J. Sains & Teknologi, Agustus 2015, Vol.15 No.2 : 190 194 ISSN 1411-4674 LEMBAGA PEMASARAN KOMODITI PALA DI KOTA TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA The Marketing Institution of Nutmeg Commodity in Ternate City North Maluku Province Fatmawati, Didi Rukmana, Yansor Djaya Program Studi Agribisnis, Universitas Hasanuddin (Email: fatmawatiwati703@yahoo.co.id) ABSTRAK Komoditi pala merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis peran lembaga pemasaran, margin keuntungan dan farmer s share, serta pengaruh saluran pemasaran terhadap pendapatan petani. Jenis penelitian ini dilakukan secara sengaja ( purposive sampling) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan salah satu asal komoditi pala. Penelitian dilakukan di Kota Ternate, dari bulan Agustus hingga Oktober 2014. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara berstruktur pada responden petani pala, pedagang pengumpul dan pedagang besar. Data dianalisis menggunakan dengan analisis marjin, keuntungan dan farmer s share dan pendapatan petani. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 3 bentuk saluran pemasaran komoditi pala. berdasarkan analisis margin yang paling rendah berada pada saluran pemasaran II (25%), dibandingkan lebih tinggi di saluran I (46.53%) dan saluran III (26.57%). Keuntungan lembaga pemasaran (pedagang pengumpul) yang tertinggi terdapat pada saluran pemasaran II (61.54%), sedangkan saluran pemasaran I (21.23%) dan saluran pemasaran III (23.22%, dan 32.33%). Farmer s share yang tertinggi menunjukkan pada saluran pemasaran II (68.18%) da n lebih rendah pada saluran I (58.33%) dan saluran pemasaran III (66.67%). Pendapatan lebih rendah ada pada salura I rata-rata Rp 5.559.092 (32.81%), jika dibandingkan dengan pendapatan petani di saluran pemasaran II dengan pendapatan rata-rata Rp. 6.400.892 (37,78%), Besar kecilnya volume penjualan dan harga yang ditawarkan berpengaruh terhadap pendapatan petani. Saluran pemasaran II merupakan saluran paling efektif dan efisien kerena lembaga yang berada di dalamnya berperan memberikan informasi harga yang lebih transparan. Kata Kunci: Lembaga, Keuntungan,Farmer s Share, Komoditi Pala ABSTRACT Commodity nutmeg plantation is one commodity that contributes to the national economy. The studi aims to identify and analyse the role of marketing institution, the profit margin, and farmer s share; and to find out the influence of marketing channels of farmers income. The research was conducted using the purposive sampling method in Ternate City, which is one of the sources of nutmeg commodity, from August to October 2014. The data were collected through obsevation and structured inteviews with the respondents, including nutmeg farmers, collector traders, and wholesalers. The data were analysed using the analysis of margin, profit and farmers income. The result show that are three forms of nutmeg marketing channels. The lowest margin is in marketing channel II (25%), compared with marketing channel I (46.53%) and III (26.57%). The highest profit of collector traders is in marketing channels II (61.54%), compared with marketing channels I (21.23%) and III (23.22% and 32.33%). The highest farmer s shar e is in marketing channel II (68.18%), compared with marketing channel I (58.33), and III (66.67%). The highest income of farmers is in marketing channel I (39.61%), compared with marketing cahnnel II (24.89%), and III (35.50%). More farmers prefers to sell nutmegs trought marketing channels I (farmers to village collector traders) due to easier access altrough the price is lawer. This in fluences the farmers 190
Lembaga, Keuntungan,Farmer s Share, Komoditi Pala ISSN 1411-4674 income. Their average income is still low (5,559,092 Rupiah or 32.81%), which is lower than farmers income of 6,400,892 rupiahs (37.78%). This shows that silling volume and price influences farmers income. Keywords: Institutional, margin, profit, farmer s share, nutmeg commodity PENDAHULUAN Komoditi pala merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional. Indonesia pemasok sekitar 75% dari total kebutuhan pasar dunia setiap tahunnya. Negara pesaing pala Indonesia yang terbesar adalah Grenada dan beberapa negara lain di benua Afrika (Ditjen Perkebunan, 2012). Sebaran utama tanaman pala di Indonesia berada di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara. Maluku juga sebagai salah satu tempat asal ( centre of origin) tanaman pala dunia (Bustaman, 2008). Tujuan pasar utama ekspor komoditi pala yaitu Negara Uni Eropa (EU) dan Jepang. Nilai ekspor biji pala Indonesia tahun 2013 sebesar $ 122,37 juta dan sampai bulan oktober tahun 2014 sebesar $ 93,372 juta (Kementan, 2014). Permasalahan pemasaran pala bukan hanya dihadapkan pada sebatas luas lahan dan produksinya, akan tetapi menganalisa lebih jauh saluran pemasaran yang mempengaruhi pendapatan petani. Produksi komoditas pertanian yang tinggi yang tidak diikuti dengan sistem pemasaran yang baik, maka produksi tersebut tidak dapat memberikan manfaat besar dalam usaha peningkatan pendapatan petani, pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan petani (Irawan, 2003). Memperhatikan sistem pemasaran komoditi pala, petani berada pada posisi yang kurang menguntungkan dalam penentuan harga hasil produksinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Ambariyanto (2009), lemahnya posisi tawar petani disebabkan petani kurang mendapatkan akses pasar, informasi pasar dan permodalan yang kurang memadai. Untuk meminimalisir dampak negatif dari sistem pasar yang tidak efisien tersebut diperlukan model kelembagaan yang mengarahkan proses transaksi berjalan secara adil. Menurut Saifuddin (1997), sistem pemasaran yang efisien, dengan masingmasing lembaga pemasaran yang terlibat memperoleh imbalan yang adil. Dengan demikian hubungan antara harga dan produksi mempunyai kaitan yang erat, dimana petani sebagai produsen dan lembaga pemasaran masing-masing mempunyai peranan yang saling mempengaruhi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran lembaga, marjin keuntungan, dan pengaruh saluran pemasaran terhadap pendapatan petani pala di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Desain Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Ternate yaitu di Kecamatan Pulau Ternate dan Pulau Moti yang dipilih secara sengaja (Purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi komoditi pala. Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah dari data primer berdasarkan wawancara pada responden yang telah ditentukan dan data sekunder berasal dari Dinas yang terkait. Penentuan sampel secara acak dengan menggunakan metode Slovin (Wicaksono, 2012). Jumlah sampel pada penelitian ini adalah petani 90 orang, pedagang pengumpul sebanyak 3 orang, 191
Fatmawati ISSN 1411-4674 pedagang besar sebanyak 4 orang yang ada di Kota Ternate. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis marjin, keuntungan dan farmer s share. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Untuk menganalisis pemasaran data harga yang digunakan adalah harga di tingkat petani (produsen) dan harga di tingkat konsumen, secara sistematis dengan rumus menurut Sudiyono (2004), sebagai berikut : M = Pr-Pf Keterangan : M = Marjin Pemasaran Pr = Harga di tingkat konsumen Pf = Harga di tingkat petani Besarnya persentase yang diterima di tingkat petani ( farmer s share) dari tingkat konsumen dihitung menggunakan rumus Swastha (2000), sebagai berikut : Sf = x 100% Keterangan : Sf = Farmer s Share Pf = Harga di tingkat petani Pr = Harga di tingkat konsumen HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan pemasaran komoditi pala di Kota Ternate terdapat 3 (tiga) saluran pemasaran, yaitu dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar dan eksportir. Dengan menganalisis peran lembaga pemasaran melalui analisis marjin, keuntungan, farmer s share serta pengaruh saluran pemasaran terhadap pendapatan petani. Adapun pada kegiatan pemasaran dikeluarkan biaya oleh petani ataupun lembaga pemasaran. Biaya yang dikeluarkan pada saat petani pala mulai masuk musim panen sampai pasca panen. Biaya-biaya yang dikeluarkan petani usahatani pala adalah sebagai berikut : Biaya tetap merupakan biaya awal yang dikeluarkan petani pala seperti biaya terpal, keranjang dan lainnya. biaya tidak tetap yang paling besar dikeluarkan oleh petani pada usahatani pala adalah tenaga kerja yaitu sebesar 70,81% dengan biaya rata-rata Rp 2,722,188.9. Hal ini membuktikan bahwa pada usahatani komoditi pala petani mengeluarkan biaya yang cukup besar pada tenaga kerja dibandingkan dengan biaya lainnya sedangkan biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani pala dengan biaya yang cukup tinggi adalah biaya pembelian terpal yaitu dengan biaya rata-rata adalah Rp. 286,866.7 (63.45%). Apabila melihat dari biaya yang dikeluarkan petani pada usahatani komoditi pala tidak sebanding dengan pendapatan yang diterima petani. Pada tabel 1, 2 dan 3, hasil penelitian menunjukan bahwa margin, keuntungan, farmer s share telah diketahui saluran pemasaran II lebih efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran I dan III. Pada saluran II lebih kecil marji pemasarannya yaitu sebesar Rp.35.000/kg (28%), dibanding saluran I sebesar Rp. 50.000/kg (40%) dan saluran III sebesar Rp 40.000/kg (32%), demikian farme rs share di saluran II lebih tinggi sebesar 68.33% dibanding saluran I sebesar 58.33% dan saluran III sebesar 66.67%. Lebih banyak jumlah petani memilih menjual pala ke saluran pemasaran I (petani ke pedagang pengumpul desa) dengan alasan akses kepedagang lebih mudah walaupun harga yang ditawarkan lebih rendah, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan petani masih rendah rata-rata Rp 5.559.092 (32.81%), apabila dibandingkan lebih tinggi pendapatan petani yang ada di saluran II (petani ke pedagang pengumpul kecamatan) dengan pendapatan rata-rata Rp. 6.400.892 (37,78%). 192
Lembaga, Keuntungan,Farmer s Share, Komoditi Pala ISSN 1411-4674 Tabel 1. Analisis Margin Pemasaran Komoditi Pala di Kota Ternate Lembaga Besar Marjin pemasaran Saluar I % Saluran II % Saluran III % P. Pengumpul 25.000 17.86 35.000 25.00 P. Besar 40.000 28.57 40.000 28.57 Total 65.000 46.43 35.000 25.00 40.000 28.57 Sumber : Data Setelah Diolah, 2014 Tabel 2. Farmer s Share Pada Tiap Saluran Pemasaran Komoditi Pala Uraian Saluran I Saluran II Saluran III PF (Rp/Kg) 70.000 75.000 80.000 Pr 120.000 110.000 120.000 Farmer s Share (%) 58.33 68.18 66.67 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014 Tabel 3. Pendapatan Petani Pala di Kota Ternate Tahun 2014 Pola Saluran Pemasaran Jumlah Petani (orang) Pendapatan (Rp) Rata-rata Pendapatan (Rp) Persentase (%) Saluran I 43 239,040,950 5,559,092 39.61 Saluran II 28 150,225,000 3,493,605 24.89 Saluran III 19 94,659,500 4,982,079 35.50 14,034,775 Sumber: Data Primer setelah diolah, 2014 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa peran lembaga pemasaran komoditi pala yaitu pada saluran II sangat efektif dan efisien terhadap marjin, keuntungan, farmer s share serta pengaruhnya terhadap pendapatan yang diterima baik petani dan memberikan keuntungan bagi lembaga pemasaran yang terkait pada saluran pemasaran komoditi pala. Peranan lembaga yang ada pada saluran II lebih efektif dibanding saluran I dan III, karena lembaga saluran II mempermudah akses petani, dan memberikan keuntungan kepada petani melalui harga dibandingkan saluran I dan III. Berdasarkan marjin, keuntungan dan farmers share saluran II lebih efektif dibanding saluran I dan III karena nilai marjin pada saluran II lebih kecil yaitu Rp.35.000/kg (28%), dibanding saluran I sebesar Rp. 50.000/kg (40%) dan saluran III sebesar Rp 40.000/kg (32%), demikian farmer s share di saluran II lebih tinggi sebesar 68.33% dibanding saluran I sebesar 58.33% dan saluran III sebesar 66.67%. Dalam menganalisis saluran pemasaran komoditi pala lebih banyak petani memilih menjual di saluran I karena dengan alasan bahwa lebih dekat ketempat pedagang dan lebih menghemat biaya transportasi. Walaupun rendah harga beli komoditi pala yang diterima petani, hal tersebut mempengaruhi marjn, keuntungan dan farmer s share baik ditingkat pendapatan yang diterima. Hasil penelitian menunjukan bahwa saluran pemasaran II lebih efektif dan efisien terhadap marjin, keuntungan, farmer s share dan pendapatan yang diterima, dibandingkan saluran I dan III. Lembaga dalam saluran II dapat berperan ganda karena bukan hanya sebagai pedagang pengumpul berfungsi sebagai 193
Fatmawati ISSN 1411-4674 pedagang besar yang menyalurkan langsung ke eksportir sehingga peran lembaga pada saluran II mempermudah akses petani dan memberikan informasi harga lebih transparan. Menurut Angipora (1999 ), sistem pemasaran dianggap efisien apabila mampu menyampaikan hasil dari produsen kepada konsumen dengan efektif. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analsis marjin, keuntungan dan farmers share saluran II lebih efektif dan efisien dibanding saluran I dan III karena nilai marjin pada saluran II lebih kecil yaitu Rp.35.000/kg (28%), dibanding saluran I sebesar Rp. 50.000/kg (40%) dan saluran III sebesar Rp 40.000/kg (32%), demikian farme rs share di saluran II lebih tinggi sebesar 68.33% dibanding saluran I sebesar 58.33% dan saluran III sebesar 66.67%. Lebih banyak jumlah petani memilih menjual pala ke saluran pemasaran I (petani ke pedagang pengumpul desa) dengan alasan akses kepedagang lebih mudah walaupun harga yang ditawarkan lebih rendah, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan petani masih rendah dengan pendapatan rata-rata Rp 5.559.092 (32.81%), apabila disbandingkan lebih tinggi pendapatan petani yang ada di saluran II (petani ke pedagan g pengumpul kecamatan) dengan pendapatan rata-rata Rp. 6.400.892 (37,78%), hal ini dipengaruhi lebih besar kecilnya volume penjualan serta harga yang ditawarkan. Berdasarkan masalah yang dihadapi oleh lembaga pemasaraan khususnya pada petani maka peneliti menyarankan untuk menggunakan saluran pemasaran ke II atau saluran pemasaran III karena lebih pendek. Disisi lain pemerintah daerah harus lebih serius untuk membantu petani dengan cara memberikan pelatihan khusus kepad meningkatkan kesejahteraan petani pala. DAFTAR PUSTAKA Ambariyanto. (2009). Pengembangan Kelembagaan Pemasaran Komoditas Tembakau Terhadap Kesejahteraan Petani di Kabupaten Sumenep. Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis dan Sektor Publik. ISSN 1829-9857. Angipora. (1999). Dasar-Dasar Pemasaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Bustaman. (2008). Prospek Pengembangan Minyak Pala Banda sebagai Komoditas Ekspor Maluku. Jurnal Litbang Pertanian. Bogor. Ditjen Perkebunan. (2012). Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah Penyegar. Buku Pedoman Teknis Perluasan Tanaman Pala. Jakarta. Irawan. (2003). Prinsip-prinsip Kepuasan Pelanggan. Penerbit Elek Media Komputindo. Jakarta. Kementan. (2014). Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Jakarta. Saifuddin. (1997). Metodologi Penelitian, Aplikasi dalam Pemasaran. PT. Gramedia. Sudiyono. (2004). Pemasaran Pertanian. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang Press. Malang. Swastha. (2000). Saluran Pemasaran, Konsep dan Strategi Analisa Kuantitatif. BPFE-UGM. Jogyakarta. Wicaksono. (2012). Analisis Statistik. Penentuan Jumlah Sampel Dengan Rumus Slovin. Diakses 5 April 2014. Available from: http://analisisstatistika.blogspot.com/2012/09/.ru mus-slovin.html. 194