BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. TPA sampah terletak di Kelurahan Tanjung Kramat Kec. Kota Selatan

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KADAR LOGAM BERAT (Timbal dan Kadmium) PADA FECES SAPI YANG DIPELIHARA DI TPA TANJUNG KRAMAT

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB I PENDAHULUAN. air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi

BAB I PENDAHULUAN. rabi, dan kale. Jenis kubis-kubisan ini diduga dari kubis liar Brassica oleracea

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

PENDAHULUAN. Kemajuan sektor perindustrian di Indonesia yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Selain untuk dikonsumsi air juga digunakan hampir

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus

PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perairan telah menjadi permasalahan kesehatan lingkungan hampir semua negara

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah turunnya kualitas

MATERI. Lokasi dan Waktu

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko

BAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin

PENGARUH PERENDAMAN DENGAN KERTAS KORAN DALAM AIR PANAS TERHADAP KADAR TIMBAL (Pb) PADA IKAN ASIN

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994).

MAKALAH GIZI ZAT BESI

Kandungan Timbal Pada Air dan Padi di Daerah Industri Leuwigajah Cimahi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

ANALISA KADAR TIMBAL (Pb) PADA HATI SAPI DARI PETERNAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN DELISERDANG TAHUN 2012

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... xvi. DAFTAR GAMBAR... xviii. DAFTAR LAMPIRAN... xx I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA... 14

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

HEPATIC RENAL AND URINARY TRACT DISORDERS. By :dr.hj.fauziah Elytha M.Sc

PENDAHULUAN. masyarakat terhadap pentingnya protein hewani, maka permintaan masyarakat

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Besi (Fe) pada Darah Puyuh yang Terpapar Pb

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang, Sepanjang

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

PENDAHULUAN. sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

Kesehatan adalah Suatu Kondisi Sejahtera Jasmani Rohani Serta Sosial Ekonomi

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Logam berat

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN LELE (Clarias sp.) YANG DIBUDIDAYAKAN DI KOTA PEKALONGAN

Eko Winarti, SST.,M.Kes

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian TPA sampah terletak di Kelurahan Tanjung Kramat Kec. Kota Selatan dengan luas 2 Ha dan dioperasikan dengan sistem open dumping. TPA berbentuk lereng dilengkapi dengan kantor, garasi dan pagar Kawat, namun ketiga fasilitas itu sekarang sudah tidak ada setelah terjadinya kebakaran di lokasi TPA akibat api dari pembakaran sampah yang tidak dapat terkontrol karena sudah terlalu besar. Jarak dari pusat kota ± 7 km, jarak dari laut ± 500 m, sedangkan jarak terdekat ke permukiman ± 1 km. TPA sampah Tanjung Kramat menampung sampah-sampah yang berasal dari berbagai tempat yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Kota Gorontalo. Baik itu berasal dari kelurahan, kantor-kantor, maupun tempat-tempat umum seperti terminal dan pasar, termasuk pasar sentral Gorontalo. Sampah yang berasal dari pasar sentral gorontalo berupa sisa sayuran, buah-buahan busuk, kulit buahbuahan, dan sisa makanan lainnya dimanfaatkan oleh masyarakat yang umumnya berasal dari Kelurahan Pohe, Tanjung Kramat, dan Bongo untuk makanan ternak sapi mereka. Oleh sebab itu, selain dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan akhir, TPA Tanjung Kramat juga dimanfaatkan oleh masyarakat yang memiliki ternak sapi sebagai tempat pemeliharaan sapi mereka. 1.2 Hasil Penelitian Sampel pada penelitian ini adalah feces sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 15 sampel feces sapi, dimana 8 sampel untuk pemeriksaan timbal (Pb) dan 7 sampel untuk

pemeriksaan cadmium (Cd). Sampel dikumpulkan selama 5 hari berturut-turut dari tanggal 11 sampai dengan 15 Desember 2013. Sampel yang diperoleh tiap hari langsung diantar ke Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. Sampel kemudian dikeringkan selama empat hari dalam oven, setelah sampel kering, baru dapat dilakukan pengujian logam berat. Adapun hasil pemeriksaan laboratorium dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Logam Berat pada Feces Sapi yang Dipelihara di TPA Tanjung Kramat Tahun 2013 Logam Berat Nama Sampel Hasil Pengujian (ppm) Keterangan Timbal (Pb) Sampel 1 3,4687 Tidak ada Sampel 2 1,1939 standar Sampel 3 3,3164 mengenai kadar Sampel 4 12,5309 logam berat pada Sampel 5 3,9716 feces sapi, Sampel 6 13,3939 namun Sampel 7 2,9680 keberadaan logam berat pada Sampel 8 3,6775 feces sapi dapat Rata-rata 5,5651 mengindikasikan Cadmium (Cd) Sampel 9 0,1956 bahwa di dalam Sampel 10 0,0708 tubuh sapi juga Sampel 11 0,0733 telah tercemar Sampel 12 0,3066 logam berat. Sampel 13 0,0169 Sampel 14 0,1961 Sampel 15 0,1875 Rata-rata 0,1495 Sumber: Data Primer 2013 Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa seluruh sampel feses sapi yang diperiksa mengandung logam berat timbal (sampel 1-8) dan cadmium (sampel 9-15) dengan kadar yang bervariasi. Kadar timbal yang paling tinggi terdapat pada sampel 6 yaitu sebanyak 13,3939 ppm. Sedangkan kadar cadmium paling tinggi terdapat pada sampel 12 yaitu sebanyak 0,3066 ppm. Sementara itu untuk kadar

timbal terendah terdapat pada sampel 2 dengan jumlah 1,1939 ppm dan kadar cadmium terendah terdapat pada sampel 13 yaitu sebanyak 0,0169 ppm. Untuk rata-rata kadar Timbal pada feces sapi adalah sebesar 5,5651 ppm, sedangkan ratarata kadar Kadmium pada feces sapi adalah sebesar 0,1495 ppm. 1.3 Pembahasan Semua sampel yang diperiksa adalah sampel feces dari sapi yang berbeda. Jadi, sampel feces yang digunakan untuk pemeriksaan timbal (Pb) dan kadmium (Cd) adalah sampel yang berbeda pula. Meskipun demikian, karena maksud dari penelitian ini untuk mengukur dan menganalisis sekaligus ingin membuktikan bahwa sapi-sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat telah tercemar dengan logam berat khususnya timbal dan kadmium yang berasal dari sampah, sehingga tidak berpengaruh apakah dalam satu sampel feces sapi mengandung timbal dan kadmium atau hanya salah satunya, yang penting untuk diketahui disini adalah sapi-sapi tersebut dalam tubuhnya berpotensi tercemar dengan logam berat timbal dan kadmium dan itu dibuktikan melalui kandungan logam berat dalam feces sapi. Berdasarkan data primer yang diperoleh menunjukkan bahwa ada sampel feces yang kadar timbalnya tinggi yaitu sampel 4 (12,5309) dan sampel 6 (13,3939). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar logam berat dalam feces sapi, diantaranya adalah faktor kadar logam berat pada makanan yang ikut terkonsumsi, kecukupan mineral esensial dalam tubuh sapi sehingga logam berat dalam usus tidak banyak yang terserap ke dalam tubuh, serta frekuensi sapi tersebut makan dalam seharinya. Menurut Suwandi (2004: 1) Apabila ternak kekurangan mineral dalam ransumnya, maka ternak terdorong untuk memakan

apa saja yang dirasa mengandung mineral antara lain tanah, batu bata, senar, rambut, papan/kayu dan bekas kantong plastik. Namun, terlepas dari tinggi atau rendahnya kadar logam berat yang terkandung dalam feces sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat tetap berpotensi berbahaya karena tiap hari sapi-sapi tersebut mencari makanan di atas tumpukan sampah yang mengandung logam berat sehingga besar kemungkinan bahwa tiap hari juga terdapat pemasukan logam berat di dalam tubuh sapi melalui pakan. Hal itu berpotensi berbahaya karena sifat logam berat yang dapat terakumulasi di dalam tubuh. Menurut Mulyono (2005: 48) bahwa pakan merupakan unsur yang sangat menentukan pertumbuhan, reproduksi, dan kesehatan ternak. Menurut Kurniati (2013: 1) peternak sapi harus memberikan pakan ternak berkualitas, serta memenuhi syarat bagi pertumbuhan sapi. Pakan ternak sesuai syarat dan berkualitas adalah pakan ternak yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air. Pakan ternak tersebut dapat disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat (seperti bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, katul, tepung ikan, tepung daging, dll). Mulyono (2005: 50) juga menjelaskan bahwa pakan yang bagus dikonsumsi ternak adalah pakan hijauan dalam bentuk rumput hijau, legum (kacang-kacangan), daun singkong, dll. Sumber makanan dari sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat adalah sampah organik berupa sisa-sisa sayur dan buah-buahan yang berasal dari Pasar Sentral Gorontalo, namun karena sampah organik tersebut sudah bercampur dengan sampah lain yang mengandung logam berat seperti plastik, kertas, kain, dan karton/dus sehingga berbahaya jika terkonsumsi. Selain itu, sampah plastik,

kertas, potongan dus juga sering ikut terkonsumsi oleh sapi-sapi tersebut. Hal tersebut juga dikatakan oleh responden yang juga pernah memelihara sapi di TPA Tanjung Kramat bahwa pada saat mereka memotong sapi yang hampir mati karena sakit, mereka menemukan di dalam perut sapi terdapat tas kresek dan kain. Logam berat timbal (Pb) merupakan salah satu komponen bahan untuk pembuatan plastik, tinta pada kertas koran, dan zat pewarna pada kain (tekstil). hampir sama dengan timbal, kadmium juga sering digunakan sebagai pigmen pewarna pada kain, plastik dan juga kertas. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan Widowati (2008: 64) bahwa Kadmium banyak digunakan sebagai pigmen warna cat, keramik, plastik, stabilizer plastik, katode untuk Ni-Cd (Nikel- Cadmium) pada baterai, bahan fotografi, pembuatan tabung TV, karet, sabun, kembang api, percetakan tekstil, dan pigmen untuk gelas dan email gigi, dan lainlain. Menurut Riyadi (2013: 1) bahwa racun dari plastik akan terlepas pada saat terurai atau terbakar. Berdasarkan data primer yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel feces dari sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat dimana yang menjadi sumber makanan sehari-harinya adalah sampah semuanya positif mengandung logam berat dengan kadar yang bervariasi. Logam berat yang terdapat dalam feces sapi tersebut dapat menjadi indikator bahwa di dalam tubuh sapi juga sudah terkontaminasi dengan logam berat. Hal itu sesuai dengan penelitian Sudiyono (2011) yang melakukan pemeriksaan kadar logam berat timbal pada feces, daging, ginjal, hati, usus dari sapi yang sama. Hasil dari pemeriksaan logam berat timbal pada feces sapi yang diperiksa sebanyak 7 kali dan diambil tiap 2 minggu sekali

menunjukkan bahwa pemeriksaan pertama (2,76 ppm), pemeriksaan kedua (4,14), pemeriksaan ketiga (1,56), pemeriksaan keempat (1,44), pemeriksaan kelima (1,95), pemeriksaan keenam (1,42), dan pemeriksaan ketujuh (1,27), serta hasil pemeriksaan logam berat pada daging sapi tersebut adalah 3,6 ppm, pada ginjal 2,7 ppm, pada hati 3,2 ppm, serta logam berat pada usus sebesar 2,97 ppm. Hal itu menunjukkan bahwa keberadaan logam berat pada feces sapi dapat dijadikan indikator bahwa di dalam tubuh sapi juga sudah tercemar dengan logam berat. Menurut Darmono (1995) dalam Irasanti, dkk (2012: 2) bahwa logam berat yang masuk melalui saluran pencernaan bersumber dari makanan dan minuman yang tercemar logam berat. Menurut Wardhayani (2006: 23) Logam berat yang masuk melalui saluran pencernaan kemudian akan diabsorbsi melalui usus, logam berat yang telah diabsorbsi akan masuk ke dalam darah, berikatan dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Timbal (Pb) dalam jaringan dan cairan tubuh identik dengan jumlah Timbal (Pb) yang dikeluarkan (Darmono, 2001 dalam Wardhayani, 2006: 23), sementara Kadmium (Cd) yang masuk melalui saluran pencernaan diabsorbsi sekitar 3-8 % dari total Kadmium (Cd) yang termakan (Darmono, 1999: 3). Menurut Wardhayani (2006: 3) Toksisitas logam pada hewan biasanya berpengaruh terhadap produksi, juga menimbulkan residu logam dalam tubuh ternak. Sapi yang makan sampah dan tercemar logam berat, akan mengakumulasi logam berat tersebut. Jika sapi tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pangan manusia, maka manusia yang mengkonsumsi bahan pangan tersebut

kemungkinan juga akan mengakumulasi logam berat dalam tubuh, akhirnya akan mengalami gangguan kesehatan. Menurut Bahri (2008) dalam Irasanti (2012) bahwa pencemaran logam berat pada pangan hewani dapat terjadi pada proses praproduksi (pemeliharaan hewan ternak), produksi, dan pasca produksi. Tingginya kadar logam berat yang terkandung dalam tubuh sapi sangat dipengaruhi oleh seringnya sapi tersebut kontak dengan logam berat. Kontak antara ternak dengan logam berat dapat terjadi selain melalui makanan dan minuman yang tercemar juga dapat berasal dari udara yang juga sudah tercemar logam berat. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Darmono (1999: 3) bahwa absorbsi logam berat cadmium (Cd) melalui paru-paru jauh lebih besar daripada absorbsi melalui saluran pencernaan yaitu sekitar 25-50 %. Hal itu membuktikan bahwa lingkungan pemeliharaan ternak sangat berperan penting terhadap kesehatan ternak yang juga akan berdampak pada kualitas pangan yang dihasilkan. Pemeliharaan ternak di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah sangat tidak disarankan, hal itu karena kondisi lingkungan di TPA yang tercemar oleh berbagai sampah yang menjadi tempat hidup mikroorganisme penyebab penyakit, asap dari pembakaran sampah, dan gas yang dikeluarkan oleh sampah. Sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat sudah selama 9 bulan, namun bukan baru tahun 2013 masyarakat memelihara sapi di TPA Tanjung Kramat. Menurut responden yang juga merupakan petugas pembakar sampah di TPA Tanjung Kramat bahwa sejak pertama responden tersebut bekerja di TPA yaitu pada tahun 2003 sudah ada masyarakat yang memelihara sapi di TPA

Tanjung Kramat. Selain itu, responden juga mengatakan bahwa pada tahun 2012 banyak sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat yang ditemukan mati, jumlah sapi yang mati diperkirakan hampir 100 ekor. Menurut responden bahwa sebelum mati sapi-sapi tersebut menunjukkan gejala persendian kaki bengkak sehingga sapi tidak dapat berdiri, gigi sapi keropos, sapi juga tidak nafsu makan, leher terputar, dan mengeluarkan darah dari anus. Hal yang sama juga dikemukakan oleh salah satu peternak sapi yang kebetulan peneliti temui di TPA Tanjung Kramat, responden tersebut menambahkan bahwa para peternak yang sapinya tidak mati dengan terpaksa menjual murah sapi mereka karena kondisi tubuh sapi yang kurus. Menurut keterangan responden bahwa sapi-sapi tersebut mati karena kekurangan makanan akibat sudah selama 1 tahun tidak ada truk sampah yang mengantar sampah di TPA Tanjung Kramat sehingga sapi-sapi hanya mengais sampah-sampah organik yang tersisa. Berdasarkan gejala yang ditunjukkan oleh sapi-sapi tersebut sebelum mati sama seperti yang dikemukakan oleh Widowati (2008: 83) bahwa toksisitas Cd bisa mengakibatkan kerapuhan tulang, gejala rasa sakit pada tulang akan mengakibatkan kesulitan berjalan. Di jepang pernah terjadi peristiwa keracunan Cd yang mengakibatkan terjadinya kerapuhan tulang pada penderita yang disebut itai-itai. Menurut para ahli, efek yang ditimbulkan oleh Cd terhadap tulang mungkin disebabkan oleh kekurangan kalsium (Ca) dalam makanan yang tercemar Cd sehingga fungsi Ca dalam pembentukan tulang digantikan oleh logam Cd. Sementara itu menurut Darmono (2001: 112) bahwa gejala khas keracunan Pb pada ternak ruminansia adalah konstipasi, diare, anemia, dan edema.

Sapi-sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat mencari makan dan tinggal di TPA setiap harinya. Sumber makanan sapi-sapi tersebut adalah sampah organik berupa sisa sayuran, buah, dan lain-lain yang berasal dari Pasar Sentral Gorontalo. Sampah organik tersebut juga tercampur dengan sampah anorganik berbahaya karena diduga mengandung logam berat. Hal itu kemudian terbukti melalui data primer berupa pemeriksaan kadar logam berat pada sampel feces dari sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat, dimana semua sampel mengandung logam berat timbal (sampel 1-8) dan kadmium (sampel 9-15). Menurut keterangan dari salah satu pemilik sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat bahwa penjualan sapi paling banyak pada saat mendekati Hari Raya Idul Adha, menurut responden jumlah sapi yang terjual saat mendekati Hari Raya Idul Adha tahun 2013 berjumlah sekitar 11 ekor. Sapi yang di dalam tubuhnya telah tercemar dengan logam berat, berbahaya jika dikonsumsi manusia, hal itu karena sifat logam berat yang akumulatif di dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Paparan kadmium (Cd) secara akut bisa menyebabkan nekrosis pada ginjal dan paparan yang lebih lama berlanjut dengan terjadinya proteinuria. Gejala lain toksisitas akut dari kadmium (Cd) adalah iritasi alat respiratori, alat pencernaan, pneumonitis, sakit dada yang kadang-kadang menyebabkan hemorrhagic pulmonary edema, osteomalasia, batu ginjal dan hiperkalsinuria karena gangguan metabolisme kalsium (Ca) dan fosfor (P) (Widowati, dkk, 2008: 73). Toksisitas kronis kadmium (Cd) bisa merusak sistem fisiologis tubuh, antara lain sistem urinaria (ren), sistem respirasi (paru-paru), sistem sirkulasi

(darah) dan jantung, kerusakan sistem reproduksi, sistem syaraf, bahkan dapat mengakibatkan kerapuhan tulang (Widowati, dkk, 2008: 73). Menurut Darmono (2010: 139) keracunan kronis kadmium (Cd) terjadi bila inhalasi kadmium dosis kecil dalam waktu lama dan gejalanya juga berjalan kronis. Kadmium dapat menyebabkan nefrotoksisitas (toksik ginjal), yaitu gejala proteinuria, glikosuria, dan aminoasiduria disertai dengan penurunan laju filtrasi glomerolus ginjal. Kasus keracunan kadmium kronis juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler dan hipertensi. Hal tersebut terjadi karena tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap kadmium. Menurut Widowati, dkk (2008: 120-121) Timbal bersifat akumulatif. Mekanisme toksisitas timbal (Pb) berdasarkan logam yang dipengaruhinya adalah: (1) Sistem haemopoietik; dimana timbal (Pb) menghambat sistem pembentukan hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan anemia. (2) Sistem saraf; dimana timbal (Pb) bisa menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium. (3) Sistem urinaria; dimana timbal (Pb) bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, loop of Henle, serta menyebabkan aminosiduria. (4) Sistem gastrointestinal; dimana timbal (Pb) menyebabkan kolik dan konstipasi. (5) Sistem kardiovaskuler; dimana timbal (Pb) bisa menyebabkan peningkatan permiabilitas pembuluh darah. (6) Sistem reproduksi berpengaruh terutama terhadap gametotoksisitas atau janin belum lahir menjadi peka terhadap timbal (Pb). Ibu hamil yang terkontaminasi timbal (Pb) bisa mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel otak embrio, kematian janin waktu lahir, serta hipospermia dan teratospermia pada pria. (7) Sistem endokrin; dimana Pb

mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal. (8) Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi. 1.4 Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti menemui beberapa kendala yang juga mempengaruhi hasil penelitian, yaitu: 1. Dalam pemeriksaan feces sapi dipisah pemeriksaannya antara Timbal dan Kadmium serta tidak dilakukan secara Cross Check dimana dalam satu sampel hanya diperiksa salah satu logam berat bukan keduanya (Timbal dan Kadmium). 2. Sulit mengetahui secara jelas umur sapi, peneliti hanya menggunakan penilaian pada unsur-unsur fisik. 3. Peneliti kesulitan dalam pengambilan feces sapi karena tidak diketahui kapan sapi tersebut akan buang kotoran.