BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Karena peranan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia di masa depan yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sakit). Bila kurangnya pengetahuan tentang zat gizi pemberian terhadap anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam jumlah yang tepat dan berkualitas baik. lingkungan kotor sehingga mudah terinfeksi berbagai penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. maupun sanitasi lingkungan yang buruk, maka akan menyebabkan timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. mewujudkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

Adapun fungsi zat gizi bagi tubuh adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun pelayanan kesehatan saja (Supariasa dkk, 2012). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAAN. Masa balita adalah masa kehidupan yang sangat penting dan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan faktor langsung dan tidak langsung dari sebagian besar kesakitan dan kematian anak (Caulfield, 2004). Tujuan MDGs tersebut tidak akan tercapai apabila masalah gizi kurang belum berhasil di atasi. Pada tahun 2005, World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 10% anak di bawah umur lima tahun (balita) di dunia menderita kurang gizi (WHO, 2007). Gizi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan kesehatan sebuah negara dalam membangun sumber daya yang berkualitas (Depkes RI, 2009). Gizi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak harus memperhatikan kecukupan pangan yang esensial baik secara kalitas maupun kuantitas (Moersintowati dkk, 2010). Zat gizi sangat penting bagi kehidupan dan memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan otak anak pada masa bawah lima tahun (Balita). Periode kritis perkembangan otak anak yaitu sejak masa kehamilan hingga 3 tahun pertama kehidupan. Masa ini disebut juga sebagai windows of opportunity, yang berdampak buruk bila tidak diperhatikan, tetapi berdampak baik jika masa tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Anak merupakan penerus cita-cita 1

2 bangsa, oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan sedini mungkin sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses tumbuh, sehingga memerlukan zat makanan yang relatif lebih banyak dengan kualitas yang lebih tinggi. Hasil pertumbuhan setelah menjadi manusia dewasa, sangat tergantung dari kondisi gizi dan kesehatan sewaktu usia dini. Pertumbuhan otak yang menentukan tingkat kecerdasan setelah menjadi dewasa, sangat ditentukan oleh pertumbuhan waktu usia dini. Kekurangan gizi pada fase pertumbuhan akan menghasilkan manusia dewasa dengan kualitas SDM rendah. Jadi anak usia dini haruslah diberi jatah utama dalam distribusi makanan keluarga, bukan mendapat sisa-sisa konsumsi keluarga (Sediaoetama, 2009). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masamasa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki (Hadi, 2005). Dan apabila ketidakcukupan zat gizi tersebut berlangsung lama maka cadangan jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu, kemudian timbul penurunan jaringan yang ditandai dengan penurunan berat badan, dan akan terjadi perubahan secara anatomi yang tampak sebagai gizi kurang (Supariasa, dkk, 2002). Kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan beberapa efek negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit, menurunnya

3 tingkat kecerdasan, dan terganggunya mental anak. Kekurangan gizi yang serius dapat menyebabkan kematian anak (Santoso, 2004). Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun, berbagai penyakit gangguan gizi dan gizi buruk akibat tidak baiknya mutu makanan maupun jumlah makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh masing-masing orang masih sering ditemukan diberbagai tempat di Indonesia. Gangguan gizi ini menggambarkan suatu keadaan akibat ketidakseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi. Masalah gizi tersebut merupakan refleksi konsumsi energi dan zat-zat gizi lain yang belum optimal (Depkes, 2003). Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan fungsi normal tubuh dan untuk produksi energi dan asupan zat gizi lainnya. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2009). Status gizi dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit infeksi. Faktor asupan makanan yang mempengaruhi status gizi adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas maupun kualitas. Asupan energi yang kurang dari kebutuhan dalam jangka waktu yang lama akan menghambat pertumbuhan, bahkan mengurangi cadangan energi dalam tubuh hingga terjadi keadaan gizi kurang maupun buruk. Hal ini berdampak pada gangguan pertumbuhan fisik,

4 mempunyai badan lebih pendek, mengalami gangguan perkembangan mental dan kecerdasan terhambat. Anak akan mempunyai Inteligent Quotient(IQ) yang lebih rendah, daya tahan tubuh anak menurun sehingga mudah terserang penyakit infeksi yang semakin memperburuk keadaan gizi sampai menimbulkan kematian (Pujiadi, 2001). Penyakit infeksi mempunyai kontribusi terhadap kekurangan energi, protein dan zat gizi lainnya karena dapat menurunkan nafsu makan sehingga tingkat kecukupan gizi menjadi berkurang. Kebutuhan energi pada saat infeksi bisa mencapai dua kali kebutuhan normal karena meningkatnya metabolisme basal dan meningkatkan kebutuhan glukosa. Hal tersebut menyebabkan deplesi otot dan glikogen hati. Infeksi juga berpengaruh terhadap absorbsi dan katabolisme, serta mempengaruhi praktek pemberian makanan selama dan sesudah sakit (Thaha,1995 dalam Rahim 2011) Penelitian Woge (2007) di Nusa Tenggara Timur menemukan bahwa ada hubungan yang kuat antara balita yang menderita penyakit infeksi dengan status gizi balita, dengan p-value = 0,001 dan rasio prevalensi sebesar 3,2, artinya balita yang berpenyakit infeksi kemungkinan 3,2 kali lebih tinggi mempunyai status gizi tidak baik di bandingkan dengan balita yang tidak terinfeksi. Pada penelitian Wong at al (2012), menemukan adanya hubungan yang signifikan antara penyakit infeksi dan asupan zat gizi dengan kejadian gizi kurang pada anak prasekolah di Terengganu, Malaysia. Sedangkan pada penelitian Sulistya dkk (2007) diperoleh hasil analisis chi square menunjukkan ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi, mereka yang memiliki asupan protein rendah mempunyai risiko 5,8 kali lebih besar untuk menjadi gizi kurang.

5 Hasil Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dilaporkan bahwa balita gizi kurang secara nasional adalah sebesar 13,0%, prevalensi balita gizi buruk adalah 5,4%, yang menggambarkan masalah gizi secara umum, sedangkan prevalensi nasional balita kurus adalah 7,4% dan balita sangat kurus adalah 6,2%. Prevalensi nasional Balita Pendek dan Balita Sangat Pendek adalah 36,8%. Sedangkan pada tahun 2010 prevalensi balita gizi buruk dan kurang menjadi 17,9%, diantaranya 4,9% dengan gizi buruk. Sedangkan prevalensi balita kurus menjadi 13,3% dan prevalensi balita pendek menurun menjadi 35,6 % (Riskesdas, 2010). Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara asupan energi, zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) dan penyakit infeksi (malaria) dengan status gizi pada balita di Indonesia tahun 2010. B. Identifikasi Masalah Prevalensi gizi buruk dan kurang di Indonesia tahun 2007 adalah 18,4 % dan mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 17,9%, angka tersebut masih di atas batas menurut World Health Organization (WHO) yaitu 10%. Prevalensi balita pendek mengalami penurunan dari 36,8% pada tahun 2007 menjadi 35,6% pada tahun 2010, angka tersebut masih di atas batas menurut WHO sebesar 20%. Penurunan prevalensi balita gizi kurus pada tahun 2007 yaitu dari 13,6% menjadi 13,3% pada tahun 2010, keadaan ini termasuk dalam kategori serius menurut United Nation High Commissioner for Refuges (UNHCR) yaitu berkisar 10,1%- 15% (Riskesdas, 2010).

6 Berbagai faktor dapat mempengaruhi timbulnya masalah gizi tersebut diantaranya adalah konsumsi makanan yang kurang serta adanya penyakit infeksi yang merupakan dua faktor penyebab langsung. Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi. Mereka mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga memerlukan suplai makanan dan gizi dalam jumlah cukup dan memadai (Tarigan, 2003 dalam Mulyani 2012). Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein, oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau aktivitas (Almatsier, 2009). Kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut dalam periode tertentu akan menyebabkan malnutrisi dalam hal ini adalah gizi kurang (Supariasa, dkk, 2002). Penyakit infeksi dan pertumbuhan yang tercermin dari status gizi, seringkali dijumpai bersama-sama dan keduanya dapat saling mempengaruhi. Infeksi dapat disebabkan dan menyebabkan kekurangan gizi. Sebaliknya kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit infeksi (Supariasa, dkk, 2002). Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena makanan yang kurang, tetapi juga karena penyakit infeksi. Pada keadaan terserang penyakit infeksi, penderita biasanya berkurang nafsu makannya yang pada akhirnya dapat menderita kurang gizi (Soekirman, 2000). Pada penyakit malaria menunjukkan gejala antara lain menurun-nya nafsu makan, muntah, dan sakit kepala. Dengan menurunnya nafsu makan dan muntah,

7 asupan zat gizi akan berkurang sehingga mempengaruhi status gizi anak (Gregor dalam Putri, 2010) C. Pembatasan Masalah Penulis membatasi penelitian ini pada variabel independen yaitu asupan energi, asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) dan penyakit infeksi (malaria) sedangkan untuk varibel dependen yaitu status gizi balita dengan menggunakan indikator BB/U, PB/U atau TB/U dan BB/TB. D. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apakah Asupan Energi berhubungan dengan status gizi balita di Indonesia tahun 2010? 2. Apakah Asupan Karbohidrat berhubungan dengan status gizi balita di Indonesia tahun 2010? 3. Apakah Asupan Protein berhubungan dengan status gizi balita di Indonesia tahun 2010? 4. Apakah Asupan Lemak berhubungan dengan status gizi balita di Indonesia tahun 2010? 5. Apakah penyakit Infeksi (malaria) berhubungan dengan status gizi balita di Indonesia tahun 2010?

8 E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan asupan energi, zat gizi makro dan peyakit infeksi (malaria) dengan status gizi pada balita di Indonesia tahun 2010. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan asupan energi dan zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) balita usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2010 b. Mendikripsikan penyakit infeksi (malaria) pada balita usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2010 c. Mendiskripsikan status gizi pada balita (BB/U, TB/U dan BB/TB) usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2010. d. Menganalisis hubungan asupan energi dengan status gizi pada balita e. Menganalisis hubungan asupan karbohidrat dengan status gizi pada balita f. Menganalisis hubungan asupan protein dengan status gizi pada balita g. Menganalisis hubungan asupan lemak dengan status gizi pada balita h. Menganalisis hubungan penyakit infeksi dengan status gizi pada balita

9 F. Manfaat penelitian 1. Secara Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan refrensi tambahan bagi peneliti yang relevan. b. Penilitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca yang ingin mengetahui tentang hubugan antara energi, zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) dan penyakit infeksi (malaria) dengan status gizi di Indonesia tahun 2010 2. Secara Praktis Menambah pengetahuan masyarakat seputar masalah gizi yang ada di daerah sekitarnya dan memperoleh pengetahuan tentang gizi yang baik, khususnya untuk meningkatkan status gizi balita dan status gizi keluarga pada umumnya. 3. Bagi Institusi a. Memberikan informasi tentang berhubungan asupan energi (zat gizi makro) dan penyakit infeksi dengan status gizi balita di Indonesia tahun 2010. b. Digunakan sebagai bahan bacaan dan dokumentasi di perpustakaan yang digunakan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian berikutnya. 4. Bagi Peneliti a. Hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan awal dalam melakukan penelitian selanjutnya. b. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang gizi dalam mengembangkan kemampuan sebagai ahli gizi di masyarakat.