BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)

BAB 6 PEMBAHASAN. pneumonia yang terjadi pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik setelah 48

HUBUNGAN USIA PENDERITA VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA DENGAN LAMA RAWAT INAP DI ICU RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan Terapi Intensif.

HUBUNGAN USIA PENDERITA VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA DENGAN LAMA RAWAT INAP DI ICU RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyerang. parenkim paru-paru. Menurut Kollef et.al.

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

Ventilator Associated Pneumonia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari 2012 Desember

BAB 4 METODE PENELITIAN. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Berdasarkan data World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi yang didapat pada pasien di Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang

LAPORAN HASIL PENELITIAN. Oleh : VINISIA

BAB I PENDAHULUAN. ventilasi bagi pasien dengan gangguan fungsi respiratorik (Sundana,

BAB I PENDAHULUAN. Ratusan juta pasien terkena dampak Health care-associated infections di

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB I PENDAHULUAN. Unit perawatan intensif atau yang sering disebut Intensive Care Unit

L A M P I R A N. : dr. Boynardo Simamora Tempat / Tgl Lahir : Medan, 7 Februari 1982 : Kristen Protestan : Jl Teh 2 No 28 P.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan prima dalam bidang kesehatan kepada masyarakat.

BAB I mengalami komplikasi karena infeksi ini (WHO, 2012). Prevalensi tertinggi infeksi nosokomial terjadi di Intensive Care Units

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

BAB 1. Infeksi terkait dengan perawatan kesehatan melalui pemasangan alat-alat medis

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. adalah penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I Pendahuluan UKDW. penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK atau

BAB I PENDAHULUAN. WHO (1957) mendefinisikan sehat dengan suatu keadaaan sejahtera sempurna. merawat kesehatan (Adisasmito, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pleura sama dengan mikroorganisme yang ditemukan di sputum maupun aspirasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

GAMBARAN KEJADIAN VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI ICU DAN CVCU RSUD ARIFIN ACHMAD PERIODE JANUARI 2013 s/d AGUSTUS 2014

BAB I PENDAHULUAN. dimana pasien yang di rawat disini adalah pasien-pasien yang berpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

BAB I. PENDAHULUAN. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare Associated Infections (HAIs) telah banyak terjadi baik di

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

Skala Jawaban I. KUISIONER A : DATA DEMOGRAFI

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT. Halaman 1 dari 5. No. Dokumen... No. Revisi... RS ADVENT MANADO. Ditetapkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ventilator adalah suatu sistem alat bantu hidup yang dirancang untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Ventilator dapat juga berfungsi untuk mengembangkan paru dan memberikan oksigen sehingga dapat mempertahankan fungsi paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir tidak cukup, maka dapat dipertimbangkan pemakaian ventilator. 1 Ventilator mekanik merupakan salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang kritis di Intensive Care Unit (ICU). 2 Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di defenisikan sebagai pneumonia yang terjadi 48 jam atau lebih setelah ventilator mekanik diberikan. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan bentuk infeksi nosokomial yang paling sering ditemui di Unit Perawatan Intensif (UPI), khususnya pada pasien yang menggunakan ventilator mekanik. 6 Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah infeksi tersering untuk pasien pneumonia di Unit Care Intensive (ICU). Di Eropa, pneumonia terjadi pada 7% pasien yang tinggal setidaknya 2 hari di Intensive Care Unit (ICU) dan 91% dari pneumonia ini adalah VAP. Pneumonia terkait ventilator merupakan infeksi nosokomial yang terbanyak, yaitu 41%, diikuti dengan kateter vena sentral sebanyak 30%, dan infeksi traktus urinarius sebanyak 29%. 5 Penelitian yang dilakukan oleh Europan Prevalence of Infection In Intensive Care Unit (EPIC) mendapatkan 20,6% dari 10.038 pasien di 1.417 Instalasi Perawatan Intensif di Eropa dan pneumonia merupakan infeksi nosokomial terbanyak (46,9%), kemudian infeksi 1

2 saluran napas bawah (17,8%), infeksi traktus urinarius (17,6), dan infeksi melalui aliran darah (12%). Mikroorganisme penyebab terbanyak yang ditemukan adalah Enterobacteriaceae (34.4%), Staphylococcus aureus (30.1%), Pseudomonas aeruginosa (28.7%), Staphylococcus koagulase negatif (19.1%), dan jamur (17.1%). 5 Menurut National Nosocomial Infection Surveillance System (NNIS) di Amerika Serikat yang melakukan penelitian pada 181.993 pasien di Instalasi Perawatan Intensif beberapa rumah sakit, didapatkan bahwa infeksi melalui aliran darah, pneumonia, dan infeksi traktus urinarius dengan peralatan invasif merupakan kelompok terbanyak dari infeksi nosokomial. Infeksi yang paling sering terjadi adalah infeksi traktus urinarius (31%), diikuti oleh pneumonia (27%), dan infeksi melalui aliran darah (19%), dan 87% infeksi melalui aliran darah terkait dengan pemasangan kateter sentral, 86% pneumonia terkait dengan pemasangan ventilator mekanis, dan 95% infeksi traktus urinarius dengan pemasangan kateter urin. 5 Berdasarkan penelitian tentang perbandingan Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS) dan kriteria klinik dalam mendiagnosis VentilatorAssociatedPneumonia (VAP) pada pasien ICU yang komplek menunjukkan 40 orang pasien yang dirawat di ICU dengan umur rata-rata adalah 14,8 59,6 tahun. Lama hari rawat di ICU antara 14,5 19,2 hari dengan rata-rata durasi penggunaan ventilator mekanik 12,3 13,6 hari. Sensitifitas menunjukkan 35,3% dan 78,3% Pada hari pertama dan ketiga dari hari rawat masing-masing pasien. Spesifisitas menunjukkan 95,7% dan 81,3% pada hari pertama dan hari ketiga dari hari rawat masingmasing pasien. 6 Adapun faktor risiko yang dicurigai dapat memicu terjadinya VAP, antara lain : usia lebih dari 60 tahun, derajat keparahan penyakit, penyakit paru akut atau kronik, sedasi yang

3 berlebihan, nutrisi enteral, luka bakar yang berat, posisi tubuh yang supine, Glasgow Coma Scale (GCS) kurang dari 9, penggunaan obat pelumpuh otot, perokok dan lama pemakaian ventilator. 1,3 Pemakaian ventilator mekanik dengan pipa yang diintubasikan ke tubuh pasien akan mempermudah masuknya kuman dan menyebabkan kontaminasi ujung pipa endotrakeal pada penderita dengan posisi terlentang. 4 Diagnosa Ventilator Associated Pneumonia (VAP) secara klinis ditegakkan berdasarkan adanya demam (>38,30C), leukositosis (>10.000mm3), sekret trakea bernanah dan adanya infiltrat yang baru atau menetap dari radiologi. Definisi tersebut mempunyai sensitifitas yang tinggi namun spesifisitasnya rendah. Pembuatan diagnosa VAP secara dini sangat penting untuk menurunkan biaya, angka kesakitan dan kematian serta lamanya tinggal dirumah sakit, sehingga peneliti ingin membuktikan apakah ada hubungan antara usia penderita Ventilator Associated Pneumonia dengan lamanya rawat inap di ICU RSUP Dr. Kariadi semarang. 6 1.2 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara usia penderita Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dengan lama rawat inap di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang? 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara usia penderita Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dengan lama rawat inap di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang. 1.3.2 Tujuan khusus 1) Mengetahui kejadian VAP yang terjadi di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang.

4 2) Mendapatkan data mengenai usia penderita VAP dan lama rawat inap di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang. 3) Mengkaji hubungan usia penderita VAP dengan lama rawat inap di ICU Dr. Kariadi Semarang. 1.4 Manfaat penelitian 1) Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai meningkatkan kualitas pelayanan pasien VAP dengan usia lanjut, sehingga dapat mengurangi lama hari rawat dan meningkatkan efisiensi pelayanan. 2) Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sumbangan teori dalam mengungkapkan hubungan antara usia penderita Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dengan lama rawat inap di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang. 3) Hasil penelitian dapat menjadi bahan dasar penelitian lebih lanjut. 1.5 Keaslian penelitian Tabel 1. Keaslian penelitian No Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Nicasio AM, Eagye KJ, NicolauDP, Kuti JL.Length of stay and hospital costs associated with a Retrospective Meskipun dengan antibiotik yang lebih mahal dan dosis yang berlebihan, secara empiris pasien yang diresepkan dengan jalur klinik menunjukkan durasi yang lebih

5 pharmacodynamicbased clinical pathway for empiric antibiotic choice for ventilatorassociated pneumonia. Pharmacotherapy.2010 May;30(5):453-62. pendek pada terapinya, penurunan lama tinggal dirumah sakit setelah VAP dan penurunan lama rawat inap setelah VAP, dan penurunan biaya rumah sakit tanpa peningkatan yang signifikan dari penggunaan antibiotik. 2. M. Reza zayinnur. Lama hari rawat pasien Ventilator Associated Pneumonia pada pasien dengan ventilator mekanik di ICU RSUP Dr.Kariadi. Sampel terdiri dari 75 pasien yang memakai ventilator mekanik di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel terbagi menjadi kelompok sampel VAP positif dan negatif kemudia diolah dengan uji nonparametric Mann- Rata rata lama perawatan pasien VAP postif 11,7 hari dan rata rata lama hari perawatan pasien VAP negatif 5,07 hari. Pada uji statistic di dapatkan perbedaan yang signifikan dengan nilai P <0,005

6 Whitney. Dalam penelitian ini, penulis mengkaji hubungan antara usia penderita VAP dengan lama hari perawatan di ICU, namun tidak menjumpai adanya penelitian atau publikasi sebelumnya yang berkaitan dengan VAP hanya menyinggung sedikit tentang usia penderita dengan lama rawat inap di ICU.