1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bangsa lndonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut antara lain dibutuhkan tersedianya sumber daya manusia yang tangguh, mandiri dan berkualitas. Laporan United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2001 mencatat bahwa lndeks Pembangunan Manusia (Human Development Index1 HDI) di lndonesia masih menempati urutan ke 102 dari 162 negara. Peringkat tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, pendapatan serta kesehatan penduduk lndonesia memang belum memuaskan. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional serta dalam rangka menghadapi persaingan bebas pada era globalisasi, upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia,harus dilakukan. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangatlah menentukan, karena penduduk yang sehat bukan saja akan menunjang berhasilnya program pendidikan, tetapi juga mendorong peningkatan produktivitas dan pendapatan penduduk. Pembangunan kesehatan di lndonesia telah dirumuskan dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas). Adapun tujuan pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya derajat kesehatan dan gizi masyarakat yang optimal. Sasaran yang ingin dicapai
adalah (1) meningkatnya kemandirian masyarakat untuk memelihara dan memperbailti keadaan kesehatannya; (2) meningkatnya kemampuan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, (3) terciptanya lingkungan fisik dan sosial yang sehat, dan (4) menurunnya prevalensi empat masalah gizi utama, khususnya pada keiompok ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita. Salah satu bagian dari pembangunan kesehatan adalah penanganan masalah gizi. Ketersediaan gizi' yang dikonsumsi oleh seseorang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bagi dirinya. Beberapa gangguan yang mungkin timbul sebagai akibat masalah pangan dan gizi adalah kebutaan, anemia gizi besi, dan Kurang Energi Protein (KEP). Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 1999 mencatat terjadi kasus gizi buruk sebanyak 8,l persen, sedang tahun 2000 sebesar 7,6 persen. Luas dan kompleksnya masalah pangan dan gizi menuntut penanganan secara terpadu dan terintegrasi yang melibatkan sektor perumus kebijakan, perencanaan, penggerak, pemantauan dan evaluasi. Kebutuhan informasi pangan dan gizi secara berkesinambungan dan akurat merupakan ha1 yang mendesak sebagai masukan utama dalam proses manajemen program pangan dan gizi. Seiring dengan upaya pengembangan desentralisasi saat ini yang semakin meluas, daerah berwenang untuk menentukan sendiri prioritas pembangunan kesehatan di daerahnya sesuai dengan kemampuan,
kondisi dan kebutuhan setempat. Peran pemerintah pusat dalam manajemen pembangunan kesehatan berubah dari sebagai motor penggerak menjadi mengarahkan pembangunan. Bertambahnya porsi kewenangan daerah juga menyebabkan terdapatnya sebagian data1 informasi yang biasanya dilaporkan ke pusat namun karena dirasa membebankan dalam perolehannya, menjadi tidak disampaikan atau terjadi keterlambatan penyampaian data1 informasi. Menghadapi meluasnya pengembangan desentralisasi, pemerintah pusat dituntut untuk semakin mampu menghasilkan data yang akurat dan tepat waktu. Oleh karena itu pemanfaatan teknologi informasi tidak lagi merupakan alternatif pilihan melainkan menjadi keharusan. Dengan demikian diperlukan pemilihan teknologi yang sesuai dalam pengembangan sistem informasi dengan mempertimbangkan kesiapan daerah dan tersedianya sumber daya yang tersedia. Oleh karena itu dalam' pengembangan model ini akan dikembangkan Sistem lnformasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System) dengan berbagai keterbatasannya. Sistem informasi berbasis komputer adalah interaksi antara manusia dengan mesin serta database untuk menghasilkan informasi dalam rangka menunjang pengambilan keputusan manajemen. Bertolak dari uraian tersebut di atas serta dalam upaya memberi arah yang lebih tertuju pada pembangunan kesehatan, khususnya program perbaikan gizi, maka penelitian ini dibatasi pada identifikasi
kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh para pelaku, analisis terhadap sistem yang ada dan pembuatan rancang bangun sistem informasi pemetaan status gizi. Dengan demikian judul penelitian ini adalah Rancang Bangun Sistem lnformasi lndikator Status Gizi Berbasis Spasial. B. ldentifikasi Masalah (1) Penyajian informasi yang berbasis wilayah administrasi, khususnya dengan menggunakan data spasial belum dimanfaatkan. (2) Ketersediaan data yang benar, akurat, dan tepat waktu masih belum memadai. (3) Hilangnya hubungan hierarki antara pemerintah propinsi dengan kabupatenl kota. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah disampaikan sebelumnya, untuk mengatasi permasalahan yang terjadi perlu dibangun sistem informasi berbasis komputer dengan perumusan masalah: (1) Bagaimana menyajikan informasi dengan memanfaatkan data spasial yang telah tersedia. (2) Bagaimana mengupayakan penyediaan data yang benar, akurat. dan tepat waktu hingga akhirnya dapat dihasilkan suatu informasi yang baik.
(3) Bagaimana menyediakan data bagi pemerintahan propinsi dan pusat agar tugas pembinaan dan pengawasan dapat berjalan lancar. D. Tujuan Penelitian (1) Melakukan kajian terhadap sistem informasi yang sudah ada. (2) Mengembangkan perangkat lunak yang memanfaatkan sistem pelaporan berjalan dan mengintegrasikannya dengan sistem informasi spasial untuk menyediakan informasi bagi pelaku pembinaan dan pengawasan. E. Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam penelitian dibatasi pada penggunaan indikator status gizi di Pusat Kesehatan Masyarakat dan Pos Pelayanan Terpadu. Sejalan dengan penggunaan indikator tersebut, maka data spasial yang digunakan adalah wilayah administrasi kabupaten, kecamatan dan desa.