KINERJA KELEMBAGAAN PEMASARAN KAKAO BIJI TINGKAT PETANI PERDESAAN SULAWESI TENGAH: KASUS DESA AMPIBABO KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PEMBUATAN GARAM DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU

ANALISIS PEMASARAN KOPRADI DESA TAMBU KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI DESA SIDONDO I KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS SENSITIVITAS PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DI DESA BURANGA KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH KERITING DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE

ANALISIS PEMASARAN TOMAT DIDESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

J. Sains & Teknologi, Agustus 2015, Vol.15 No.2 : ISSN LEMBAGA PEMASARAN KOMODITI PALA DI KOTA TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

PERAN PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR MINYAK SAWIT MENTAH DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

ANALISIS PEMASARAN CENGKEH DI DESA JONO OGE KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PEMASARAN TANAMAN HIAS PUCUK MERAH (OLEINA SYZYGIUM) PADA USAHA KEMBANG ASRI DI KOTA PALU

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

ANALISIS PENDAPATAN DAN POLA KELEMBAGAAN PEMASARAN USAHATANI CABAI RAWIT DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI

STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

ARTIKEL MEIFY SUMAMPOW / JURUSAN SOSIAL EKONOMI, FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

ANALISIS PEMASARAN BAWANG GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA FLAMBOYAN DI KELURAHAN PANAU KECAMATAN TAWAELI KOTA PALU

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

dwijenagro Vol. 5 No. 1 ISSN :

ANALISIS TRANSMISI HARGA DUNIA KAKAO BIJI KE TINGKAT PETANI DESA SIMPANG II KECAMATAN SIMPANG RAYA KABUPATEN BANGGAI PROVINSI SULAWESI TENGAH

ANALISIS SISTEM TATANIAGA KARET PADA PETANI KARET EKS UPP TCSDP DI DESA BALAM MERAH KECAMATAN BUNUT KABUPATEN PELALAWAN

ANALISIS PEMASARAN TEMPE PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA MULTI BAROKAH DI KOTA PALU

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL TINOMBO DI DESA LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAANTULA JAYA KECAMATAN WITAPONDA KABUPATEN MOROWALI

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

28 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

ANALISIS PEMASARAN USAHATANI CABAI MERAH KERITING DI DESA MAKU KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

KINERJA KEUANGAN INDUSTRI CITRA LESTARI PRODUCTION KOTA PALU

Analisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

KAJIAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA PROGRAM GERNAS KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PENGGARAP PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KALEKE KECAMATAN DOLO BARAT KABUPATEN SIGI

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH LEMBAH PALU DI DESA WOMBO KALONGGO KECAMATAN TANANTOVEA KABUPATEN DONGGALA

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

KINERJA DAN EFISIENSI RANTAI PASOK BIJI KAKAO DI KABUPATEN PASAMAN, SUMATERA BARAT

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

Boks 2. Ketahanan Pangan dan Tata Niaga Beras di Sulawesi Tengah

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU

ANALISIS PEMASARAN USAHATANI TOMAT KELURAHAN BOYAOGE KECAMATAN TATANGA KOTA PALU

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

ANALISIS SISTEM TATANIAGA KARET PADA PETANI KARET EKS UPP TCSDP DI DESA BINA BARU KECAMATAN KAMPAR KIRI TENGAH KABUPATEN KAMPAR

PEMASARAN SUSU DI KECAMATAN MOJOSONGO DAN KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI. P. U. L. Premisti, A. Setiadi, dan W. Sumekar

ABSTRACT. Keywords: Marketing, Channel Marketing, Margin, Copra

212 ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 3, Oktober 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

Maqfirah Van Tawarniate 1, Elly susanti 1, Sofyan 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

ANALISIS PEMASARAN KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

ANALISIS PEMASARAN KOPI DI KECAMATAN BERMANI ULU RAYA KABUPATEN REJANG LEBONG

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

Irving C.K. Putri, Analisis Pendapatan Petani Kakao. ANALISIS PENDAPATAN PETANI KAKAO DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG. Oleh: Irving Clark Kaiya Putri

ANALISIS MARGIN PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA MANADO (Study kasus di Pasar Bersehati Calaca dan Pinasungkulan Karombasan)

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

KOMPOSISI INDUSTRI YANG MEMBANGUN SEKTOR PERTANIAN SULAWESI TENGAH. Mixed Industry Supported The Agriculture Sector of Central Sulawesi

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA GULA MERAH DENGAN USAHA GULA TAPO (STUDI KASUS DI DESA AMBESIA KACAMATAN TOMINI KABUPATEN PARIGI MOUTONG)

Efisiensi Pemasaran Mangga Gedong Gincu (Mangifera Indica L) di Kabupaten Majalengka

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

BAB. I PENDAHULUAN Secara umum sektor pertanian pada Pembangunan Jangka

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI DESA SIDONDO IV KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMADI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

TITIK PULANG POKOK PRODUK OLAHAN COKELAT PADA INDUSTRI SA ADAH AGENCY DI KOTA PALU

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

ANALISIS KETERKAITAN BAURAN PEMASARAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN UKM PENGAIS JAYA VIRGIN COCONUT OIL DI DESA AMPIBABO

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DI DESA SIDOLE KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)

ANALISIS SALURAN TATANIAGA DAN MARJIN TATANIAGA KELAPA DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR. Siti Abir Wulandari 1 *, Rogayah 2 *

Transkripsi:

e-j. Agrotekbis 1 (1) : 74-80, April 2013 ISSN : 2338-3011 KINERJA KELEMBAGAAN PEMASARAN KAKAO BIJI TINGKAT PETANI PERDESAAN SULAWESI TENGAH: KASUS DESA AMPIBABO KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG Performance of Cocoa beans marketing institution at farmer level in Central Sulawesi: a case study at Ampibabo village, Parigi Moutong district. Ihdiani Abubakar 1), M.R Yantu 2) dan Dewi Nur Asih 2) 1) Mahasiswa Jurusan Agribisnis, Fakultas Petanian Universitas Tadulako 2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Tadulako ABSTRACT The purpose of this study was to identify the characteristics of Cacao farmers in Ampibabo village e.g. the structure and cocoa market behavior at farm level and analyze the part of cocoa prices that received by farmers. Research areas defined as deliberate sampling, done by using simple random sampling with 30 farmers, 1 village trader, 2 district middlemen, 1 wholesaler and 1 cocoa exporter at Palu City as samples. Analysis tools used in this study were the marketing margins, Farmer's Share analysis and description. Result showed that Cocoa marketing in Ampibabo village has an oligopsony labor market structure, and the marketing is an institutional market which controlled cacao farmers by setting up a contract agreement between farmers and traders, which contained several rules between these two parties and the contract, could be paid in several installments. There are two channels of marketing system was found in Ampibabo village, the first resulted to 90.24% of cocoa bean price shared to farmer with margin of 2, 000 IDR kg -1 while second system farmers received 87.80% of the price with margin of 2,500 IDR kg -1. Keywords: Cocoa beans, institutional, marketing. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini ialah mengidentifikasi karakteristik petani kakao di Desa Ampibabo, mengidentifikasi struktur dan perilaku pasar kakao di tingkat petani serta menganalisis bagian harga kakao yang diterima petani. Lokasi Penelitian ditentukan secara sengaja, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling dengan jumlah 30 orang petani, pedagang desa 1 orang, 2 orang pedagang pengumpul kecamatan, 1 pedagang besar Kota Palu serta 1 eksportir Kota Palu. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisi margin pemasaran, analisis Farmer s Share dan analisis deskripsi.hasil penelitian menunjukkan struktur pasar yang terbentuk di Desa Ampibabo adalah pasar oligopsoni dan perilaku pasar kakao ditingkat petani merupakan perilaku kelembagaan yang bersifat mengikat petani kakao dalam sebuah kontrak perjanjian antara petani dan pedagang dalam sistem pemasaran, yang melahirkan aturan main diantara keduanya berupa biaya kontrak dalam bentuk pembayaran biaya secara cicilan.saluran pemasaran yang terbentuk di Desa Ampibabo ada 2 yaitu dimana bagian harga yang diterima petani pada saluran I sebesar 90,24% dan margin sebesar Rp. 2.000/kg sedangkan bagian harga yang diterima petani pada saluran II sebesar 87,80% dan margin sebesar Rp. 2.500/kg. Kata Kunci : Kakao biji, kelembagaan, pemasaran. 74

PENDAHULUAN Pertanian sebagai sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk negara-negara berkembang seperti Indonesia, tetapi banyak pandangan yang menyatakan bahwa kehidupan para petani di negara-negara berkembang semakin sulit. Di Indonesia pangsa relatif sektor pertanian masih sebesar 15,31% terhadap total. aktivitas ekonomi nasional yang bernilai 6.436,27 triliun pada tahun 2010 (BPS, 2011). Subsektor perkebunan merupakan subsektor pendukung utama sektor pertanian dalam perekonomian Sulawesi Tengah, (Yantu et al., 2009). Potensi subsektor perkebunan tersebut untuk dijadikan andalan ekspor dimasa-masa mendatang sebenarnya sangat besar. Prasyarat yang diperlukan ialah perbaikan dan penyempurnaan iklim usaha dan struktur pasar komoditi perkebunan dari hulu hingga hilir. Kinerja ekspor akan lebih baik dengan adanya kegiatan produksi di hulu, pola perdagangan dan distribusi komoditi perkebunan (Syaefuddin dalam Ikhsan 2011). Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditi ekspor Indonesia yang pada tahun 2008 tercatat memberikan sumbangan devisa sebesar US$ 1150 juta. Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai negara produsen kakao terbesar kedua di dunia setelah Pantai Gading, dengan luas areal 1.563.423 ha dan produksi 795.581 ton (Departemen Pertanian, 2009). Sulawesi Tengah adalah provinsi pemasok utama kakao biji nasional (Yantu, 2012). Tahun 2010 pasokan kakao biji Sulawesi Tengah mencapai 186.875 ton dengan luas panen 224.471 ha (BPS, 2011). Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) merupakan kabupaten pemasok terbesar kakao biji Sulawesi Tengah. Tahun 2010 produksi kakao biji Parimo mencapai 42,403 ton dengan tingkat produktivitas 0,649 ton/ha dan luas panen 65.348 ha (BPS, 2011). Kecamatan Ampibabo merupakan salah satu kecamatan penghasil dominan kakao biji di Parimo. Tahun 2010, Kecamatan Ampibabo memasok 2.515 ton kakao biji, angka produksi tersebut menempati peringkat ke-6 kecamatan yang memberikan kontribusi besar pada produksi danproduktivitas Kabupaten Parimo (BPS, 2011). Desa Ampibabo selanjutnya dipilih menjadi desa sampel karena memiliki lahan kakao terluas di Kecamatan Ampibabo. Peningkatan produktivitas dapat meningkatkan produksi kakao, yang selanjutnya berdampak pada meningkatnya penerimaan usahatani kakao, karena penerimaan adalah volume produksi dikalikan dengan harga kakao. Jadi selain produksi, harga kakao juga turut menentukan penerimaan usahatani kakao. Namun, pasar kakao biji di tingkat petani di perdesaan Sulawesi Tengah tersegmentasi. Ini berarti bahwa peningkatan harga kakao dunia tidak ditansmisikan ke harga kakao di tingkat petani (Yantu et al, 2010). Di samping itu, petani kakao juga terlibat kelembagaan pemasaran prinsipal-agen yang memiliki biaya kontrak yang tinggi, yang sangat merugikan petani. Jadi, kelembagaan pemasaran kakao di tingkat petani, sebenarnya memainkan peranan penting atas peningkatan pendapatan usahatani kakao. Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat diketahui bahwa petani kakao menghadapi dua masalah yaitu produktivitas kakao yang rendah dan keterlibatan dalam kelembagaan pemasaran prinsipal-agen. Penelitian ini dibatasi pada masalah kedua sehingga pertanyaan penting yang muncul ialah apakah petani kakao di Desa Ampibabo secara umum terlibat dalam kelembagaan pemasaran prinsipal-agen yang sebenarnya merugikan petani? Pertanyaan tersebut, memunculkan pertanyaan pertanyaan lain sebagai berikut : 1. Bagaimanakah karakteristik petani kakao yang terlibat dalam struktur pasar tersebut? 2. Bagaimanakah struktur dan perilaku pasar kakao biji di tingkat petani sehingga memunculkan kelembagaan-kelembagaan yang merugikan petani tersebut? 3. Berapa besar margin pemasaran di tingkat petani sampai di tingkat eksportir yang ada di Kota Palu? 4. Berapa besar bagian harga kakao yang diterima petani kakao di Desa Ampibabo? Tujuan umum penelitian ini ialah menganalisis kinerja kelembagaan pemasaran 75

kakao biji di tingkat petani. Secara rinci tujuan penelitian ini ialah: 1. Mengidentifikasi karakteristik petani kakao di Desa Ampibabo 2. Mengidentifikasi struktur dan perilaku pasar kakao di tingkat petani dan tingkat keterlibatan petani dalam kelembagaan prinsipal-agen. 3. Menganalisis bagian harga yang diterima petani kakao. 4. Menganalisis margin pemasaran di tingkat petani sampai ke eksportir. Kegunaan dari penelitian ini ialah sebagai berikut : 1. Memberikan informasi bagi petani kakao dan kelembagaan lainnya. 2. Bahan pertimbangan bagi pihak-pihak pengambil keputusan dalam mengambil kebijakan untuk pengembangan usahatani kakao. 3. Bahan referensi dan studi bagi pihakpihak yang membutuhkan. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ampibabo Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parimo. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purpossive), dengan pertimbangan bahwa Desa Ampibabo merupakan salah satu daerah penghasil komoditi kakao di Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parimo. Penelitian ini dilaksanakan pada Juli sampai Agustus 2012. Metode Pendekatan. Kinerja kelembagaan pemasaran diukur berdasarkan tingkat efisiensi pemasaran kakao. Dalam hal ini, tingkat efisiensi pemasaran kakao ditentukan oleh margin tataniaga dan bagian harga kakao yang diterima petani. Oleh karena efisiensi pemasaran sulit diukur karena outputnya menyangkut tingkat kepuasan konsumen (Kohls dan Joseph, 1980 dalam Yantu, 2011, Sisfahyuni et al., 2008), maka digunakan pendekatan konsep efektifitas pasar. Pendekatan tersebut juga telah digunakan oleh Yantu (2011, 1987) dan Sisfahyuni et al. (2008). Pendekatan efektifitas pasar dalam mengukur efiseinsi pemasaran memerlukan asumsi bahwa efisiensi pemasaran berbanding lurus dengan efektifitas pasar. Jadi, makin efisien pemasaran, makin efektif pasar, dan sebaliknya. Selain itu juga diasumsikan bahwa efektifitas pasar dapat diukur dengan margin pemasaran. Jadi, makin kecil margin pemasaran makin efektif pasar (Yantu 2011, 1987 dan Sisfahyuni et al. 2008). Metode Analisis. Analisis Margin Pemasaran. Untuk mencapai tujuan umum dan tujuan khusus butir (3) penelitian ini digunakan analisis margin tataniaga dan farmer s share. Dengan demikian, menurut Sisfahyuni et al. (2008), secara matematik margin tataniaga komoditi kakao biji asal Parimo dapat diekspresikan dengan persamaan identitas sebagai berikut: Untuk mana : HLPJ adalah harga di tingkat penjual yaitu petani HLPB adalah harga di tingkat pembeli. MT adalah margin total (Rp/kg) MTij adalah margin tataniaga di saluran ke i, jenjang pembeli ke j (Rp/kg) ; HLPBij adalah harga kakao biji pada saluran ke i, jenjang pembeli ke j (Rp/kg) ; HLPJij adalah harga kakao biji pada saluran ke i, jenjang penjual ke j (Rp/kg). Farmer s Share (Bagian Harga Yang Diterima Petani). Penyebaran marjin tataniaga dilihat berdasarkan bagian (share) yang diperoleh masing-masing lembaga tataniaga. Farmer s share mempunyai hubungan negatif dengan margin tataniaga sehingga semakin tinggi marjin tataniaga, maka bagian yang akan diperoleh petani semakin rendah. Menurut Swastha (2000) Secara matematis, farmer s share dapat dirumuskan sebagai berikut : Sf = Keterangan : Sf Price Farm Price Retailer X 100% : Bagian Harga Yang Diterima Petani : Harga Di Tingkat Petani : HargaKonsumenAkhir Analisis Deskripsi. Untuk mencapai tujuan khusus butir (1) dan (2) digunakan analisis deskripsi. Analisis deskripsi merupakan analisis yang menggambarkan secara sistematik 76

dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi bidang tertentu yang menjadi subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subyek yang diteliti. Penyajian hasil analisis deskriptif berupa penggambaran mengenai hasil penelitian di lapangan dengan menggunakan tabel. Metode Pengumpulan Data. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (Questionaire). Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi pemerintah yang terkait dengan penelitian ini dan berbagai literatur lainnya sebagai pendukung dalam penyusunan hasil penelitian ini. Data primer diambil dengan teknik simple random sampling, dengan asumsi bahwa harga jual kakao ditingkat petani relatif homogen (sama). Jumlah petani responden yang diambil dalam penelitian ini sebesar 30 petani. Selanjutnya, untuk mengetahui pelaku pasar yang terlibat dalam pemasaran komoditi kakao digunakan metode penjajakan (tracing sampling), dengan mewawancarai 1 pedagang desa, 2 orang pengumpul tingkat kecamatan, 1 pedagang besar Kota Palu, 1 eksportir Kota Palu, sehingga total responden pedagang adalah 5 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Kakao Responden dan Pedagang (pembeli). Karakteristik responden menggambarkan ciri khas atau sifat yang melekat pada seseorang yang menjadi objek penelitian. Dalam hal ini karakteristik yang dimaksud adalah umur, tingkatpendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan pengalaman bekerja (berusahatani). Sifat/ciri khas tersebut pada individu adalah berbeda-beda. Selanjutnya, data mengenai klasifikasi karakteristik pelaku pasar yang terlibat dalam struktur pasar kakao ditingkat petani di Desa Ampibabo, Kecamatan Ampibabo, yang terpilih sebagai responden tersaji pada Tabel 9. Karakteristik pelaku pasar menunjukan ciri khas yang terikat pada pelaku pasar, yang kemudian menentukan segala tindakan dan aktivitas yang dilakukan. Hal ini merujuk pada tingkat umur (tahun), tingkat pendidikan (tahun), pengalaman berusaha (tahun) dan jumlah tanggungan dalam keluarga (jiwa). Karakter ini sangat mendukung kegiatan atau peranan pelaku pasar dalam kondisi persaingan pasar yang terjadi di Desa Ampibabo. Karena rata-rata umur petani kakao 38 tahun, rata-rata tingkat pendidikan petani adalah 9 tahun atau setara sekolah menengah pertama (SMP), memiliki lama berusahatani kakao rata-rata selama 20 tahun, dan memiliki rata-rata jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 jiwa. Kelembagaan Prinsipal-Agen di Tingkat Petani Kakao. Kelembagaan pemasaran prinsipal-agen di tingkat petani adalah sangat merugikan petani kakao. Kelembagaan tersebut muncul karena struktur pasar kakao biji dan perilaku pasar kakao biji di tingkat petani memungkinkan kemunculannya. Struktur Pasar Kakao di Tingkat Petani. Struktur pasar kakao biji di Desa Ampibabo adalah menunjukan kondisi pasar oligopsoni. Pernyataan ini didasarkan atas adanya penjual (petani) yang jumlahnya banyak dibanding pembeli (pedagang) yang jumlahnya sedikit dan terlibat dalam hubungan kerjasama vertikal. Meskipun demikian, dalam pasar ini, terjadi persaingan diantara pedagang untuk mendapatkan volume kakao biji. Keadaan ini menyebabkan munculnya kelembagaan yang membentuk hubungan kerjasama diantara petani dan pedagang. Hubungan ini terjadi dalam bentuk hubungan kontrak penjualan. Penjualan oleh petani ke pedagang, terikat kontrak yang mengatur perilaku petani yang tergantung pada pedagang. Artinya, petani tidak dapat menentukan harga. Jadi, pedagang memiliki posisi tawar yang kuat. Perilaku Pasar Kakao ditingkat Petani. Petani kakao di Desa Ampibabo melakukan transaksi jual beli pada umumnya ke pedagang pengumpul tingkat kecamatan. Penjualan oleh petani kakao ke pedagang (pembeli) dilakukan dengan perilaku petani yang bebas menjual hasil panennya ke pedagang (pembeli) mana saja. Penjualan kakao biji oleh petani 77

ke pedagang bersifat bebas melakukan penjulan ke pedagang mana saja. Terlihat adanya persaingan yang terjadi di dalam pasar antara pelaku pasar. Penjualan dilakukan setelah petani panen dan melakukan fungsi-fungsi pemasaran, seperti pengeringan kakao biji. Persaingan ini terjadi dikalangan pedagang dalam memperoleh kakao biji. Tabel 9. Karakteristik Pelaku Pasar yang Terlibat dalam Struktur Pasar di Desa Ampibabo Pelaku Pasar Karakteristik Petani Ped. Pengumpul Ped. Petani Ped. desa Ped.besar tkt. kecamatan eksportir Rata-rata Umur (Tahun) 38 40 42 40 46 Rata-rata Pendidikan (Tahun) 9 12 12 12 12 Rata-rata Pengalaman Berusahatani (Tahun) 20 10 12 15 14 Rata-rata Jumlah Anggota Keluarga (Jiwa) 3 4 3 2 5 Sumber : Data Primer Setelah Dioleh, 2012. Saluran Pemasaran Kakao Biji. Arus pergerakan barang dari produsen ke konsumen merupakan jasa kelembagaan pemasaran yang terlibat di dalamnya. Adapun saluran pemasaran kakao biji, yang terbentuk di Desa Ampibabo, yaitu 2 (dua) saluran, saluran pertama: petani sebagai pemasok (produsen) menjual langsung ke pedagang pengumpul tingkat kecamatan, selanjutnya pedagang ini menjual ke pedagang eksportir yang ada di Kota Palu. Selanjutnya, Saluran kedua: petani menjual kakao biji ke pedagang pengumpul tingkat desa, kemudian pedagang pengumpul tingkat desa menjualnya ke pedagang pengumpul tingkat kecamatan dan selanjutnya pedagang tingkat kecamatan menjual ke pedagang eksportir Kota Palu. Margin Pemasaran Kakao Biji. Margin pemasaran kakao biji ialah selisih antara harga kakao yang diterima produsen kakao dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Analisis margin dimaksud untuk mengetahui penyebaran biaya pada setiap lembaga yang terlibat serta saluran pemasaran yang ada dalam proses jual beli kakao. Tabel 11 menunjukkan margin antara petani dengan pedagang pengumpul desa sebesar Rp. 500/kg sedangkan antara pedagang pengumpul desa dengan pedagang pengumpul kecamatan sebesar Rp. 500/kg dan yang terkahir antara pedagang pengumpul kecamatan dengan eksportir sebesar Rp. 1.500/kg. Jadi, Margin total pada saluran kedua sebesar Rp. 2.500. Tabel 11. Margin Pemasaran Kakao pada Saluran 2, 2012 No. Tabel 10. Margin Pemasaran Kakao pada Saluran 1, 2012 No Produsen/Lembaga Pemasaran Harga Jual Margin 1 Petani 18.500-2 Produsen/Lembaga Pemasaran Pedagang Pengumpul Kecamatan 3 Eksportir Harga Jual 19.000 500 20.500 Margin 1 Petani 18.000 - Pedagang 2 Pengumpul Desa 18.500 500 Pedagang 3 Pengumpul Kecamatan 19.000 500 4 Eksportir 20.500 1.500 MT (Margin Total) 2.500 1.500 MT (Margin Total) 2.000 Farmer s Share (Bagian Harga Yang Diterima Petani). Produsen kakao adalah orang atau petani yang memproduksi kakao. Tanpa produsen kakao, tidak ada kakao 78

yang dapat dibeli dan tentunya tidak akan ada kegiatan pemasaran. Petani (produsen kakao) dalam proses penjualannya lebih banyak berhubungan dengan lembaga pemasaran yang terlibat. Berdasarkan hasil penelitian pada saluran 1 harga kakao ditingkat petani sebesar Rp. 18.000/kg dan harga penjualan kakao ditingkat pedagang ekspotir yang berlaku sebesar Rp. 20.500/kg. Sf = 90,24% Artinya petani mendapatkan bagian harga kakao sebesar 90,24%. Pada saluran II harga kakao yang berlaku ditingkat petani adalah Rp.18.000/kg dan harga penjulan kakao yang berlaku pada pedagang eksportir sebesar 20.500/kg. Sf =.. X 100% =.. x 100% = 87,80% Artinya petani mendapatkan bagian harga kakao sebesar 87,80%. KESIMPULAN Karakteristik petani kakao yang terlibat dalam pemasaran kakao di Desa Ampibabo adalah rata-rata berumur produktif (38 tahun), jumlah anggota keluarga rata-rata berjumlah 3 jiwa, petani kakao memiliki pengalaman usaha rata-rata 20 tahun dan rata-rata pendidikan formal petani kakao 9 tahun tergolong tingkat pendidikan sedang. Struktur Pasar yang terbentuk di Desa Ampibabo adalah bentuk pasar oligopsoni dimana, perilaku pasar kakao di tingkat petani merupakan perilaku kelembagaan yang bersifat mengikat petani kakao dalam sebuahkontrak perjanjian antara petani dan pedagang dalam system pemasaran, yang melahirkan aturan main diantara keduanya berupa biaya kontrak dalam bentuk pembayaran biaya secara cicilan. Margin total pada saluran I sebesar Rp. 2.000/kg sedangkan pada saluran II sebesar Rp. 2.500/kg. Jadi, petani sebaiknya menjual kakaonya pada saluran I untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dibanding saluran II. Saluran pemasaran kakao yang terbentuk pada Desa Ampibabo ada 2 yakni saluran I dan saluran II dimana bagian harga yang diterima petani pada saluran I sebesar 90,24% sedangkan bagian harga yang diterima petani pada saluran II sebesar 87,80%, menunjukkan petani memperoleh pendapatan yang lebih apabila menjual pada saluran I dibandingkan pada saluran II. DAFTAR PUSTAKA Agustina, Lusiana. 2008. Analisis Tataniaga dan Keterpaduan Pasar Kubis (Studi Kasus Desa Cimenyan, Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat). Bandung. BPS, 2011. Sulawesi Tengah Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. Palu BPS, 2006. Sulawesi Tengah Dalam Angka 2006. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. Palu. Departemen Pertanian. 2009. Kakao di Indonesia ;Departemen Pertananian RI. Jakarta. Ernawati, 2011. Analisis Kelembagaan Pemasaran Kakao Ditingkat Petani di Desa Bambarimi, Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala. Palu. Gultinan, P.J. dan W.G Paul, 1995. Strategi dan Program Manajemen Pemasaran. PT. Erlangga. Jakarta. Ikhsan, Rahmatul, 2011. Evaluasi Pengembangan Usahatani Tanaman Kakao di Desa Bobo Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi.Palu Kalaba, Yulianti, 2007. Analisis Margin Pemasaran Kakao Di Kabupaten Donggala. J. Agrisains Vol. 8 No. 2. 79

Kamaruddin, R,.danSudirman A.N.I, 2008. PengolahanKakao. Litbangda Sulsel ; Makassar. Kusnedi, 1985. Teori Harga dan Penerapannya (Edisi Ketiga). Erlangga, Jakarta. Soekartawi. 2002a. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soekartawi. 2002b. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian, Teori dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2008. Panduan Lengkap Budi Daya Kakao, Agromedia Pustaka. Jakarta. Sisfahyuni, Ludin, Taufik dan M.R. Yantu. 2008. Efisiensi Tataniaga Komoditi Kakao Biji Asal Kabupaten Parigi Moutong Propinsi Sulawesi Tengah. J. Agroland 9(3): 150 159, Desember 2008, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu. Sisfahyuni, M.S. Saleh dan M.R. Yantu. 2011. Sistem Tataniaga Kakao Biji Di Tingkat Petani Kabupaten Parigi Moutong Propinsi Sulawesi Tengah: Suatu sistem Penjamin Dalam Supply Chain Komoditi Kakao. Prosiding Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri 2011. Diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik kerjasama dengan Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Muhammadiyah Malang, ISBN : 978-979-796-183-3. Soehardjo, 1996. PTPN IV. Bah Jambi ; Pematang Siantar. Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang Susanto, X.F. 1994. TanamanKakao. BudidayadanPengolahanHasil.Kasinius; Yogyakarta, Swastha, BdanIbnuSokotjo, 2002.PengantarEkonomi Perusahaan Modern. CV. Pionir Group. Bandung. Yantu, M.R., 1987. Tingkat Pendapatan Usahatani dan Tingkat Efisiensi Tataniaga Hasil Usahatani Padi dan Kedelai Petani Transmigran Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Marisa Kabupaten DATI II Gorontalo. Skripsi SI dalam Program Studi Usahatani, Produksi dan Pemasaran. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sam Ratulangi. Manado. Yantu, M.R. dan Abdul Muis. 2002. Peranan Kelembagaan Pertanian dalam Pembangunan Perdesaan. Makalah Pemandu dalam Pelatihan PPL dan Petugas Central Sulawesi Integrated Area Development & Conservation Project (CSIADCP), Jum at 21 Juni 2002, Bertempat di BLPP Sidera Biromaru, Palu. Yantu, M.R., Sisfahyuni, Ludin dan Taufik. 2009. Strategi Pengembangan Subsektor Perkebunan Dalam Perekonomian Sulawesi Tengah. Media LITBANG Sulawesi Tengah. Vol II (I) : 44-50. Oktober 2009. BALITBAMGDA Propinsi Sulawesi Tengah. Yantu, M.R., Sisfahyuni dan Nilam Sari, 2011. Fungsi Produktivitas Usahatani Kakao Rakyat Propinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Agroland Vol 18 No 1:57-64 April 2011. Yantu, M.R., 2011. Model Ekonomi Wilayah Komoditi Kakao Biji Propinsi Sulawesi Tengah. Disertai Doktor pada Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjana, Insititut Pertanian Bogor. Bogor. 80