BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan hasil kegiatan operasional pada satu periode tertentu yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Penghasilan Komprehensif Lain (PSAK 1 Revisi 2013, p. 80A). Pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai kondisi kinerja

BAB I PENDAHULUAN. utama yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dasar akuntansi keuangan adalah untuk memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi akuntansi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan. Salah satu bentuk informasi yang dibutuhkan oleh pihak yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. (Brigham Gapensi, 1996 dalam Natalia, 2010). Laporan keuangan merupakan. dan laporan arus kas (standar akuntansi keuangan no. 1).

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup pesat. Sejak adanya paket-paket kebijakan yang. dikeluarkan pemerintah dan adanya UU No. 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh perusahaan yang dilaporkan kepada pihak internal maupun

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelemahan. Wild et al. (2003) mengkritik bahwa akuntansi akrual

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di perusahaan dengan optimal. Dengan demikian perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang efisien dapat mendukung perkembangan ekonomi, karena adanya alokasi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam

BAB I PENDAHULUAN. (investor) dengan pihak yang memerlukan dana (issuer). Adanya pasar

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suwito dan Herawaty (2005) pasar modal memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan sistematika penulisan tesis. Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 Paragraf 05 adalah memberikan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman yang semakin pesat telah banyak

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, dan bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Efek Jakarta. Pasar modal merupakan suatu pasar yang didalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal penyediaan barang dan jasa yang bermutu, tetapi juga dalam hal

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini perusahaan yang membutuhkan dana dapat memenuhinya dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi sebagai bentuk pertanggungjawaban atas wewenang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menggambarkan hubungan kontrak kerjasama antara

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan dalam usaha mengharmonisasikan standar-standar akuntansi dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan laporan yang sesuai fakta ini sedikit dapat digerakkan (tuned) sehingga dapat mengubah angka laba yang dihasilkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Statement of financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 1 bahwa informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan (source

BAB I PENDAHULUAN. Peran dari laporan keuangan adalah sebagai salah satu sumber informasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan adalah suatu sarana yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak penyedia dana (investor) dan penerima dana (perusahaan). Sejalan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat menyembunyikan dan mengubah metode informasi dengan. mempermainkan besar kecilnya angka-angka yang ada pada laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk terus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian suatu negara yang seringkali mengalami pasang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen laba muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut PSAK no.1 Revisi 2013 paragraf 7,

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan konsep dasar akuntansi, yakni konsep kesatuan usaha (entity theory),

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik manajemen laba sudah menjadi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan di Indonesia maupun di luar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat persaingan di dalam dunia bisnis memaksa. perusahaan untuk mempunyai keunggulan kompetitive untuk terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. dalam satu periode (Kieso et al., 2011). Terdapat dua pendekatan untuk melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting untuk pengambilan keputusan adalah laba dalam income statement.

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya laporan keuangan diungkapkan Belkoui (1993) dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan output dari proses akuntansi yang menjadi sarana komunikasi atas hasil pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan perusahaan real estate

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2013)

BAB I PENDAHULUAN. manajemen atas pengelolaan sumberdaya perusahaan kepada pihak-pihak yang

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi, pengikhtisaran dan

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan laporan atas kejadian-kejadian yang telah lewat, maka terdapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan zaman terus menuntut perusahaan untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Informasi tentang laba (earnings) mempunyai peran sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian

BAB I PENDAHULUAN. dapat melihat kinerja dari suatu perusahaan. Informasi laba yang diberikan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan hasil kinerja perusahaan. Tujuan akuntansi secara keseluruhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan yang merupakan salah satu sarana untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Assih dan Gudono, 2000:36). Laporan keuangan juga merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang ada didalam suatu perusahaan dituntut untuk dapat

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. pemilik dapat mengukur kinerja manajemen karena laporan keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya. Dengan mendapatkan laba yang terus meningkat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien. Salah satu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi,

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawabannya kepada pihak penyedia dana. Dana dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan menyediakan informasimengenai laba sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi. Menurut IAI (2011) tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masa-masa yang akan datang, dengan diketahuinya perkembangan keuntungan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laba merupakan hasil kegiatan operasional pada satu periode tertentu yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Informasi mengenai laba rugi yang diperoleh perusahaan dapat ditemukan dalam Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain (PSAK 1 Revisi 2013, p. 80A). Pentingnya informasi laba secara tegas disebutkan dalan Statement of Financial Concepts (SFAC) No. 1 bahwa selain untuk menilai kinerja manajemen, juga membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif, serta untuk menaksir risiko dalam investasi atau kredit (Masodah, 2007). Laba dapat didefinisikan berdasarkan pendekatan sintaktis dan pendekatan semantis. Laba menurut pendekatan sintaktis adalah selisih antara pendapatan dan beban. Laba diakui apabila terjadi kenaikan nilai dari kekayaan bersih sebagai akibat adanya transaksi. Sementara menurut pendekatan semantis, laba diartikan sebagai perubahaan kekayaan (wealth) atau perubahan ekuitas pemegang saham. Menurut konsep ini, laba timbul jika ada aliran yang lebih masuk setelah aliran pada awal periode dapat dipertahankan sampai pada akhir periode (Yadiati, 2007:91). Laba juga dijadikan sebagai dasar atau panduan untuk menentukan kebijakan perusahaan lainnya, yaitu dasar untuk perpajakan, penentu dari kebijakan pembayaran dividen, panduan dalam melakukan investasi dan pengambilan keputusan, sebagai alat ukur efisiensi, dan sebagai sarana prediktif 1

yang membantu dalam meramalkan laba dan peristiwa-peristiwa ekonomi di masa depan (Belkaoui, 2007:226). Bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya di perusahaan, laba menjadi perhatian khusus dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Hal ini dikarenakan laba yang diakui perusahaan adalah indikator dari jumlah maksimum yang dapat diatribusikan sebagai dividen dan ditahan untuk ekspansi atau diinvestasikan kembali dalam perusahaan. Investor tentunya akan berusaha untuk memaksimalkan pengembalian dari modal yang diinvestasikan. Laba sebagai alat ukur efisiensi berarti laba digunakan sebagai ukuran, baik dari segi keahlian kepengurusan manajemen atas sumber daya entitas maupun efisiensinya dalam menyelenggarakan urusan-urusan perusahaan. Laba yang dihasilkan perusahaan dipandang sebagai hasil kinerja manajemen yang diberikan wewenang untuk mengelola dan menjalankan operasional perusahaan. Sebagai balasannya, banyak perusahaan dalam menentukan kompensasi manajer menggunakan dasar laba bersih dan harga pasar saham untuk mengukur kinerja manajer. Laba juga dapat digunakan sebagai dasar untuk meramalkan peristiwaperistiwa di masa depan. Nilai-nilai laba masa lalu yang didasarkan pada biaya historis dan nilai saat ini ternyata dapat bermanfaat dalam meramalkan nilai di masa depan. Laba yang dihasilkan terdiri atas hasil kegiatan operasional dan hasil kegiatan non operasional, yang jumlah keduanya sama dengan laba bersih. Laba akuntansi yang merupakan hasil kegiatan operasional bersifat lancar dan berulang serta biasanya lebih andal untuk dijadikan alat peramal laba di masa depan dibandingkan laba bersih. Hal ini dapat memiliki arti tidak langsung bahwa 2

perilaku dari laba bersih mungkin dapat tidak menentu dan kurang andal bagi pengambilan keputusan investasi, maka terdapat alasan untuk menggunakan pengukuran laba yang kondusif bagi peramalan yang akurat. Kebutuhan akan informasi laba untuk peramalan keuangan masa depan ini mendorong manajemen untuk melakukan perataan laba (income smoothing) yang merupakan salah satu bentuk praktik dari manajemen laba di perusahaan. Perataan laba dimotivasi oleh adanya keinginan untuk meningkatkan keandalan peramalan yang didasarkan pada laba dan untuk memperkecil resiko yang mengelilingi angka-angka akuntansi (Belkaoui, 2007:228). Perataan laba dilakukan untuk mengurangi fluktuasi dari laba yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor meramalkan arus kas masa datang (Barnea et. al., 1975 dalam Syahriana, 2006). Hal lainnya yang mendorong terjadinya praktik manajemen laba pada perusahaan adalah kesadaran manajer akan kecenderungan pengukuran kinerja berdasarkan informasi laba. Pemilik atau pihak lain menggunakan informasi laba sebagai alat untuk meramal earning power perusahaan di masa yang akan datang. Penilaian kinerja berdasarkan hal ini kemudian akan mendorong manajer untuk melakukan perilaku menyimpang (disfunctional behavior), yang salah satu bentuknya adalah manajemen laba (Widyaningdiah, 2001). Manajemen laba merupakan suatu tindakan dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan dan menurunkan laba (Schipper, 1989). Manajemen laba terjadi ketika manejemen menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi yang mengubah 3

laporan keuangan, hal ini bertujuan untuk menyesatkan para stakeholders tentang kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk mempengaruhi penghasilan kontraktual yang mengendalikan angka akuntansi yang dilaporkan (Healy dan Wahlen, 1999). Earnings management (creative accounting atau accounting numbers game) bisa terjadi dalam bentuk income smoothing (perataan laba), aggressive income smoothing dan financial misrepresentation (kecurangan pelaporan keuangan). Praktik perataan laba berada dalam batasan dan fleksibilitas GAAP, sementara financial misrepresentation berada di luar batasan GAAP (Kighir et. al., 2014). Beberapa pihak yang mendukung dilakukannya manajemen laba mengemukakan bahwa prospek laba yang stabil mampu untuk menyokong tingkat dividen yang lebih tinggi dibandingkan prospek laba yang fluktuatif. Variabilitas laba diinterpretasikan sebagai ukuran penting resiko keseluruhan perusahaan dan memiliki dampak langsung pada tingkat kapitalisasi investor, sehingga akan memiliki efek buruk pada nilai saham perusahaan dan ekspektasi investor terhadap laba dan dividen yang diterima di masa yang akan datang juga semakin rendah (Burgstahler dan Eames, 1998). Sebagai tambahan, Sharpe (1970) dalam Kighir et. al. (2014) menyebutkan bahwa perataan laba dalam teori keseimbangan pasar (market equilibrium) dengan kondisi ketidakpastian merupakan upaya terang-terangan untuk melawan sifat dari siklus laba yang dilaporkan, sehingga cenderung mengurangi kovarian dari pengembalian yang diharapkan perusahaan dengan pengembalian portofolio pasar. 4

Praktik manajemen laba yang menyimpang terjadi ketika para manajer menggunakan keleluasaan mereka untuk menyesatkan stakeholder tentang kinerja perusahaan atau, mempengaruhi hasil kontrak, atau untuk memaksimalkan kekayaan mereka sendiri yang berasal dari praktik manajemen laba. Hal ini sejalan dengan konsep teori akuntansi positif yaitu bahwa adanya anggapan perilaku manajer atau pembuat laporan kuangan dalam proses pembuatan laporan keuangan dipengaruhi oleh banyak faktor (Watts dan Zimmerman, 1990). Dengan kata lain, faktor-faktor atau variabel-variabel ekonomi tertentu dapat menentukan kualitas laporan keuangan suatu perusahaan. Watts dan Zimmerman (1990) menyimpulkan bahwa tiga faktor yang bisa dikaitkan dengan perilaku manajer dalam pengaturan tingkat keuntungan, yang dikenal dengan tiga hipotesis: hipotesis model bonus (bonus scheme hypothesis), hipotesis biaya politis (political cost hypothesis), dan hipotesis rasio hutang terhadap aktiva (debt to equity hypothesis atau leverage hypothesis). Praktik manajemen laba yang menyimpang bermaksud untuk menyembunyikan kinerja operasi yang sesungguhnya (Parfet, 2000). Beberapa contoh praktik manajemen laba berikut ini dilakukan oleh perusahaan dan praktisi, diantaranya yaitu praktisi bernama Merck yang mengakui dan mencatat uncollectible sales; Allied Irish Banks yang tidak mengakui rugi, Worldcom yang menyembunyikan beban-beban; dan Enron yang menggunakan sarana khusus untuk menaikkan pendapatan secara besar-besaran (Spear dan Nasser, 2007). Pandangan mengenai manajemen laba dapat kita lihat dari dua sudut pandang berbeda, yaitu sudut padang kontrak (contracting perspective) dan sudut padang pandang pelaporan keuangan (financial reporting perspective) (Scott, 5

2000:367). Jika dilihat dari sudut pandang kontrak yang dilakukan antara manajer dan perusahaan (contracting prerspective), dapat disimpulkan bahwa para manajer melakukan manajemen laba untuk memaksimalkan utilitas mereka. Penelitian yang dilakukan oleh Healy (1985) menghasilkan kesimpulan bahwa para manajer bertindak atas kepentingan mereka ketika skema bonus mereka terikat dengan net income yang dilaporkan. Namun adakalanya manajemen tidak hanya melakukan manajemen laba untuk kepentingan pribadi tetapi juga untuk mencapai kontrak yang efisien. Selanjutnya Healy mengemukakan bahwa para manajer memanfaatkan informasi yang superior untuk memaksimalkan kekayaan mereka dengan melakukan manajemen laba untuk melindungi bonus mereka. beberapa penelitian menemukan bahwa informasi akrual merupakan penentu utama dari praktik manajemen laba. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa perusahaan yang melakukan penyajian laba kembali (earning restatement) bisa dikategorikan menjadi perusahaan yang secara sadar dan sengaja terlibat dalam manipulasi laba. Dari perspektif pelaporan keuangan dapat dijelaskan bahwa manajemen terdorong untuk menyajikan biaya yang tidak biasa, berlebihan, dan tidak berulang untuk menempatkan laba masa depan di bank. Laba masa depan akan tertimbun dalam kegiatan operasi sehari-hari, sehingga sulit bagi investor untuk mendiagnosis alasan terjadinya peningkatan laba pada periode berikutnya. Investor dan analis hanya berfokus pada laba inti yang dihasilkan perusahaan, dan mengabaikan item-item yang tidak biasa dan tidak berulang. Biaya yang tidak biasa (non-core charges) dapat meningkatkan laba inti pada tahun-tahun mendatang melalui pengakuan amortisasi yang lebih rendah dan penyerapan biaya masa depan pada saat ini, hasilnya manajer terdorong untuk melebih-lebihkan 6

nilai non-core charges. Menempatkan laba masa depan di bank sering disebut dengan cookie jar accounting (Hanna, 1999 dalam Soon, 2011). Perspektif pelaporan keuangan menjelaskan bahwa pengungkapan penuh (full disclosure) dapat membantu perusahaan untuk mengontrol terjadinya praktik manajemen laba. Salah satu bentuknya adalah dengan cara mengungkapkan aktivitas yang tidak biasa dan tidak berulang dan kebijakan mengenai pengakuan pendapatan sehingga memudahkan investor untuk mengevaluasi laba yang dihasilkan perusahaan. Dalam laporan keuangan aktivitas yang tidak biasa ini dicatat sebagai pos luar biasa. Pos ini dilaporkan setelah pajak dan bersifat tidak berulang. Pos luar biasa tidak disertakan dalam perhitungan laba tetap. Meskipun begitu, pos ini tetap menghasilkan biaya bagi perusahaan sehingga perlu analisa dan pengungkapan yang lebih lagi mengenai aktivitas terkait pos ini (Subramanyam, 2009:336). Penelitian oleh Lobo dan Zhou (2001) menunjukkan hasil bahwa pengungkapan yang dilakukan perusahaan (corporate disclosure) memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba. Sehingga dapat diasumsikan bahwa semakin luas pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan maka akan semakin sedikit kemungkinan praktik manajemen laba dilakukan pada perusahaan tersebut. Prinsip full disclosure juga tercantum dalam standar akuntansi yang digunakan secara global yaitu IFRS (Internasional Financial Reporting Standard). IFRS memiliki karakteristik diantaranya berbasis prinsip, banyak menggunakan nilai wajar, banyak menggunakan professional judgment, banyaknya pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan, terdapat perubahan dalam beberapa judul 7

laporan keuangan, dan munculnya perkiraan pendapatan komprehensif lain (other comprehensive income-oci) (Alhalik, 2015). Penelitian yang dilakukan saat ini adalah untuk menguji pengungkapan OCI dalam mendeteksi praktik manajemen laba. Penyajian OCI dalam laporan keuangan bersifat mandatory setelah adanya revisi IAS 1. IASB mensyaratkan bahwa laporan laba rugi komprehensif yang mencakup laba rugi bersih dan OCI beserta komponen-komponennya seharusnya dicatat secara langsung dalam laporan laba rugi ataupun disajikan secara terpisah dari laporan laba rugi. Aturan ini diberlakukan untuk meningkatkan transparansi laporan keuangan sehingga dapat menurunkan asimetri informasi dengan harapan praktik-praktik akuntansi terlarang seperti manajemen laba dapat dikurangi (Akbar, 2015). Komponen pendapatan komprehensif lain sebagaimana tercantum dalam PSAK No. 1 (revisi 2009) paragraf 07 mencakup perubahan dalam surplus revaluasi, keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti, keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas asing, keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang tersedia untuk dijual, bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus kas (Yurniwati, 2016). Penelitian serupa telah dilakukan oleh Lin dan Rong (2011) yang meneliti pada perusahaan go-public yang terdaftar pada indeks Shanghai A dengan mengecualikan data perusahaan kategori keuangan dan asuransi. Penelitian ini berhasil membuktikan pengaruh pengungkapan OCI terhadap manajemen laba. Hasil lainnya dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan OCI 8

memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba, sehingga disimpulkan pengungkapan OCI dapat mengurangi praktik manajemen laba. Penelitian mengenai pengaruh pengungkapan OCI terhadap manajemen laba juga dilakukan oleh Tetuko (2012) dan Akbar (2015). Data yang digunakan dalam kedua penelitian ini adalah data perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Namun hasil yang berlawanan ditunjukkan oleh kedua penelitian ini, yaitu bahwa pengungkapan OCI tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Pada penelitian ini peneliti menggunakan data perusahaan jasa yaitu perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi. Penelitian terdahulu lebih banyak berfokus pada perusahaan manufaktur sehingga jarang ditemukan penelitian yang melihat pengaruh pengungkapan OCI pada praktik manajemen laba di perusahaan Jasa. Periode penelitian diperpanjang menjadi tiga tahun serta menggunakan tahun penelitian terbaru yaitu tahun 2012-2014. Diharapkan dengan penambahan dan pembaharuan data penelitian ini bisa menunjukkan hasil yang maksimal untuk melihat dampak pengungkapan OCI dalam mendeteksi praktik manajemen laba yang terjadi pada perusahaan yang diteliti. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah: 9

Bagaimana Peranan Pengungkapan Other Comprehensive Income (OCI) dalam mendeteksi praktik manajemen laba pada perusahaan sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 1.3.Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menemukan bukti empiris mengenai peranan pengungkapan OCI dalam mendeteksi praktik manajemen laba pada perusahaan sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). 1.4.Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan bagi pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan maupun pembuatan kebijaksanaan terkait masalah pengungkapan OCI ataupun praktik manajemen laba. 2. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Sehingga investor mampu melakukan penilaian terhadap kualitas laba yang dihasilkan perusahaan. 3. Bagi pihak lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur untuk digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya atau menjadi 10

sumber untuk menambah wawasan terkait masalah pengungkapan OCI dan praktik manajemen laba di perusahaan. 1.5. Sistematika Penulisan berikut: Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti, rumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penilitan dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi pemaparan tentang landasan teori yang terkait dengan topik penelitian, penelitian terdahulu yang terkait dengan topik yang diteliti, kerangka pemikiran penilitian, dan hipotesis penelitian. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang desain penelitian, variabel dan definisi operasionalnya, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data yang terdiri dari pengujian data dan pengujian hipotesis. BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil pengumpulan data, analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil analisis. 11

BAB V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan saran bagi peneliti berikutnya. 12