BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang terletak pada kerongkongan dibelakang kedua ujung lipatan belakang mulut.tonsil berfungsi sebagai mencegah agar infeksi tidak menyebar keseluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasaki tubuh melalui mulut.hidung dan kerongkongan.oleh karena itu tidak jarang tonsil mengalami peradangan. Pembesaran tonsil pada anak dapat dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas atas.mulai dari mengorok waktu tidur sampai terjadi sleep apnea Apnea adalah terhentinya aliran udara melalui hidung atau mulut selama minimal 10 detik dan sindrom apnea terjadi minimal 30 kali selama 7 jam tidur.disamping ukluran tonsil.luas orofaring terutama jarak antara kedua dinding lateral faring cukup penting dalam menimbulkan sumbatan jalan napas atas.sehingg sleep apnea dapat juga terjadi pada pembesaran tonsil sedang.gejala-gejala sumbatan umumnya menghilang atau berkurang setelah tonsilektomi.abses peritonsil mempunyai kecenderungan besar untuk kambuh.sampai saat ini belum ada kesepakatan kapan tonsilektomi dilakukan pada abses peritonsil.sebagai penulis menganjurkan tonsilektomi 68 minggu kemudian mengingat kemungkinan terjadi perdarahan atau sepsis.sebagian besar lagi menganjurkan tonsilektomi segera.tindakan tonsilektomi untuk
diagnosis dilakukan bila dicurigai adanya keganasan seperti pembesaran tonsil unilateral atau adanya ulserasi. Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman,namun hal ini bukan berarti merupakan operasi minor karena tetap memerlukan keterampilan dan ketelitian yang tinggi dari operator dalam pelaksanaan.di AS karena kekhawatiran komplikasi tonsilektomi digolongkan pada operasi mayor.di Indonesia tonsilektomi digolongkan pada operasi sedang karena durasi pendek dan teknik lebih sulit. Pada awal 1960 dan 1970-an telah dilakukan 1-2 juta tonsilektomi.pada tahun 1996,diperkirakan 287.000 anak-anak dibawah 15 tahun mengalami tonsilektomi, dengan atau tanpa adenoidektomi. Dari jumlah ini.248.000 anak (86,4%) mengalami tonsiloadenoidektomi dan 39.000 lainnya (13,6%) menjalani tonsilektomi saja. Tonsilektomi merupakan suatu metode pengangkatan dari tonsil. Tonsilektomi termasuk tindakan operasi yang paling sering dilakukan dalam sejarah operasi. Tonsilektomi dalam sejarah operasi. Tonsilektomi telah dilakukan oleh dokter THT, dokter bedah umum, dokter umum, dan dokter keluarga selama lebih dari 50 tahun.namun dalam 30 tahun terakhir, kebutuhan akan adanya standarisasi teknik operasi menyebabkan pergeseran pola eksklusif dilakukan oleh dokter THT.Seiring dengan berjalannya waktu berkembang pula berbagai teknik dalam pelaksanaan tonsilektomi. Dan tonsilektomi didefinisikan sebagai metode pengangkatan tonsil, berasal dari bahasa latin tonsilia yang mempunyai arti tiang tempat mengantungkan
sepatu, serta dari bahasa Yunani ektomi yang berarti eksisi. Tonsilektomi sudah sejak lama dikenal yaitu sekitar 2000 tahun yang lalu.cornelius celsus seorang penulis dan peneliti romawi yang pertama memperkenalkan cara melepas tonsil dengan menggunakan jari dan disarankan memakai alat yang tajam, jika dengan ibu jari tidak berhasil. Tahun 1867 dikatakan bahwa sejak tahun 1000 sebelum masehi orang Indian asiatik sudah terampil dalam melakukan tonsilektomi. Frekuensi tindakan ini mulai menurun sejak ditemukannya antibiotik untuk pengobatan penyakit infeksi.tonsilektomi merupakan prosedur infeksi yang praktis dan aman, namun hal ini bukan berarti tonsilektomi merupakan operasi minor karena tetap memerlukan keterampilan dan ketelitian yang tinggi dari operator dalam pelaksanaanya. Di Amerika, tonsilektomi digolongkan operasi mayor karena kekhawatiran komplikasi, sedangkan di Indonesia tonsilektomi digolongkan sedang karena durasi operasi pendek dan tidak sulit. Di Indonesia data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi atau tonsiloadenoidektomi belum ada. Namun data yang didapatkan dari RSPNCM selama 5 tahun terakhir(1993-2003) menunjukan kecenderungan penurunan jumlah operasi tonsiloadenoidektomi dengan puncak kenaikan pada tahun kedua (275 kasus )dan terus menerus sampai tahun 2003(152 kasus)
B. TUJUAN PENULISAN Tujuan umum : 1.Mampu menerapkan masalah serta hambatan yang timbul dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tonsilitis. Tujuan khusus : 1. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan tonsilitis 2. Mampu mengelompokkan data dan menganalisa data yang didapat dari pengkajian. 3. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien tonsilitis. 4. Mampu menyusun perencanaan, intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul pada klien tonsilitis 5. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien dengan tonsilitis C. METODE TEKNIK PENULISAN Metode penulisan yang dipakai dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah deskriftif tipe studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan disajikan dalam bentuk narasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Interview / wawancara Pengumpulan data yang diperoleh melalui wawancara tatap muka antara pasien maupun keluarga pasien. 2. Observasi partisipasi Mengadakan pengamatan langsung pada pasien dan melakukan asuhan keperawatan 3. Dokumentasi Metode penyelidikan untuk memperoleh keterangan,atau inflamasi dari catatan tentang gejala / peristiwa masa lalu. 4. Literatur Dengan mempelajari buku-buku medis maupun dari internet serta jurnal perawatan yang membahas masalah yang hubungannya dengan penulisan makalah ini, sehingga, mendapat data teoritis. D. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memperoleh gambar yang jelas pada penyusunan.karya tulis ilmiah ini, penulisan menggunakan sistematika, metode, dan teknik penulisan, serta sistematika penulisan yang terdiri dari 5 bab. BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,tujuan penulisan, metode dan teknik penulisan, serta sistematik penulisan.
BABII : Tinjauan konsep dan teori yang terdiri dari pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksanan, pengkajian fokus, pathways, fokus itervensi. BAB III : Tinjauan kasus merupakan laporan kasus yang penulis ambil. BAB IV : Pembahasan dari kasus yang diambil. BAB V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Daftar pustaka Lampiran.