PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI LIMBAH PEMBALAKAN KAYU PUSPA DENGAN TEKNOLOGI PRODUKSI SKALA SEMI PILOT ABSTRACT



dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAR ABSTRAK. Jurnal Penelitian Hasil Hutan

LEMBAR ABSTRAK. Jurnal Penelitian Hasil Hutan

Oleh/By: Djeni Hendra ABSTRACT. This topic pertains to the experiment results of activated charcoal manufacture

Gustan Pari, Djeni Hendra dan Ridwan,A Pasaribu (Pusat Litbang Hasil Hutan). Peningkatan Mutu Arang Aktif Kulit Kayu mmangium

PENINGKATAN MUTU ARANG AKTIF KULIT KAYU MANGIUM (Increasing the Qualities of Activated Charcoal from Mangium Bark)

PEMBUATAN DAN KUALITAS ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI

PEMBUATAN DAN PEMANFAATAN ARANG AKTIF SEBAGAI REDUKTOR EMISI FORMALDEHIDA KAYU LAPIS

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Struktur. Identifikasi Gugus Fungsi pada Serbuk Gergaji Kayu Campuran

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN DAN RANTING PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca cajuputi Powell) UNTUK PEMBUATAN ARANG AKTIF

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KARAKTERISTIK ARANG AKTIF TEMPURUNG BIJI. NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum Linn)

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG LIMBAH PISANG DENGAN PEREKAT TEPUNG SAGU

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(1): ISSN: Maret 2014

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama waktu aktivasi

PEMBUATAN DAN PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG BUAH LONTAR (Borassus flabellifer Linn.) SEBAGAI ABSORBEN LIMBAH BATIK KAYU

Optimasi Suhu dan Lama Aktivasi dengan Asam Phosfat. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(2): (2009)

ACTIVATED CARBON PRODUCTION FROM COCONUT SHELL WITH (NH 4 )HCO 3 ACTIVATOR AS AN ADSORBENT IN VIRGIN COCONUT OIL PURIFICATION ABSTRACT

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

Lembar Abstrak. Kata kunci : arang aktif, Jatropha curcas L., daya serap iod, daya serap benzena. Abstract Sheet

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

Karakteristik Arang Aktif dari Tempurung Kelapa dengan Pengaktivasi H2SO4 Variasi Suhu dan Waktu

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT

ITM-05: PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN PADA AKTIVASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN ASAM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT UNTUK PENYARINGAN AIR KERUH

ARANG AKTIF DARI AMPAS TEBU SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS RIA WIJAYANTI

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

ANALISIS KUALITAS BRIKET ARANG DARI CAMPURAN KAYU AKASIA DAUN LEBAR

Rini Pujiarti dan J.P. Gentur Sutapa. Abstract

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG KEPOK (MUSA ACUMINATE L) SEBAGAI KARBON AKTIF YANG TERAKTIVASI H 2 SO 4

PENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF KULIT KEMIRI

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

ANALISIS SIFAT ADSORPSI KARBON AKTIF KAYU DAN TEMPURUNG KELAPA PADA LIMBAH CAIR BATIK DI KOTA PEKALONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

Metodologi Penelitian

Bab IV Hasil dan Pembahasan

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI CAMPURAN KAYU, BAMBU, SABUT KELAPA DAN TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. J. Penelt. Has. Hut , Vol...No. Halm.. ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Mengapa Air Sangat Penting?

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELAPA SAWIT DENGAN METODE AKTIVASI KIMIA

PENGARUH JUMLAH UMPAN TERHADAP WAKTU TINGGAL DAN MUTU KARBON AKTIF DARI SEMIKOKAS AIR LAYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

(Experimental Study on the Effectiveness of Liquid Waste Absorption Using Mesh-80 Active Charcoal Made from Teak Wood Saw Scratches) ABSTRACT

BRIKET ARANG DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU MERANTI DAN ARANG KAYU GALAM

PEMANFAATAN LIMBAH GERGAJIAN BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ARANG

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal Hutan Tanaman Indusrti (HTI) telah banyak digunakan sebagai bahan baku kayu

KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Karbon Aktif dari BFA dengan Aktifasi Kimia Menggunakan KOH Kapasitas Ton/Tahun. A.

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

KARAKTERISASI KARBON AKTIF KULIT SINGKONG (Manihot utilissima) DENGAN VARIASI JENIS AKTIVATOR

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAAN ARANG AKTIF DARI KULIT PISANG DENGAN AKTIVATOR KOH DAN APLIKASINYA TERHADAP ADSORPSI LOGAM Fe

EFEKTIVITAS ARANG AKTIF KULIT SALAK PADA PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS

PROSES AKTIVASI ARANG AKTIF DARI CANGKANG KEMIRI (Aleurites moluccana) DENGAN VARIASI JENIS DAN KONSENTRASI AKTIVATOR KIMIA

BAB III BAHAN DAN METODE

DAUR ULANG LIMBAH HASIL INDUSTRI GULA (AMPAS TEBU / BAGASSE) DENGAN PROSES KARBONISASI SEBAGAI ARANG AKTIF

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA

PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG SAWIT DENGAN PERLAKUAN WAKTU PENGARANGAN DAN KONSENTRASI PEREKAT

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT UNTUK PRODUKSI KARBON AKTIF DENGAN AKTIVASI KIMIA

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

ARANG AKTIF DARI AMPAS TEBU SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS RIA WIJAYANTI

KARAKTERISTIK KARBON AKTIF CANGKANG BINTARO (Cerberra odollam G.) DENGAN AKTIVATOR H 2 SO 4

PENELITIAN BERBAGAI JENIS KAYU LIMBAH PENGOLAHAN UNTUK PEMILIHAN BAHAN BAKU BRIKET ARANG

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN NaOH PADA KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA UNTUK ADSORPSI LOGAM Cu 2+

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara

III. METODE PENELITIAN

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KAYU GELAM (Melaleuca leucadendron) YANG BERASAL DARI TANJUNG API-API SUMATERA SELATAN

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air bersih merupakan sumber kehidupan yang sangat vital bagi manusia.

SKRIPSI AGUS NINGSIH

Keywords : activated charcoal, rice hurks, cadmium metal.

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

Bilangan gelombang (Wave number), cm-1. Gambar 1. Spektrum FTIR lignin Figure 1. Spectrum of lignin FTIR

POTENSI ARANG AKTIF CANGKANG BUNGA PINUS SEBAGAI ADSORBEN ION KADMIUM (II) DAN TIMBAL (II) DENGAN AKTIVATOR H2SO4 DALAM LARUTAN

Transkripsi:

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI LIMBAH PEMBALAKAN KAYU PUSPA DENGAN TEKNOLOGI PRODUKSI SKALA SEMI PILOT (The Manufacture of Activated Charcoal from Logging Waste of Puspa Wood Implemeting Production Technology in Semi Pilot Scale) Oleh/By : Djeni Hendra ABSTRACT The research on activated charcoal manufacture from puspa (Schima wallichii) wood logging wastes intended to identify the product characteristics, and obtain the optimum of H 3 PO 4 concentration and of activation duration. The manufacturing activation process was performed in an electrically heated retort with the capacity up to kg of coal per batch, and the resulting activated charcoal with the most satisfactory qualities was applied for the purifying of fresh and used frying oils. Analysis on activated charcoal characteristics revealed that changes in H 3 PO 4 concentration and activation duration affected significantly the yield, and adsorption capacities of iodine solution, of benzene vapor, and of chloroform vapor. The treatment level that afforded the most satisfactory activated charcoal was % H 3 PO 4 concentration and 2 minute activation duration. In that level, the activated charcoal characteristics were as follows the yield at 74.2%, moisture content 4.7%, volatile matters 9.4%, ash content 4.37%, and fixed carbon 86.23%, and adsorption capacities of iodine, of benzene vapor, and of chloroform vapor consecutively 938.4 mg/g, 8.8%, 33.3%. Such as, the activated charcoal was able to decrease free fatty acid content and peroxide number, and increase the purity degree of fresh as well as used frying oils. The best condition to purify both frying oil types was employing % activated charcoal with hour contact duration, and in this way, it could increase the purity of both fresh and used frying oils (i.e.9.9%, respectively), and decrease free fatty acid and peroxide number in fresh oil (.2% and. mg O 2 / g, respectively) and used oil (.37% and 7.6 mg O 2 / g). Keywords : Logging waste of puspa wood, activated charcoal, most satisfactory qualities, fresh and used frying oils.

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membuat arang aktif dari limbah pembalakan hutan tanaman produksi kayu puspa (Schima wallichii), mengidentifikasi karakteristik arang aktif yang dihasilkan, mendapatkan konsentrasi H 3 PO 4 dan waktu aktivasi arang aktif. Proses pembuatan arang aktif dilakukan dengan menggunakan retort kapasitas kg arang yang dilengkapi dengan pemanas listrik pada suhu 7 C, dan mengaplikasikan arang aktif terbaik pada pemurnian minyak goreng curah dan minyak goreng bekas. Analisis karakteristik kualitas arang aktif menunjukkan bahwa penggunaan konsentrasi H 3 PO 4 dan waktu aktivasi hanya berpengaruh pada rendemen, daya serap terhadap larutan yodium, daya serap terhadap uap benzena dan daya serap terhadap uap kloroform. Taraf perlakuan yang dapat menghasilkan arang aktif dengan kualitas terbaik yaitu konsentrasi H 3 PO 4 % dan waktu aktifasi selama 2 menit. Kombinasi taraf perlakuan ini menghasilkan arang aktif dengan rendemen 74,2%, kadar air 4,7%, kadar zat terbang 9,4%, kadar abu 4,37%, kadar karbon terikat 86,23, daya serap terhadap larutan yodium 938,4 mg/g, daya serap terhadap uap benzena 8,8%, dan daya serap terhadap uap kloroform 33,3%. Arang aktif hasil produksi mampu menurunkan kadar asam lemak bebas, menurunkan bilangan peroksida dan meningkatkan kejernihan minyak goreng curah dan minyak goreng bekas. Taraf perlakuan terbaik untuk menjernihkan minyak goreng curah dan minyak goreng bekas yaitu pada konsentrasi arang aktif % dan waktu kontak jam, mampu meningkatkan kejernihan minyak goreng curah 9,9% dan minyak goreng bekas 7,2%, menurunkan kadar asam lemak bebas pada minyak goreng curah,2% dan minyak goreng bekas,37% serta menurunkan bilangan peroksida pada minyak goreng curah mg O 2 /g dan minyak goreng bekas 7,6 mg O 2 / g. Kata kunci : Limbah pembalakan kayu puspa, arang aktif, benzena, yodium, minyak goreng. 2

I. PENDAHULUAN Laju penurunan luasan hutan terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini berkorelasi positif dengan berkurangnya sumber daya yang dihasilkan dari hutan terutama kayu, kondisi demikian menuntut pemanfaatan kayu secara menyeluruh, efektif dan efisien. Dipilihnya limbah pembalakan hutan tanaman produksi untuk bahan baku pada pembuatan arang dan arang aktif didasarkan atas potensinya yang cukup banyak. Limbah pembalakan sampai batas diameter cm di lahan kering dengan sistem komersial adalah 39%, dengan demikian kayu bulat yang dapat dimanfaatkan dari pohon yang ditebang adalah 6%. Apabila produksi kayu bulat rata-rata dari hutan sebesar 22 juta m 3 /tahun, maka limbah kayu yang tinggal di hutan yaitu 4 juta m 3 /tahun (Dulsalam et al., 2). Limbah pembalakan kayu sebesar tersebut apabila tidak dimanfaatkan dapat menimbulkan kerugian dalam bentuk pemborosan areal hutan yang dipanen, berkurangnya pendapatan dan adanya volume kayu yang terbuang. Arang aktif adalah arang yang bersifat adsorptif dengan daya serap mencapai 3 7 kali dari daya serap arangnya. Arang aktif mampu menyerap anion, kation dan molekul dalam bentuk senyawa organik dan anorganik berupa larutan dan gas sehingga digunakan sebagai adsorben polutan berkadar rendah pada produk-produk industri makanan, minuman dan farmasi. Proses pembuatan arang aktif pada prinsipnya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara kimia dan oksidasi gas. Pada pembuatan arang aktif, mutu yang dihasilkan sangat bergantung dari bahan baku yang digunakan, bahan pengaktif dan cara pengaktifannya. Salah satu cara untuk menaikkan aktifitas daya serap adalah dengan menggunakan bahan kimia seperti CaCl 2, MgCl 2, ZnCl 2, KCl, NaCl dan H 3 PO 4 serta garam mineral lainnya. Untuk aktifitas yang menggunakan gas pengoksida dapat digunakan uap air, gas CO 2, N 2, O 2 dan gas pengoksida lainnya (Guerrero, 97). Beberapa sifat yang mempengaruhi adsorpsi arang aktif adalah : sifat fisika kimia adsorben seperti ukuran pori, kehalusan dan komposisi kimia permukaan arang aktif, sifat fisika kimia adsorbat seperti ukuran dan polaritas molekul, sifat fase cair seperti ph dan suhu serta lamanya proses adsorpsi berlangsung. 3

II. METODOLOGI A. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah pembalakan kayu puspa (Schima wallichii) yang mempunyai diameter < 8 cm, bahan kimia yang digunakan diantaranya adalah asam fosfat sebagai pengaktif arang, kalium yodida, yodium, natrium tiosulfat, benzena, kloroform digunakan untuk menentukan kualitas arang aktif, yaitu daya serap terhadap larutan dan gas. Peralatan yang digunakan diantaranya adalah tungku drum hasil modifikasi, desikator, ph meter, oven dan tanur untuk menentukan kadar air, abu, karbon dan zat terbang, serta retort untuk aktivasi arang skala pilot kapasitas,6 m 3. B. Metode. Pembuatan arang dangan tungku drum hasil modifikasi Limbah pembalakan hutan produksi kayu puspa yang mempunyai diameter kurang dari 8 cm, diarangkan dalam tungku drum hasil modifikasi, tungku tersebut terbuat dari drum bekas pakai (Gambar ). Tungku drum terdiri dari 4 bagian yaitu badan drum yang dibuka salah satu ujungnya, tutup kiln atas, cerobong asap dan lubang-lubang udara pada bagian bawah drum. Lubang-lubang udara pada bagian bawah drum berfungsi sebagai tempat pembakaran pertama. Limbah industri pengolahan kayu dipotong-potong dengan ukuran panjang maksimum 2 cm, lalu dimasukkan ke dalam tungku drum dan ditata sedemikian rupa, kemudian dinyalakan dengan cara membakar bagian lubang udara dengan umpan bakar ranting-ranting kayu. Sesudah bahan baku menyala dan diperkirakan tidak akan padam maka tungku ditutup dan cerobong asap dipasang. Pengarangan dianggap selesai apabila asap yang keluar dari cerobong menipis dan berwarna kebiru-biruan, selanjutnya kiln diturunkan sejajar dengan tanah dan cerobong asap ditutup dengan kertas atau kain yang sebelumnya dibasahi dengan air. 4

4cm 4cm Φcm 9cm lubang udara (air inlet) Φ cm Gambar. Tungku arang dari drum oli yang modifikasi Figure. Charcoal kiln from modification of drum oil 2. Pembuatan arang aktif dengan retort produksi skala semi pilot Arang dari limbah pembalakan kayu puspa dibuat ukuran, x x cm kemudian dimasukan ke dalam retort semi pilot (kapasitas,6 m 3 ), selanjutnya dipanaskan pada suhu 7 C.Untuk mempercepat naiknya suhu di dalam retort, sewaktuwaktu dialirkan udara dari kompresor. Apabila suhu telah tercapai, dialirkan uap air panas dari steam boiler selama 6 dan 2 menit pada tekanan 4 bar dengan laju alir, - 2, m/s yang sebelumnya melewati ruang pemanas (free heater) pada suhu 4 C (Gambar 2).

3. Pengujian kualitas arang aktif Arang aktif yang dihasilkan diuji kualitasnya berdasarkan Standar Nasional Indonesia (Anonim, 99), yang meliputi penetapan kadar air, abu, zat terbang, karbon, daya serap terhadap uap benzena, kloroform dan larutan yodium, sedang-kan untuk pengujian pemurnian minyak goreng curah dan minyak goreng bekas berdasarkan Standar Nasional Indonesia (Anonim,996). 4. Pemurnian minyak Arang aktif dicuci dengan air destilata sampai diperoleh filtrat yang netral, kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu C selama 3 jam. Minyak curah dan minyak bekas yang akan dimurnikan dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak gram dan dipanaskan dengan penanggas air pada suhu C. Setelah minyak mencapai suhu 7 8 C, kemudian sejumlah arang aktif konsentrasi,, dan % dari berat minyak, dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi minyak goreng curah dan minyak goreng bekas. Selanjutnya contoh minyak tersebut diaduk selama, 3, dan jam, kemudian contoh minyak dipisahkan dari arang aktif dengan cara penyaringan menggunakan kertas saring tak berabu. C. Pengolahan data Pengolahan data menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial (3x3) dengan 2 kali ulangan. Model umum rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut : Y ijk = µ + A i + B j + AB ij + Σ ijk Keterangan : Y ijk = Variabel yang diukur µ = Nilai tengah pengamatan A i B j AB ij Σ ij = Nilai pengaruh faktor konsentrasi H 3 PO 4 pada taraf ke-i = Nilai pengaruh faktor waktu aktivasi pada taraf ke-j = Nilai pengaruh interaksi faktor konsentrasi H 3 PO 4 pada taraf ke-i dengan faktor waktu ke-j = Nilai galat percobaan yang mendapat taraf ke-i faktor konsentrasi arang aktif dan taraf ke-j faktor waktu aktivasi pada ulangan ke-k. 6

Arang dari limbah pembalakan kayu puspa (Charcoal from logging waste for puspa wood) Perendaman dalam larutan H 3 PO 4 (Immersed in H 3 PO 4 ) Pengeringan udara (Air drying) Aktivasi pada suhu 7 C (Activation in temperature 7 C) Arang aktif (activated charcoal) Uap air panas dari steam boiler (Hot steam from steam boiler) Pengujian arang aktif (Activated charcoal testing) Kemasan arang aktif (Activated charcoal package) Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan arang aktif Figure 2. Flow diagram of activated charcoal manufacture 7

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rendemen Arang Aktif Rendemen yang dihasilkan pada pembuatan arang aktif dari bahan baku arang limbah pembalakan kayu puspa berkisar antara 6,93-86,3% (Tabel ). Berdasarkan perhitungan sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi H 3 PO 4 dan waktu aktivasi berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen arang aktif, sedangkan interaksi antara konsentrasi H 3 PO 4 dengan waktu aktivasi tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen arang aktif. Rendemen tertinggi dihasilkan oleh arang yang direndam dengan bahan pengaktif H 3 PO 4 % tanpa dialiri uap air panas yaitu sebesar 86,3%, sedangkan rendemen terendah dihasilkan oleh arang yang tanpa direndam dengan bahan pengaktif H 3 PO 4 dengan waktu laju alir uap air panas selama 2 menit yaitu sebesar 6,93%. Rendahnya rendemen pada pembuatan arang aktif ini, disebabkan oleh senyawa karbon yang terbentuk dari hasil penguraian selulosa dan lignin mengalami reaksi pemurnian dengan uap air yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa non karbon yang melekat pada permukaan arang. Namun demikian karena reaksi yang terjadi secara radikal maka atom C yang terbentuk akan bereaksi kembali dengan atom O dan H membentuk CO, CO 2, CH 4, sehingga rendemen arang aktif yang dihasilkan akan lebih rendah. B. Kadar Air Kadar air arang aktif hasil produksi berkisar antara 3,33 6,% (Tabel ). Kadar air terendah (3,33%) terdapat pada arang yang direndam dengan H 3 PO 4 %, tanpa diaktivasi dengan uap air panas, sedangkan nilai kadar air tertinggi (6,%) dihasilkan pada arang yang tidak direndam dalam larutan H 3 PO 4, lama waktu aktivasi dengan uap air panas 2 menit. Angka kadar air ini memenuhi Standar Nasional Indonesia (Anonim, 99), karena kadar airnya kurang dari %. Berdasarkan perhitungan sidik ragam (Tabel 3) diketahui bahwa perlakuan konsentrasi H 3 PO 4, waktu aktivasi dan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air arang aktif yang dihasilkan. Apabila hasil ini dibandingkan dengan arang aktif komersial sebesar 2,83%, maka kadar air hasil penelitian masih lebih rendah. 8

Rendahnya kadar air ini menunjukkan bahwa kandungan air bebas dan air terikat yang terdapat dalam bahan telah menguap selama proses karbonisasi. Sebaliknya untuk kadar air yang tinggi lebih disebabkan oleh sifat higroskopis arang aktif, dan juga adanya molekul uap air yang terperangkap di dalam kisi-kisi heksagonal arang aktif terutama pada proses pendinginan. Tabel. Sifat kimia arang aktif dari limbah pembalakan kayu puspa (Schima wallichii) Table. The chemical properties from logging waste of puspa (Schima wallichii) wood No. H 3 PO 4 (%) Waktu aktivasi (Activation times), minutes Rendemen (Yield),% Air (Moisture) Kadar (Content),% Abu (Ash) Zat terbang (Volatile) Karbon terikat (Fixed carbon) 7,86,3 4,8 9,94 8,24 2 6 67,7,7 2,86,6 86,49 3 2 6,93 6, 3,9 9,6 87,3 4 2, 77,,8 4,33 9,2 86,47 2, 6 67,69, 3,26 9,3 87,22 6 2, 2 63,, 3,9 9,79 86,62 7 86,3 3,33 6,3 9,3 84,39 8 6 83,8 3,8 4,4 9,6 86,3 9 2 74,2 4,7 4,37 9,4 86,23 -Standar Nasional Indonesia (SNI) - - Maks. Maks. Maks. 2 Min. 6 -Arang aktif komersial (Commercial activated charcoal) - - 2,87,7 48,67 46,6 C. Kadar Abu Kadar abu arang aktif yang dihasilkan berkisar antara 2,86 6,3% (Tabel ). Nilai kadar abu yang dihasilkan semuanya memenuhi standar Indonesia (Anonim, 99) yaitu maksimal %. Berdasarkan perhitungan sidik ragam ter-nyata semua perlakuan dan interaksinya tidak ada yang berpengaruh terhadap kadar abu yang dihasilkan (Tabel 3). Kadar abu tertinggi (6,3%) dihasilkan oleh arang yang 9

direndam H 3 PO 4 %, tanpa diaktivasi dengan uap air panas dan kadar abu terendah (2,86%) dihasilkan oleh arang yang tidak direndam H 3 PO 4 dengan lama waktu aktivasi uap air panas 6 menit. Tingginya kadar abu dalam arang aktif yang dihasilkan dapat mempengaruhi daya serap, karena pori arang aktif akan terisi oleh mineral-mineral logam yang merupakan komponen utama dalam abu seperti K, Na, Ca dan Mg, (Pari et al., 26), peningkatan kadar abu ini menunjukkan adanya proses oksidasi lebih lanjut terutama dari partikel halus. Namun demikian apabila dibandingkan dengan hasil penelitian Hendra (26), maka kadar abunya tidak jauh berbeda antara 4,,%. D. Kadar Zat Terbang Kadar zat terbang arang aktif berkisar antara 9,6,6% (Tabel ). Nilai kadar zat terbang yang dihasilkan ini semuanya memenuhi Standar Nasional Indonesia (Anonim, 99), karena nilai kadar zat terbangnya tidak lebih dari 2%, Berdasarkan perhitungan sidik ragam (Tabel 3), menunjukkan bahwa konsentrasi H 3 PO 4, waktu aktivasi dan interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai kadar zat terbang arang aktif yang dihasilkan. Kadar zat terbang tertinggi (,6%) dihasilkan oleh arang yang tidak direndam H 3 PO 4, dengan lama waktu aktivasi uap air panas 6 menit, sedangkan kadar zat terbang yang terendah (9,6%) dihasilkan oleh arang yang direndam H 3 PO 4 % dengan waktu aktivasi uap air panas selama 6 menit. Tinggi rendahnya kadar zat terbang yang dihasilkan menunjukkan bahwa permukaan arang aktif masih ditutupi oleh senyawa non karbon yang menempel pada permukaan arang aktif terutama atom H yang terikat kuat pada atom C pada permukaan arang aktif dalam bentuk C(H 2 ), sehingga mempengaruhi kemampuan daya serapnya. Apabila hasil ini dibandingkan dengan hasil penelitian Pari et al., (26) maka kadar zat terbangnya tidak jauh berbeda antara 6,8,7%. E. Kadar Karbon Terikat Karbon terikat arang aktif yang berkisar antara 84,39 87,3% (Tabel ). Kadar karbon terikat yang dihasilkan ini semuanya memenuhi Standar Nasional Indonesia (Anonim, 99), karena kadar karbonnya lebih 6%. Berdasarkan perhitungan sidik ragam ternyata semua perlakuan konsentrasi H 3 PO 4, waktu aktivasi dan interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap nilai

kadar karbon terikat arang aktif yang dihasilkan (Tabel 3). Kadar karbon tertinggi (87,3) dihasilkan oleh arang yang tidak direndam H 3 PO 4, dengan lama waktu aktivasi uap air panas 2 menit, sedangkan kadar karbon terikat terendah (84,39%) dihasilkan oleh arang yang direndam H 3 PO 4 % tanpa diaktivasi dengan uap air panas. Tinggi rendahnya kadar karbon terikat yang dihasilkan dipengaruhi oleh kandungan kadar zat terbang dan abu arang aktif, semakin besar nilai kadar zat terbang dan kadar abu maka kadar karbon terikat arang aktif semakin rendah, sebaliknya semakin rendah nilai zat terbang dan kadar abu arang aktif maka nilai kadar karbon terikat akan semakin tinggi, selain itu juga dipengaruhi oleh kandungan selulosa dan lignin yang dapat dikonversi menjadi atom karbon (Pari, 24). Tabel 2. Daya serap arang aktif dari limbah pembalakan kayu puspa Table 2. Adsorption capacities from logging waste of puspa wood No. H 3 PO 4 (%) Waktu aktivasi (Activation times), minutes Daya serap (Adsorption capacities) Benzena (Benzene), % Kloroform (Chloroform) % Yodium (Iodine),mg/g 9,8 2,46 83,3 2 6,22 7,6 699,8 3 2 2,74 2,3 734,84 4 2,,4 3,2 633,2 2, 6,62,2 78,7 6 2, 2,7 3,67 74,92 7 3, 2,7 7,78 8 6 6,48 26,72 833,94 9 2 8,8 33,3 938,4 SNI 2-7 Arang aktif komersial (Commercial activated charcoal) 2,78 8,9 643

F. Daya Serap Terhadap Benzena Daya serap arang aktif terhadap uap benzena berkisar antara 9,8 8,8% (Tabel 2). Daya serap arang aktif terhadap uap benzena yang dihasilkan ini belum memenuhi syarat standar Indonesia (Anonim, 99) karena daya serapnya kurang dari 2%. Berdasarkan perhitungan sidik ragam (Tabel 3), menunjukkan bahwa konsentrasi H 3 PO 4 dan waktu aktivasi berpengaruh sangat nyata terhadap daya serap uap benzena, sedangkan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata. Daya serap uap benzena tertinggi (8,8%) dihasilkan oleh arang yang direndam H 3 PO 4 % dengan lama waktu aktivasi uap air panas 2 menit dan daya serap terendah (9,8%) dihasilkan oleh arang yang tanpa direndam dan tanpa diaktivasi dengan uap air panas. Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian Pari et al. (26) yaitu arang aktif yang terbuat dari arang kulit kayu acacia mangium sebesar 9,22 6,2%, hasilnya masih lebih baik. Rendahnya daya serap ini menunjukkan bahwa masih terdapatnya senyawa non karbon yang menempel pada permukaan arang aktif terutama atom H dan O sehingga permukaan arang aktifnya lebih bersifat non polar. G. Daya Serap Terhadap Kloroform Daya serap arang aktif terhadap uap kloroform berkisar antara 2,46 33,3% (Tabel 2). Daya serap terhadap uap kloroform terendah dihasilkan oleh arang yang tanpa direndam dalam larutan H 3 PO 4 dan tanpa diaktivasi dengan uap air panas (2,46%), sedangkan daya serap terhadap uap kloroform tertinggi (33,3%) dihasilkan oleh arang yang direndam dalam larutan H 3 PO 4 % dengan waktu aktivasi uap air panas selama 2 menit. Hasil perhitungan sidik ragam (Tabel 3), menunjukkan bahwa konsentrasi H 3 PO 4 dan waktu aktivasi berpengaruh sangat nyata terhadap daya serap uap kloroform yang dihasilkan, sedangkan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap daya serap uap kloroform yang dihasilkan. Angka daya serap terhadap uap kloroform ini tidak memenuhi standar Departemen Kesehatan di dalam Sudrajat dan Salim (994), karena daya serapnya kurang dari 4 %. Apabila hasil ini dibandingkan dengan arang aktif komersial maka arang aktif hasil produksi mutunya masih lebih baik. Rendahnya daya serap ini disebabkan oleh terdapatnya gugus P 2 O hasil dekomposisi H 3 PO 4 yang menempel dan terikat pada permukaan arang aktif sehingga lebih bersifat polar. 2

Tabel 3. Ringkasan sidik ragam sifat arang aktif dari limbah kayu puspa Table 3. Summarized analysis of variance on properties of waste puspa wood No. Sifat (Properties) Perlakuan (Treatment) Kuadrat tengah (Mean square) F-hitung (F-calculated). Rendemen (Yield),% A B AB 344,2 27,3 6,6 28,2 ** 7, **,4 2. Kadar air (Moisture content),% A B AB 6,24,4,2,78,,6 3. Kadar abu (Ash content),% A B AB 4,2 4,73,23,2,2,6 4. Kadar zat terbang (Volatile matter),% A B AB,,,3,4,,. 6. Kadar karbon terikat (Fixed carbon),% Daya serap benzena (Adsorptive capacity of benzene),% A B AB A B AB 2, 3,,6 43,9 3,39,4,6,,2 36,8 ** 26,3 **,22 7. Daya serap kloroform (Adsorptive capacity of chloroform),% A B AB 6,99 2, 23,37 26,8 ** 4,62 ** 3,78 * 8. Daya serap yodium (Adsorptive capacity of iodine), mg/g A B AB 2636 4283 277 9,3 ** 7,43 *,36 Keterangan (Remarks) : A = Perlakuan waktu aktivasi (Activation time treatment), B = Konsentrasi H 3 PO 4 (Concentration of H 3 PO 4 ), AB = Interaksi (Interaction), ** = Sangat nyata (Highly significant), * = Nyata (Significant). 3

H. Daya Serap Terhadap Yodium Daya serap arang aktif terhadap larutan yodium berkisar antara 83,3 938,4 mg/g (Tabel 2). Daya serap terhadap yodium tertinggi dihasilkan oleh arang yang terlebih dahulu direndam dalam H 3 PO 4 % dengan waktu aktivasi uap air panas selama 2 menit sebesar 938,4 mg/g, sedangkan daya serap arang aktif terendah (83,3 mg/g) dihasilkan oleh arang yang tidak menggunakan perlakuan perendaman dan aktivasi dengan uap air panas. Berdasarkan perhitung-an sidik ragam menunjukkan bahwa, konsentrasi H 3 PO 4 berpengaruh sanyat nyata terhadap daya serap yang dihasilkan, sedangkan waktu aktivasi uap air panas berpengaruh nyata. Interaksi antara konsentrasi H 3 PO 4 dengan waktu aktivasi uap air panas memberikan respon tidak berpengaruh nyata terhadap daya serap yang dihasilkan (Tabel 3). Tinggi rendahnya daya serap arang aktif ter-hadap larutan yodium ini menunjukkan diameter pori arang aktif yang berukuran Angstrom (Å) banyak. Nilai daya serap tertinggi (Tabel 2) memenuhi Standar Nasional Indonesia (Anonim, 99), yaitu sebesar 7 mg/g akan tetapi tidak memenuhi standar Jepan yaitu sebesar mg/g. Rendahnya daya serap ini menunjukkan bahwa perlakuan aktivasi terhadap bahan belum cukup untuk membuka pori-pori arang. Apabila dibandingkan dengan daya serap yodium komersial sebesar 643 mg/g maka daya serap hasil penelitian masih lebih baik. Peningkatan daya serap ini memperlihatkan bahwa atom karbon yang membentuk kristalit heksagonal makin banyak sehingga celah atau pori yang terbentuk diantara lapisan kristalit juga makin besar. Hasil ini sesuai dengan Yue et al., (23) yang menyimpulkan bahwa adanya senyawa P 2 O hasil dekomposisi H 3 PO 4 yang terperangkap di dalam arang akan menimbulkan struktur mikropori dan mesopori pada struktur bagian dalam, selain itu semakin tinggi konsentrasi H 3 PO 4 juga menghasilkan struktur mesopori yang mempunyai luas permukaan dan volume pori yang besar (Baquero et al., 23). I. Pemurnian Minyak dengan Arang Aktif Pemurnian minyak goreng dengan arang aktif yang dihasilkan, indikator yang diuji dalam menilai kualitas minyak yaitu bilangan asam, bilangan perok-sida dan kejernihan. Kadar asam lemak minyak goreng curah setelah direaksikan dengan arang aktif yang dihasilkan berkisar antara,9,2%, memenuhi standar kualitas minyak goreng (Anonim, 99) yaitu maksimal,3%, sedangkan minyak goreng bekas berkisar antara,22,37% (Tabel 4) belum me-menuhi standar minyak 4

goreng. Semua minyak goreng curah maupun minyak goreng bekas yang direaksikan dengan arang aktif pada berbagai taraf perlakuan menghasilkan kadar asam lemak bebas lebih kecil dari kontrol. Bilangan peroksida minyak goreng curah setelah direaksikan dengan arang aktif berkisar antara 7,9, mg O 2 / g, sedangkan minyak goreng bekas setelah direaksikan dengan arang aktif berkisar antara 3,9 7,6 mg O 2 / g, belum memenuhi standar minyak goreng (Anonim, 99) yaitu maksimal mg O 2 / g. Pengukuran kejernihan minyak goreng dilakukan pada panjang gelombang µm, semakin besar % transmisi yang terbaca berarti semakin banyak cahaya yang dapat dilewatkan, hal ini menunjukkan bahwa minyak goreng semakin jernih. Minyak goreng curah setelah dijernihkan dengan arang aktif berkisar antara 9,9 93,4% jika dibandingkan dengan kontrol (88,7%) masih lebih jernih, sedangkan minyak goreng bekas berkisar antara 7,2 77,% masih dibawah kontrol minyak goreng curah akan tetapi ada peningkatan dari kontrol minyak goreng bekas (Tabel 4). VI. KESIMPULAN Mutu arang aktif terbaik dihasilkan dari arang yang direndam asam fosfat % dengan lama waktu aktivasi 2 menit, menghasilkan rendemen sebesar 74,2%, kadar air 4,7%, kadar abu 4,37%, kadar zat terbang 9,4%, kadar karbon terikat 86,23%, daya serap terhadap uap benzen 8,8%, daya serap terhadap uap kloroform 33,3% dan daya serap terhadap larutan yodium sebesar 938,4 mg/g. Arang aktif terbaik tersebut kurang efektif untuk memulihkan warna dan bilangan peroksida minyak goreng bekas, akan tetapi efektif untuk menurunkan kadar asam lemak bebas minyak goreng curah maupun minyak goreng bekas dan penurunan bilangan peroksida minyak goreng curah serta meningkatkan kejernihan pada minyak goreng curah. Taraf perlakuan terbaik untuk menjernihkan minyak goreng curah dan bekas yaitu pada konsentrasi % dan waktu kontak 6 menit.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 99. Arang Aktif Teknis. Dewan Standarisasi Nasional Indonesia, Jakarta. SNI 6-373-9. ---------. 99. Minyak goreng. Dewan Standarisasi Nasional Indonesia, Jakarta. SNI -374-9. ---------. 996. Arang Aktif untuk Pemurnian Minyak Makan. Dewan Standarisasi Nasional Indonesia, Jakarta. SNI 6-4246-96. ---------. 967. Testing method for activated carbon. Japanese Standard Association, Tokyo. JIS K-474-67. Baquero, M.C., G. Giraldo, L. Moreno, J.C. Garcia, F.S. Alonso, A.M. and J.M.D. Tascon. 23. Activated carbons by pyrolysis of coffee bean husks in presence of phosphoric acid. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis. (7): 779-784 Dulsalam, D. Tinambunan, I. Sumantri, M. Sinaga. 2. Peningkatan efisiensi pemungutan kayu sebagai bahan baku industri. Proseding Lokakarya Penelitian Hasil Hutan. p.9 39. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor. Guerrero, A.E. and L.A. Reyes. 97. Preparation of activated carbon from coconut cor dust. Coconut research and development. Vol 3. United Coconut Association of The Philppines Inc. Manila. Hendra, Dj. 26. Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa Sawit dan Serbuk Kayu Gergajian Campuran. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 24 (2) : 7-32. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor. Pari, G. 24. Kajian struktur arang aktif dari serbuk gergaji kayu sebagai adsorben emisi formaldehida kayu lapis. Desertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak diterbitkan. Pari, G., Dj. Hendra, R.A. Pasaribu. 26. Pengaruh lama waktu aktivasi dan konsentrasi asam fosfat terhadap mutu arang aktif kulit kayu Acacia mangium. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 24 () : 33 46. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor. Sudradjat, R., S. Soleh. 994. Petunjuk Teknis Pembuatan Arang Aktif. Puslibang Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan, Bogor. Yue, Z., Economy, J., and C.L. Mangun. 23. Preparation of fibrous porous materials by chemical activation 2. H 3 PO 4 activation of polymer coated fibers. Carbon 4: 89-87. 6

Tabel 4. Data sifat fisiko kimia minyak goreng Table 4. Fisiko chemical properties frying oils Jenis bahan (Raw materials) Konsentrasi arang aktif (Activated charcoal concentration), % Waktu kontak (Contact time), jam (Hours) Sifat fisika kimia minyak goreng (Fisiko chemical properties frying oils) FFA (Free fatty acid) % PV (Peroxyde value) mg O 2 /g Kejernihan (Adsorption) %,2, 9,9,2 8,39 92,4, 8,8 92,3 Minyak goreng 3,2 8,8 92, curah 3, 8,79 92,7 (Fresh frying 3,9 8, 93,4 oils),, 8,79 8,4 92,6 93,,9 7,9 93,4 Kontrol (Control),4,4 88,7,37 7,6 7,2,33 6,39 72,7,27 6,4 72,9 Minyak goreng 3,33 6, 7,3 bekas 3,27,9 7, (Used frying 3,27,9 7, oils),29,3 6,4,9 76, 7,3,2 3,9 77, Kontrol (Control),62 9,99 6,9 7

Tabel. Rekapitulasi penjernihan minyak goreng curah. Table. Recapitulation of adsorption fresh frying oils Perlakuan (Treatments) Kadar asam lemak bebas (Free fatty acid content) % Bilangan peroksida (Peroxyde value) mg O 2 / g Kejernihan (Adsorption) % kw,23,2,398 9,6 9. 9.4 kw3,23,22 9,6 7,992 93.9 9.2 kw,,2 9,92 7,99 92.2 93. kw,2,2 7,93 9,94 92.3 92. kw3,23,82 9,96 7,992 92. 93. kw,3, 9,6 7,99 92.3 93.8 kw,2,3 8,79 8,8 92.4 92.2 kw3,3,82 6,396 9,94 94. 92.4 kw,,8 7,992 6,396 93. 93.3 Control,44,4 88.7 Keterangan (Remarks) : k = Konsentrasi arang aktif (Activated carbon concentration) %, k = Konsentrasi arang aktif (Activated carbon concentration) %, k = Konsentrasi arang aktif (Activated carbon concentration) %, w = Waktu kontak (Contact time) jam, w3 = Waktu kontak (Contact time) 3 jam, w = Waktu kontak (Contact time) jam. 8

Tabel 6. Rekapitulasi data penjernihan minyak goreng bekas. Table 6. Recapitulation of adsorption use frying oils Perlakuan (Treatments) Kadar asam lemak bebas (Free fatty acid content) % Bilangan peroksida (Peroxyde value) mg O 2 / g Kejernihan (Adsorption) % kw,487,246 8.4 6.8 7. 72. kw3,46,246.2 6.8 76.3 74.4 kw,369,2 6.8 6. 74.2 78. kw,49,64.88 7.82 7. 7. kw3,384,64.9.94 74.8 7. kw,387,2.8.88 78.6 72. kw,36,84.2 7.96 7. 7.3 kw3,326,2.9.88 77. 74. kw,286,64.88.99 78.9 7.4 Control,6 9.988 6.9 Keterangan (Remarks) : k = Konsentrasi arang aktif (Activated carbon concentration) %, k = Konsentrasi arang aktif (Activated carbon concentration) %, k = Konsentrasi arang aktif (Activated carbon concentration) %, w = Waktu kontak (Contact time) jam, w3 = Waktu kontak (Contact time) 3 jam, w = Waktu kontak (Contact time) jam. 9

CONTOH Lembar abstrak UDC (USDC) 63*86 Djeni Hendra Pembuatan arang aktif dari limbah pembalakan kayu puspa dengan teknologi produksi skala semi pilot. J. Penelt. Has. Hut....27, Vol...No. Halm.. Pada pembuatan arang aktif ini digunakan perlakuan konsentrasi asam fosfat dan waktu aktivasi terhadap kualitas arang aktif yang dihasilkan yaitu rendemen, kadar air, abu, zat terbang, karbon terikat, daya serap terhadap yodium, benzene dan kloro-form. Arang aktif yang dihasilkan diaplikasikan terhadap pemurnian minyak goreng curah dan minyak goreng bekas. Kata kunci : Limbah pembalakan kayu puspa, arang aktif, benzene, yodium, minyak goreng UDC (USDC) 63*86 Djeni Hendra The manufacture of activated charcoal from logging waste of wood implementing production technology in semi pilot scale Forest Product Research J... 27, Vol... No. Pg.. The manufacture of activated charcoal was using H 3 PO 4 solution particular concentration and impasing activation for certain duration. The resulting activated charcoal revealed its specific characteristics in term of yield, moisture content, ash content, volatile matter, fixed carbon, and adsorptivity on iodine, benzene, end chloroform. This activated charcoal can be used for furifying of fresh ans used frying oil. Keywords : Logging waste of puspa wood, activated carbon, benzene, iodine, fresh And used frying oils 2