebih memudahkan bagi para pihak yang mempunyai kepentingan untuk menuntut haknya terhadap lawannya bila timbul suatu perselisihan.

31 4. Adanya suatu sebab yang tidak terlarang Syarat ini merupakan tujuan dari perjanjian itu sendiri. Dalam Pasal 1337 KUHPerdata ditentukan bahwa : suatu sebab adalah terlarang, jika sebab itu dilarang oleh undang-undang atau bila sebab itu bertentangan dengan kesusilaan atau dengan ketertiban umum. Dalam perjanjian gadai, dimana isi dari perjanjian yang dibuat antara pemberi gadai dengan penerima gadai juga tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Syarat kesepakatan dan kecakapan disebut dengan syarat subyektif, oleh karena kedua syarat tersebut adalah mengenai orangnya yang terikat dalam perjanjian, sedangkan suatu hal tertentu dan sebab yang tidak terlarang disebut dengan syarat obyektif yaitu apa yang dituju atau apa yang dijanjikan oleh masing-masing pihak dengan membuat perjanjian tersebut. Oleh karena hak gadai hanya mengenai barang-barang bergerak saja, maka pemegang gadai sulit untuk menyelidiki apakah pemberi gadai itu betul-betul berhak untuk mengasingkan barang itu, misalnya : si pemberi hanya sebagai penyewa saja dari barang itu, maka disini hak gadai tidak dapat dibatalkan, dengan syarat si pemegang gadai harus jujur, dimana ia harus betul-betul mengira kalau si pemberi gadai adalah berhak untuk memberi gadai. 27 27 Hari Saherodji I, op.cit, hal. 21

32 Apabila ada hal yang seharusnya dapat diduga lebih dahulu bahwa si pemberi gadai adalah tidak berhak, maka dalam hal ini pemegang gadai tidak mendapat perlindungan dan hak gadai menjadi batal. Dalam hak gadai ini perjanjian hutang piutangnya boleh dibuat secara bebas bentuknya, boleh secara lisan maupun tertulis. Kalau secara tertulis dapat dipergunakan secara akte notaris ataupun secara akte di bawah tangan. Hak gadai baru dianggap terjadi apabila barang jaminan diserahkan kepada kekuasaan si pemegang gadai. Dalam Pasal 1152 KUH Perdata ditegaskan bahwa hak gadai atas barang-barang bergerak dan piutang-piutang atas bahwa harus diletakkan dengan menyerahkan barangnya di bawah kekuasaan si pemegang gadai, atau dimungkinkan juga dibawah kekuasaan pihak ketiga yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Jadi dalam hak gadai ini penyerahan kekuasaan ini dianggap oleh undangundang sebagai syarat mutlak untuk adanya hak gadai. Dan undang-undang juga mengizinkan bahwa barang tanggungan itu di taruh di bawah kekuasaan seorang pihak ketiga atas persetujuan kedua belah pihak yang berkepentingan. Jadi yang dikehendaki oleh undang-undang itu sebenarnya ialah ditariknya barang dari kekuasaan orang yang memberikan tanggungan. Dalam Pasal 1160 KUHPerdata disebutkan bahwa barang gadai itu tidak dapat dibagi-bagi, yang berarti bahwa hak gadai itu tetap melekat pada seluruh

33 bendanya meskipun sebagian dari pada hutang telah dibayar, hal itu tidak berarti bahwa sebagian dari benda/barang tanggungannya kembali kepada si berhutang, tetapi baru apabila seluruh hutang sudah dibayar, tanggungan itu di kembalikan. 2.3 Obyek Gadai Obyek gadai adalah segala benda bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, obyek yang dapat dijadikan gadai meliputi semua benda-benda bergerak yang terdiri dari : 1. Benda bergerak berwujud 2. Benda bergerak yang tidak berwujud yang meliputi hak untuk mendapatkan pembayaran uang, dapat berupa surat-surat piutang aan toonder (kepada si pembawa), aan order (atas tunjuk), dan op naam (atas nama). 28 Subyek gadai sebagaimana halnya dengan perjanjian-perjanjian jaminan pada umumnya, jika seseorang membuat suatu perjanjian maka sebenarnya di dalamnya terkandung dua jenis perjanjian. Yang pertama adalah perjanjian hutang-piutang uang (sebagai perjanjian pokok) dan yang kedua adalah perjanjian jaminan yang bersifat accesoir. Subyek dari masing-masing perjanjian tersebut ada dua. Dalam perjanjian pokok subyeknya adalah pihak kreditur dan pihak debitur. Kreditur adalah pihak yang memberi utang (pihak berpiutang), sedangkan debitur adalah pihak yang berhutang. Pemberi jaminan adalah pihak yang 28 Sri Soedewi Masjchoen, 1981, Hukum Perdata, Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta, hal.98.

34 menyediakan (memberikan jaminan) dan pemegang jaminan adalah pihak yang menerima jaminan. 2.4 Jangka Waktu Gadai Suatu perjanjian gadai tidaklah berlangsung terus menerus, melainkan sifatnya adalah terbatas atas waktu sebagaimana telah ditentukan didalam perjanjian dan sewaktu-waktu benda yang dijadikan jaminan bisa ditebus oleh pemiliknya. Seperti yang telah dikatakan, bahwa gadai itu adalah bersifat accesoir, hanya sebagai buntut saja dari suatu perjanjian utama, yang dalam hal ini yaitu perjanjian hutang-piutang. Dengan hapusnya perjanjian utama, maka hapus pula perjanjian tambahan/accesoir itu. Jadi hak gadai itu hapus apabila barang yang digadaikan keluar dari kekuasaan si pemegang gadai, misalnya : karena debitur telah membayar lunas hutangnya, atau bisa juga karena si kreditur dengan sukarela melepaskan benda yang digadaikan itu. Apabila barang gadai itu keluar dari kekuasaan si pemegang gadai, karena hilang atau dicuri dari padanya, maka berhaklah ia menuntutnya sebagaimana yang disebut dalam Pasal 1977 KUHPerdata. Apabila barang gadai yang telah hilang didapat kembali, maka hak gadai dianggap tidak pernah hilang. 2.5 Macam-macam Jaminan Jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan. Hukum jaminan adalah seperangkat

35 hukum yang mengatur tentang jaminan dari pihak debitur atau dari pihak ketiga bagi kepastian pelunasan piutang kreditur atau pelaksanaan suatu prestasi. 29 Adapun sifat jaminan seperti yang diatur dalam KUHPerdata sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1131 KUHPerdata adalah : Segala kebendaan orang yang berhutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru aka nada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk perikatannya pribadi. Pada umumnya jenis-jenis lembaga jaminan sebagaimana dikenal dalam Tata Hukum Indonesia dapat di golong-golongkan menurut cara terjadinya, menurut sifatnya, menurut obyeknya, menurut kewenangan menguasainya dan lain-lain sebagai berikut : a. Jaminan yang lahir karena ditentukan oleh undang-undang dan perjanjian Jaminan yang ditentukan oleh undang-undang ialah jaminan yang adanya ditunjuk oleh undang-undang tanpa adanya perjanjian dari para pihak yaitu misalnya adanya ketentuan undang-undang yang menentukan bahwa semua harta benda debitur baik benda bergerak maupun benda tetap, baik benda-benda yang sudah ada maupun yang masih aka nada menjadi jaminan bagi seluruh perutangan. 30 b. Jaminan umum dan jaminan khusus 29 http://kuliahade.wordpress.com/2010/04/18/hukum-jaminan-pengertian-dan-macammacam-jaminan/,diakses tanggal 23 september 2015. 30 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1980, Hukum Jaminan Di Indonesia, Pokok-pokok Hukum Jaminan, dan Jaminan Perorangan, Liberty, Yogyakarta, hal.43

36 Jaminan umum itu timbulnya dari undang-undang. Tanpa adanya perjanjian yang diadakan oleh para pihak terlebih dahulu. Sedangkan jaminan khusus itu timbulnya karena adanya perjanjian yang khusus diadakan antara kreditur dan debitur yang dapat berupa jaminan yang bersifat kebendaan ataupun jaminan yang bersifat perorangan. c. Jaminan yang bersifat kebendaan dan hak perorangan Jaminan yang bersifat kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda, yang mempunyai cirri-ciri : mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu dari debitur, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya (droit de suite) dan dapat diperalihkan (contoh hipotik, gadai dan lain-lain). Jaminan yang bersifat perorangan ialah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur seumumnya. d. Jaminan atas benda bergerak dan tak bergerak Penggolongan atas benda yang penting menurut system hukum perdata yang berlaku kini di Indonesia adalah penggolongan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak. Menurut sistim hukum perdata pembedaan atas benda bergerak dan tak bergerak itu mempunyai arti penting dalam berbagai bidang yang berhubungan dengan penyerahan, daluarsa (verjaring), kedudukan berkuasa (bezit), pembebanan/ jaminan. e. Jaminan dengan menguasai bendanya dan tanpa menguasai bendanya

37 Jaminan yang merupakan cara menurut hukum untuk pengamanan pembayaran kembali kredit yang diberikan dapat juga dibedakan atas jaminan dengan menguasai bendanya dan jaminan dengan tanpa menguasai bendanya. Jaminan yang diberikan dengan menguasai bendanya misalnya pada gadai (pand, pledge), hak retensi. Sedang jaminan yang diberikan dengan tanpa menguasai bendanya dijumpai pada hipotik, ikatan kredit, fidusia, privilege. 31 31 Ibid, hal.57.