BAB I PENDAHULUAN. peraturan tertentu, tidak demikian dengan manusia. Manusia di atur oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. hal Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Fokusmedia, 2007, hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah akad yang sangat kuat ( mitsaqan ghalidzan) yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Allah telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, sebuah tindakan yang telah disyari atkan oleh Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian peradilan dalam beberapa bahasa seperti rechtpraak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mahluk manusia baik itu aqidah, ibadah dan muamalah, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

KAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. besar.segala hal yang menyangkut tentang perkawinan haruslah dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Dan dengan meninggalnya seseorang tersebut, maka terjadi proses

BAB I PENDAHULUAN. maka biaya ekonomi semakin tinggi yang tidak diikuti lapangan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB IV PENUTUP. atau maskawin. Nikah sirri artinya nikah secara rahasia atau dirahasiakan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. suatu dinamakan perkawinan yang diharapkan dapat berlangsung selama-lamanya,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui pernyataan bahwa manusia adalah makhluk zoonpoliticon 75, yaitu bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu di perhatikan agar perkawinan itu benar-benar berarti dalam hidup

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

A. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Perkara Perceraian Putusan. mediator yang tujuannya agar dapat memberikan alternatif serta solusi yang terbaik

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

BAB V PENUTUP A. Ikhtisar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah SWT yang pada hakikatnya sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. A. Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT dalam jenis berbeda namun berpasangan,

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga aspek muamalah, khususnya ekonomi Islam.Al-Quran secara tegas. Allah SWT berfirman dalam al-quran yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. kekal yang di jalankan berdasarkan tuntutan agama. 1. berbeda. Pernikahan juga menuntut adanya penyesuaian antara dua keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk sosial yang harus diakui keberadaanya, dalam membentuk keluarga, masyarakat dan negara. Anak juga merupakan

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap makhluk diciptakan saling berpasangan, begitu juga manusia. Jika pada makhluk lain untuk berpasangan tidak memerlukan tata cara dan peraturan tertentu, tidak demikian dengan manusia. Manusia di atur oleh beberapa ketentuan yang merupakan peraturan dalam memilih pasangan dan untuk hidup bersama pasangan, baik itu peraturan agama, adat-istiadat maupun sosial kemasyarakatan. 1 Dalam hal dan tujuan untuk hidup berpasangan inilah istilah perkawinan atau pernikahan disebutkan. Perkawinan merupakan sebuah upacara penyatuan dua jiwa manusia, menjadi sebuah keluarga melalui akad perjanjian yang diatur oleh agama. Penyatuan antara dua manusia menjadi sakral dan agung oleh sebab adanya tata cara khusus ini, setiap agama memiliki tata cara peraturan tersendiri. Kesemuanya mengacu pada satu hal yaitu bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang mulia, mempunyai karunia akal budi sehingga dalam banyak perilaku kehidupannya tidak sama dengan makhluk lain seperti halnya binatang. Perkawinan bisa dikatakan sah menurut hukum apabila sudah memenuhi syarat-syarat sah dan rukun pernikahan. Salah satu syarat sah pernikahan adalah dengan adanya pemberian mahar atau maskawin kepada calon 1 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, ( Jakarta: Kencana, 2006), h. 11-12. 1

2 mempelai puteri/calon isteri. Menurut kesepakatan para ulama, mahar adalah pemberian wajib bagi calon suami kepada calon isteri yang merupakan salah satu syarat sahnya pernikahan. 2 Sehubungan dengan praktek kebiasaan masyarakat yang mana calon mempelai pria memberikan sesuatu pada saat peminangan, yang disebut dengan tunangan, di mana Kompilasi Hukum Islam tidak membicarakannya. Pada dasarnya, pemberian semacam ini telah menjadi urf atau kebiasaan yang dianggap baik. Tentu saja, apabila tunangan tersebut berlanjut hingga perkawinan dilangsungkan, dan rumah tangga tersebut berjalan rukun damai tanpa ada gangguan badai yang memporak-porandakannya. Namun demikian adalah hal yang lumrah terjadi dalam rumah tangga kadang terjadi perselisihan. Oleh karena itu penyelesaian perselisihan atau perbedaan pendapat itu diselesaikan dengan musyawarah. 3 Di Kelurahan Titian Antui Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis yang memiliki tradisi seserahan pada saat pernikahan. Seserahan adalah penyerahan berbentuk barang bawaan dari pihak calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita pada saat sehari sebelum akad nikah berlangsung. Seserahan ini di antaranya berbentuk lemari rias, perangkat tempat tidur lengkap dengan kasur, bantal, seprai, selimut, dan alat-alat kecantikan/kosmetik dan disertai uang tunai sebagai modal pelaksanaan pesta perkawinan. 4 2 Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h.101. 3 Ibid, h. 106 4 Bapak Bambang, (Pemuka Adat Setempat), Wawancara; Tanggal 27 Oktober 2014.

3 Seserahan ini biasanya dilaksanakan sehari sebelum akad nikah dilaksanakan. Seserahan dibawa oleh pihak mempelai pria dan diberikan kepada pihak mempelai wanita. Dalam seserahan ini ada proses serah terima yakni dari pihak mempelai pria memberikan sambutan sebagai penyerahan barang seserahan dan dari pihak mempelai wanita juga ada sambutan sebagai penerima barang seserahan yang diberikan. Tradisi seserahan dalam pernikahan ini memang sudah tidak heran lagi karena sebagian besar masyarakat Sunda di Indonesia mengikuti tradisi seserahan tersebut. Akan tetapi yang menjadi menarik dan membuat penulis tertarik ingin meneliti tradisi seserahan ini terjadi proses penarikan kembali harta seserahan pasca perceraian. Harta seserahan yang sudah diberikan suami kepada isterinya pada saat pernikahan akan ditarik kembali setelah keduanya resmi bercerai. Harta seserahan tersebut akan dibagi dua, sebagian harta seserahan untuk isteri dan sebagian lagi untuk suami. Tradisi penarikan kembali harta seserahan ini dilakukan oleh sebagian masyarakat di Kelurahan Titian Antui. Kasus penarikan kembali harta seserahan pasca perceraian yang terjadi di Rt 03 Rw 01 Kelurahan Titian Antui terdapat ada 15 pasangan yang telah bercerai seperti yang di alami oleh keluarga saudara Junrico. Junrico menikah dengan saudari Rika Affriany yang berasal dari Desa Kamboja. Pada saat pernikahan Junrico membawa barang seserahan berupa pernak pernik seserahan, cincin emas dan sejumlah uang (Rp. 10.000.000,-), mengikuti adat

4 yang ada di Rt 03 Rw 01 Kelurahan Titian Antui. 5 Layaknya sebuah keluarga, Junrico dan Rika Affriany hidup rukun dan bahagia, akan tetapi beberapa bulan kemudian sendi-sendi perpecahan keluarga mulai muncul. Dari situlah awal terjadinya percekcokan yang berakhir pada perceraian. Setelah Junrico resmi bercerai dengan istrinya, barang-barang yang di bawanya pada saat seserahan di tarik kembali. Barang seserahan yang berupa uang di bagi dua, sebagian untuk mantan isteri dan sebagian lagi untuk suami. Proses penarikan di lakukan di hadapan kedua belah pihak keluarga serta di saksikan pemuka masyarakat setempat. Proses penarikan seserahan berupa uang ini sudah menjadi kebiasaan di Kelurahan Titian Antui tersebut. 6 Maka dengan adanya kasus tersebut penulis tertarik untuk meneliti tradisi penarikan kembali harta seserahan pasca perceraian yang terjadi di Kelurahan Titian Antui Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis. Bagaimana pandangan Hukm Islam?. Sebelumnya penelitian serupa tidak pernah dilakukan di Kelurahan tersebut, baik dengan perspektif Hukum Islam ataupun hukum positif. Karena itulah penelitian ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan di lokasi penelitian, yaitu Kelurahan Titian Antui. Penelitian ini diberi judul PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HARTA SESERAHAN PASCA PERCERAIAN (Studi Kasus Masyarakat Sunda di Kelurahan Titian Antui Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis). 5 Junrico, Salah satu pasangan yang bercerai, Wawancara, Kelurahan Titian Antui ; Tanggal 28 Januari 2015. 6 Amir, Pemuka Dusun Rt 03 Rw 01 Kelurahan Titian Antui, Wawancara; Tanggal 27 Oktober 2014.

5 B. Batasan Masalah Agar penelitian ini terarah begitu juga untuk mempermudah memahami serta menghindari penafsiran yang luas pada penelitian ini. Adapun batasan masalahnya adalah penarikan kembali harta seserahan pada masyarakat Sunda di Kelurahan Titian Antui Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis. C. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, untuk lebih detailnya akan diagendakan pemahaman yang sistematis dan mendalam, yaitu: 1. Bagaimanakah pelaksanaan penyerahan harta seserahan di Kelurahan Titian Antui Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis? 2. Bagaimana proses penarikan harta seserahan pasca perceraian di Kelurahan Titian Antui Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis? 3. Bagaimanakah Pandangan Hukum Islam terhadap penarikan kembali harta seserahan pasca perceraian di Kelurahan Titian Antui Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pelaksanaan penyerahan harta seserahan di Kelurahan Titian Antui Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis. b. Untuk mengetahui proses penarikan harta seserahan pasca perceraian di Kelurahan Titian Antui Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis.

6 c. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap penarikan kembali harta seserahan pasca percerian di Kelurahan Titian Antui Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis. 2. Kegunaan Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: a. Sebagai salah satu syarat unutuk menyelesaikan pendidikan pada program S1 Jurusan Ahwal Al Syakshiyah pada Fakultas Syari ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas ilmu dan wawasan dibidang hukum dan memberikan sumbangan pemikiran yang berarti bagi khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang Peradilan Agama bagi penulis dan pembaca pada umumnya. c. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pandangan baru dikalangan masyarakat mengenai sidang keliling yang merupakan hal baru yang masih jarang diketahui orang, dan dapat dijadikan sebagai kajian untuk pertimbangan pembahasan selanjutnya yang berhubungan dengan masalah tersebut. E. Metode Penelitian Dalam menganalisa data yang diperoleh, diperlukan beberapa metode yang dipandang relevan dan mendukung penyusunan skripsi ini, adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lokasi Penelitian

7 Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah Kelurahan Titian Antui. Dipilihnya lokasi ini sebagai tempat penelitian karena: a. Kelurahan Titian Antui Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis dikarenakan letak geografis wilayah tersebut merupakan daerah yang bersebelahan dengan lingkungan tempat tinggal penulis. b. Kelurahan Titian Antui merupakan daerah yang menerapkan pengambilan kembali harta seserahan pasca perkawinan. 2. Subjek dan Objek Penelitian Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah pasangan suami isteri yang mempraktekkan adat istiadat setempat dengan memberikan seserahan namun mengambil kembali harta seserahan setelah perceraian, sedangkan yang menjadi objeknya adalah penarikan harta seserahan pasca perceraian di Kelurahan Titian Antui. 3. Populasi dan Sampel Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 15 pasangan suami isteri yang telah bercerai dan berada di lingkungan wilayah penelitian yang melakukan adat seserahan. Maka dari jumlah populasi di atas penulis mengambil seluruhnya 15 pasanganan yang bercerai sebagai sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan metode total sampling. 4. Sumber Data a. Data Premier, yakni data yang penulis dapatkan dari para pasangan suami isteri yang mempraktikkan pemberian harta seserahan dan kepala desa dan sesepuh desa setempat.

8 b. Data Sekunder, yakni data yang penulis peroleh dari berbagai literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang penulis bahas. c. Data Tersier, yakni data yang penulis peroleh dari berbagai Artikel di internet yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang penulis bahas. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap proses penarikan kembali harta seserahan pasca perceraian di lokasi penelitian. b. Wawancara secara terstruktur, yaitu dengan cara mengadakan wawancara dengan sesepuh desa dan pasangan suami isteri yang melakukan seserahan, yang dimaksudkan untuk mengungkapkan data-data tentang pelaksanaan dan akibat hukumnya ketika bercerai. F. Metode Analisis Data Dalam penulisan ini, penulis mengadakan analisa data secara kualitatif, yaitu pengumpulan data dari berbagai sumber lalu dikelompokkan dalam kategori-kategori persamaan dan perbedaan jenis data tersebut, kemudian data tersebut dihubungkan satu dengan yang lain sehingga akan diperoleh gambaran utuh. Dalam menganalisa data penulis menggunakan metode deskriptif analitik, yaitu dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh, kemudian menggambarkan data-data sebagaimana apa adanya.

9 G. Teknik Penulisan Data Setelah data diperoleh, maka data tersebut akan penulis bahas dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut: a. Deduktif, yaitu menggambarkan kaidah-kaidah umum yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti, kemudian di analisa dan di ambil kesimpulan secara khusus. b. Induktif, yaitu menggambarkan data-data khusus yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, di analisa kemudian diambil kesimpulan secara umum. c. Deskriptif analitik, yaitu dengan jalan mengemukakan data-data yang diperlukan apa adanya, lalu dianalisis sehingga dapat disusun menurut kebutuhan yang diperlukan dalam penelitian ini. H. Sitematika Penulisan Penyusunan skripsi ini tersistematis atas beberapa bab. Untuk menghasilkan pembahasan yang runtut, adapun sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I Pendahuluan: Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Telaah Pustaka, Metode Penelitian, Teknik Penulisan Datadan Sistematika Penulisan. BAB II Dalam Bab ini akan di uraikan mengenai gambaran umum Kelurahan Titian Antui meliputi sejarah Kelurahan Titian Antui, kondisi wilayah, luas wilayah, batas-batas kelurahan, keadaan alam, keadaan penduduk, sosial budaya, adat istiadat masayarakat di Kelurahan Titian Antui.

10 BAB III Dalam Bab ini membahas pengertian tentang perkawinan, landasan hukum mahar, kewajiban calon suami memberi mahar, pendapat ulama tentang kedudukan mahar, pemberian calon suami kepada calon isteri. BAB IV Dalam Bab ini membahas tentang pelaksanaan penyerahan harta seserahan di Kelurahan Titian Antui Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis?, Proses penarikan harta seserahan pasca perceraian di Kelurahan Titian Antui Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis?, Pandangan Hukum Islam terhadap penarikan kembali harta seserahan pasca perceraian di Kelurahan Titian Antui Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis? BAB V Penutup, pada bab ini merupakan bagian terakhir dari penyusunan skripsi yang berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.