STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

STUDI PREFERENSI WISATAWAN TERHADAP JENIS MODA ANGKUTAN WISATA DI KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 lembaga konservasi lingkungan hidup Ocean of Life

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

PENGARUH PERKEMBANGAN OBYEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP BANGKITAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SYAILENDRA RAYA TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENURUNAN PERKEMBANGAN KAWASAN WISATA CANDIDASA KABUPATEN KARANGASEM BALI TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Perbandingan Temuan dengan Proposisi

PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

Kasino Hotel di Bintan Kasino Hotel BAB I PENDAHULUAN. Suwanti Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481)

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi seluruh negeri. Tetapi satu hal yang tidak boleh di lupakan adalah

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata telah diasumsikan sebagai industri yang dapat diandalkan untuk

ANALISA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN PESISIR PANTAI KABUPATEN BENGKALIS DENGAN MODEL DINAMIKA SISTEM TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang STUDI KELAYAKAN POTENSI WISATA PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN KABUPATEN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ALTERNATIF POLA HUBUNGAN KOTA TEGAL DALAM KONTEKS KAWASAN BREGAS TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penataan dan Pengembangan Obuek Wisata Pantai Widuri di Pemalang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI RANDUSANGA INDAH KABUPATEN BREBES SEBAGAI OBJEK WISATA UNGGULAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perjalanan baru. Pariwisata mempunyai spektrum fundamental pembangunan yang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

DAMPAK KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN PANTAI LAGOI OLEH INVESTOR ASING TERHADAP MASYARAKAT SETEMPAT DAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN RIAU

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. industri di bidang jasa yang berusaha untuk menarik dan memberikan pelayanan

OPTIMALISASI PELAYANAN PARIWISATA PROPINSI DI YOGYAKARTA SAAT WEEKEND-WEEKDAYS BERDASARKAN SEGMENTASI WISATAWAN NUSANTARA

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

Denpasar, Juli 2012

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN OBJEK WISATA VULKANOLOGI KETEP DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENUNJANG INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal

Transkripsi:

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

Abstrak Kegiatan dibidang pariwisata sampai saat ini masih bersifat kompleks-dinamis dan berpeluang sebagai sumber pendapatan dengan diikuti pengembangan kawasan wisata yang mencakup integrasi semua komponennya beserta faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata. Komponen pariwisata tersebut, akan menjawab syarat suatu daerah tujuan wisata yang memiliki something to see, something buy and something to do (Pendit, 1999: 31). Berdasarkan hal tersebut, maka perkembangan pariwisata suatu daerah sangat dipengaruhi oleh tingkat penyediaan komponen-komponen wisata. Salah satu wilayah di Kabupaten Bengkalis yang akan dikembangkan pariwisatanya adalah Pulau Rupat. Pemerintah Kabupaten Bengkalis merencanakan pengembangan obyek wisata pantai Pulau Rupat untuk menjadi salah satu komoditi ekonomi yang menjanjikan dan berprospek apabila didukung oleh penyediaan komponen wisata dalam pengembangannya. Potensi pariwisata Pulau Rupat ini selain dekat dengan Selat Malaka dan Malaysia yang digunakan sebagai jalur lalu lintas pelayaran juga berupa pantai pasir putih dan kawasan mangrove (wisata biota laut), hutan suaka dan wisata alam pantai, hanya saja potensi yang ada belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal.. Hal tersebut terlihat dari penyediaan komponen wisata yang ada di Pulau Rupat masih kurang memadai untuk daerah tujuan wisata, sehingga dapat menyebabkan minat pengunjung atau wisatawan sangat rendah. Dengan demikian, maka permasalahan pengembangan pariwisata yang ada di Pulau Rupat adalah kurang penyediaan komponen-komponen wisata, yaitu transportasi, atraksi wisata atau obyek wisata, promosi wisata, akomodasi wisata,, dan sarana prasarana wisata. Mengacu dari permasalahan tersebut di atas, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah : Kebutuhan pengembangan komponen apa saja yang diperlukan untuk pengembangan wisata Pulau Rupat?. Analisis yang dilakukan difokuskan pada empat variabel yaitu karakteristik kawasan wisata Pulau Rupat, Keterkaitan antar kawasan dan desa, kondisi demand serta kondisi supply pariwisata di Pulau Rupat. Dari hasil analisis diketahui bahwa dari empat desa yang diteliti antara lain Desa Batu Panjang, Teluk Lecah, Titi Akar dan Desa Tanjung Medang terdapat permasalahan dimana kondisi komponen pariwisata terutama aksesibilitas serta sarana prasarana masih kurang. Namun dari aspek tata rung serta keterkaitan dengan wilayah lain cukup mendukung perkembangan pariwisata. Rekomendasi yang dihasilkan dari analisi tersebut terutama bagi pemerintah yaitu perlunya untuk meningkatkan sarana prasarana, aksesibilitas serta sistem transportasi guna mendukung perkembangan pariwisata dalam rangka meningkatkan perekonomian wilayah. Rekomendasi bagi penyusunan studi lanjutan mengenai pariwisata di Pulau Rupat dapat berupa studi keterkaitan antar obyek wisata fenomena alam yang terdapat di Pulau Rupat atau studi mengenai kesiapan obyek dalam menghadapi peningkatan pasar wisata. Kata Kunci : Komponen wisata, demand wisata, supply wisata.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pariwisata telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, hal ini terbukti dengan semakin banyaknya kunjungan wisatawan maupun perkembangan obyek wisata. Berdasarkan sidang WTO (World Tourism Organization) yang dilaksanakan di Denpasar pada awal Oktober 1993, dilaporkan bahwa pada tahun 1950 jumlah wisatawan di seluruh dunia mencapai 25 juta orang dengan devisa sebesar 2,1 milyar dollar per tahun, sedangkan pada tahun 1992 jumlah tersebut meningkat 476 juta orang dengan devisa sebesar 275 milyar dollar per tahun dan diharapkan pada tahun 2000, jumlah tersebut akan mencapai 661 juta orang (Spillane, 1994:14). Perkembangan kunjungan wisata tersebut sangat dimungkinkan akan bertambah, karena kegiatan wisata bukan hanya sekedar untuk mencari kesenangan namun telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat dalam aktivitas hidupnya. Pariwisata juga mempunyai peran yang sangat potensial dan strategis dalam pembangunan daerah. Pengembangannya dapat berfungsi sebagai pendekatan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan sebagai penyeimbang ekonomi daerah (Nurhayati dalam Fandelli, 1995:15). Pengembangan tersebut harus diikuti dengan memanfaatkan peluang-peluangnya sebagai sumber pendapatan masyarakat setempat dan pendapatan daerah secara keseluruhan. Kegiatan dibidang pariwisata merupakan kegiatan yang bersifat kompleks meliputi berbagai sektor dan bentuk kegiatan yang memiliki elemen-elemen yang dinamis dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Berdasarkan hal tersebut, maka pengembangan pariwisata akan mengalami proses perubahan fisik dan sosial. Proses perubahannya terus berlangsung seiring dengan pembangunan sarana prasarana, dan fasilitas lainnya atau dengan kata lain, perencanaan pariwisata dimulai dengan pengembangan pariwisata daerah yang meliputi pembangunan fisik obyek wisata yang dijual berupa fasilitas akomodasi, restauran, fasilitas umum, fasilitas sosial, angkutan wisata, dan perencanaan promosi yang disebut dengan komponen pariwisata (Gunn, 1988: 71). Pembangunan kawasan wisata pada dasarnya merupakan pengembangan komponenkomponen pariwisata, yang pada pelaksanaannya diharapkan dapat berjalan secara gradual dan paralel. Komponen tersebut tidak berdiri sendiri dalam mempengaruhi kegiatan pariwisata, tetapi merupakan rangkaian dari berbagai faktor lain seperti kondisi perekonomian, kebijakan pemerintah, potensi yang dimiliki, potensi alam, potensi buatan, ketersediaan sumberdaya manusia tenaga kerja dan tenaga ahli serta koordinasi antara berbagai instansi terkait (Gunn, 1988: 75-76). 1

2 Kegiatan dibidang pariwisata sampai saat ini masih bersifat kompleks-dinamis dan berpeluang sebagai sumber pendapatan dengan diikuti pengembangan kawasan wisata yang mencakup integrasi semua komponennya beserta faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata. Komponen pariwisata tersebut, akan menjawab syarat suatu daerah tujuan wisata yang memiliki something to see, something buy and something to do (Pendit, 1999: 31). Berdasarkan hal tersebut, maka perkembangan pariwisata suatu daerah sangat dipengaruhi oleh tingkat penyediaan komponen-komponen pariwisata. Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Riau yang memiliki posisi yang cukup strategis karena berhadapan langsung dengan pelayaran internasional yang paling ramai di dunia, yaitu Selat Malaka serta berada dalam kawasan segitiga pertumbuhan, yakni segitiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura dan Indonesia-Malaysia-Thailand (Indonesian Ecotourism Network, 2002). Potensi alam Kabupaten Bengkalis yang masih cukup baik, hutan rawa gambut, pantai dan pulau kecil serta potensi suku melayu asli merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjungnya. Salah satu dari potensi alam yang terkenal di Kabupaten Bengkalis adalah wisata pantai Pulau Rupat. Salah satu wilayah di Kabupaten Bengkalis yang akan dikembangkan pariwisatanya adalah Pulau Rupat. Pemerintah Kabupaten Bengkalis merencanakan pengembangan obyek wisata pantai Pulau Rupat untuk menjadi salah satu komoditi ekonomi yang menjanjikan dan berprospek apabila didukung oleh penyediaan komponen wisata dalam pengembangannya. Potensi pariwisata Pulau Rupat ini selain dekat dengan Selat Malaka dan Malaysia yang digunakan sebagai jalur lalu lintas pelayaran juga berupa pantai pasir putih dan kawasan mangrove (wisata biota laut), hutan suaka dan wisata alam pantai, hanya saja potensi yang ada belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal. Hal tersebut terlihat dari penyediaan komponen wisata yang ada di Pulau Rupat masih kurang memadai untuk daerah tujuan wisata, sehingga dapat menyebabkan minat pengunjung atau wisatawan sangat rendah. Selain permasalahan kurang tersedianya komponen pariwisata, Pulau rupat ini memiliki keterbatasan lainnya, yaitu keterisolasinya Pulau Rupat karena minimnya infrastruktur wilayah, keterbatasan prasarana dan sarana yang memadai untuk kemudahan pergerakan serta masalah pertahanan dan keamanan. Permasalahan di Pulau Rupat lainnya adalah adanya tumpang tindih pola pemanfaatan kawasan lindung atau kawasan budi daya karena adanya konflik kepentingan, masalah kesenjangan perkembangan antar kecamatan serta keterkaitan antar kota yang ada secara fungsional masih rendah. Permasalahan-permasalahan di atas yang menyebabkan para investor tidak bersedia menanamkan modalnya untuk pengembangan kawasan pariwisata Pulau Rupat. Oleh karena potensi pariwisata yang paling besar di Pulau Rupat maka pengembangan wilayah dilakukan dengan peningkatan aktivitas pariwisata di Pulau Rupat. Sehingga

3 pengembangan Kabupaten Bengkalis dilakukan dengan menitikberatkan pada peningkatan pariwisata di Pulau Rupat. Permasalahan dalam pengembangan pariwisata di Pulau Rupat disebabkan oleh tingkat penyediaan komponen wisata masih sangat kurang memadai untuk daerah tujuan wisata. Berdasarkan hal tersebut, maka langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan pengembangan pariwisata di Pulau Rupat adalah mengidentifikasi kebutuhan pengembangan komponen wisata yang meliputi aspek sediaan dan aspek permintaan. 1.2. Perumusan Masalah Untuk menghadapi otonomi daerah, maka masing-masing daerah cenderung menggali potensi-potensi daerahnya untuk dikembangkan. Salah satu diantaranya adalah pembangunan dibidang pariwisata. Pengembangan pariwisata tersebut tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi. Permasalahan-permasalahan tersebut, berupa unsur-unsur sediaan atau permintaan di daerah tujuan wisata. Berdasarkan hal tersebut, maka salah satu daerah tujuan wisata yang menjadi lokasi dalam kajian ini adalah kawasan Pulau Rupat, yang memiliki potensi pariwisata yang cukup unik dan menarik untuk dikembangkan karena keberadaannya dekat dengan negara Malaysia. Potensi pariwisata Pulau Rupat lainnya, yaitu pantai pasir putih dan kawasan mangrove (wisata biota laut), hutan suaka dan wisata alam pantai. Hanya saja dalam perkembangannya, penyediaan komponenkomponen wisata sebagai aspek penting dalam pengembangan pariwisata Pulau Rupat masih belum memadai. Komponen pariwisata pada daerah tujuan wisata adalah sebagai penyiapan sesuatu untuk dimanfaatkan, dipakai, dijual unsur-unsur atau bagian dari keseluruhan yang mencakup apa yang ditawarkan oleh destinasi pariwisata kepada wisatawan baik yang real maupun yang potensial di suatu daerah tujuan wisata. Komponen wisata yang ditawarkan pada daerah tujuan wisata (Mill, 1985: 201) yaitu: atraksi, fasilitas, transportasi, dan pelayanan. Secara garis besar permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kebutuhan komponen wisata Pulau Rupat dapat disimpulkan sebagai berikut: Kondisi jalan yang belum memadai, dimana sebagian besar masih merupakan jalan tanah. Kawasan Wisata Pulau Rupat tidak dikelola dengan baik oleh pemerintah setempat, ini terlihat dari minimnya kebijakan pemerintah berkaitan dengan pengembangan wisata. Promosi wisata yang masih kurang sehingga sebagian besar wisatawan mendapatkan informasi dari orang ke orang melalui obrolan. Aksesibilitas ke pulau tersebut hanya bisa dicapai melalui jalur laut dan udara, dan saat ini hanya bisa diakses lewat laut karena belum dikembangkannya pelabuhan udara.