PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 11 TAHUN 1991 TENTANG PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG LABORATORIUM PEMBINAAN DAN PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 1991

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 14 TAHUN 1991

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 1991 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DALAM WILAYAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG

PEftATÜRAN DAERAH. PROPINSJ DÁjE«Á^,$í$GKAT I, NUSA tenggara TIMUR NOMOR 11 JAHUN 1996 PEMERÍKSAAN MÜTU HASIL.PERIKANAN

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 1994 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR : 7 TAHUN 2000 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2000 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PENGIRIMAN / SURAT KETERANGAN ASAL (SKA) HASIL PERIKANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 37 TAHUN 2000 TENTANG PENGUJIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK PADA LABORATORIUM HASIL PERIKANAN DI KABUPATEN KUTAI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT. No SERI B PERATURAN DAERAH TINGKAT I PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 11 TAHUN 1991

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 22 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 15 TAHUN : 1997 SERI : C NOMOR : 10

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG SURAT IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1991 TENTANG TERMINAL KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II G R E S I K PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 30 TAHUN 1997 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 23 TAHUN 1997 SERI B.8

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 06 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 3 TAHUN 1990 TENTANG PAJAK RUMAH BOLA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR : 7 TAHUN 1989 (7/1989)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta )

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 2 TAHUN 1990 TENTANG PAJAK POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah;

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

- 1 - BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SLEMAN

PERATURAN DAERAH. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah;

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 12 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN ATAU PEMERIKSAAN MUTU HASIL PERIKANAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 07 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT BUPATI LAMPUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 48 TAHUN : 2004 SERI : C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 08 TAHUN 2001 T E N T A N G PENGENDALIAN PENEBANGAN DAN PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA BUPATI LAMPUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG

IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : 4 Tahun 1992 Seri : A No. 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MUSI RAWAS NOMOR : 4 TAHUN 1994 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR : 9 TAHUN : 1990 SERI : A.1

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

PERIZINAN USAHA PERIKANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JAYAPURA NOMOR 11 TAHUN 1996 TENTANG USAHA OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 18 TAHUN : 1996 SERI : A NO : 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 8 Tahun 2000 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 1991 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 2 TAHUN : 1993 SERI : C.2

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 8 Tahun 2003 TENTANG : RETRIBUSI IZIN PENGENDALIAN PEMBUANGAN LEMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 SERI C.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PEMASUKKAN KAYU DARI LUAR DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG NOMOR 1 TAHUN 1997 SERI B NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PELESTARIAN SUMBER DAYA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 14 TAHUN : 2003 SERI :E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 1991 TENTANG PEMBERIAN IZIN UNDANG-UNDANG GANGGUAN ( HO )

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA DIY) NOMOR : 15 TAHUN 1987 (15/1987) TENTANG USAHA PETERNAKAN

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH Nomor : 26 Tahun 2002 seri C Nomor :4 PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 08 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 20 TAHUN : 1993 SERI :A.1

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN TOKO OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 14 TAHUN 1997 SERI C.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN : 1998 SERI : B

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG TONASE DAN PORTAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO

PERATURAN DAERAH. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PENGUSAHAAN PERIKANAN

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta) Nomor : 1 Tahun 1996 Seri: D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS


PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG PEREDARAN HASIL HUTAN DAN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU

PERATURAN DAERAH : 4 TAHUN 1991

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 11 Tahun 2000 T E N T A N G USAHA PONDOK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 47 TAHUN 2001

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERKEBUNAN

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 11 TAHUN 1991 TENTANG PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu hasil perikanan guna memanfaatkan potensi perikanan secara optimal dan melindungi masyarkat konsumen dari hal-hal yang merugikan dan membahayakan kesehatan, maka telah didirikan Laboratorium khusus bagi pengujian mutu hasil perikanan; b. bahwa untuk keperluan pengujian pada Laboratorium, sesuai dengan Surat Menteri Dalam Negeri tanggal 5 Juli 1978, Nomor Ekon. 1/10/7, dimana biaya Operasionalnya dibebankan pada APBD Provinsi Daerah Tingkat I, maka terhadap pengujian tersebut dikenakan biaya pengujian tersebut dikenakan biaya pengujian mutu; c. bahwa sehubungan dengan itu dan dalam rangka usaha menggali serta meningkatkan pendapatan daerah, maka dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Lampung tentang Pengujian Mutu Hasil Perikanan dalam Provinsi Daerah Tingkat I Lampung. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah ; 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Lampung; 3. Undang-Undang Nomor 12 Drt Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah; 4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan; 5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1962 tentang Hygenis untuk usaha-usaha bagi umum; 6. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan; 7. Peratuan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1957 tentang Penyerahan sebagian urusan Pemerintah Pusat di lapangan Perikanan Laut Kehutanan dan Karet rakyat kepada Daerah-daerah Swatantra Tingkat I; 8. Inpres Nomor 2 Tahun 1990 tentang Penyederhanaan Tata Cara Pengujian Mutu Ikan segar dan ikan beku untuk Eksport.

9. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M-04 PW.07.03 Tahun 1984 tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil; 10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1986 tentang Ketentuan Umum Mengenai Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; 11. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan tanggal 26 Januari 1977 Nomor H.II/2/I/6/77 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengelolaan Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Lampung. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG TENTANG PENGUJIAN HASIL MUTU PERIKANAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: a. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Lampung; b. Gubernur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung; c. Dinas Perkebunan adalah Dinas Perkebunan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Lampung d. Ikan adalah semua jenis ikan dan binatang lainnya serta tumbuhtumbuhan yang hidup perairan, (laut, payau dan tawar) yang akan diusahakan menjadi bahan makanan atau untuk keperluan industri maupun di perdagangkan. e. Unit pengolahan adalah suatu perusahaan baik perorangan maupun badan hukum yang bergerak di bidang pengolahan ikan. f. Hasil Perikanan adalah segala jenis ikan binatang serta tumbuhtumbuhan perairan yang akan ditangani dan atau diolah untuk dijadikan produk akhir yang dapat dipakai sebagai bahan makanan. g. Produk akhir adalah hasil akhir penanganan dan pengolahan ikan yang siap dikonsumsi/dipasarkan. h. Penanganan dan pengolahan adalah semua kegiatan untuk menghasilkan produk akhir termasuk pengumpulan, pengangkatan, pengemasan, penyimpanan dan pendistribusian.

i. Standar mutu adalah nilai suatu produk yang memenuhi persyaratan, identitas, hygine/sanitasi, kimiawi, keseragaman mengenai ukuran berat, (isi, jumlah, rupa, label dan sebagainya). j. Sertifikat untuk eksport adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh Dinas Perikanan dalam hal ini Kepala laboratorium Pengujian Mutu Hasil Perikanan, yang menerangkan bahwa suatu produk akhir yang akan dieksport telah memenuhi standar mutu. k. Pemeriksa adalah pejabat yang bertugas melaksanakan pemeriksaan serta analisa Laboratorium termasuk pengambilan contoh untuk pengujian produk akhir. BAB II PELAKSANAAN PENGUJIAN Pasal 2 Laboratorium pengujian Mutu hasil perikanan adalah unit pelaksanaan yang melaksanakan sebagian tugas pokok Dinas Perikanan Provinsi Lampung di bidang pembinaan dan pengujian mutu hasil perikanan berdasarkan Petunuk Menteri Pertanian Cq. Direktur Jenderal Perikanan. Pasal 3 Laboratorium Pengujian mutu hasil perikanan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, pengawasan terhadap fasilitas dan tehnik, pengolahan bahan baku, bahan pembantu dan menguji produk akhir hasil perikanan sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Pertanian Cq. Direktur Jenderal Perikanan. Pasal 4 (1) Setiap orang atau unit pengolahan di Provinsi Daerah Tingkat I Lampung diwajibkan memeriksa/menguji mutu hasil perikanan sebelum bahan baku, bahan pembantu dan menguji produk-produk akhir hasil perikanan sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Pertanian Cq. Direktuorat Jenderal Perikanan. (2) Pemeriksaan/pengujian tersebut dalam ayat (1) Pasal ini dilakukan oleh unit Laboratorium pembinaan dan pengujian mutu hasil perikanan. (3) Laboratorium pembinaan dan pengujian mutu hasil perikanan disamping tugasnya seperti ayat (2) pasal ini juga: a. Melaksanakan bimbingan teknis dalam segala bidang dan aspek yang berhubungan dengan mutu hasil perikanan.

b. Membina dan mengadakan pengawasan serta menguji ketelitian kerja laboratorium laboratorium unit pengolahan ikan milik pengusaha perikanan di Provinsi Lampung. (4) Cara pengambilan contoh (sampling) dan besarnya jumlah contoh (sampling size) untuk produk perikanan yang akan digunakan untuk konsumsi dan atau perdagangan luar negeri, haruslah dilakukan secara acak (at random) dengan berpedoman pada tabel sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Daerah, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini. Pasal 5 (1) Setiap produk akhir yang akan diekspor harus disertai sertifikat mutu ekspor. (2) Sertifikat mutu ekspor diberikan setelah selesai pemeriksaan/pengujian mutu produk yang dilakukan oleh pemeriksa. (3) Untuk hasil pemeriksaan/pengujian yang memenuhi standar mutu diberikan sertifikat mutu dan atau sertikat hasil pengujian. Pasal 6 Dalam rangka penerbitan sertifikat mutu ekspor unit Laboratorium mengadakan pemeriksaan pengujian terhadap produk akhir hasil pengolahan perikanan. Pasal 7 Kepala unit adalah pejabat yang berwenang menanda tangani sertifikat pengujian/sertifikat mutu ekspor berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium. BAB III BIAYA PENGUJIAN Pasal 8 (1). Setiap pemeriksaan/pengujian terhadap hasil perikanan sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1) Peraturan Daerah ini dikenakan biaya pengujian. (2). Besarnya biaya pengujian tersebut pada ayat (1) ditetapkan dengan rumus sebagai berikut satu promil (1/1000)kali harga yang tercantum dalam invoico dari produk perikanan yang di ekspor

atau satu promil kali harga patokan tertinggi kali jumlah (kg) komoditi yang akan diekspor. Untuk setiap jenis komoditi diperhitungkan dengan prosentase sebagai berikut: No Hasil Perikanan Prosentase biaya/pemeriksaan 1 Lobstar, udang segar/beku/hidup 100 % 2 Ikan segar/beku/hidup 25 % 3 Paha kodok segar/beku/hidup 50 % 4 Cumi-cumi segar/beku/hidup 25 % 5 Ikan /bekicot kaleng 20 % 6 Ubur-ubur kering/asin 20 % 7 Kepiting/kerang-kerangan 20 % hidup/segar/beku 8 Rumput laut/agar-agar 10 % 9 Ikan kering/asin 10 % 10 Kerupuk ikan/udang 20 % 11 Tepung ikan 50 % 12 Lemak/minyak ikan 20 % Pasal 9 Semua hasil pendapatan dari pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Peraturan Daerah ini merupakan Pendapatan Daerah dan sepenuhnya harus disetor ke Kas Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Lampung BAB IV UANG PERANGSANG Pasal 10 (1). Kepada instansi pemungut dan pengelola diberikan uang perangsang yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (2). Tata cara pemberian/permintaan insentif sebagaimana tersebut pada ayat (1) dilakukan berdasarkan ketentuan keuangan yang berlaku.

BAB V KETENTUAN PIDANA Pasal 11 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah). (2) Dengan tidak mengurangi ketentuan tersebut ayat (1) Pasal ini maka terhadap izin usaha perikanan yang telah diberikan oleh Gubernur Kepala Daerah dicabut kembali. BAB VI PENYIDIKAN Pasal 12 (1) Selain oleh penyidik Umum yang bertugas menyidik tindak pidana penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini berwenang: a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana. b. Melakukan tindakan pertama saat itu di tempat kejadian serta melakukan pemeriksaan. c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. d. Melakukan penyitaan benda atau surat. e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang. f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara. h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka, atau keluarganya. i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur kemudian oleh Gubernur Kepala Daerah sepanjang mengenai peraturan pelaksananya. Pasal 14 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Lampung DITETAPKAN : TELUK BETUNG PADA TANGGAL : 9 Nopember 1991 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KETUA, Dto ALIMUDDIN UMAR, SH GUBERNUR KDH TK.I LAMPUNG Dto POEDJONO PRANYOTO LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR : 11 TAHUN 1991 Untuk setiap produk perikanan yang telah dikemas dalam suatu wadah (propackaged) termasuk didalamnya komoditi hasil perikanan seperti, Lobster, udang (segar, beku), ikan (segar beku), paha kodok (segar,beku) ikan, bekicot (kaleng), ubur-ubur (kering, asin), kepiting, kerang-kerangan (segar,beku), tepung ikan, kerupuk ikan/udang dan sebagainya, besarnya jumlah contoh pengujian (samping size) adalah sebagai berikut Daftar Tingkat Pemeriksaan Pertama:

Berat bersih kemasan terkecil setara atau kurang dari 1 Kg. 4.800 kemasan/kurang 6 kemasan 1 kemasan 4.800 24.000 kemasan 13 kemasan 2 kemasan 24.801 48.000 kemasan 21 kemasan 3 kemasan 48.001 84.000 kemasan 29 kemasan 4 kemasan 84.001 144.000 kemasan 48 kemasan 6 kemasan 144.001 240.000 kemasan 84 kemasan 9 kemasan Isi lebih dari 240.000 kemasan 48 kemasan 13 kemasan Berat bersih kemasan terkecil lebih dari I Keg tetapi kurang dari 4,5 Kg 2.400 kemasan/kurang 6 kemasan 1 kemasan 2.401 15.000 kemasan 13 kemasan 2 kemasan 15.001 24.000 kemasan 21 kemasan 3 kemasan 24.001 42.000 kemasan 29 kemasan 4 kemasan 42.001 72.000 kemasan 48 kemasan 6 kemasan 72.001 120.000 kemasan 84 kemasan 9 kemasan Isi lebih dari 120.000 kemasan 126 kemasan 13 kemasan Berat bersih kemasan terkecil setara atau lebih dari 4,5 Kg 600 kemasan/kurang 6 kemasan 1 kemasan 601 2.000 kemasan 13 kemasan 2 kemasan 2.001 7.000 kemasan 21 kemasan 3 kemasan 7.001 15.000 kemasan 29 kemasan 4 kemasan 15.001 24.000 kemasan 48 kemasan 6 kemasan 24.001 42.000 kemasan 84 kemasan 9 kemasan Isi lebih dari 42.000 kemasan 126 kemasan 13 kemasan Apabila terdapat perbedaan pendapat (sanggahan) mengenai hasil pengujian diantara pihak pemilik barang dengan pihak penguji, maka kedua belah pihak dapat bersepakat mengadakan pengujian ulang dengan besar jumlah contoh menurut tingkat pemerikasan

Daftar Tingkat Pemeriksaan Ulang Berat bersih kemasan terkecil setara atau kurang dari 1 Kg 4.800 kemasan/kurang 13 kemasan 2 kemasan 4.800 24.000 kemasan 21 kemasan 3 kemasan 24.001 48.000 kemasan 29 kemasan 4 kemasan 48.001 84.000 kemasan 48 kemasan 6 kemasan 84.001 144.000 kemasan 84 kemasan 9 kemasan 144.001 240.000 kemasan 126 kemasan 13 kemasan Isi lebih dari 240.000 kemasan 200 kemasan 19 kemasan Berat bersih kemasan terkecil lebih dari I Keg tetapi kurang dari 4,5 Kg 2.400 kemasan/kurang 13 kemasan 2 kemasan 2.401 15.000 kemasan 21 kemasan 3 kemasan 15.001 24.000 kemasan 29 kemasan 4 kemasan 24.001 42.000 kemasan 48 kemasan 6 kemasan 42.001 72.000 kemasan 84 kemasan 9 kemasan 72.001 120.000 kemasan 126 kemasan 13 kemasan Isi lebih dari 120.000 kemasan 200 kemasan 19 kemasan Berat bersih kemasan terkecil setara atau lebih dari 4,5 Kg 600 kemasan/kurang 13 kemasan 2 kemasan 601 2.000 kemasan 21 kemasan 3 kemasan 2.001 7.000 kemasan 29 kemasan 4 kemasan 7.001 15.000 kemasan 48 kemasan 6 kemasan 15.001 24.000 kemasan 84 kemasan 9 kemasan 24.001 42.000 kemasan 126 kemasan 13 kemasan Isi lebih dari 42.000 kemasan 200 kemasan 19 kemasan Untuk setiap produk perikanan yang tidak dikemas dalam suatu wadah (unpropackaged) termasuk didalamnya komoditi perikanan seperti ikan segar/beku, sidat, kepiting hidup besarnya jumlah contoh (sample size) adalah sebagai berikut: Daftar Tingkat Pemeriksaan Pertama:

Berat Bersih tiap ekor ikan kurang dari 10 Kg. 8000 ekor atau kurang 3 ekor 1 ekor 8.001-14.000 ekor 5 ekor 2 ekor 14.001-24.000 ekor 8 ekor 3 ekor 24.001-40.000 ekor 14 ekor 4 ekor Lebih dari 40.000 ekor 21 ekor 5 ekor Berat Bersih tiap ekor lebih dari 10 kg, tetapi kurang dari 30 1.200 ekor atau kurang 3 ekor 1 ekor 1.201-2.100 ekor 5 ekor 2 ekor Lebih dari 2.100 ekor 8 ekor 3 ekor Berat Bersih tiap ekor lebih dari 30 kg 420 ekor atau kurang 1 ekor - Lebih dari 420 ekor 2 ekor 1 ekor Apabila terdapat perbedaan pendapat (sanggahan) mengenai hasil pengujian di antara pihak pemilik barang dengan pihak penguji, maka kedua belah pihak dapat bersepakat mengadakan pengujian ulang dengan besar jumlah contoh menurut tingkat pemeriksaan ulang. Daftar Tingkat Pemeriksaan Ulangan : Berat Bersih tiap ekor ikan kurang dari 10 Kg. 8000 ekor atau kurang 6 ekor 6 ekor 8.001-14.000 ekor 10 ekor 4 ekor 14.001-24.000 ekor 16 ekor 6 ekor 24.001-40.000 ekor 28 ekor 8 ekor Lebih dari 40.000 ekor 42 ekor 10 ekor

Berat Bersih tiap ekor lebih dari 10 kg, tetapi kurang dari 30 1.200 ekor atau kurang 6 ekor 2 ekor 1.201-2.100 ekor 10 ekor 4 ekor Lebih dari 2.100 ekor 16 ekor 6 ekor Berat Bersih tiap ekor lebih dari 30 kg 420 ekor atau kurang 2 ekor - Lebih dari 420 ekor 4 ekor 2 ekor Untuk produk perikanan yang tidak dikemas dalam suatu wadah atau (unpropackged) yang digolongkan kepada jenis produk perikanan, ikan atau kerang, rumput laut, dan uburubur asin seperti komoditi hasil perikanan ikan kering, ikan asin, ikan diawetkan lainnya, troca/lola, cumi-cumi atau sisa ikan (fish waste), tripang asin, dan tepung ikan, pengambilan contoh dan besarnya contoh atau (sampling dan sample size) adalah berasal secara acak ( at random ) dari sebanyak akat pangkat 2 dari swebesar Lot ( jumlah peti, karung, keranjang ) untuk setiap partai dan kemudian dari tiap unit hanya diambil contoh sebesar maksimum sebesar 0.5 Kg dari bagian tengah, pojok sampling atas atau yang selanjutnya dipindahkan ke kantong plastik dan di beri label, sehingga setiap kantong plastik berlabel yang berisi 0.5 Kg contoh tersebut adalah merupakan satuan contoh. Apabila terdapat perbedaan (sanggahan ) mengenai hasil pengujian diantara pihak pemilik barang dengan pihak pengujian maka kedua belah pihak dapat bersepakat mengadakan pengujian ulangan dengan besar jumlah contoh diambil seperti tersebut diatas dengan ketentuan bahwa tiap unit diambil contoh sebesar 1 Kg.

PENJELASAN ATAS PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN A. UMUM Memberikan perlindungan kepada masyarakat secara maksimal khususnya bagi konsumen Sub Sektor Perikanan adalah merupakan kewajiban Pemerintah Republik Indonesia. Perlindungan ini tidak saja diberikan kepada konsumen di dalam negeri tetapi juga konsumen di luar negeri dimana produk perikanan dari Indonesia dipasarkan. Dalam rangka meningkatkan mutu hasil perikanan secara maksimal dan melindungi masyarakat konsumen dari hal-hal yang merugikan dan membahayakan kesehatan untuk itu dipandang perlu untuk melakukan pengujian dengan menggunakan Laboratorium milik Pemerintah Daerah Tingkat I Lampung. Guna kelangsungan kegiatan itu serta untuk lebih mendorong pembangunan Sub Sektor Perikanan di Provinsi Daerah Tingkat I Lampung dipandang perlu untuk menetapkan peraturan Daerah tentang Pengujian Mutu Hasil Perikanan. B. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 1 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Cukup jelas : Cukup jela DITETAPKAN : TELUK BETUNG PADA TANGGAL : 29 Juni 1991 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KETUA, Dto ALIMUDDIN UMAR, SH GUBERNUR KDH TK.I LAMPUNG Dto POEDJONO PRANYOTO