1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Batam merupakan salah satu kota di Propinsi Kepulauan Riau yang perkembangannya cukup pesat yang secara geografis memiliki letak yang sangat strategis karena berada pada jalur pelayaran internasional dan hanya berjarak 12,5 mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan Kota Batam sebagai pintu gerbang pembangunan ekonomi, baik skala propinsi maupun nasional. Pada Juni 2013 populasi penduduk Kota Batam adalah sebesar 1.128.610 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk Kota Batam antara tahun 2000 2011 sebesar 7,68 % (Batam dalam Angka, 2012). Kecendrungan pertambahan jumlah penduduk di Kota Batam yang cukup pesat akan berdampak terhadap peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan. Sampah sampah yang dihasilkan di Kota Batam sebagian besar diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Telaga Punggur untuk di proses lebih lanjut. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Telaga Punggur Kota Batam terletak di Jalan Raya Telaga Punggur, Kelurahan Kabil, Kecamatan Nongsa, Kota Batam. Pengelolaan sampah di TPA Telaga Punggur saat ini dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Batam. TPA Telaga Punggur telah beroperasi sejak tahun 1997 dengan luas lahan yang tersedia sebesar ± 47 Ha yang beralaskan karpet untuk mencegah rembesan air lindi ke tanah sekitar. Sampah yang masuk ke TPA Telaga Punggur berasal sampah domestik dan non domestik 1 1
2 yang bukan tergolong sampah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang ada di Kota Batam. Pengolahan sampah yang dilakukan di TPA Telaga Punggur menggunakan sistem Controlled Landfill, penggunaan sistem Controlled Landfill ini berpotensi menimbulkan masalah lingkungan, terutama masalah pencemaran lindi (leachate) jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan bau, menurunkan kualitas air tanah, air laut, dan timbulnya berbagai macam serangga serta vektor penyakit yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat sekitar. Air lindi dapat didefinisikan sebagai cairan yang menginfiltrasi melalui tumpukan sampah dan telah mengekstrasi material terlarut maupun tersuspensi (Tchobanoglous, 1993). Kebanyakan TPA, air lindi terbentuk dari cairan yang memasuki area timbunan sampah yang berasal dari sumber sumber eksternal, seperti air hujan, air tanah dan cairan yang diproduksi dari dekomposisi sampah. Lokasi TPA Telaga Punggur sangat berdekatan dengan laut dan pelabuhan domestik Telaga Punggur seperti terlihat pada Gambar 1.1. Jika air lindi yang berasal dari TPA Telaga Punggur tidak diolah dengan baik maka akan berpotensi mencemari lingkungan, membahayakan kesehatan manusia, sumber air dan biota biota perairan yang ada disekitar TPA, karena didalam lindi terdapat berbagai senyawa organik maupun anorganik serta sejumlah bakteri pathogen, selain itu lindi juga mengandung amoniak, timbal dan mikroba parasit seperti kutu air yang menyebabkan gatal gatal pada kulit. Keberadaan air lindi merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh TPA Telaga Punggur, dikarenakan masih ada beberapa parameter kualitas air lindi 2
3 yang melebihi nilai ambang batas baku mutu yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri. TPA Telaga Punggur Gambar 1.1. Lokasi TPA Telaga Punggur Kota Batam (Sumber : Peta satelit, 2013) TPA Telaga Punggur saat ini sudah dilengkapi dengan kolam pengolahan air lindi yang pengolahannya menggunakan sistem biologis secara aerob. Pengolahan air lindi menggunakan bakteri probiotik (lactobacillus, azetobacter, saccharomyses) dengan tahapan sebagai berikut: air lindi di tampung di bak penampungan yang kemudian lindi mengalir ke bak pengendapan yang selanjutnya masuk ke kolam pengolahan biologis. Proses pengolahan lindi secara biologis pada kolam aerasi dilengkapi dengan aerator terdifusi secara merata di dasar kolam yang berfungsi untuk mensuplai oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerob selain itu juga berfungsi sebagai pengadukan, pada kolam aerasi bakteri diinjeksikan kedalam bola plastic kecil dengan rasio pemberian 3
4 bakteri sebesar 3:1, dimana di dalam bola terdapat sarang bakteri yaitu berupa sel sarang tawon/sabut/ijuk. Hasil Pengujian terhadap kualitas air lindi pada Instalasi Pengolahan Air lindi yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Batam pada tanggal 20 Februari 2013 didapatkan bahwa kadar BOD 5 dan COD memiliki nilai yang sama antara inlet (sebelum) dan outlet (sesudah) unit pengolahan lindi, dimana BOD 5 sebesar > 150 mg/l dan COD > 450 mg/l. Berdasarkan hasil pengukuran pada inlet dan outlet, kadar BOD 5 dan COD telah melebihi nilai ambang batas baku mutu yang ditetapkan, selain itu hasil pengukuran tersebut belum dapat diketahui seberapa besar perubahan penurunan parameter BOD 5 dan COD pada pengolahan air lindi. Berbeda dengan hasil uji terhadap kadar BOD 5 dan COD, kadar TSS dan TDS pada air lindi pada hasil pengukuran tidak melebihi nilai ambang batas baku mutu yang ditetapkan namum terjadi peningkatan kadar TDS dan TSS. Kadar TDS pada inlet yang relatif kecil yaitu sebesar 5,67 mg/l dan pada outlet sebesar 7 mg/l, sedangkan kadar TSS pada inlet sebesar 225 mg/l dan pada outlet sebesar 326 mg/l. Dengan melihat hasil pengukuran tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai studi kinerja kolam aerasi pada TPA Telaga Punggur Kota Batam untuk mengetahui seberapa besar kemampuan kolam aerasi ditinjau dari parameter BOD 5, COD, TSS dan TDS. Kolam aerasi yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah dapat dilihat pada Gambar 1.2 4
5 Gambar 1.2. Kolam aerasi Pada IPA Lindi TPA Telaga Punggur (Sumber : Pengamatan langsung di lapangan) 1.2 Identifikasi masalah Berdasarkan penjelasan di atas identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Jumlah timbulan sampah di Kota Batam yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas air lindi yang dihasilkan 2. Belum ada informasi yang memadai mengenai debit dan waktu tinggal air lindi dalam unit pengolahan serta tentang pengaruh pengolahan terhadap penurunan BOD 5, COD, TSS dan TDS 3. Hasil pengukuran terhadap kadar TDS pada kualitas air lindi TPA Telaga punggur relatif kecil dibandingkan dengan kualitas lindi TPA yang ada di Indonesia 4. Kadar BOD 5 dan COD air lindi TPA Telaga Punggur memiliki kadar melebihi ambang baku mutu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 tahun 1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri 5
6 5. Efluen air lindi dari Instalasi Pengolahan air lindi TPA Telaga Punggur berpotensi mencemari perairan laut disekitar TPA apabila air olahan yang belum memenuhi baku mutu di buang ke badan air 6. Kinerja kolam pengolahan yang ada di TPA Telaga Punggur masih belum efisien dalam menurunkan beban pencemar pada air lindi 1.3 Perumusan masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat dibuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan unit pengolahan kolam aerasi dalam menurunkan beban pencemar air lindi 2. Apakah kadar BOD 5 dan COD pada air lindi dapat menurun setelah diolah dengan kolam aerasi. 3. Apakah kadar TSS dan TDS pada air lindi terjadi perubahan setelah melewati pengolahan pada kolam aerasi 4. Pengamatan kinerja dari kolam aerasi pada instalasi pengolahan air lindi TPA Telaga Punggur ditinjau dari parameter BOD 5, COD, TSS dan TDS. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui kemampuan kolam aerasi dalam menurunkan beban pencemar air lindi ditinjau dari parameter BOD 5, COD, TSS dan TDS. 6
7 2. Untuk mengetahui besarnya efektifitas kinerja kolam aerasi dengan mengunakan parameter BOD 5, COD, TSS dan TDS. 3. Untuk memberikan rekomendasi unit pengolahan yang dapat dijadikan pertimbangan dalam mengolah air lindi. 1.5 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini : 1. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk pengambilan sampel dari lapangan untuk dibandingkan sebelum dan sesudah pengolahan. 2. Air lindi yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari TPA Telaga Punggur yang terletak di Punggur Kota Batam. 3. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini yaitu BOD (Biological Oxigen Demand), COD (Chemical Oxigen Demand), TSS (Total Suspended Solid)dan TDS (Total Dissolved Solid) 4. Pengujian Sampel dilakukan di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) Kelas 1 Kota Batam 5. Banyak data yang tidak tersedia seperti detail design, design awal perencanaan serta hasil pengujian secara berkala terhadap kualitas dan kuantitas air lindi sehingga tidak dapat dilakukan perbandingan terhadap kinerja kolam aerasi sebelum penelitian ini. 6. Pada penelitian ini kondisi pada kolam aerasi meliputi stratifikasi kedalaman kolam, pengaruh putaran aliran tidak dibahas. 7
8 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan penelitian selanjutnya yang sejenis. 2. Menambah wawasan bagi peneliti sendiri dan peneliti selanjutnya mengenai sistem pengelolaan lindi. 3. Dapat mengetahui dan menganalisa seberapa besar efisiensi kinerja sistem unit pengolahan air lindi pada kolam aerasi yang dilakukan di TPA Telaga Punggur sehingga dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan kualitas pengolahan yang telah dilakukan. 4. Memberikan informasi secara teoritis mengenai kemampuan unit pengolahan dalam menurunkan beban pencemar air lindi ditinjau dari parameter BOD 5, COD, TSS dan TDS. 5. Dapat memberikan rekomendasi untuk pengolahan air lindi TPA Telaga Punggur di kemudian hari. 1.7 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan Kinerja unit pengolahan, disajikan dalam Tabel 1.1. 8
9 Tabel 1.1. Penelitian yang terkait dengan kinerja unit pengolahan No Peneliti Tahun Judul Hasil penelitian Lokasi Penelitian Dari hasil penelitian, didapatkan Evaluasi efisiensi kolam kadar COD rata-rata pada inlet aerasi fakultatif selama 3 kali tahap pengamatan 226 berdasarkan parameter mg/l, 159 mg/l dan 73 mg/l dan pada 1 Ari Seno Wibisono 2009 DO & COD pada outlet 186 mg/l, 158 mg/l dan 59 Jogjakarta, Indonesia Instalasi pengolahan mg/l. Pada kolam aerasi fakultatif limbah Sewon Bantul terjadi pencampuran dan pengadukan bahan organik yang berasal dari limbah yang masuk. Evaluasi kinerja kolam Pengolahan BOD jauh dari kriteria aerasi fakultatif pada design IPAL, hal ini dikarenakan 2 Diptya Kurnia Sari 2009 IPAL Sewon Bantul aerator tidak berfungsi secara Jogjakarta, Indonesia untuk parameter BOD maksimal. dan TSS 9
10 Tabel 1.1. Penelitian yang terkait dengan kinerja unit pengolahan No Peneliti Tahun Judul Hasil penelitian Lokasi Penelitian Evaluasi kadar TDS, Berdasarkan hasil penelitian dapat Cadmium, dan MPN ditarik kesimpulan bahwa IPAL di Coliform pada lindi TPA Telaga Punggur belum efektif 3 Tetty Sandra Milla 2009 sebelum dan sesudah pengolahan instalasi menurunkan kadar TDS, Cadmium, COD dan MPN Coliform dengan Batam, Indonesia pengolahan air limbah di lindi. TPA Telaga Punggur Nongsa Kota Batam Studi Kinerja Kolam aerasi di TPA Telaga 4 Onella Mariska 2013 punggur ditinjau dari parameter BOD 5, COD, dan TDS 10